materi sekolah tinggi famasi
-
Upload
cupidjr-robianto -
Category
Documents
-
view
80 -
download
3
Transcript of materi sekolah tinggi famasi
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SETENGAH PADAT DAN CAIR
SUSPENSI
DISUSUN OLEH : 1. Dimas Ardi Fitriansyah (2009210050) 2. Christine Natalia (2009210031)
3. Cut Intan Nadya F (2009210034) 4. Deliana Adriani (2009210038) 5. Dian Prawita Sari (2009210047)
KELAS : BKELOMPOK : III
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA2011
I. TUJUAN
1. Mengenal dan memahami cara pembuatan dan komposisi bahan
dalam sedian suspensi.
2. Mengamati pengaruh bahan pembasah dan pensuspensi terhadap
karakteristik fisik suspensi.
II. PENDAHULUAN / TEORI DASAR
Suspensi merupakan sistem penghantar obat dimana partikel
padat yang tidak larut (Fase Terdispersi) sebagai unit diskrit/ jaringan
partikel dalam medium cair kontinyu (Fase Kontinyu). Menurut FI IV
hal 17, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari 2 fase,
yaitu fase kontinyu atau fase luar dan fase terdispersi atau fase dalam.
Fase kontinyu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi
padat, dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel
kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam
fase kontinyu.
Adapun sifat ideal yang harus dipunyai oleh sediaan suspensi,
antara lain :
1. Suatu suspensi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat
dan harus rata lagi bila dikocok.
2. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran
partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada
penyimpanan.
3. Suspensi harus dapat dituang dari wadah dengna cepat dan
homogen.
Komponen-komponen dalam formula suspensi, yaitu :
1. Zat Aktif :
a. Tidak Larut dalam media pembawa cair
b. Stabil dan tidak terjadi pertumbuhan kristal yang dapat
menyebabkan chaking ( endapan yang mengeras )
c. Terurai mnjadi metabolit yang akan menjadi toksik
2. Komponen sistem suspensi :
a. Zat pembasah,
b. Dispersants/ defloeculating agent,
c. Flocculating agents,
d. Thickeners.
3. Komponen pembawa suspensi/ fase eksternal :
a. Bahan pengontrol pH dan dapar,
b. Osmotic agents dan Stabilisator (Sorbitol),
c. Coringensia,
d. Pengawet,
e. Pembawa cair, seperti senyawa poliol.\
Bahan-bahan suspensi dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Alam :
Misalnya : Acacia (Gom Arab), Chondorus, Tragakan, dan Tanah liat.
2. Sintesis:
Misalnya : a. Derivat Selulosa : Metil slulosa, CMC, HPMC.
b. Golongan organik polimer : Carbophol 934.
Suspensi yang ideal akan memberikan viskositas tinggi pada
kecepatan aliran yang rendah dan pada penyimpanan partikel-partikel
yang tersuspensi akan mengendap sangat perlahan, dan pada kecepatan
aliran tinggi, misalnya dengan adanya pengocokan pada sediaan
suspensi maka viskositas akan menurun dan produk dapat dihitung dari
bobotnya.
Suspensi dapat mengendap pada dasar wadah bila didiamkan.
Pengendapan seperti ini, dapat mempermudah pengerasan dan pemadatan
sehinggga sulit terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokkan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk
meningkatkan kekentalan dan bentuk gel seperti tanah liat, surfaktan, poli
ol, polimer atau gula. Yang sangat penting adalah bahwa suspensi harus
dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat
yang merata dalam pembawa, hingga menamin keseragaman dan dosis
yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah terutup rapat.
Suspensi dapat dibedakan menjadi: 1). Suspensi oral ,2). Suspensi
topikal ,3). Suspensi tetes telinga , 4). Suspensi optalmika. Terdapat banyak
pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan suatu suspensi farmasi
yang baik. Disamping khasiat terapetik, stabilitas kimia dari komponen-
komponen formulasi kelanggengan sediaan dan bentuk estetik dari sediaan
Pembasahan
Kesulitan yang banyak ditemui yang merupakan faktor yang amat
penting dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh
medium pendispersi. Ada zat padat yang mudah dibasahi dengan cairan dan
ada pula yang tidak.dalam batasan suspensi air, zat padat dikatakan
hidrofilik(liofilik atau suka pelarut, kadang-kadang disebut liotropik).atau
hidrofobik (liofobik). Zat-zat hidrofilik dibasahi dengan mudah oleh air
atau cairan-cairan polar lainnya; zat hidrofilik ini bisa meningkatkan
viskositas suspensi-suspensi air dengan besar.
Zat-zat hidrofobik menolak air, tetapi biasanya dapat dibasahi
dengna cairan-cairan non polar; zat hidrofobik ini biasanya tidak mengubah
viskositas dispersi. Zat padat hidrofilik biasanya dapat digabung menjadi
suspensi tanpa menggunakan zat pembasah, tetapi bahan-bahan hidrofobik
sangat sukar untuk mendispersi dan seringkali mengambang pada
permukaan cairan karena pembasahan yang buruk dari partikel-partikel,
atau adanya kantung-kantung udara yang sangat kecil.
Laju sedimentasi dan agregasi merupakan sifat dari sistem-sistem
suspensi yang di atur oleh atur oleh ukuran partikel , interaksi partikel ,
kerapatan partikel dan medium , dan viskositas dari fase kontinue. Masalah
lain dalam suspensi yaitu caking, didefinisikan sebagai pembentukkan
sedimen yang tidak dapat didispersikan kembali dalam suatu sistem
suspensi. Sebab utama caking adalah pembentukkan jembatan kristal dan
agregat tertutup (koagula).caking melalui pembentukan jembatan kristal
dapat di perkecil dengan menggunakan tipe suspensi agregat jaringan
terbuka ( flokula ), pada saat partikel-partikel tidak mengendap sampai
jarak tertentu karena kakunya agregat.
Pertimbangan Rheologis
Rheologi adalah ilmu tentang sifat aliran dari bahan atau sistem
bahan. Sedangkan Viskositas adalah suatu besaran yang tergantung dari
perbandingan tegangan geser kecepatan, difarmasi dinyatakan sebagai
kekentalan struktur atau tubuh.
Ada 2 jenis sifat aliran, yaitu :
1. Sifat aliran Newton (kekentalan ideal) :
Viskositas ini mempunyai suatu koefisien konstan, yang tidak
tergantung dalam jumlah absolut tegangan geser yang terdapat atau
dari turunnya geseran yang berkuasa.
2. Sifat aliran Non Newton (kekentalan struktur) :
Viskositas ini mempunyai suatu ketergantungan yang lebih
atau kurang tampak.
Sedangkan menurut jenis alirannya, dapat dibedakan menjadi 4,
yaitu :
1. Pseudoplastis :
Jenis aliran ini bekerja pada gaya geser yang lebih tinggi,
dimana aliran mula-mula terhambat lalu beralih menjadi sikapaliran
ideal atau hampir ideal viskositas turun dengan menaikkan
kebutuhan geser, sistem tersebut menjadi lebih cair.
2. Plastis :
Dinyatakan sebagai eksistensi suatu batas aliran yang
mmpunyai sistem yang elastis.
3. Tiksotropik :
Diartikan sebagai isoterm, sehingga menyebabkan penurunan
viskositas bolak-balik.
4. Dilatan :
Mekanisme alirannya selama dalam keadaan diam, partikel-
partikel bahan padat dikelilingi oleh suatu selubung solvat melalui
kerja gesekan terjadi suatu pengurangan atau kehilangan selubung
cairan yang meluncur, sehingga partikel lebih padat dan diikuti
kenaikkan viskositas.
Karakteristik rheologis dari suatu suspensi farmasi dapat merupakan
faktor penentu yang penting dalam mengoptimisasi stabilitas fisika sistem
suspensi tersebut. Khusus yang paling diinginkan adalah suspensi yang
mempunyai thiksotropi yang mudah dikembangkan. Suspensi seperti itu
bila diformulasikan dengan tepat dapat mencegah sedimentasi, agregasi dan
caking yang berdasarkan suatu yield value viskositas tinggi pada keadaan
istirahat, sedangkan pengocokkan kuat mengurangi viskositas agar dapat
dituang, sehingga produk tersebut dapat diberikan.
Selain teknik yang meliputi faktor sedimentasi dan kemampuan
mendispersi kembali,metode rheologis dapat juga digunakan untuk
menentukan sifat pengendapan dan susunan pembawa serta gambaran
struktural partikel untuk tujuan perbandingan.metode rheologis praktis
meliputi penggunaan viskometer Brookfield yang di pasang pada landasan
berdiri.
Pembantu Formulasi
Pembantu (adjuvan) suspensi harus dipertimbangkan. Zat-zat ini
termasuk pengawet, pemberi warna, parfum dan pemberi rasa; zat-zat
tersebut dalam bentuk bahan bisa mempengaruhi karakteristik suspensi.
Umumnya zat warna digunakan dalam jumlah kecil dan biasanya dapat
tercampurkan; demikian pula halnya dengan pewarna dan pengharum
Evaluasi Kestabilan Suspensi
Volume Sedimentasi
Pertimbangan teoritis salah satunya yaitu laju sedimentasi ,
kecepatan mengendap partikel-partikel suspensi tercakup dalam persamaan
Hukum Stokes :
V =d 2 (ρ 1- ρ2)g
18Ƞ
Persamaan Stokes diturunkan untuk suatu keadaan ideal dimana
partikel-partikel yang benar-benar bulat dan seragam dalam suspensi yang
encer mengendap tanpa mengakibatkan turbulensi padda waktu turun
kebawah, tanpa tumbukan antara partikel-partikel suspensoid dan tanpa
gaya tarik-menarik kimia atau fisika atau afinitas untuk medium dispersi.
Konsep volume endapan (volume sedimentasi) adalah sederhana.
Pendeknya, konsep tersebut mempertimbangkan rasio tinggi akhir dari
endapan (Hu) terhadap tinggi awal dari suspensi keseluruhan (Ho) pada
waktu suspensi mengendap dalam suatu silinder di bawah kondisi standar.
Makin besar fraksi ini, maka makin baik kemampuan suspensinya.
( Lachman hal.1011)
Perubahan ukuran partikel
Teknik freeze-thaw-cycling khususnya dapat diterapkan untuk
menekan suspensi dengan tujuan pengujian kestabilan. Perlakuan ini
mendorong pertumbuhan partikel , dan bisa menunjukan keadaan
kemungkinan di masa yang akan datang setelah penyimpanan yang lama
pada temperatur kamar.Dengan demikian , penting sekali untuk bersiap-
siap terhadap perubahan dalam ukuran partikel absolut, distribusi ukuran
partikel, dan kebiasaan Kristal. ( Lachman hal.1015)
III. DATA PREFORMULASI
A. Zat Aktif :
Sulfur Praecipitatum ( FI IV hal.771, DI 2003 hal.3426 )
Nama lain : Belerang endap, Sulfur
Bobot Atom : 32,06
Rumus bangun :
Pemerian : Serbuk amorf atau serbuk hablurrenik,
sangat halus. Warna kuning pucat, tidak berbau, dan
tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat
mudah larut dalam karbon disulfide, sukar larut
dalam minyak zaitun, praktis tidak larut dalam
etanol.
Khasiat : Untuk pengobatan jerawat, bakterisid,
dan fungisid lemah, dan bersifat keratolisis yang
melarutkan kulit tanduk.
Stabilitas : Sulfur bereaksi dengan logam seperti
tembaga dan besi, menghasilkan warnadengan
logam.
Dosis :
a. Pengobatan jerawat : 1-8% dalam bentuk cream, gel,
lotion, atau sabun yang digunakan secara topical untuk
pengobatan jerawat.
b. Pengobatan kudis/jamur : 5-10% untuk salep sulfur yang
digunakan secara merata.
c. Pengobatan ketombe : Untuk kulit kepala yang
berketombe 2-5% sulfur dan sering dikombinasi dengan
asam salisilat digunakan untuk shampoo.
OTT : -
Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
B. Zat Tambahan
1. Bahan Pembasah
Propilen glikol ( FI IV hal.712, Excipient hal.624 )
Nama lain : Propylenglykolum, 1-2 propanadiol
Rumus Kimia : CH3CH(OH)CH2OH
Rumus Molekul : C3H8O2
Bobot Molekul : 76,09
Rumus bangun :
Pemerian : Cairan kental jernih, tidak
berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan ; Dapat bercampur dengan air,
aseton, kloroform, larut dalam eter, dalam
beberapa minyak essensial, tetapi tidak dapat
bercampur dengan minyak lemak.
Khasiat : Bersifat antimikrioba,
desinfektan, pelembab, plasticizer, pelarut,
stabilitas untuk vitamin.
Konsentrasi : Pelembab = sekitar 15 %
Pelarut atau pelarut pembantu = 5-80%
Stabilitas ; Higroskopis dan harus
disimpandalam wadah tertutup rapat, lindungi
dari cahaya, ditempat dngin dan kering. Pada
suhu yang tingi akan troksidasi menjadi
propionaldehid asam laktat, asam piruvat, dan
asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol,
gliserin, atau air.
OTT : Dengan zat pengoksidasi seperti
potassium permanganate.
Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
rapat.
2. Bahan Pensuspensi
Pulvis Gummi Acaciae ( FI IV hal.718, Exipient hal.1)
Nama lain : Serbuk Gom Arab, Serbuk Gom Akasia
Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan, tidak berbau.
Kelarutan : Larut hamper sempurna dalam air tetapi
sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman
dalam jumlah sangat sedikit & memberikan cairan
seperti mucilage, tidak berwarna/ kekuningan, kental,
lengket, transparan, bersifat asam lemah trhadap kertas
lakmus biru, praktis tidak larut dalam etanol & eter.
Konsentrasi : Emulifying agent & Suspending agent :
5-10%
Stabilitas : Larutan dalam air akan ditumbuhi
bakteri atau terdegarasi oleh enzim, oleh sebab itu
ditambahkan antimikroba, seperti asam benzot, Na
benzoate, atau campuran metilparaben dan
propilparaben, dan untuk mencegah oksidasi enzim
dengan pemanasan suhu 100oC dalam waktu singkat.
Khasiat : Sebagai bahan pensuspensi
OTT : Amidopyrine, cresol, etanol (95%), garam
besi, morpine, phenol, tanin, thymol, vanillin.
Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik, ditempat sejuk dan kering.
3. Bahan Pengawet
Natrium Benzoat ( FI IV hal.584, Excipient hal.433)
Rumus Kimia: C7H5NaO2
Rumus bangun :
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol, lebih mudah larut dalam etanol 90 %.
Khasiat : Sebagai pengawet/ antimikroba.
OTT : Tidak bercampur dengan komponen kuarterner,
gelatin, garam Ferri, garam kalsium, dan garam logam
berat termasuk perak, timah dan merkuri, aktivitas
pengawer dapat berkurang dengan adanya interaksi
dengan kaolin atau surfaktan non-ionik.
Konsentrasi : 0,02 – 0,5 %.
Wadah : Dalam wadah tertutup baik.
4. Bahan Pengharum
Oleum Rosae ( FI III hal.459)
Pemerian : Tidak berwarna tau kuning, bau menyerupia
bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25o kental, bila
didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi masa hablur
beningmyang jika dipanaskan mudah melebur.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan
jernih
Khasiat : Pengharum
Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Konsentrasi : 0,0625%
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Viskometer Brookfield tipe LV
2. Beaker glass,
3. Tabung sedimentasi,
4. Gelas ukur,
5. Batang pengaduk,
6. Mortir dan Stamper,
7. Spatula,
8. Sudip,
9. Botol 60ml
Bahan :
1. Sulfur precipitatum
2. Propilenglikol
3. Natrium benzoat,
4. PGA
5. Oleum Rosae
6. Aquadest
V. FORMULA
Komposisi Formula
1 2 3
Sulfur
Precipitatum
6,6 % 6,6 % 6,6 %
Propilen Glikol 0 % 1,5 % 3 %
PGA 20 % 20 % 20 %
Na. benzoate 0,1 % 0,1 % 0,1 %
Ol. Rosae 0,0625 % 0,0625 % 0,0625 %
Aquadest ad. 400 ml ad. 400 ml ad. 400 ml
VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN :
A. Formula I:
Perhitungan :
Sulfur Precipitatum : 6,6% x 400ml = 26,4 g
Propilen glikol : 0% x 400ml = 0
PGA : 20% x 400ml = 80 g
Air Untuk PGA : 1,5 x 80 g = 120 ml
Na.Benzoat : 0,1% x 400ml = 400 mg
Ol.Rosae : 0,0625% x 400ml = 0,25g ~ 0,25ml
1ml ~ 20 tetes
0,25 ml ~ ?
0,25 ml x 20 tetes = 5 tetes
1ml
Aquadest : 400ml – ( 26,4+80+0,4)g – 120ml = 173,2
ml
Penimbangan :
Sulfur Precipitatum : 26,4 g
PGA : 80 g
Na. Benzoat : 400 mg
Propilen glikol : 0 g
Ol.Rosae : 5 tetes
Aquadest : 173,2 ml
B. Formula II :
Perhitungan :
Sulfur Precipitatum : 6,6% x 400ml = 26,4 g
Propilen glikol : 1,5% x 400ml = 6 g
PGA : 20% x 400ml = 80 g
Air Untuk PGA : 1,5 x 80 g = 120 ml
Na.Benzoat : 0,1% x 400ml = 400 mg
Ol.Rosae : 0,0625% x 400ml = 0,25g ~ 0,25ml
1ml ~ 20 tetes
0,25 ml ~ ?
0,25 ml x 20 tetes = 5 tetes1ml
Aquadest : 400ml – ( 26,4+6+80+0,4)g – 120ml = 167.2 ml
Penimbangan :
Sulfur Precipitatum : 26,4 g
PGA : 80 g
Air Untuk PGA : 120 ml
Na. Benzoat : 400 mg
Ol.Rosae : 5 tetes
Propilen glikol : 6 g
Aquadest : 167,2 ml
C. Formula III :
Sulfur Precipitatum : 6,6% x 400ml = 26,4 g
Propilen glikol : 3% x 400ml = 12 g
PGA : 20% x 400ml = 80 g
Air untuk PGA : 1,5 x 80 g = 120 ml
Na.Benzoat : 0,1% x 400ml = 400 mg
Ol.Rosae : 0,0625% x 400ml = 0,25g ~ 0,25ml
1ml ~ 20 tetes
0,25 ml ~ ?
0,25 ml x 20 tetes = 5 tetes1ml
Aquadest : 400ml–( 26,4+12+80+0,4)g – 120ml = 161,2 ml
Penimbangan :
Sulfur Precipitatum : 26,4 g
PGA : 80 g
Air untuk PGA : 120 ml
Na. Benzoat : 400 mg
Ol.Rosae : 5 tetes
Propilen glikol : 12 g
Aquadest : 161,2 ml
VII. CARA KERJA / PEMBUATAN
1. Siapkan alat-alat dan bahan-bahan, kalibrasi botol 60 ml
2. Timbang bahan-bahan.
3. Kembangkan PGA dalm mortir
4. Gerus Sulfur Precipitatum dalam mortir ad. Halus
5. Tambahkan Propilenglikol gerus ad. Homogen
6. Campurkan PGA yang telah mengembang dalam Campuran Sulfur.P
dan Propilenglikol perlahan-lahan ad.homogen.
7. Tambahkan Na. Benzoat, gerus ad. homogen.
8. Tambahkan air sedikit demi sedikit ad.400ml sampai terbentuk
corpus gerus ad. homogen.
9. Masukkan ke dalam botol 60 ml yang sebelumnya telah dikalibrasi.
10. Beri etiket, kemas, dan serahkan.
11. Lakukan uji evaluasi sediaan
( Uji Viskositas dan Volume Sedimentasi).
VIII. EVALUASI :
1. Uji Viskositas :
Kv = 673,7 dyne-cm
Formula I :
F
Formula Formula II :
No.No. Spindel Spindel
RPMRPM SkalaSkala FaktorFaktor η(CPS)=skala x faktor
F = skala x Kv
11 33 4242 2020 840840 28.293,428.293,4
11 66 4747 1010 470470 31.663,931.663,9
No.No. Spindel Spindel
RPMRPM SkalaSkala FaktorFaktor η(CPS)=skala x faktor
F = skala x Kv
11 66 2929 1010 290290 19.537,319.537,3
11 1212 4949 55 245245 33.011,333.011,3
11 3030 7979 22 158158 53.222,353.222,3
11 6060 9090 11 9090 60.63360.633
11 3030 8080 22 160160 53.89653.896
11 1212 5050 55 250250 33.68533.685
11 1212 6060 55 300300 40.42240.422
11 3030 8080 22 160160 53.89653.896
11 1212 5656 55 280280 37.727,237.727,2
11 66 4949 1010 490490 33.011,333.011,3
Formula III :
No.No. Spindel Spindel
RPMRPM SkalaSkala FaktorFaktor η(CPS)=skala x faktor
F = skala x Kv
11 33 4747 2020 940940 31.663,931.663,9
11 66 5555 1010 550550 37.053,537.053,5
11 1212 6060 55 300300 40.42240.422
11 3030 8484 22 168168 56.590,856.590,8
11 1212 6464 55 320320 43.116,843.116,8
11 66 6060 1010 600600 40.42240.422
2. Uji Sedimentasi :
Masukkan 25 ml sediaan suspensi ke dalam tabung sedimentasi
Amati selama 3 hari
Hitung derajat sedimentasi (F)
F = Vu
Vo
Keterangan : 1. vo : Volume sedimentasi mula-mula.
2. vu : Voume sedimentasi akhir
Pengamatan Pengamatan Formula 1Formula 1 Formula 2Formula 2 Formula 3Formula 3
VoVo 2525 2525 2525
15 menit 15 menit VuVu 23,523,5 24,524,5 2424
FF 0,940,94 0,980,98 0,960,96
VoVo 2525 2525 2525
30 menit30 menit VuVu 23,523,5 24,524,5 2424
FF 0,940,94 0,980,98 0,960,96
VoVo 2525 2525 2525
45 menit45 menit VuVu 23,523,5 24,524,5 2424
FF 0,940,94 0,980,98 0,960,96
VoVo 2525 2525 2525
60 Menit60 Menit VuVu 23,523,5 24,524,5 2424
FF 0,940,94 0,980,98 0,960,96
VoVo 2525 2525 2525
1 Hari 1 Hari VuVu 23,523,5 24,524,5 2424
FF 0,940,94 0,980,98 0,960,96
VoVo 2525 2525 2525
2 Hari2 Hari VuVu 23,523,5 24,524,5 2424
FF 0,940,94 0,980,98 0,960,96
VoVo 2525 2525 2525
3 Hari3 Hari VuVu 23,523,5 24,524,5 2424
FF 0,940,94 0,980,98 0,960,96
IX. PEMBAHASAN :
1. Pada uji viskositas, Formula II lebih tinggi viskositasnya
dibandingkan dengan formula III kemungkinan karena zat aktif tidak
terbasahi dengan sempurna. Seharusnya viskositas yang paling tinggi
adalah formula III karena konsentrasi Propilen Glikolnya lebih tinggi
dibandingkan dengan formula II.
2. Selain sebagai zat pembasah, propilen glikol juga berfungsi sebagai
pengental, jadi seharusnya semakin tinggi konsentrasi propilen
glikol, semakin tinggi pula viskositasnya.
3. Dalam praktek ini kami mendapatkan sifat alir tiksotropik untuk
semua formula. Sifat alir ini yang paling bagus untuk suspensi
karena cairan yang bersifat tiksotropik bila dikocok akan
menurunkan viskositas, sehingga suspensi akan mudah dituang
4. Dari hasil uji sedimentasi, semua formula stabil tetapi yang gaya
sedimentasinya mendekati 1 yaitu formula II . Hal ini terjadi karena
formula I tidak menggunakan zat pembasah dan formual III zat
aktifnya kurang terbasahi dengan sempurna.
X. KEMASAN
Terlampir
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan :
1. Suspensi yg kami buat, stabil terbukti dengan gaya sedimentasi :
Formula I : 0,94
Formula II : 0,98
Formula III : 0,96
2. Berdasarkan pengamatan pada uji viskositas brook field/Rheologi.
Formula I : Thiksotropik
Formula II : Thiksotropik.
Formula III : Thiksotropik
Berdasarkan hasil evaluasi sedimentasi dan viskositas, formula yang
paling baik adalah formula II.
B. Saran :
Jika menggunakan zat aktif hidrofob, pastikan zat aktif terbasahi
dengan sempurna untuk mendapatkan hasil maksimal.
XII. DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia,
Edisi III, Jakarta, 1979.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia,
Edisi IV, Jakarta, 1995.
3. Handbook of Pharmaceutical Excipient, Wade, A and Weller, P.g,
2nd. Ed,1994.
4. Mc. Evory, Gerald K. America Hospital Formulary Service, Drugs
Information. America Society of Hospital Pharmacist
5. H. Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi ketiga, Lea
FebigerPhiladelphia.
6. Anief, Mohammad.Ilmu Meracik Obat Teori dan
Praktik.1997.Yogyakarta.UGM Press.