Materi Angkutan Udara
description
Transcript of Materi Angkutan Udara
1
BAHAN PAPARAN
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA (PERMENHUB NO.KM.25/2008)
I. Ketentuan Umum II. Jenis dan Persyaratan Kegiatan Angud III. Jaringan dan Rute Penerbangan IV. Angud Dalam Negeri V. Angud Luar Negeri VI. Kerjasama Angud Niaga VII. Pencabutan Izin Angud VIII.Penggunaan Pesawat Udara 2
I. KETENTUAN UMUM Angkutan Udara adalah :
setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara utk mengangkut penumpang, kargo dan pos utk satu perjalanan atau lebih dari satu bandara ke bandara yg lain atau beberapa bandara.
3
Angud Niaga adalah : Angkutan udara untuk umum dengan memungut pembayaran
Angud Niaga Bukan Niaga adalah : Angkutan Udara 7dak untuk umum tanpa memu-‐ ngut bayaran dan hanya digunakan untuk menun-‐ jang kegiatan pokoknya. Angud Perin7s adalah : Angud niaga yg melayani jaringan dan rute pe-‐ nerbangan utk menghubungkan daerah terpencil dan pedalaman atau daerah yg sukar terhubungi.
4
ANGUD NIAGA BERJADWAL adalah : Angud Niaga yg dilakanakan pada rute dan jadwal penerbangan yg tetap dan teratur dgn tarif terrtentu dan dipublikasikan. RUTE PENERBANGAN adalah : Lintasan pesawat udara dari bandara asal ke bandara tujuan melalui jalur penerbangan yg telah ditetapkan. JARINGAN PENERBANGAN adalah : Kumpulan dari rute penerbangan yang merupakan satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan udara.
5
II. JENIS DAN PERSYARATAN KEGIATAN ANGUD
A. Jenis Kegiatan Angud 1. Angud Niaga
a. Berjadwal b. Tidak Berjadwal 2. Angud Bukan Niaga B. Persyaratan Kegiatan Angud Niaga C. Persyaratan Kegiatan Angud Bukan Niaga
6
IZIN USAHA melipu7 : 1. Izin usaha angud niaga berjadwal 2. Izin usaha angud niaga 7dak berjadwal PERSYARATAN UTK MENDAPATKAN IZIN USAHA KEGIATAN ANGUD NIAGA 1. Akte Pendirian perusahaan dalam bentuk PT 2. NPWP 3. Surat Keterangan Domisili 4. Srt Persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal 5. Tanda buk7 modal yg disetor 6. Garansi/Jaminan Bank. 7. Rencana Bisnis. 7
Persyaratan izin utk Kegiatan Angud Bukan Niaga : 1. Izin dari instansi yg membina kegiatan pokoknya. 2. Akte Pendirian Perusahaan bagi yg berbentuk BHI. 3. NPWP. 4. Srt Keterangan Domisili. 5. Rencana Kegiatan Angud melipu7, a. Kegiatan pokoknya. b. Tujuan penggunaan pesawat udara. c. Daerah Operrasi. d. Jenis dan jumlah pswt udara yg akan dioperasikan e. Kesiapan operasi.
8
Jenis dan Jumlah Pesawat Udara yg akan dioperasikan 1. Angud Niaga berjadwal : minimal 2 unit pesawat udara dimiliki dan 3 unit pesawat dikuasai dgn jenis yg mendukung kelangsungan usaha. 2. Angud Niaga tdak berjadwal : minimal 1 unit pesawat udara dimiliki dan 2 unit pesawat dikuasai dgn jenis yg mendukung kelangsungan usaha. 3. Angud Niaga Khusus Kargo : minimal 2 unit pesawat udara dikuasai. 9
III. JARINGAN DAN RUTE PENERBANGAN
A. Jaringan Penerbangan Dalam Negeri B. Jaringan Penerbangan Luar Negeri
10
IV. ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI
A. Angud Niaga Berjadwal utk Penumpang B. Angud Niaga Tdk Berjadwal utk Penumpang C. Angud Niaga Khusus Kargo D. Angud Bukan Niaga E. Angud Perintis
11
V. ANGKUTAN UDARA LUAR NEGERI A. Pelaksanan Kegiatan Angud Luar Negeri B. Angud Luar Negeri oleh Perusahaan Nasional 1. Angud Niaga Berjadwal Luar Negeri 2. Angud Niaga Tdk Berjadwal Luar Negeri 3. Angud Niaga Khusus Kargo Luar Negeri 4. Angud Bukan Niaga Luar Negeri C. Angud Luar Negeri oleh Perusahaan Asing 1. Angud Niaga Luar Negeri 2. Angud Niaga Khusus Kargo Luar Negeri 3. Kegiatan Angud Bukan Niaga
12
VI. KERJASAMA ANGUD NIAGA A. Joint Opera7on B. Code Sharing C. Kerjasama Komersial Lainnya VII. PENCABUTAN IZIN ANGUD ( slide 23 ) VIII. PENGGUNAAN PESAWAT UDARA
13
PENGGUNAAN PESAWAT UDARA Pesawat udara yg dapat digunakan di dalam wilayah Republik Indonesia adalah pesawat udara regristrasi Indonesia Pesawat udara regristrasi asing yg perolehannya atas dasar sewa tanpa awak hanya dapat dipergunakan untuk angkutan udara niaga luar negeri oleh perusahaan angkutan udara nasional
14
JARINGAN DAN RUTE
– Jaringan penerbangan melipu7 : a. Jaringan Penerbangan Luar Negeri; b. Jaringan Penerbangan Dalam Negeri.
– Dalam Negeri terdiri : 1) Rute Utama 2) Rute Pengumpan 3) Rute Perin7s
15
• Rute Utama : Rute menghubungkan antar bandara berfungsi sbg pusat penyebaran
• Rute Pengumpan : Penunjang rute utama menghubungkan : a. Bandara sbg pusat penyebaran dgn bandar berfungsi bukan
sbg pusat penyebaran. b. Antar bandara berfungsi bukan sbg pusat penyebaran.
• Rute Perin7s : Rute menghubungkan antar daerah terpencil dan pedalaman serta daerah yg sukar terhubungi moda transportasi lain.
16
• Izin usaha berlaku selama pemegang izin masih menjalankan kegiatan usaha angud secara nyata dan terus menerus mengoperasikan pesawat udara dan se7ap 3 thn di evaluasi.
Izin usaha terdiri atas : a) Izin usaha angkutan udara niaga berjadwal; b) Izin usaha angkutan udara niaga 7dak
berjadwal.
17
• Jaringan dan rute penerbangan dalam negeri, ditetapkan oleh Menteri memperha7kan keterpaduan intra dan antar moda.
• Luar negeri, berdasarkan per-‐janjian bilateral dan mul7lateral.
• Pe r j an j i an b i l a t e r a l a t au mu l7 l a t e r a l , memperha7kan permintaan jasa angkutan udara serta jaringan dan rute penerbangan dalam negeri.
18
• Pembukaan rute baru berjadwal dalam negeri memper7mbangkan : 1) Permintaan jasa angkutan udara;
2) Tersedianya fasilitas bandar udara. • Penambahan kapasitas memper7mbangkan : 1) Kelayakan faktor muatan rata-‐rata; 2) Tersedianya fasilitas bandar udara.
19
Izin Usaha Angkutan Udara Niaga • Usaha angkutan udara niaga berjadwal dan angkutan udara niaga tdk berjadwal dilakukan oleh :
a) Badan Usaha Milik Negara;
b) Badan Usaha Milik Swasta yang berbentuk badan hukum; c) Koperasi.
• Wajib memiliki izin usaha angkutan udara niaga.
20
• Penilaian permohonan izin usaha memperha7kan :
a) Kelangsungan usaha; b) Keseimbangan antara permintaan dan penawaran jasa; c) Terlayaninya seluruh rute yang telah ditetapkan.
• Diajukan secara tertulis kepada Menteri. • Menteri memberikan izin usaha apabila memenuhi persyaratan
dan berdasarkan penilaian yang dinyatakan layak.
21
• Pemberian penolakan diberikan jangka waktu 60 (enam puluh) hari.
• Pemegang izin, melakukan kegiatan sesuai dengan rute yang ditetapkan.
• Pemegang izin, dapat melakukan kegiatan 7dak berjadwal dalam negeri dan atau luar negeri.
22
• Perusahaan yg telah mendapatkan izin diwajibkan : a) Melakukan kegiatan usahanya; b) Mematuhi ketentuan wajib angkut; c) Melaporkan kepada Menteri apabila terjadi
perubahan data; d) Melaporkan kegiatan angkutan se7ap bulan; e) Mematuhi ketentuan-‐ketentuan di bidang teknis,
operasi keselamatan penerbangan.
23
Pencabutan Izin Usaha Angkutan Udara Niaga
• Izin usaha dicabut apabila melanggar salah satu ketentuan. • Pencabutan izin melalui proses peringatan tertulis 3 (7ga)
kali berturut-‐turut dengan tenggang waktu masing-‐masing 1 (satu) bulan.
• Peringatan 7dak diindahkan, dilanjutkan pembekuan izin usaha jangka waktu 1 (satu) bulan.
• Pembekuan izin usaha, habis jangka waktunya dan 7dak ada usaha perbaikan, izin dicabut.
24
• Izin usaha dicabut tanpa melalui proses peringatan pembekuan izin, terbuk7 :
a) Kegiatan membahayakan keamanan negara; b) Memperoleh izin 7dak sah.
25
Angkutan Udara Perin7s
• Diselenggarakan oleh pemerintah secara berjadwal.
• Menteri dapat menunjuk perusahaan pemegang izin usaha angkutan udara niaga.
• Yang ditunjuk melayani angkutan udara perin7s d i b e r i k ompen s a s i u n t u k men j am i n kelangsungan pelayanan angkutan udara perin7s.
26
ANGKUTAN UDARA BUKAN NIAGA • Dapat dilakukan oleh :
1. Instansi pemerintah; 2. Badan hukum Indonesia; 3. Lembaga tertentu; 4. Perorangan warga negara indonesia
• Wajib memiliki izin kegiatan angkutan udara. • Berlaku selama masih menjalankan kegiatan.
27
• Pemohon wajib memenuhi persyaratan : 1. Menyampaikan rencana kegiatan angkutan udara melipu7 :
a. Kegiatan pokoknya; b. Tujuan penggunaan pesawat udara; c. Daerah operasi; d. Jenis dan jumlah pesawat udara yang akan
dioperasikan; e. Kesiapan operasi;
2. Memiliki izin;
3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
28
• Izin diajukan secara tertulis kepada Menteri. • Telah memenuhi persyaratan dan dinyatakan layak. • Penolakan diberikan oleh Menteri secara tertulis. • Pemberian penolakan diberikan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kerja.
29
• Pemegang izin diwajibkan : 1. Melakukan kegiatan selambat-‐lambatnya 12
(dua belas) bulan; 2. Melaporkan terjadi perubahan data; 3. Melaporkan kegiatan se7ap tahun kepada
Menteri; 4. Mematuhi ketentuan di bidang teknis operasi
keselamatan penerbangan.
30
• Izin bukan niaga dicabut apabila melanggar salah satu ketentuan.
• Pencabutan melalui proses peringatan tertulis 7ga kali berturut-‐turut tenggang waktu masing-‐masing satu bulan.
• Peringatan 7dak di indahkan, di lanjutkan pembekuan izin jangka waktu satu bulan.
• Pembekuan izin habis 7dak ada usaha perbaikan, izin dicabut.
31
• Dicabut tanpa melalui proses peringatan pembekuan izin, terbuk7 : 1. Membahayakan keamanan negara; 2. Izin 7dak sah.
32
T A R I F • Tarif berjadwal : 1. Tarif penumpang; 2. Tarif kargo.
• Tarif penumpang : 1. Tarif niaga berjadwal dalam negeri; 2. Tarif niaga berjadwal luar negeri; 3. Tarif angkutan udara perin7s.
• Tarif angkutan kargo, terdiri atas : 1. Tarif niaga berjadwal dalam negeri; 2. Tarif niaga berjadwal luar negeri; 3. Tarif angkutan udara perin7s.
33
• Struktur tarif pelayanan ekonomi, tarif dasar dan tarif jarak. • Struktur tarif pelayanan non ekonomi, tarif pelayanan ekonomi
dan tarif pelayanan tambahan. • Ketentuan lebih lanjut diatur oleh Menteri. • Tarif pelayanan ekonomi ditetapkan oleh Menteri. • Tarif pelayanan tambahan ditetapkan oleh penyedia jasa
angkutan. • Tarif perin7s memperha7kan kemampuan daya beli masyarakat
pada daerah yang bersangkutan.
34
• Golongan tarif berjadwal dalam negeri, terdiri atas : 1. Tarif pelayanan ekonomi berorientasi pada
kepen7ngan dan kemampuan masyarakat luas; 2. Tarif pelayanan non ekonomi, berorientasi pada
kelangsungan pengembangan usaha angkutan. • Kriteria pelayanan besarnya perimbangan kapasitas tempat duduk untuk pelayanan ekonomi dan pelayanan non ekonomi, memper7mbangkan : 1. Kelangsungan usaha perusahaan; 2. Peningkatan mutu pelayanan; 3. Pengembangan usaha angkutan.
35
• Struktur tarif terdiri atas tarif dasar dan tarif jarak. • Tarif penumpang dan kargo, ditetapkan oleh Menteri. • Golongan tarif penumpang berjadwal luar negeri terdiri atas tarif pelayanan ekonomi dan tarif pelayanan non ekonomi.
• Tarif penumpang dan kargo angkutan udara niaga berjadwal luar negeri ditetapkan berpedoman perjanjian bilateral atau mul7lateral dan kesepakatan para pihak yang telah mendapat persetujuan Menteri.
• Tarif kargo berjadwal dalam negeri dan tarif angkutan 7dak berjadwal berdasarkan kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa angkutan.
36
WAJIB ANGKUT • Perusahaan angkutan udara niaga wajib mengutamakan pengangkutan calon penumpang atau barang yang pemiliknya sesuai perjanjian pengangkutan yang disepaka7.
• Terjadi keterlambatan atau penundaan karena kesalahan pengangkut, perusahaan wajib memberikan pelayanan layak atau memberikan gan7 rugi secara nyata.
37
Kewajiban Pengangkut utk keterlambatan :
1. lebih dari 30 s/d 90 menit wajib memberikan minuman makanan ringan.
2 lebih dari 90 s/d 180 menit wajib memberikan minuman makanan ringan, makan siang atau malam dan memindahkan penumpang ke penerbangan berikutnya atau perusahaan ang-‐ kutan udara berjadwal lainnya apabila diminta oleh penumpang. 3. lebih dari 180 menit (sama dgn 2) dan apabila tdk dpt dipindah kan , wajib diberikan fasilitas akomodasi dpt diangkut pada
penerbangan hari berikutnya. 4. apabila terjadi pembatalan penerbangan , perusahaan wajib mengalihkan penumpang ke penerbangan berikutnya atau ke
perusahaan angud niaga lainnya. 5. apabila akibat pembatalan penumpang tdk terbang/menolak di terbangkan , perusahaan angud harus mengembalikan harga
7ket. 38
• Santunan menderita cacat tetap se7nggi-‐7ngginya Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
• Gan7 rugi kelambatan se7nggi-‐7ngginya Rp.1.000.000,00 (satu juta
rupiah). • Ketentuan lebih lanjut mengenai 7ngkat cacat tetap seta besarnya
santunan gan7 rugi ditetapkan oleh Menteri. • Jumlah gan7 rugi bagasi tercatat se7nggi-‐7ngginya Rp 100.000,00 (seratus
ribu rupiah) untuk se7ap kilogram. • Jumlah gan7 rugi bagasi kabin se7nggi-‐7ngginya Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah) untuk se7ap penumpang. • Jumlah gan7 rugi kargo se7nggi-‐7ngginya Rp.100.000,00 (seratus ribu
rupiah) untuk se7ap kilogram. 39
• Santunan pihak ke7ga se7nggi-‐7ngginya Rp 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah).
• Santunan pihak ke7ga yang menderita cacat tetap se7nggi-‐7ngginya Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
• Gan7 rugi kerusakan barang milik pihak ke7ga berdasarkan penilaian yang layak.
40
PELAYANAN UTK PENYANDANG CACAT
• Perusahaan wajib menyediakan fasilitas pelayanan khusus bagi penumpang penyandang cacat atau orang sakit.
• Fasilitas dan pelayanan khusus, melipu7 : 1. Fasilitas kemudahan naik dan turun; 2. Penyediaan tempat untuk kursi roda; 3. Sarana bantu bagi orang sakit; 4. Pemberian prioritas tambahan tempat duduk.
• Memper7mbangkan aspek keselamatan penerbangan dan kelaikan udara.
41
B. TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA Permohonan izin Ekspedisi Muatan Pesawat Udara diajukan kepada : 1. Kepala Kantor Dishub; 2. Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Izin Usaha diajukan kepada : 1. Kepala Kantor Dishub; 2. Direktur Jenderal.
42
43
RENCANA BISNIS (Business Plan) utk kurun waktu minimal 5 th, memuat :
1. Jenis dan jumlah pesawat yg akan dioperasikan. 2. Rencana pusat kegiatan operasi penerbangan dan
rute penerbangan. 3. Aspek pemasaran dlm bentuk potensi permintaan
pasar angkutan udara (demand). 4. SDM termasuk teknisi & anak pesawat udara.
5. Kesiapan atau kelayakan operasi. 6. Analisis dan evaluasi aspek ekonomi den keuangan.
44
RENCANA OPERASI PENERBANGAN, memuat :
1. Rute Penerbangan. 2. Jadwal Penerbangan
3. Jenis dan 7pe pesawat yg dioperasikan. 4. Rotasi diagram pesawat udara yg dioperasikan. 5. Buk7 memiliki ser7fikat operator pesawat udara.
45
46
Angkutan udara sebagai salah satu komponen sistem transportasi nasional, pada hakekatnya mempunyai peranan yang pen7ng dalam menyediakan jasa pelayanan angkutan di dalam negeri maupun di luar negeri, dan dalam rangka menghubungkan daerah-‐daerah yang sulit dijangkau dengan moda angkutan lain secara cepat dan efisien untuk jarak tertentu atau yang dikenal dengan angkutan udara perin7s
47
Kegiatan angkutan udara sipil melipu7 angkutan udara niaga dan angkutan udara bukan niaga. Kegiatan angkutan udara sipil di wilayah Indonesia hanya dilakukan oleh pesawat udara sipil berkembangsaa Indonesia. Pengoperasian pesawat udara sipil asing dari dan ke atau melalui wilayah Republik Indonesia hanya dapat dilakukan berdasarkan perjanjian bilateral, mul7lateral atau izin khusus Pemerintah