Materi Kuliah Petrologi T.geologi
-
Upload
margono-uciha -
Category
Documents
-
view
208 -
download
18
description
Transcript of Materi Kuliah Petrologi T.geologi
BAB I BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan
larutan silikat cair liat, pijar, bersifat mudah
bergerak yang dikenal dengan magma.
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada berbagai
hal, seperti genesanya, senyawa kimianya, mineraloginya
atau tempat terbentuknya.
Batuan beku dapat di bagi menjadi :
1. Batuan beku ekstrusi : batuan beku sebagai hasil
pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi
baik di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat
mengalir dipermukaan masa tersebut membeku secara
relatif cepat dengan melepas kandungan gasnya. Oleh
karena itu sering memperlihatkan struktur aliran dan
banyak lubang gasnya (vesikuler). Magma yang keluar di
permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis : Lava AA
dan Lava Pahoehoe . Lava AA terbentuk dari masa yang
kental sedangkan lava pahoehoe terbentuk dari masa
encer.
2. Batuan beku intrusi : batuan hasil pembekuan
magma didalam perut bumi. Ukuran mineralnya kasar, >
1 atau bahkan 5 mm.
Ada beberapa bentuk batuan beku intrusi.
Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan
tidak diketahui batas bawahnya. Yang memiliki
penyebaran > 100 km² di sebut batolith , yang kurang
dari 100 km² di kenal dengan stock sedangkan yang lebih
kecil dan membulat di sebut boss.
Intrusi membentuk tabular yang memotong struktur
setempat (diskordan) disebut dyke/korok sedangkan yang
konkordan di sebut sill atau lakolit kalau cembung
keatas.
Intrusi berdimensi kecil dan membulat sering dikenal
dengan intrusi silinder atau pipa.
Gambar 2.1 Type intrusi (AWR.Potter & H. Robinson )
PENGERTIAN MAGMA
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang
terbentuk secara alamiah bersifat mobil , bersuhu antara
900º , 1200º atau lebih dan berasal dari kerak bumi
bagian bawah atau kerak bumi bagian atas.( lihat F.F.
Grouts, 1947; Turner dan Verhoogen, 1960; H Williams,
1962 )
Komposisi kimiawi magma dari contoh-contoh batuan beku
terdiri dari :
a. Senyawa-senyawa yang bersifat non volatil dan
merupakan senyawa oksida dalam magma. Jumlahnya
sekitar 99 % dari seluruh isi magma , sehingga merupakan
mayor elemen, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO,
CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
b. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap
magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S,
SO2 dsb.
c. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak ( trace
element ) dan merupakan minor element seperti Rb, Ba, Ni,
Co, V, Li, Cr, S, dan Pb.
Bunsen ( 1951, W.T. Huang ) mempunyai pendapat bahwa
ada dua jenis magma primer , yaitu basaltis dan dan
granites, dan batuan beku merupakan hasil campuran dari
dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Dally 1933, Winkler ( Vide W.T. Huang 1962 ) berpendapat
lain yaitu magma asli (primer) adalah bersifat basa yang
selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi menjadi
magma yang bersifat lain.
Magma basa bersifat encer ( viskositas rendah ), kandungan
unsur kimia berat, kadar H+ , OH¯ dan gas tinggi ,
sedangkan magma asam sebaliknya.
EVOLUSI MAGMA
Sekurang-kurangnya genesa batuan beku , vulkanik
maupun plutonik harus di tinjau dari tiga segi :
1. Faktor yang memerikan bagaimana dan dimana larutan
bergenerasi di dalam selubung atau pada kerak bumi
bagian bawah.
2. Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu
naik ke permukaan.
3. Proses-proses di dekat permukaan yang
menyempurnakan generasi.
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat
lain oleh proses-proses sebagai berikut :
- Hibridisasi : Pembentukan magma baru karena
pencampuran dua magma yang
berlainan jenis.
- Sinteksis : Pembentukan magma baru karena
proses asimilasi dengan batuan samping.
- Anateksis : Proses pembentukan magma dari
peleburan batuan pada kedalaman
yang sangat besar .
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya
mengalami differensiasi magmatik. Diferensiasi magmatik ini
meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan
awal yang homogen dalam skala besar menjadi massa batuan
beku dengan komposisi yang bervariasi.
Proses-proses differensiasi magma meliputi :
Fragsinasi ialah pemisahan kristal dari larutan magma,
karena proses kristalisasi berjalan tidak setimbang atau
kristal-kristal pada pendinginan tidak dapat mengikuti
perkembangan. Komposisi larutan magma yang baru ini
terjadi terutama karena adanya perubahan temperatur dan
tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.
Crystal setting / Gravitational setting adalah pengendapan
kristal oleh gravitasi dari kristal-kristal berat Ca, Mg, Fe
yang akan memperkaya magma pada bagian dasar waduk.
Disini mineral silikat berat akan terletak di bawah mineral
silikat ringan.
Liquid Immisibility ialah larutan magma yang mempunyai
suhu rendah akan pecah menjadi larutan yang masing-
masing akan membeku membentuk bahan yang heterogen.
Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan
dari sodium dan potassium yang akan memperkaya magma
pada bagian atas dari waduk magma.
Vesiculation adalah proses di mana magma yang
mengandung komponen seperti CO2, H2S, Cl2 dan H2O
sewaktu naik kepermukaan membentuk gelembung-
gelembung gas dan membawa serta komponen volatil
Sodium (Na) dan Potasium (K).
Diffusion adalah bercampunya batuan-batuan dinding
dengan magma didalam waduk magma secara lateral.
Gambar 2.2. Skema Differensisasi magma
(Altlas of Volcanic USGS)
I.1. JENIS BATUAN BEKU
1. Klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi
mineral.
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat
terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi dua :
yaitu Batuan beku volkanik dan Batuan beku plutonik.
a. Batuan Beku Volkanik
Batuan beku volkanik adalah batuan beku yang terbentuk di
atas atau di dekat permukaan bumi (intrusi dangkal).
Menurut Williams,1983, batuan beku yang berukuran
kristal kurang dari 1 mm adalah kelompok batuan volkanik,
terutama kehadiran masa gelas.
b. Batuan Plutonik
Batuan beku yang terbentuk pada kedalaman yang sangat
besar dan mempunyai ukuran kristal lebih dari 1 mm.
2. Klasifikasi berdasarkan kimiawi
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam Geologi
(C.J Hughes , 1962 ), dan dibagi dalam empat golongan ,
yaitu :
a. Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut
mengandung lebih 66 % SiO2.Contoh batuan ini Granit dan
Rhyolit.
b. Batuan beku menengah atau Intermediet , bila batuan
tersebut mengandung 52% -66% SiO2.Contoh batuan ini
adalah Diorit dan Andesit.
c. Batuan beku basa, bila batuan tersebut mengandung 45%
- 52% SiO2. Contoh batuan ini adalah Gabro dan Basalt.
d. Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut
mengandung kurang dari 45% SiO2 . Contoh batuan
tersebut adalah Peridotit dan Dunit.
Discontinuous Series Continuous Series
1200 0 C Olivin (Mg-Fe Silikat)
Anortit (Ca-Al Silikat)
Piroksen Bitownit (Ca-Na-Al Silikat)
(Ca-Mg-Fe-Na-Al-Ti Silikat)
Labradorit (Ca-Na-Al Silikat)
Andesin (Na-Ca-Al Silikat)900 0 C Hornblende (Ca-Na-Mg-Fe-Al-OH Silikat) Oligoklas
(Na-Ca-Al Silikat)
Biotit Albit (Na-Al Silikat) (K-Mg-Fe-Al-F-OH Silikat)
K-Felspar (K-Al Silikat)
Muskovit600 0 C (K-Al-Cr Silikat)
Kuarsa
(SiO2)
Gambar 2.3. Skema yang menunjukkan seri reaksi Bowen.
Ultrabasa
Basa
Intermediet
Asam
Garis putus merupakan batasan golongan batuan yang
ditandai dengan komposisi Mineral yang dominan dalam
pembatasannya. Misalnya Kuarsa, Muskovit, Biotit, K.
Felspar tergolong ke dalam Batuan Asam. Selanjutnya
amati apakah batuan tersebut Plutonik atau Vulkanik,
lalu perhatikan antara perbandingan Plagioklas dengan
Kalium Felspar.
I.2. STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam
skala yang besar, seperti lava bantal yang terbentuk di
lingkungan air (laut), seperti lava bongkah, struktur
aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan
sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-
macam struktur batuan beku adalah :
a. Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan
lain yang tertanam dalam tubuhnya.
b.Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang
dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu , yang dicirikan
oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini
adalah umumnya 30 - 60 cm dan jaraknya bedekatan, khas
pada vulkanik bawah laut .
c. Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang
tertanam secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat
berkembang menjadi columnar jointing.
d. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang
ditandai dengan lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas
selama pendinginan.
e. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler
(banyak lubang gasnnya).
f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas
terisi oleh mineral-mineral sekunder seperti zeolit, karbonat
dan bermacam silika.
g. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu
fragmen batuan yang masuk atau tertanam ke dalam batuan
beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak
sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang
menerobos.
h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan
fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.
I.3. TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan
antar mineral atau mineral dengan masa gelas yang
membentuk masa yang merata pada batuan. Selama
pembentukan tekstur dipengarui oleh kecepatan dan
stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu,
komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan
tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan
fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal
ini tekstur tersebut menunjukkan derajat kristalisasi
(degree of crystallinity), ukuran butir (grain size),
granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982 ;
W,T.Huang, 1962)
1. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi
antara masa kristal dan masa gelas dalam batuan.
Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :
a) Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh
massa kristal
b) Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh massa
kristal dan gelas
c) Holohylalin : apabila batuan seluruhnya tersusum
oleh massa
2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam
batuan beku, dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal
meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula
sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok ukuran
butir, yaitu afanitik dan fanerik.
a. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu
kristal sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang
b. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat
dibedakan menjadi ukuran-ukuran :
- Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm
- Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm
- Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm
- Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm
3. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal
dalam suatu batuan.
a. Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
- Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral
mempunyai bidang kristal yang sempurna
- Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral
dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna
- Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral
dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang tidak
sempurna
Secara tiga dimensi dikenal :
- Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya
sama panjang.
- Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang
dari satu dimensi lain.
- Iregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
b. Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain
dalam suatu batuan dari ukuran dikenal :
1) Granularitas atau Equiqranular, apabila mineral
mempunyai ukuran butir yang relatif seragam, terdiri dari :
Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral
berukuran seragam dan euhedral. Bentuk butir
euhedral merupakan penciri mineral-mineral yang
terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan
mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas
sehingga mineral-mineral tersebut sampai membentuk
kristal secara sempurna.
Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar
mineralnya berukuran relatif seragam dan subhedral.
Bentuk butiran penyusun subhedral atau kurang
sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat
mineral terbentuk, maka rongga atau ruangan yang
tersedia sudah tidak memadai untuk memadai untuk
dapat membentuk kristal secara sempurna.
Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar
mineralnya berukuran relatif seragam dan anhedral.
Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali
merupakan pertanda bahwa bahwa pada saat mineral-
mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi
rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat ditafsirkan
bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk
paling akhir dari rangkaian proses pembentukan
batuan beku.
2) Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran
butir tidak sama , antara lain terdiri dari :
Porfiritik , adalah tekstur batuan beku dimana kristal
besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar kristal
yang lebih halus.
Vitroverik , apabila fenokris tertanam dalam masa
dasar berupa gelas.
I.4. KOMPOSISI MINERAL
Menurut Walker T. Huang, 1962, komposisi mineral
dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral yaitu :
A. Mineral Utama
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi
magma dan kehadirannya sangat menentukkan dalam
penamaan batuan.
1. Mineral felsic ( mineral berwarna terang dengan densitas
rata-rata 2,5 - 2,7 ), yaitu :
- Kwarsa ( SiO2 )
- Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (K, Na)
ALSi3O8. Seri feldspar alkali terdiri dari sanidin, orthoklas,
anorthoklas, adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri
dari albit, oligoklas, andesin, labradorit, biwtonit dan
anortit.
- Kelompok feldspartoid (Na, K Alumina silika), terdiri dari
nefelin, sodalit, leusit.
2. Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan
warna gelap dan densitas rata-rata 3,0 - 3,6), yaitu :
- Kelompok olivin, terdiri dari Fayalite dan Forsterite
- Kelompok piroksen, terdiri dari Enstatite, Hiperstein,
Augit, Pigeonit, Diopsid.
- Kelompok mika, terdiri dari Biotit, Muscovit, Plogopit.
- Kelompok Amphibole, terdiri dari Anthofilit, Cumingtonit,
Hornblende, Rieberkit,
Tremolit, Aktinolite, Glaukofan, dll.
B. Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama,
dapat dari hasil pelapukan, hidrotermal maupun
metamorfisma terhadap mineral-mineral utama. Dengan
demikian mineral-mineral ini tidak ada hubungannya
dengan pembekuan magma (non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
- Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat
terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas.
- Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya
terbentuk dari hasil ubahan mineral mafik (terutama
kelompok olivin dan piroksen).
- Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya
terbentuk dari hasil ubahan mineral kelompok plagioklas.
- Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.
- Kelompok kaolin (kaolin, hallosyte), umumnya ditemukan
sebagai hasil pelapukan batuan beku.
C. Mineral Tambahan (Accesory Mineral)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada
kristalisasi magma, umumnya dalam jumlah sedikit.
Termasuk dalam golongan ini antara lain :
- Hematite, Kromit, Muscovit, Rutile, Magnetit, Zeolit,
Apatit dan lain-lain.
Tabel 2.1 Pengenalan Mineral dan Sifatnya
Nama Mineral
WarnaBentuk dan
Perawakan Kristal
Belahan Keterangan
Olivin Hijau
Tidak teratur, membutir dan massif
Tidak sempurna
Kilap kaca
Pirokse Hijau tua - Prismatik 2 arah Kilap kaca dan
n Hitampendek, massif, membutir
saling tegak lurus
permukaannya halus
Amfibol Hitam - coklat
Prismatik panjang, menyerat dan membutir
2 arah membentuk sudut lancip
Kilap arang
Biotit Hitam - coklatTabular,
berlembar (memika)
2 arah Kilap kaca
Feldspar Alkali
Merah jambu/putih/hijau
Prismatik, tabular panjang, massif, membutir
2 arahKilap
kaca/lemak
Plagioklas
Putih susu, abu-abu
Prismatik/tabular panjang. Massif, membutir
3 arahKilap
kaca/lemak
Muskovit
Putih transparan
Tabular, berlembar (memika)
1 arahKilap
kaca/mutiara
KuarsaTidak
berwarna
Tidak teratur, membutir dan massif
3 arahKilap
kaca/lemak
KalsitTidak
berwarna, putih
Rombohedral, massif, membutir
Sempurna
Kilap kaca, berbuih dengan HCl
Klorit HijauBerlembar,
memikaSempurn
a
Umumnya pada batuan metamorfik dan lapukan batuan beku basa
SerisitTidak
berwarna, putih
Tabular, berlembar
Sempurna
Kilap kaca berukuran halus
Asbes Putih, abu-abu
kehijauan
Menyerat, masa fiber asbestos
Kilap lemak
GarnetCoklat merah-
hitamPoligonal,
membutirTidak ada
Kilap kaca/mutiara
Halit
Tidak berwarna, putih kekuningan, merah
Kubus, masif, membutir
Sempurna
Sebagai garam evaporite
GypsumTidak
berwarna, putih
Memapan, membutir, menyerat
Sempurna
Lembar-lembar tipis
terjadi karena evaporasi
AnhidritPutih, abu-
abu, biru pucat
Massif, membutir
Sempurna
Karena evaporasi
DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU
Warna :Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif)
Struktur :Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll.
Tabel 2.2 . Dasar Penamaan Batuan Beki Asam – Intermediet
Berdasarkan Perbandingan K. Felspar Dengan Total
Plagioklas
Batuan Beku Asam
KF >2/3
Plagioklas
KF > 2/3<
Plagioklas
KF< 1/3
Plagiokla
Tekstur
Granulitas/Besar butir
Halus < 1 mm
Fanerik Afanitik
Derajat Kristalisasi
Holokristalin Holokristalin/Hipokristalin/Hipohyalin Holohyalin
Keseragaman Butir/Kristal
Equigranular InequigranularPorfiritik/Vitrofirik
Panidiomorfik Granular(Euhedral)
Hipidiomorfik Granular(Subhedral)
Alotriomorfik Granular(Anhedral)
Komposisi Mineral :Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)
Nama Batuan :Granitoid/Syenitoid/ Dioritoid, dll. (Gunakan diagram dari IUSGS)
Fenokris
Kasar 5 mm - 3 cm, Sedang 1 mm - 5 mm
s
Vulkanik Riolit Riodasit Dasit
Plutonik Granit Adamelit Granidiorit
Batuan Beku Intermediet
KF >2/3
Plagiokla
s
KF > 2/3<
Plagioklas
KF< 1/3
Plagiokl
as
Vulkanik Trachyt Trachyandesit Andesit
Plutonik Syenit Monzonit Diorit
Pengelompokan berdasarkan Teksturnya
Batuan Beku Basa
Vulkanik Basalt
Plutonik Gabro
Batuan Beku Ultrabasa
Plutonik Peridotite
dan Dunite
Tabel 2.3 Pembagian Batuan Beku dari Berbagai Aspek
VARIABEL DASAR
ULTRABASA
BASAINTERME
DIETASAM
SiO2 < 45%45 –
52%52 – 66% >66%
Warna Gelap Gelap Abu-abu Terang
Indeks warnaUltra mafik >
70%
Mafik (40 – 70%)
Mafelsik (10 – 40%)
Felsik ± 10%
Mineralogi
Hipermelanik (90% mafik)
Melanokratik (60-90%
mafik)
Mesokratik (30% mafik)
Leukokratik(30% mafik)
Magma / lava
- Encer Kental
- Holo- Hipokrist Holohialin
V
Kecenderungan tekstur
hipokristalin
alin
-
Vesikuler-skoria (kand. gas tinggi)
Vesikuler (kand.gas sedang)
Vesikuler (kand. gas rendah)
-Tak ada-
sedikit gelas
Gelas umum
Gelas umum-banyak
-Afirik-
porfiritik
PorfiritikPorfiritik;v
itroverik
Fenokris -
Olivin;piroksen;plagioklas basa;feldspatoid
Piroksen;hornblende;biotit; plagioklas
Biotit;<hornblende;kuarsa;plagioklas;feldspar alkali
Nama
BASALT/BASANIT/TEPRIT/SPILIT
ANDESIT/TRAKHIANDESIT/TRAKIT
DASIT/RIOLIT
P
Komposisi Mineral
Olivin; piroksen;plagioklas; spinel; hornblende
Olivin; piroksen;plagioklas basa
Hornblende; piroksen<<; plagioklas; biotit; feldspar; alkali; kuarsa<<
Biotit; kuarsa; feldspar alkali; hornblende<<plagioklas; muskovit
Tekstur Holokristalin
Nama
DUNIT, PERIDOTIT, HORNBLENDIT, SERPENTINIT
GABRO; DIABAS/DOLERIT
DIORIT, MONZONIT, SYENIT
GRANIT, ADAMELIT,GRANODIORIT
CONTOH DISKRIPSI BATUAN BEKU
1. Jenis Batuan : Batuan Beku Asam Plutonik
2. Warna : Coklat
3. Struktur : Masif
4. Tekstur :
Derajat Kristalisasi : Holokristalin
Derajat Granularitas:FanerikKasar(5–30 mm)
Kemas :
- B. Kristal : Eubhedral
- Relasi : Panidiomorfik Ganular
5. Komposisi : Orthoklas 40%
Kuarsa 35%
Plagioklas 10%
Biotit 7%
Hornblende 6%
6. Lain – lain: Mineral lain 2%
7. Nama Batuan: Granit
BAB II BATUAN PIROKLASTIK
Batuan piroklastik adalah batuan volkanik klastik
yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang
berkaitan dengan letusan gunungapi. Material
penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan /
terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi
(reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada
kenyataanya batuan hasil kegiatan gunungapi dapat
berupa aliran lava sebagaimana diklasifikasikan
dalam batuan beku atau berupa produk
ledakan/eksplosiv dari material yang bersifat padat,
cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.
1. KOMPONEN PENYUSUN BATUAN
PIROKLASTIK.
Fisher, (1984) dan Williams, (1982) mengelompokkan
material-material penyusun batuan piroklastik
menjadi:
A. Kelompok Material Esensial (Juvenil)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material
langsung dari magma yang diletuskan baik yang tadinya
berupa padatan atau cairan serta buih magma. Massa
yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok
piroklastik, massa cairan akan segera membeku selama
diletuskan dan cenderung membentuk bom piroklastik
dan buih magma akan menjadi batuan yang porous dan
sangat ringan, dikcnal dcngan batuapung.
B. Kelompok material Asesori (Cognate)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah biia
materialnya berasal dari endapan letusan sebelumnya
dari gunungapi yang sama atau tubuh volkanik yang
lebih tua.
C. Kelompok Asidental (Bahan Asing)
Yang dimaksud dengan material asidental adalah
material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua di
bawah gunung api tersebut, terutama adalah batuan
dinding di sekitar leher volkanik. Batuannya dapat
berupa batuan beku,endapan maupun batuan ubahan.
2. STRUKTUR & TEKSTUR BATUAN
PIROKLASTIK
Seperti halnya batuan volkanik lainnya, batuan
piroklastik mempunyai struktur vesikuler, skoria dan
amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke udara
dan kemudian terendapkan dalam kondisi masih panas,
berkecenderungan mengalami pengelasan antara
klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal
dengan pengelasan atau welded.
a. Ukuran Butir Pada Piroklastika
Ukuran butir (mm)Ukuran butir (mm) Nama klastika pijarnyaNama klastika pijarnya KeteranganKeterangan
6464
BomBom MembulatMembulat
BlokBlok MeruncingMeruncing
22 LapilusLapilus
0,040,04 DebuDebu
KasarKasar
HalusHalus
Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan
salah satu kriteria untuk menamai batuan piroklastik
tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan
piroklastika tersebut. Ada tiga cara kejadian endapan
piroklastika. Pengendapan yang dikarenakan gaya
beratnya dikenal dengan piroklastik jatuhan. Jenis
piroklastik ini umum terjadi di setiap gunungapi.
Struktur dan teksturnya menyerupai batuan endapan.
Dua kelompok piroklastik yang lain adalah piroklastik
aliran dan piroklastik hembusan.
3. Derajat Pembundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya
bagian tepi butiran pada batuan Sedimen Klastik
sedang dampai Kasar. Kebundaran dibagi menjadi:
Membundar Sempurna (Well Rounded), Hampir
semua permukaan cembung ( Ekuidimensional.)
Membundar (Rounded), Pada umumnya memiliki
permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran
cekung.
Agak Membundar (Subrounded), Permukaan
umumnya datar dengan ujung-ujung yang
membundar.
Agak Menyudut (Sub Angular), Permukaan datar
dengan ujung-ujung yang tajam
Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-
ujung butir runcing dan tajam
4. Derajat Pemilahan ( Sorting )
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir
penyusun batuan endapan / sedimen. Dalam pemilahan
dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini
diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang seragam pada
semua komponen batuan sediment.
Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan
pada batuan sediment yang memiliki besar butir yang
beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau
bahkan bongkah.
Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang
peneliti menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili
kenampakan yang agak seragam.
5.KOMPOSISI MINERAL BATUAN
PIROKLASTIK
A. Mineral-Mineral Sialis
Mineral-mineral sialis terdiri dari :
Kuarsa (Si02), ditemukan hanya pada
batuan gunungapi yang kaya kandungan silika atau
bersifat asam.
Felspar, baik alkali maupun kalsium feldspar (Ca)
Felspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi
jika kondisi larutan magma dalam keadaan tidak atau
kurang jenuh silika.
B. Mineral Ferromagnesian
Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe
dan Mg silikat yang kadang-kadang disusul oleh Ca
silikat. Mineral tersebut hadir berupa kelompok
mineral:
Piroksen, mineral penting dalam batuan gunung api
Olivin, merupakan mineral yang kaya akan besi dan
magnesium dan miskin silika.
Hornblende, biasanva hadir dalam andesit
Biotit, merupakan mineral mika yang terdapat dalam
batuan volkanik berkomposisi intermediet hingga asam.
C. Mineral Tambahan
Yang sering hadir adalah ilmenit dan magnetit. keduanva
merupakan mineral bijih. Selain itu seringkali didapati
mineral senyawa sulfida atau sulfur murni.
D. Mineral Ubahan
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali
muncul saat batuan terlapukkan atau terkena alterasi
hidrotermal. Mineral tersebut seperti: Klorit, epidot, serisit,
limonit,montmorilonit dan lempung, kalsit.
b. Matrik Nama Endapan dan Batuan Piroklastik
Berdasarkan Ukutan Butirnya
Ukuran butirUkuran butir
(mm)(mm)
BentukBentuk
butirbutir
Nama klastikaNama klastika
Nama endapan piroklastikNama endapan piroklastik
BelumterbatukanBelumterbatukan TerbatukanTerbatukan
MembulatMembulat BomBom Tepra bomTepra bom AglomeratAglomerat
6464 RuncingRuncing BlokBlok Tepra BlokTepra Blok BreksiBreksi
piroklastikpiroklastik
22 LapilusLapilus Tepra lapiliTepra lapili BatulapiliBatulapili
0,040,04 debudebu
KasarKasar Debu kasarDebu kasar Tuf kasarTuf kasar
HalusHalus Debu halusDebu halus Tuf halusTuf halus
CONTOH DISKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK
1. Jenis Batuan : Batuan Piroklastik
2. Warna : Abu-abu
3. Struktur : Masif
4. Tekstur : - Ukuran butir : Lapillus (0,04 – 2 mm)
- Derajat pembundaran : Menyudut
- Derajat pemilahan : Terpilah Buruk
- Kemas : Terbuka
5. Komposisi : - Mineral Sialis : Kuarsa
- Mineral Ferromagnesia : Hornblende
- Mineral Tambahan : Debu Halus
6. Nama Batuan : Batulapili
BAB III BATUAN VULKANIKLASTIK
Adalah suatu bangunan yang disusun oleh material-material
vulkanik yang bersifat klastik, terbentuk oleh berbagai
prosesfragmentasi, diangkut oleh berbagai media
transportasi dan diendapkan di suatu lingkungan
pengendapan serta dapat juga berupa percampuran dengan
fragmen-fragmen non vulkanik (Fisher, 1984).
Debu vulkanik dapat jatuh pada suatu cekungan
sedimentasi dimana sedimentasi sedang berlangsung,
sehingga percampuran terjadi dan membentuk sedimen
tufaan. Bila terkonsolidasi akan membentuk batuan
sedimen tufaan.
Batuan piroklastik dapat mengalami pelapukan kemudian
tererosi dan diendapkan dalam suatu cekungan sedimentasi
akan membentuk batuan epiklastik (vulkanik epiklastik).
Batuan ini kandungan glass shard sedikit. Sedangkan pada
batuan piroklastik kandungan glass shard lebih banyak.
1. Endapan Piroklastik tak terkonsolidasi
A.Bomb Gunung api
Adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai
ukuran lebih besar dari 64 mm dan sebagian atau
semuanya plastis pada waktu tererupsi. Conto Gunung
api Asama di Jepang pada tahun 1935 meletus
menghasilkan bom dengan diameter 5 m dengan berat
200 kg dengan hembusan setinggi 600 m.
B.Bock Gunung api (Volkanic Block)
Merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh
erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah
memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64
mm. Block-block ini selalu menyudut bentuknya atau
equidimensial.
C.Lapilli
Berasal dari bahasa latin lapillus yaitu nama untuk hasil
erupsi eksplosif gunung api yang berukuran 2mm-64mm.
Selain gelas atau fragmen batuan kadang-kadang terdiri
dari mineral augit, olivin dan plagioklas. Bentuk khusus
dari lapilli terdiri dari jatuhan lava diinjeksi dalam
keadaan sangat cair dan membeku di udara.
D.Debu Gunung api
Adalah batuan piroklastik yag berukuran 2mm-1/256mm
yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat
erupsi eksplosif. Tetapi ada juga debu gunung api yang
terjadi karena proses penggesekan pada waktu erupsi
gunung api.
2.Endapan Piroklastik yang terkonsolidasi
Merupakan akibat lithifikasi endapan piroklastik jatuhan;
A.Breksi Piroklastik
Adalah batuan yang disusun oleh block-block gunung api
yang telah mengalami konsolidasi lebih dari 50% serta
mengandung lebih kurang 25% lapilli dan abu.
B.Aglomerat
Adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi dari material
dengan kandungannya didominasi bom gunung api dimana
kandungan lapilli dan abu kurang dari 25%.
C.Batu Lapilli
Adalah batuan yang dominan terdiri dari fragmen lapilli
dengan ukuran 2-64 mm.
D.Tuff
Adalah endapan dari abu gunung api yang telah mengalami
konsolidasi dengan jumlah kandungannya 75% .
Batuan Akibat Lithifikasi Endapan
Piroklastik Aliran
A.Ignimbrit
Adalah batuan yang disusun oleh endapan material aliran
abu vulkanik. Material ini didominasi pecahan-pecahan
gelas dan batu apung yang dihasilkan dari pembekuan
buih-buih magma asam.
B.Breksi aliran Piroklastik
Adalah breksi yang dominan disusun oleh fragmen-
fragmen yang runcing serta tertransporasi akibat aliran
awan panas.
C.Vitric Tuff
Adalah batuan yang dihasilkan dari endapan piroklastik
aliran, terdiri dari fragmen abu dan lapilli, telah
mengalami lithifikasi dan belum terelaskan.
D.Welded Tuff
Adalah batuan piroklastik hasil dari piroklastik aliran yang
telah terlithifikasi dan merupakan bagian dari
ignimbrite(istilah ini umumdipakai di USA dan Australia).
Mekanisme Pembentukan Endapan
Piroklastik
1.Endapan Piroklastik Jatuhan
Yaitu onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara.
Conto; aglomerat, breksi, piroklastik, tuff, lapilli.
2.Endapan Piroklastik Aliran
Yaitu material piroklastik hasil langsung dari pusat erupsi,
kemudian teronggokan di suatu tempat. Aliran ini
umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500-650° C
dan suhunya cenderung menurun selama pengalirannya.
Penyebaran dan bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh
morfologi sebab sifat endapan tersebut adalah menutupi
dan mengisi cekungan. Conto aliran awan panas akibat
gunung meletus.
3.Endapan Piroklastik surge
Yaitu suatu awan campuran dari bahan padat dan gas (uap
air) yang mempunyai rapat masa rendah dan bergerak
dengan kecepatan tinggi secara turbulen di
atas`permukaan. Umumnya mempunyai pemilahan baik,
berbutir halus dan berlapis baik. Endapan ini mempunyai
struktur pengendapan primer seperti laminasi, perlapisan
silang siur, perlapisan bergelombang hingga planar conto
Awan panas gunung Merapi (Wedus gembel).
BAB IV BATUAN SEDIMEN
Pengertian umum mengenai batuan endapan /
sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi
bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia
maupun hasil kegiatan organisme.. Dimuka bumi ini
dibandingkan dengan batuan beku, batuan endapan /
sedimen sangatlah sedikit, ± 5 % volume walaupun
demikian penyebarannya di muka bumi menempati
lebih dari 65 % luasan. Oleh karena itu batuan endapan
merupakan lapisan tipis di kulit bumi.
Kenampakan yang paling menonjol dari jenis
batuan sedimen adalah perlapisan, struktur internal
dan eksternal lapisan, bahan rombakan yang tidak
kristalin, mengandung fosil dan masih banyak lagi.
Pada Sedimen yang Kristalin, umumnya monomineralik
dan tergolong ke dalam batuan Sedimen Non Klastik
seperti rijang, kalsit, gipsum dll
IV.1. PENGGOLONGAN DAN PENAMAAN
Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Batuan
Sedimen Klastik dan Batuan sedimen Non Klastik
A.Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat
pengendapan kembali rombakan batuan asal,
baik batuan beku, batuan metamorf ataupun
batuan sedimen yang lebih tua.Adapun
Fragmentasi batuan asal dimulai dari pelapukan, baik
mekanik maupun kimiawi ,lalu tererosi, tertransportasi
dan terendapkan pada cekungan pengendapan lalu
mengalami proses Diagenesa yaitu Proses perubahan-
perubahan pada temperatur rendah yang meliputi
Kompaksi, Sementasi, Rekristalisasi, Autigenesis, dan
Metasomatisme, Klastik yang bersifat Silikaan ( Breksi,
Konglomerat, Pasir, Lanau, Lempung ) dan Klastik yang
bersifat non Silikaan ( Kalsirudite, Kalkarenite,
kalsilutite )
B. Batuan Sedimen Non Klastik
Terbentuk dari Reaksi kimia atau kegiatan organisme.
Reaksi kimia yaitu Kristalisasi atau reaksi Organik
( Penggaraman unsur – unsur laut, pertumbuhan kristal
dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement.
Nonklastik bersifat Silikaan ( Rijang ) dan Non Klastik
bersifat Karbonatan ( Batu Gamping Nonklastik )
IV.2. PEMER1AN BATUAN SEDIMEN KLASTIK
Pemerian batuan sedimen klastik meliputi :
A. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan
ukuran dan bentuk butir serta susunannya (Pettijohn,
1975).
1. Ukuran Butir ( Grain Size )
Pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian besar
butir yang disampaikan oleh Wentworth, 1922, seperti
di bawah ini:
Ukuran
buti
r
(mm
)
Nama Butiran
Bhs. Indonesia Bhs Inggris
> 256 Bongkah Boulder
64 – 256 Brangkal Couble
4 –64 Kerakal Pebble
2 – 4 Kerikil Gravel
1 – 2
Pasir
Sangat
kasar
Sand
Very coarse
0,5 – 1 Kasar Coarse
0,25 –
0,5
Menengah Medium
0,125 –
0,25
Halus Fine
0,06 –
0,12
5
Sangat
halus
Very fine
0,004 –
0,06
Lanau Silt
> 0,004 Lempung Clay
2. Pemilahan ( Sorting )
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir
penyusun batuan endapan / sedimen. Dalam pemilahan
dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
Terpilah baik ( well sorted ). Kenampakan ini
diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang seragam pada
semua komponen batuan sediment.
Terpilah buruk ( poorly sorted ) merupakan kenampakan
pada batuan sediment yang memiliki besar butir yang
beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau
bahkan bongkah.
Derajat sortasi batuan
Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang
peneliti menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili
kenampakan yang agak seragam.
3. Kebundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya
bagian tepi butiran pada batuan sedimen klastik sedang
sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi
Membundar Sempurna ( Well Rounded,,) Hampir
semua permukaan cembung ( Ekuidimensional.)
Membundar ( Rounded), Pada umumnya memiliki
permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran
cekung.
Agak Membundar (Subrounded), Permukaan
umumnya datar dengan ujung-ujung yang
membundar.
Agak Menyudut ( Sub Angular ), Permukaan datar
dengan ujung-ujung yang tajam
Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-
ujung butir runcing dan tajam
Bangun Butiran Sedimen
Derajat Kebundaran Butiran
4. Kemas ( Fabric )
Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir pada
batuan Sedimen. Batuan sediment yang memiliki kemas
tertutup memiliki sedikit ruang antar butir dan
sebaliknya batuan sediment yang berkemas terbuka
berarti bahwa banyak ruang atau rongga antar butir
yang cendrung tertutup yang memilki ukuran butir
pasir halus hingga lempung karena pada ukuran
tersebut cendrung sekali memiliki ruang antar butiran.
B.Struktur Sedimen
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari
perlapisan normal dari batuan sedimen yang diakibatkan
oleh proses pengendapan dan keadaan energi
pembentuknya. Studi Struktur paling baik dilakukan di
lapangan ( Pettijhon, 1975 ). Berdasarkan asalnya,
struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi
tiga macam yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan
mekanisme pengendapannya. Struktur sediment primer
antara lain : perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan
silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk setelah Proses sedimentasi, sebelum atau
setelah diagenesa. Menunjukkan keadaan lingkungan
pengendapanmya. Contoh Struktur sedimen sekunder
antara lain : Cetak beban, cetak suling dll.
3. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti
molusca, cacing atau binatang lainnya. Struktur organic
antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-
lain.
Struktur batuan sedimen yang penting adalah perlapisan.
Struktur ini umum terdapat pada batuan Sedimen Klastik
yang terbentuknya disebabkan beberapa faktor antara
lain:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya
struktur perlapisan adalah :
Adanya perbedaan warna mineral.
Adanya perbedaan ukuran besar butir.
Adanya perbedaan komposisi mineral.
Adanya perubahan macam batuan.
Adanya perubahan struktur sedimen
Adanya perubahan kekompakan
Macam - Macam Perlapisan :
1. Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam ( Pettijohn & Potter,
1964 ) atau ketebalan lebih dari 120 cm. ( Mc. Kee & Weir,
1953 )
2. Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yamh sejajar.
3. Laminasi :
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1
cm. Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.
4. Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus
ke kasar pada arah vertical,
5. Perlapisan Silang Siur
perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan
yang berada di atas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh
bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang
berubah-ubah.
Pada Bidang Perlapisan
Macam – macam yang penting antara lain :
Gelembur gelombang, terbentuk sebagai akibat pergerakan air
atau angin
Rekah kerut , rekahan pada permukaan bidang perlapisan
sebagai akibat proses penguapan
Cetak suling , cetakan sebagai akibat pengerusan media
terhadap batuan dasar
Cetak beban , cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang
masih plastis.
Bekas jejak organisme , bekas rayapan, rangka, apun tempat
berhenti binatang
Tabel bentuk-bentuk lapisan sedimen
Pembagian lapisan berdasarkan ketebalannya (Mc.
Kee & Weir, 1953)
Ketebalan (cm) Penamaan lapisan
sedimen
> 120 Lapisan sangat
tebal
60 – 120 Lapisan tebal
5 – 60 Lapisan tipis
1 – 5 Lapisan sangat
tipis
0,2 – 1 Laminasi
< 0,2 Laminasi tipis
5. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat
dibedakan menjadi :
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih
besar, dapat berupa pecahan-pecahan batuan, mineral,
cangkang fosil dan zat organic.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari
fragmen dan terletak diantaranya sebagai masa dasar.
Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral atau fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar
butir sediment, dapat berbentuk Amorf atau Kristalin..
Bahan bahan semen yang lazim adalah :
Semen karbonat (kalsit dan
dolomite)
Semen Silika (kalsedon, kuarsit)
Semen oksida besi (limonit,
hematit dan siderit)
Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen
umumnya tidak hadir karena tidak adanya rongga
antar butiran.
V. PEMERIAN BATUAN SEDIMEN
NONKLASTIK
Pemerian batuan sedimen Non Klastik didasarkan pada :
1. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi :
a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk
pemeriannya menggunakan skala Wenthworth dengan
modifikasi sebagai berikut :
Nama Butir Besar Butir
( mm )
Berbutir kasar > 2
Berbutir sedang 1/16 – 2
Berbutir halus 1/256 – 1/16
Berbutir sangat
halus
< 1/256
b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal
kristal atau metamorf
2. Struktur
Struktur batuan sedimen Non klastik terbentuk oleh reaksi
kimia maupun aktifitas organisme.
Macam-macamnya :
a. Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya fosil
b. Oolitik, struktur dimana fragmen klastikdiselubungi oleh
mineral non klastik, bersifat konsentrisdengan diameter
kurang dari 2 mm.
c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran daimeternya
lebih dari 2 mm.
d. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
e. Cone in cone, strutur pada batu gamping kristalin berupa
pertumbuhan kerucut per kerucut.
f. Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu .
g. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
h. Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi
lempungan. Ciri khasnya adalah adanya rekahan-
rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan
tersebut karena proses dehidrasi yang emuia celah-
celahnya terisi oleh mineral karbonat.
i. Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa
rongga-rongga yang terisi oleh kristal-kristal yang
tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat
berupa kalsit maupun kuarsa.
j. Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping
sebagai hasil pelarutan.
3 . Komposisi Mineral
Monomineralik Karbonat
V.2. PEMERIAN BATUAN SEDIMEN KARBONAT
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisiBatuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi
yang dominan yang dominan (lebih dari 50%)(lebih dari 50%) terdiri dari mineral- terdiri dari mineral-
mineral atau garam-garam karbonat, yang dalammineral atau garam-garam karbonat, yang dalam
praktek secara umum meliputi batugamping danpraktek secara umum meliputi batugamping dan
dolomite.dolomite.
Batugamping Klastik :Batugamping Klastik :
Adalah Batugamping yang terbentuk dari pengendapanAdalah Batugamping yang terbentuk dari pengendapan
kembali detritus batu gamping asal. kembali detritus batu gamping asal. Contoh : Kalsirudit,Contoh : Kalsirudit,
Kalkarenit, KalsilutitKalkarenit, Kalsilutit
Batugamping Non KlastikBatugamping Non Klastik
Terbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organismeTerbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organisme
dan umum monomineralik. dan umum monomineralik. Dapat dibedakan : Dapat dibedakan :
Hasil biokimiaHasil biokimia : bioherm, biostorme: bioherm, biostorme
Hasil larutan kimiaHasil larutan kimia : travertine, tufa. : travertine, tufa.
Hasil replacementHasil replacement : batu gamping fosfat, batu : batu gamping fosfat, batu
gamping,Dolomit, gamping,Dolomit,
batugamping silikat,dll. batugamping silikat,dll.
V.2. PEMERIAN KARBONAT KLASTIKV.2. PEMERIAN KARBONAT KLASTIK
Pemeriannya meliputi tekstur, struktur dan komposisiPemeriannya meliputi tekstur, struktur dan komposisi
mineral. mineral.
1.1. Tekstur Tekstur
Pemeriannya meliputi Tekstur, Struktur dan Komposisi Mineral.
Nama butirNama butir Ukurun butir (mm)Ukurun butir (mm)
RuditeRudite >1>1
ArenitArenit 0,062 –10,062 –1
LutiteLutite < 0,062< 0,062
2.2. StrukturStruktur
Pemerian sama dengan batuan sedimen klastik.Pemerian sama dengan batuan sedimen klastik.
3.3. KomposisiKomposisi
Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanyaTerdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya
terdapat perbedaan istilah ( Folk, 1954 ), meliputi :terdapat perbedaan istilah ( Folk, 1954 ), meliputi :
AllochemAllochem : sama seperti fragmen pada batuan sedimen : sama seperti fragmen pada batuan sedimen
klastik. klastik.
Macam – macam AllochemMacam – macam Allochem : :
-- Kerangka organisme (skeletal),Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang berupa cangkang
binatang atau kerangka hasil pertumbuhan.binatang atau kerangka hasil pertumbuhan.
-- InterclasInterclas , merupakan butiran – butiran dari hasil , merupakan butiran – butiran dari hasil
abrasi batugamping yang telah ada.abrasi batugamping yang telah ada.
-- Pisolit Pisolit , merupakan butiran-butiran oolit berukuran, merupakan butiran-butiran oolit berukuran
lebih dari 2 mm. lebih dari 2 mm.
-- PelletPellet , Fragmen menyerupai oolit tetapi tidak , Fragmen menyerupai oolit tetapi tidak
menunjukkan struktur konsentris .menunjukkan struktur konsentris .
Mikrit : Mikrit :
Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikron, berupaMerupakan agregat halus berukuran 1-4 mikron, berupa
kristal-kristal karbonat terbentuk secara biokimia ataukristal-kristal karbonat terbentuk secara biokimia atau
kimia langsung dari presipitisasi dari air laut dan mengisikimia langsung dari presipitisasi dari air laut dan mengisi
rongga antar butir. rongga antar butir.
Sparit :Sparit :
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir danMerupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan
rekahan, berukuran halus (0,02-0,1 mm), dapat terbentukrekahan, berukuran halus (0,02-0,1 mm), dapat terbentuk
langsung dari sedimentasi secara insitu ataulangsung dari sedimentasi secara insitu atau
rekristalisasidari mikrit.rekristalisasidari mikrit.
V.3. PEMERIAN KARBONAT NON KLASTIKV.3. PEMERIAN KARBONAT NON KLASTIK
Pemeriannya sama dengan pemerian batuan sedimen NonPemeriannya sama dengan pemerian batuan sedimen Non
Klastik lainnya hanya saja dalam jenis batuan memakaiKlastik lainnya hanya saja dalam jenis batuan memakai
Karbonat Non KlastikKarbonat Non Klastik
Tabel nama-nama batuan karbonatTabel nama-nama batuan karbonat
BATUAN KARBONATBATUAN KARBONAT
KlastikKlastik Non KlastikNon Klastik
DominasiDominasi rombakanrombakan KarbonatKarbonat
DominasiDominasi
rombakanrombakan fosilfosil
PertumbuhPertumbuhanan terumbuterumbu
KristalinKristalin
> 2> 2 mmmm
1–1–00,,0066 mmmm
<< 00,,0066 mmmm
KalsirudiKalsiruditt
KalkarenKalkarenitit
KalsilutitKalsilutit
BatugampiBatugampingng BioklastiBioklastikk
BatugampinBatugampingg terumbuterumbu
BatugampiBatugampingng KristalinKristalin
Tabel Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn, 1973Tabel Klasifikasi batupasir menurut Pettijohn, 1973
Semen atauSemen atau matrikmatrik
MatrikMatrik rombakanrombakan dominan (>dominan (> 15%)15%) semensemen tidak adatidak ada
Matrik rombakan tak ada / jarangMatrik rombakan tak ada / jarang (<15%, pori-pori kosong / diisi(<15%, pori-pori kosong / diisi semensemen
FrakFraksisi papasirsir atatauau rorommbabakakann
FeldspFeldsparar lebilebihh besbesarar daridari FraFragmegmenn barbaruanuan
GG
RR
AA
YY
CC
KK
EE
GRAYGRAYWAWACKCKEE
FELDFELDSPSPATIATIKK
AA
RR
KK
OO
SS
EE
SUBARKOSESUBARKOSE /BATUPAS/BATUPASIRIR FELDSPAFELDSPATIKTIK
RR
II
JJ
ANANGG
FragmFragmenen batbatuanuan lebilebihh besbesarar daridari feldfeldspasparr
GRAYGRAYWAWACKCKEE
LITIKLITIK
BATUPASIR LITIKBATUPASIR LITIK
SUBSUB
GRAYGRAY
WACKWACK
EE
PROTOPROTO
KUARKUAR
SITSIT
RR
II
JJ
ANAN
GG
KanduKandu
nganga
nn
kuakua
rsarsa
VariabVariab
elel
BiasanBiasan
yaya
< 75%< 75%
< 75%< 75%
> 75% - > 75% -
< 95%< 95%
>>
99
55
%%
CONTOH DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN KLASTIK
1. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik2. Warna : Coklat3. Struktur : Laminasi4. Tekstur : - Ukuran butir: Pasir Halus (0,125 – 0,25 mm)
- Derajat pembundaran : Rounded - Derajat pemilahan : Baik - Kemas : Tertutup
5. Komposisi : - Fragmen : Kuarsaa. Matrik : Hornblendeb. Semen : Silika
6. Nama Batuan : Batupasir Silikaan
CONTOH DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK
1. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik2. Warna : Coklat3. Struktur : Masif4. Tekstur : Amorf5. Komposisi : Monomeneralik Silika6. Nama Batuan : Rijang ( SiO2 )
CONTOH DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN KARBONAT KLASTIK
1. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Klastik2. Warna : Coklat3. Struktur : Masif
4. Tekstur : - Ukuran butir : Arenite ( 0,062 – 1
mm )
- Derajat pembundaran : Rounded
- Derajat pemilahan : Baik
- Kemas : Tertutup
5. Komposisi : - Allochem : Interclast
c. Mikrit : Kalsit
d. Sparit : Karbonat
6. Nama Batuan : Kalkarenite
CONTOH DISKRIPSI BATUAN SEDIMEN
KARBONAT NONKLASTIK
1. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Non Klastik
2. Warna : Coklat
3. Struktur : Fossiliferous
4. Tekstur : Amorf
5. Komposisi : Monomeneralik Karbonat
6. Nama Batuan : Batugamping Berfosil
BAB VI BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan – perubahan
fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Proses
metamorf terjadi dalam keadaan padat dengan
perubahan kimiawi dalam batas- batas tertentu saja dan
meliputi proses – proses rekristalisasi, orientasi dan
pembentukan mineral – mineral baru dengan
penyusunan kembali elemen – elemen kimia yang
sebenarnya telah ada.
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman
kerak bumi (3 – 20km) yang keseluruhannya atau
sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa
melalui fasa cair. Proses metamorfosa suatu proses yang
tidak mudah untuk dipahami karena sulitnya menyelidiki
kondisi di kedalaman dan panjangnya waktu.
Proses perubahan yang terjadi di sekitar muka bumi seperti
pelapukan, diagenesa, sementasi sedimen tidak termasuk
ke dalam pengertian metamorfosa.
VI.1. TIPE-TIPE METAMORFOSA
A.Metamorfosa Lokal
Metamorfisme Kontak/thermal
Panas tubuh batuan intrusi yang diteruskan ke batuan
sekitarnya, mengakibatkan metamorfosa kontak dengan
tekanan berkisar antara 1000 – 3000 atm dan temperatur
300 – 8000C. Pada metamorfisme kontak, batuan sekitarnya
berubah menjadi hornfels atau hornstone (batutanduk).
Susunan batu tanduk itu sama sekali tergantung pada
batuan sediment asalnya (batulempung) dan tidak
tergantung pada jenis batuan beku di sekitarnya. Pada tipe
metamorfosa lokal ini, yang paling berpengaruh adalah
faktor suhu disamping faktor tekanan, sehingga struktur
metamorfosa yang khas adalah non foliasi, antara lain
hornfels itu sendiri.
Metamorfisme dislokasi/dinamik/kataklastik
Batuan ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi,
seperti di sekitar sesar. Pergerakan antar blok batuan
akibat sesar memungkinkan akan menghasilkan breksi
sesar dan batuan metamorfik dinamik.
B.Metamorfosa regional
Metamorfisme Regional Dinamotermal
Metamorfosa regional terjadi pada daerah luas akibat
orogenesis. Pada proses ini pengaruh suhu dan tekanan
berjalan bersama-sama.Tekanan yang terjadi di daerah
tersebut berkisar sekitar 2000 – 13.000 bars ( 1 bar = 10 6
dyne/cm2), dan temperatur berkisar antara 200 – 8000.C.
Metamorfisme Beban
Metomorfisme regional yang terjadi jika bauan terbebani oleh
sedimen yang tebal di atasnya. Tekanan mempunyai
peranan yang penting daripada suhu. Metamorfisme ini
umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun perlipatan
sebagaimana pada metamorfisme dinamotermal.
Metamorfisme regional beban, tidak berkaitan dengan
kegiatan orogenesa ataupun intrusi magma. Temperatur
pada metamorfisma beban lebih rendah daripada
metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 400 – 450 oC.
gerak-gerak penetrasi yang menghasilkan skistositas hanya
aktif secara setempat, jika tidak, biasanya tidak hadir.
Metamorfisme Lantai Samudera
Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai
pembentukannya di punggungan tengah samudera.
Perubahan mineralogy dikenal juga metamorfisme
hidrotermal (Coomb), 1961. dalam hal ini larutan panas
(gas) memanasi retakan-retakan batuan dan menyebabkan
perubahan mineralogi batuan sekitarnya. Metamorfisme
semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur dalam
batuan yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal
dengan metasomatisme.
VI.2. PEMERIAN BATUAN METAMORF
A. Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dapat dibagi menjadi 2
golongan besar, yaitu :
1. Struktur Foliasi (schistosity) :
Dimana mineral baru menunjukkan penjajaran mineral yang
planar. Seringkali terjadi pada metamorfisme regional dan
kataklastik. Struktur foliasi yang menunjukkan urutan
derajad metamorfosa dari rendah ke tinggi :
a.Slatycleavage
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke
metamorfik, sangat halus dan keras, belahannya rapat,
mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan
warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Umumnya
dijumpai pada batuan sabak/slate.
b.Filitik/Phylitik
Rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleafage, lebih
mengkilap daripada batusabak, mineral mika lebih
banyak dibanding slatycleafage. Mulai terdapat mineral
lain yaitu tourmaline. Contoh batuannya adalah filit.
c. Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari
metamorfose regional, sangat jelas keping-kepingan
mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit
dan mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan
antara mineral pipih dengan mineral granular dimana
mineral pipih lebih banya daripada mineral granular.
orientasi penjajaran mineral pipih menerus
d.Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajad paling tinggi,
dimana dimana terdapat mineral mika dan mineral
granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak
menerus/terputus.
2. Struktur Non Foliasi :
Dimana mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral
yang planar. Seringkali terjadi pada metamorfisme
kontak/termal. Pada struktur non foliasi ini hanya ada
beberapa pembagian saja, yaitu :
a.Granulose/Hornfelsik
Merupakan mozaik yang terdiri dari mineral-mineral
equidimensional serta pada jenis ini tidak ditemukan
tidak menunjukkan cleavage (belahan). Contohnya antara
lain adalah marmer, kuarsit.
b.Liniasi
Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa
mineral-mineral menjarum dan berserabut, contohnya
seperti serpentin dan asbestos.
c. Kataklastik
Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran
terhadap batuan asal yang mengalami metamorfosa
dynamo.
d.Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya
butirannya lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti
skistose. Struktur ini sebagai salah satu ciri adanya sesar.
e. Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya
lebih halus lagi.
f. Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan
asalberbentuk lensa tertanam pada masa dasar milonit.
g.Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser,
hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldpar,
dalam masa dasar yang lebih halus.
B. Tekstur
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa
yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana
padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair.
Karena itu kristal yang terjadi disebut blastos. Tekstur
pada batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kristaloblastik
Yaitu tektur pada batuan metamorf yang samasekali baru
terbentuk pada saat proses metamorfisme dan tekstur
batuan asal sudah tidak kelihatan.
1. Porfirobalstik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana
terdapat masa dasar dan fenokris, hanya dalam
batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.
2. Granoblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana butirannya
seragam.
3. Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling
sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular.
4. Nematoblastik
Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah
hanya mineral-mineralnya berbentuk prismatis,
menyerat dan menjarum.
5. Idioblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-
mineral pembentuknya berbentuk euhedral (baik).
6. Hipidiobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-
mineral pembentuknya berbentuk subhedral
(sedang).
7. Xenobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-
mineral pembentuknya berbentuk
anhedral(buruk).
b. Palimsest (Tekstur Sisa)
1. Blastoporfiritik
Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku)
yang masih nampak.
2. Blastofitik
Sisa tektur ofitik pada batuan asal (batuan beku)
yang masih nampak.
3. Blastopsepit
Tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir lebih besar dari pasir (psepit).
4. Blastopsamit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang
mempunyai ukuran butir pasir (psemit).
5. Blastopellit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang
mempunyai ukuran butir lempung (pelit).
VI.3. KOMPOSISI MINERAL
Berdasarkan bentuk kristal / mineralnya, dibagi menjadi :
1. Mineral Stress
Adalah mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana
mineral ini berbentuk pipihatau tabular, prismatik.
Mineral ini tumbuh memanjang dengan kristal tegak
lurus gaya.
Contohnya : Mika, Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan,
Horblende, Serpentin, Silimanit, Kyanit,
Antofilit.
2. Mineral Antistress
Adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi
tekanan, umumnya berbentuk equidimensional.
Contohnya : Kuarsa, Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldpar,
Kordierit, Epidot.
Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral ini khas
muncul pada jenis metamorfisme tertentu seperti :
a. Pada metamorfisme regional
Kyanit, Staurolit, Garnet, Silimanit, Talk, Glaukofan.
b. Pada metamorfisme termal
Garnet, Andalusit, Korondum.
VI.4. PENAMAAN BATUAN METAMORF
Penamaan batuan metamorfik dimaksudkan untuk
mengenali dan memberikan informasi yang berarti pada
batuan tersebut. Ada 5 kriteria utama dalam
penamaannya, yaitu :
1. Asal batuan semula
2. Mineralogi batuan metamorf
3. Tektsur
4. Penamaan secara khusus
5. Tekstur dan mineralogy
Istilah metabasit, metapelit adalah batuan metamorf yang berasal
dari batuan beku dan batuan sedimen, metasedimen,
metabatupasir, metagranit, semua mengisyaratkan batuan
semula. Skis, Gneis, Hornfels, filit adalah penamaan
berdasarkan pada terktur batuan metamorf tersebut. Kuarsit,
Serpentinit, adalah penamaan berdasarkan mineralogi.
Slate adalah batuan metamorf derajad sangat rendah,
disusun oleh mineral pilosilikat sangat halus tersusun
membentuk orientasi kesejajaran yang memperlihatkan
lembaran.
Filit adalah bertektur skistose tetapi disusun oleh mineral
pilosilikat yang halus (dalam ukuran 0,1-1 mm)
Sekis ditandai dengan penjajaran mineral pipih berukuran
>1 mm sehingga mudah dikenali dengan mata telanjang. Pada
sekis tampak kehadiran mineral pipih lebih melimpah
daripada mineral granular.
Genes berkristal sangat besar, dapat mencapai beberapa
milimeter dan mineral tabularnya memperlihatkan foliasi.
Batuan ini didominasi oleh mineral granular daripada mineral
pipih (tabular/prismatik) yang menjajar. Istilah ortogenes
dipakai untuk genes yang berasal dari batuan beku dan
paragenes untuk genes yang berasal dari batuan sedimen.
Milonit merupakan batuan metemorf kataklastik yang
disusun oleh matrik antara 50 hingga 90 % dan sisanya berupa
porfiroklas. Jika hampir keseluruhan terdiri dari matriks dan
porfirokals kurang dari 10 % maka disebut ultra milonit.
Pilonit adalah batuan metamorf kataklastik yang kaya akan
mineral pilosilikat yang secara khas memperlihatkan seperti
slate. Sedangkan batuan metamorfik yang bertekstur
granoblastik di sekitar interusi dikenal dengan hornfels.
Berikut adalah nama-nama batuan metamorf berdasarkan
penamaan yang khas padanya :
Sekis Hijau adalah batuan metamorf yang berasal dari
batuan beku basa, berwarna hijau, berfoliasi, berderajad
endah, umumnua disusun oleh klorit, epidot, aktinolit.
Sekis Biru adalah berasal dari batuan beku, berwarna gelap
kebiruan, pada derajad sangat rendah, tekstur berfoliasi,
warnanya berasal dari melimpahnaya amfibol Na terutana
glaukofan dan krosit.
Amfibolit utamanya disusun oleh mineral hijau gelap,
horblende dan plagioklas dengan ditambah berbagai mineral
aksesori.
Serpentinit adalah batuan berwarna hijau, hitam atau
kemerah-merahan, disusun secara mencolok oleh serpentin.
Batuan ini berasal dari batuan beku ultrabasa.
Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama garnet
dan amfasit (piroksen klino hijau rumput) tanpa plagioklas
dengan sedikit mineral aksesori kuarsa, kyanit, amfibol, zeosit
dan rutile.
Granulit adalah batuan metamorf dicirikan dengan tekstur
granobalstik, berukuran butir seragam bahkan membentuk
kristal yang sempurna (poligonal) dan mineral penyusunnya
terbentuk pada temperatur tinggi seperti feldpar, piroksen,
amfibol.
Magmatit adalah pencampuran batuan metamorf, skis atau
gneis pada derajad tinggi berselang seling dengan urat-urat
batuan beku berkomposisi granitik hasil anateksis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Blatt, H. Middleton, dan G. murray.R., 1979, Origin of
Sedimentary Rock, Prentice-Hall, Englewood, Dlifs.
2. Fisher R.V. dan Schminche H.V., 1984, Pyroclastic Rock, Mc.
Graw Hill Book Company, New york.
3. Huang,W.T., 1962, Petrology, Mc.Graw Hill Book Company,
New york, San Fransisco, Toronto, London.
4. Jackson K.C., 1970, Text Book of Lithology, Mc. Graw Hill
Book Company, New york.
5. Koesoemadinata, R.P., 1981, Prinsip-Prinsip Sedimentasi,
Departemen Teknik geologi, ITB.
6. Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rocks, Third Edition,
Marker and Bow publisher.
7. Turner, F.J..Verhoogen, 1960, Igneous and Metamorphic
Rock, second Edition, Mc. Draw Hill Book
Company.
8. Williams,H., Turner, F.J., dan Gilbert, C.M., 1982,
Petrography, W.M. Freeman and co.San Fransisco.
9. Winkler H.G.F., 1957, Petrogenesis of Metamorphic Rocks,
second Edition, Springer-Verlag, New York Inc.
10. Yardley B.W.D, 1989, An Introduction to Metamorphic
Petrology, first edition, John Wiley and Sons Inc.