MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

30
MATERI-2 TATA CARA PENULISAN KARYA ILMIAH/ARTIKEL ILMIAH Petunjuk Belajar Selamat! ANDA telah berhasil menyelesaikan Materi-1. Sekarang, materi pelajaran yang akan ANDA pelajari adalah mengenai tata cara penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah. Pelajarilah materi pelajaran yang diuraikan pada Materi-2 ini secara bertahap dimulai dari awal yang membahas tentang identifikasi dan perumusan judul/topik karya ilmiah sampai dengan penulisan sumber acuan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah. Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Materi-2 ini, Anda diharapkan dapat: a. merumuskan topik/judul karya ilmiah/karya tulis ilmiah, b. menjelaskan beberapa pertimbangan dalam merumuskan topik/judul artikel ilmiah, c. menjelaskan tata cara penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah, dan d. menulis konsep kasar ilmiah/artikel ilmiah. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, maka materi pembelajaran yang akan ANDA pelajari dalam Materi-2 ini mencakup: (a) topik/judul karya ilmiah/karya tulis ilmiah, (b) beberapa pertimbangan dalam merumuskan topik/judul artikel ilmiah, (c) tata cara penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah, dan (d) praktek penulisan konsep kasar ilmiah/artikel ilmiah. Buatlah catatan tentang materi pelajaran yang sulit ANDA pahami untuk didiskusikan, baik dengan sesama peserta pelatihan maupun dengan nara sumber pelatihan pada saat kegiatan pembelajaran secara tatap muka diselenggarakan. Manakala ANDA sudah yakin telah memahami materi pelajaran yang diuraikan pada Materi-2, kerjakanlah soal-soal latihan yang disediakan. Setelah selesai mengerjakan semua soal

description

Panduan untuk menulis Karya Ilmiah

Transcript of MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Page 1: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

MATERI-2

TATA CARA PENULISAN KARYA ILMIAH/ARTIKEL ILMIAH

Petunjuk Belajar

Selamat! ANDA telah berhasil menyelesaikan Materi-1. Sekarang, materi pelajaran yang akan ANDA pelajari adalah mengenai tata cara penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah. Pelajarilah materi pelajaran yang diuraikan pada Materi-2 ini secara bertahap dimulai dari awal yang membahas tentang identifikasi dan perumusan judul/topik karya ilmiah sampai dengan penulisan sumber acuan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah.

Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Materi-2 ini, Anda diharapkan dapat:a. merumuskan topik/judul karya ilmiah/karya tulis ilmiah,b. menjelaskan beberapa pertimbangan dalam merumuskan topik/judul artikel ilmiah, c. menjelaskan tata cara penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah, dand. menulis konsep kasar ilmiah/artikel ilmiah.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, maka materi pembelajaran yang akan ANDA pelajari dalam Materi-2 ini mencakup: (a) topik/judul karya ilmiah/karya tulis ilmiah, (b) beberapa pertimbangan dalam merumuskan topik/judul artikel ilmiah, (c) tata cara penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah, dan (d) praktek penulisan konsep kasar ilmiah/artikel ilmiah.

Buatlah catatan tentang materi pelajaran yang sulit ANDA pahami untuk didiskusikan, baik dengan sesama peserta pelatihan maupun dengan nara sumber pelatihan pada saat kegiatan pembelajaran secara tatap muka diselenggarakan.

Manakala ANDA sudah yakin telah memahami materi pelajaran yang diuraikan pada Materi-2, kerjakanlah soal-soal latihan yang disediakan. Setelah selesai mengerjakan semua soal latihan, periksalah hasil pekerjaan ANDA dengan menggunakan Kunci Jawaban yang tersedia pada bagian akhir modul ini. Seandainya hasil pekerjaan ANDA belum mencapai 80% benar, cobalah pelajari kembali materi pelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-2 terutama materi yang benar-benar belum Anda pahami. Setelah itu, kerjakan kembali soal-soal latihannya. Semoga hasilnya setidak-tidaknya telah mencapai 80% benar atau bahkan mungkin lebih.

Setelah berhasil menjawab setidak-tidaknya 80% benar soal-soal latihan Materi-2, barulah Anda diperkenankan untuk mempelajari materi pelajaran yang diuraikan pada Materi-3. Hanya dengan semangat pantang menyerah, kemauan yang kuat, dan rasa percaya diri yang tinggi, Anda akan berhasil menyelesaikan modul ini. Selamat belajar dan sukses!

Page 2: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Uraian Materi

a. Identifikasi dan Perumusan Topik/Judul Karya Ilmiah/Karya Tulis Ilmiah

Setiap penulis pemula akan mengatakan bahwa dirinya mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi dan merumuskan judul/topik dari artikel ilmiah yang akan ditulis. Bahkan lebih jauh lagi dikemukakan bahwa sangat sulit untuk mendapatkan topik/judul artikel yang akan ditulis. Keadaan yang demikian ini adalah wajar sebagaimana yang dikatakan oleh orang bijak bahwa setiap permulaan itu memang sulit (every beginning is difficult). Atau, pepatah yang dikenal dalam lingkup bahasa Indonesia yang mengatakan: “bisa karena biasa”. Oleh karena itu, sebagai calon tenaga fungsional tidaklah tepat untuk mengatakan bahwa “saya tidak bisa menulis”, tetapi lebih bijaksana apabila mengatakan bahwa “kalau orang lain bisa, saya tentunya juga bisa”.

Ada 2 cara untuk merumuskan judul atau topik dari artikel ilmiah yang akan ditulis, yaitu dapat berupa/berbentuk pertanyaan (question) dan dapat juga dalam bentuk pernyataan (statement). Masing-masing cara ini tentunya dapat dicoba oleh setiap penulis pemula. Tidak ada maksud untuk mengatakan atau menekankan untuk menerapkan cara yang pertama atau yang kedua karena dipandang lebih mudah. Seorang penulis dapat saja suatu ketika memilih cara yang pertama dan pada ketika yang lain justru memilih cara yang kedua. 1) Merumuskan judul/topik artikel ilmiah dalam bentuk pertanyaan

Salah satu cara untuk mempermudah seseorang mengemukakan pendapat atau pemikirannya adalah dengan cara mengajukan pertanyaan. Dengan adanya pertanyaan, seseorang akan terdorong/tergugah untuk mencari jawabannya. Manakala seseorang sudah berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan, berarti berbagai sumber akan dicari/digali guna mendapatkan jawaban.

Dengan demikian, setidak-tidaknya, pada tahap awal, yang bersangkutan telah mulai menstimulasi pikirannya unuk memberikan jawaban. Tentunya, seseorang tidak akan berpuas hati apabila hanya mengandalkan buah pikirannya sendiri. Dirinya justru akan lebih tergugah lagi untuk mengetahui bagaimana pendapat/pemikiran dari orang lain.

Sama halnya seorang anak kecil. Di saat dia melihat atau mengamati sesuatu yang belum diketahuinya, maka ia akan bertanya kepada orang yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh, misalnya seorang anak kecil melihat perut ibunya yang membesar (hamil) akan bertanya: “Mama, perut mama kog besar?” atau “Mengapa perut mama besar, perut aku kog kecil?”.

Contoh lainnya adalah apabila seorang anak kecil yang telah berupaya mencari mainan mobil-mobilannya tetapi tidak menemukannya, maka ia akan bertanya: “Siapa ya yang melihat mainan mobil-mobilanku?”. Seorang anak akan berhenti bertanya manakala jawaban yang dibutuhkannya telah diperoleh. Tentu sangat berbeda dengan sikap orang dewasa. Dapat saja jawaban yang diperoleh justru dipertanyakan kembali melalui pertanyaan: “Mengapa jawabannya kog seperti begitu ya?”.

Page 3: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Dalam proses mencari judul/topik dari artikel ilmiah yang akan ditulis, janganlah terlalu bersusah payah memikirkannya. Cobalah berpaling kepada anak kecil yang suka bertanya tentang yang ada di sekitarnya yang belum atau tidak dipahaminya. Sebagai analoginya, usahakanlah barang sejenak untuk mengamati berbagai keadaan yang terjadi di lingkungan pekerjaan atau produk yang telah dihasilkan oleh lembaga tempat bekerja, dan kemudian cobalah ajukan serangkaian pertanyaan.

Tuliskanlah satu demi satu pertanyaan yang teridentifikasi. Setelah semua pertanyaan dituliskan, cobalah pelajari kembali semua pertanyaan dan pilihlah beberapa di antaranya yang menarik perhatian dan kemudian cobalah kembangkan pemikiran yang berkaitan dengan pertanyaan yang dipilih.

Dalam proses penulisan dapat saja judul/topik yang telah dipilih tersebut mengalami penyempurnaan atau bahkan mengalami perubahan, tidak lagi berupa pertanyaan tetapi telah berubah menjadi pernyataan. Artinya, penulisan artikel dapat dikerjakan dengan berpegang pada judul/topik artikel yang sekalipun mungkin masih bersifat sementara. Janganlah berhenti mengolah alam pikiran hanya karena judul/topik artikel yang belum final sifatnya.

Beberapa contoh judul karya ilmiah/artikel ilmiah yang berupa pertanyaan: (1) Mengapa prestasi belajar peserta didik wanita relatif lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar peserta didik pria pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)?, (2) Mengapa dampak kinerja guru yang bersertifikasi tidak menunjukkan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya?, (3) Bagaimana dampak penataran guru terhadap prestasi belajar peserta didik?, (4) Bagaimana dampak materi pembelajaran yang ditayangkan melalui siaran televisi terhadap prestasi belajar peserta didik?, (5) Mengapa perkelahian peserta didik cenderung terjadi di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan dibandingkan dengan peserta didik Sekolah Menengah Umum?.

2) Merumuskan judul/topik artikel ilmiah dalam bentuk pernyataan

Perumusan judul/topik artikel ilmiah yang akan ditulis dapat juga berbentuk pernyataan (statement). Ada ungkapan yang mengatakan bahwa semakin banyak yang diketahui seseorang, maka semakin banyak yang tidak diketahuinya. Pegawai yang telah bekerja di Pustekkom dalam jangka waktu yang lama (pegawai senior) pastilah mengetahui banyak hal mengenai ke-Pustekkom-an.

Pada saat yang bersamaan juga pastilah banyak tentang ke-Pustekkom-an yang kemungkinan tidak atau belum diketahui oleh pegawai senior yang bersangkutan. Keadaan yang sedemikian inilah yang mendorong setiap pegawai untuk terus mencari informasi atau mengikuti perkembangan yang terjadi. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa seorang PNS haruslah terus-menerus meng-“update” dirinya agar tidak tertinggal.

Dari serangkaian program atau rencana kerja yang telah dilaksanakan lembaga tempat bekerja dapat dipilih salah satu di antaranya untuk dijadikan sebagai judul/topik artikel yang akan ditulis. Sudah barang tentu program yang akan

Page 4: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

dipilih adalah program yang dinilai menarik dan sekaligus juga tentunya dipahami. Kemudian, cobalah telaah ulang konsep judul/topik yang ada dan bilamana perlu dapat disempurnakan kembali perumusannya.

Rujukan untuk mengetahui program kerja yang telah diterapkan Pustekkom adalah brosur, booklet, leaflet atau buku laporan tahunan. Katakan saja yang dipilih adalah “Siaran Radio Pendidikan untuk Penataran Guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah”. Siapapun PNS yang bekerja di Pustekkom pastilah mempunyai pengetahuan tentang siaran radio, pendidikan, penataran, guru, sekolah, dan SD atau MI.

Berangkat dari pemahaman yang terbatas, seseorang dapat memulai kegiatan penulisan artikel ilmiah. Dalam kondisi yang demikian ini dapatlah dipastikan bahwa penulis artikel pastilah mengalami ketidakpuasan karena keterbatasan informasi yang dimiliki sehingga tergugah untuk menggali atau mencari lebih banyak lagi informasi, misalnya, bertanya kepada pegawai yang pernah menangani kegiatan “Siaran Radio Pendidikan untuk Penataran Guru SD/MI”. Atau mencari berbagai sumber lainnya, baik yang berupa dokumen tercetak maupun melalui akses internet. Pada tahap ini, sebenarnya, yang bersangkutan telah mulai masuk ke dalam proses penulisan artikel ilmiah. Yang jelas, judul/topik artikel ilmiah yang akan ditulis sudah ada.

Cara lain adalah dengan mencoba menggali rumusan judul/topik artikel ilmiah dari pikiran sendiri dan kemudian mengemasnya dengan menggunakan bahasa sendiri. Dasar atau acuannya dapat saja menggunakan program kerja yang telah diterapkan Pustekkom. Misalnya saja beberapa judul/topik yang akan ditulis adalah “Mengenal Pembelajaran Elektronik”, “Konsepsi dan Aplikasi Sekolah Menengah Pertama Terbuka”, “Sejarah Perkembangan Siaran Televisi Pendidikan di Indonesia”, atau “Perkembangan dan Tantangan Pembelajaran Berbasis Aneka Sumber”.

Berikut ini dikemukakan beberapa judul artikel yang diterbitkan oleh berbagai lembaga, seperti antara lain:a) Lembaga Penelitian Universitas Terbuka dengan Jurnal Pendidikan Terbuka

dan Jarak Jauh, Volume 3 No. 1 Maret 2002: (1) “Studi tentang Pengelolaan Pendidikan Terbuka/Jarak jauh di Era Otonomi

Daerah di kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara”, (2) “Biaya Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Jarak Jauh: Benarkah Lebih

Murah”,(3) “Potensi Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Mendukung

Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh di Indonesia”, dan(4) “Kemauan Belajar (Learning Volition) Mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh

(Studi Kasus di Universitas Terbuka)”.

b) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dengan Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan edisi November 2006 Tahun Ke-12, No. 063: (1) “Pesona karya Sastra dalam Pendidikan dan Pengajaran”, (2) “Pengembangan Kreativitas Siswa melalui Pertanyaan Divergen pada

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)”,

Page 5: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

(3) “Model Penilaian dalam Pendidikan Civics: Refleksi Pengalaman dari Sekolah-sekolah Menengah di Indiana, USA”,

(4) “Media Pembelajaran: Mitra atau Kompetitor bagi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran?”,

(5) “Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”,

(6) “Pola Kerjasama Usaha Perguruan Tinggi dengan Dunia Usaha: Studi Kasus di Universitas Muslim Indonesia Makassar”,

(7) “Pengaruh Metode Latihan dan Asam Laktat terhadap Hasil Belajar Renang 100 meter Gaya Bebas”,

(8) “Hubungan antara Pengetahuan Awal dan Penguasaan Kosakata terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Mahasiswa”, dan

(9) “Pengaruh Variabel-variabel Kognitif terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI-IPA SMA Negeri 3 Makassar”.

c) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan-Kementerian Pendidikan Nasional dengan Jurnal TEKNODIK Volume XIII, No. 2, Desember 2009: (1) “Studi Pengembangan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)”, (2) “Pemanfaatan Media Pembelajaran Komputer dan Tingkat Berpikir

Kreatif terhadap Prestasi di SMK Negeri 1 Seyegan, Sleman”, (3) “Hubungan antara Sikap Siswa SMA dalam Penggunaan Media

Pembelajaran Fisika (VCD) terhadap Hasil Belajar”, (4) “Difusi dan Institusionalisasi Inovasi dalam Teknologi Pembelajaran”, (5) “Studi Khalayak Pendengar Radio Edukasi/Analisis Kebutuhan

Masyarakat akan Siaran Radio Edukasi”, (6) “Siaran Televisi sebagai Media Pembelajaran di Sekolah”, (7) “Standarsisasi Tes Bakat Skolastik (TBS)”, (8) “Masihkah Relevan Model Penataran Guru SD melalui Siaran Radio

Pendidikan?”,(9) “Strategi Pembelajaran untuk Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan

(Diklat) Penulisan Naskah Program Televisi/ Video Pembelajaran”, dan (10) “Pengukuran dan Instrumen Alat Ukur Pendidikan”.

b. Pertimbangan dalam Merumuskan Topik/Judul Artikel Ilmiah

1) Menulis sesuai dengan Spesialisasi

Sebagai pejabat fungsional di bidang teknologi pendidikan/ pembelajaran, maka bidang spesialisasinya adalah mengenai teknologi pendidikan/pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), atau pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ). Dengan demikian, pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran sejatinya memfokuskan diri dalam menghasilkan artikel ilmiah yang berkaitan dengan teknologi pendidikan/ pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), atau pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ). Mengapa?

Masing-masing jabatan fungsional itu unik dan tidak ada yang sama sehingga “kavling” setiap jabatan fungsional juga berbeda-beda. Oleh karena itu, pejabat fungsional PTP haruslah taat asas (konsisten) dan komit pada bidang spesialisasinya. Demikian juga dengan karya ilmiah (dalam artian yang luas) yang

Page 6: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

akan dikembangkan/ditulis haruslah fokus pada bidang spesialisasinya. Bagaimana seandainya seorang pejabat fungsional PTP ingin menulis karya ilmiah yang berada di luar bidang spesialisasinya? Apakah diperkenankan?

Tidak ada larangan bagi pejabat fungsional untuk menghasilkan karya ilmiah mengenai berbagai bidang yang diminati atau yang menarik perhatiannya sekalipun di luar spesialisasinya. Kebebasan yang demikian ini terbuka luas manakala memang pejabat fungsional tidak membutuhkan angka kredit (AK) dari karya ilmiah yang dihasilkannya. Apabila masih membutuhkan AK untuk mengoptimalkan pengembangan kariernya, maka karya ilmiah yang seharusnya diprioritaskan penulisannya oleh pejabat fungsional PTP adalah yang sesuai dengan bidang spesialisasinya, yaitu teknologi pendidikan/pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), atau pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ).

Langkah berikutnya setelah memahami bidang spesialisasi adalah mulai berlatih menulis beberapa pilihan topik/judul yang paling tidak memang dinilai didukung oleh pengetahuan yang sejauh ini dimiliki/dikuasai. Kemudian, masing-masing topik/judul yang telah diidentifikasi ini dikaji mengenai fisibilitas (keberlangsungan) penulisannya dan pada akhirnya dipilih salah satu di antaranya untuk ditentukan sebagai topik/judul artikel yang akan ditulis.

2) Menulis sesuai dengan yang Diketahui/Dikuasai

Setelah memfokuskan diri pada bidang spesialisasi, maka langkah kedua adalah “menukik” lebih spesifik lagi pada salah satu aspek dari bidang spesialisasi yang memang benar-benar dipahami. Berangkat dari sesuatu yang “benar-benar dipahami/dikuasai” mengandung pengertian bahwa “sesuatu” itu pada dasarnya telah ada di dalam alam pikiran. Hanya saja yang perlu dilakukan adalah “memanggil keluar dari alam pikiran sesuatu yang telah dikuasai” tersebut dan kemudian menuliskannya.

Pada dasarnya, mengungkapkan apa yang telah ada di dalam alam pikiran (sudah familiar) adalah jauh lebih mudah ketimbang mengungkapkan sesuatu yang masih belum dikenal sama sekali atau kalaupun telah dikenal tetapi masih bersifat “remang-remang”. Agar semakin banyak khasanah yang diketahui/dikuasai, seseorang dituntut untuk banyak membaca.

Melalui keaktifan membaca secara teratur (terutama karya ilmiah yang berupa buku, jurnal atau artikel ilmiah) setidak-tidaknya akan memperkaya kosakata dan sekaligus juga akan membantu mempermudah dalam mengungkapkan buah pikiran/gagasan, termasuk dalam merumuskannya sebagai sebuah topik/judul tulisan. Bahkan tidak jarang terjadi bahwa berbagai gagasan muncul setelah banyak membaca.

Tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang yang jarang membaca akan mengalami kesulitan untuk menulis karya ilmiah. Sehubungan dengan hal ini, maka kegiatan membaca haruslah menjadi kebutuhan sehari-hari pejabat fungsional. Membaca haruslah diartikan sebagai pekerjaan bagi pejabat fungsional. Akan lebih baik lagi apabila kebiasaan membaca diikuti dengan membuat catatan-catatan penting

Page 7: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

mengenai apa yang telah dibaca. Catatan-catatan penting ini akan sangat bermanfaat sewaktu yang bersangkutan melakukan kegiatan menulis karya ilmiah.

3) Menulis di luar bidang spesialisasi (substansi yang banyak menarik perhatian publik atau ubstansi yang menantang)

Ada tipe orang yang menyenangi tantangan. Artinya, seseorang cenderung memilih topik/judul artikel yang akan ditulis yang justru sama sekali tidak atau belum banyak dipahami sekalipun masih di bidang spesialisasinya. Mengapa memilih topik yang belum dipahami? Inilah salah satu ciri khas orang yang menyenangi tantangan. Dengan pengetahuan minimal, yang bersangkutan berjuang keras mengggali pengetahuan yang belum banyak diketahuinya. Kegiatan yang demikian ini justru menantang bagi dirinya. Secara psikologis, ada kepuasan/kebanggaan tersendiri yang dirasakan apa-bila berhasil menulis suatu artikel yang berangkat dari pengetahuan yang minimal.

Pegawai yang sudah terbiasa melaksanakan tugas atau pekerjaan yang diberikan oleh atasan sekalipun belum banyak diketahuinya, maka pegawai tipe yang demikian ini cenderung menyenangi tantangan. Di dalam diri orang yang menyukai tantangan, tumbuh dan berkembang prinsip untuk mempelajari berbagai hal yang belum diketahuinya. Dapat saja terjadi bahwa melalui suatu diskusi, ada masalah yang belum terpecahkan sehingga menggugah orang yang menyenangi tantangan untuk mencari alternatif pemecahan masalahnya melalui penggalian berbagai sumber.

c. Penulisan abstrak

Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa abstrak ditulis dalam satu alinea dengan 150-350 kata menggunakan 1 spasi. Pada dasarnya, abstrak merupakan rangkuman dari tulisan (artikel) yang ditulis.

Abstrak tentang karya ilmiah yang bersifat kajian hendaknya memuat substansi yang dijadikan sebagai fokus pembahasan, alasan/ rasional dari tulisan, tujuan dan manfaat, kesimpulan dan saran hasil kajian. Sedangkan abstrak tentang karya ilmiah yang bersifat penelitian hendaknya memuat substansi yang dijadikan sebagai fokus pembahasan, alasan/rasional dari penelitian yang dilakukan, tujuan dan manfaat, garis besar hasil-hasil penelitian, dan kesimpulan dan saran hasil penelitian.

Pada umumnya, sesudah abstrak adalah perumusan kata-kata kunci (key words). Yang dimaksudkan dengan kata-kata kunci adalah kata-kata yang sering atau banyak digunakan di dalam tulisan. Biasanya, kata-kata kunci hanya berkisar antara 3- 5 kata. Berikut ini disajikan beberapa contoh abstrak, baik hasil penelitian maupun pengkajian, baik yang judulnya berupa pertanyaan maupun pernyataan.

Page 8: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

PROFESI GURU, MASIHKAH PROFESI YANG DIMINATI?Sudirman Siahaan ([email protected])*)

Abstrak

Banyak istilah atau ungkapan yang diberikan untuk memaknai keberadaan guru. Beberapa di antaranya “Guru adalah sokoguru bangsa”, “Profesi Guru adalah pekerjaan yang mulia”, “Guru adalah sosok yang patut ditiru dan digugu”, “Guru adalah panutan masyarakat”, “Guru adalah orang tempat bertanya”, “Guru yang bermutu menghasilkan bangsa yang bermutu”, dan “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Pada umumnya, semua ungkapan mengenai guru ini dirasakan sangatlah menyenangkan dan sungguh-sungguh apresiatif. Namun, apabila guru ditanya pendapatnya terhadap ungkapan ini, boleh jadi mereka akan mengatakan bahwa yang penting adalah kenyataannya. Kemungkinan mereka juga akan berkata “Untuk apa ungkapan pujian semanis madu, setinggi langit, semerdu sangkakala apabila kenyataannya, guru belum merasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari”. Memang sampai dengan tahun 1970-an, profesi guru dirasakan sebagai profesi panggilan yang menjadi idaman atau pekerjaan pilihan pertama dalam mencari kerja (selected profession). Namun setelah tahun 1970-an adalah berbeda yaitu profesi guru pada umumnya cenderung merupakan pilihan terakhir dalam mencari kerja. Dengan adanya sertifikasi guru, apakah profesi guru kembali menjadi profesi pilihan yang diminati atau diidamkan oleh masyarakat?

Kata-kata Kunci: Profesi, guru, kualifikasi, lembaga pendidikan guru.

------------------*)Sudirman Siahaan adalah tenaga fungsional peneliti bidang teknologi pendidikan pada

Pustekkom-Kemdiknas.

Sumber: Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh Vol. 6 (1)

Page 9: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Hubungan antara Sikap Siswa SMA dalam Penggunaan Media Pembelajaran Fisika dalam Bentuk CD terhadap Hasil Belajar

Dr. I Made Astra, M.Si.*)Abstrak

Dari hasil survey terhadap siswa-siswa SMA menunjukan sebagian besar tidak menyukai mata pelajaran Fisika. Banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukainya diantaranya pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru monoton dan tidak sesuai dengan materi pelajaran, media pembelajaran yang digunakan tidak variatif, guru cenderung menonjolkan segi matematis dari pada fisisnya., sehingga hal ini dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap mata pelajaran fisika. Dengan perkembangan ICT, banyak media pembelajaran yang dapat dibuat sehingga dapat menarik minat siswa untuk mempelajari fisika yang sebagian besar materinya abstrak. Dari hasil penelitian pendekatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran dalam bentuk CD pada pokok bahasan gelombang mekanik menggunakan software flash MX minat siswa terhadap keingintahuan fisika sangat besar., hal ini dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam bentuk CD dapat mempengaruhi sikap positip siswa dan memberikan kontribusi yang linear terhadap hasil belajar fisika siswa. Oleh sebab itu untuk meningkatkan hasil berlajar siswa dapat digunakan media pembelajaran dalam bentuk CD.

Kata kunci: ICT, CD pembelajaran, flash MX

-------------------------------*) Dr. I. Made Astra, M.Si. adalah dosen Jurusan Fisika pada Fakultas MIPA Universitas

Negeri-Jakarta.

Sumber: Jurnal TEKNODIK Vol. XIII NO. 2 Desember 2009.

d. Penulisan Daftar Acuan/Pustaka Acuan

Page 10: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Seorang penulis artikel ilmiah menggunakan berbagai acuan sebagai rujukan dalam proses penulisannya. Ada 2 cara penulisan acuan, yaitu (1) di dalam uraian atau teks dan (2) di dalam Daftar Acuan. Penulisan acuan di dalam uraian atau teks dapat dilakukan pada akhir pernyataan (kutipan) atau sesudah nama nara sumber yang menulis acuan yang dirujuk.

Pada umumnya, apabila sumber informasi yang dijadikan rujukan adalah media cetak (misalnya: buku teks, modul, atau dokumen cetak yang dipublikasikan), maka cara penulisannya adalah dengan menuliskan nama belakang (family name) nara sumber, diikuti dengan tahun terbit rujukan dan halaman dari tulisan yang dikutip (tulisan yang dirujuk dapat saja terdapat pada satu halaman atau lebih), dituliskan di dalam tanda kurung.

Berikut ini disajikan beberapa contoh cara penulisan acuan yang digunakan di dalam uraian atau teks, yaitu: 1) Di masa yang akan datang, pengembangan pendidikan tinggi tidak dapat

dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan termasuk ilmu sosial, humaniora, teknologi, seni budaya, dan ekonomi dunia (Departemen Pendidikan Nasional, 2004a: 10-13);

2) Setiap teori belajar memiliki titik fokus yang menjadi pusat perhatian. Misalnya ada yang lebih mementingkan proses belajar, ada yang lebih mementingkan hasil belajar, ada yang lebih mementingkan pada isi atau apa yang dipelajari, ada yang lebih mementingkan sistem informasi yang diolah dalam proses pembelajaran, dan lain-lain (Suciati & Irawan, 2001:2);

3) Computers in primary schools are mainly used by more than one child at a time. This appears as an efficient use of a relatively scarce resource. Teachers, when asked, also frequently justify the use group work at computers as a support for peer learning and the development of communication skills (Crooks, 1994), dan

4) Collins, Brown and Newman (1986) describe the three phases of cognitive apprenticeship as follows: (a) modeling, when teachers make explicit what is required and model it for the learners, (b) coaching, when teachers support students’ attempts at doing the task, and (c) fade out, when students are empowered to continue independently.

Page 11: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Daftar Acuan, pada umumnya ditempatkan pada halaman terakhir dari karya ilmiah, adalah kumpulan dari semua rujukan yang digunakan dalam penelitian (termasuk pengkajian, penulis), sebagai referensi atau sumber informasi dengan cara mengambil esensinya atau mengutip statemennya secara lengkap di dalam penulisan karya ilmiah.

Rujukan yang digunakan dapat saja bersumber dari internet, buku, jurnal ilmiah, prosiding seminar/simposium, surat kabar, media audiovisual, dan berbagai dokumen yang belum terbit. Semua sumber informasi yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan karya ilmiah haruslah dituliskan pada Daftar Acuan yang ditempatkan pada halaman terakhir (http://blog.rosihanari. net/tata-cara-penulisan-daftar-acuan-referensi, diakses pada tanggal 04 Maret 2011). Istilah lain yang sering digunakan secara bergantian dengan pengertian yang cenderung dimaknai sama adalah Daftar Pustaka (Kepustakaan). Daftar Acuan tidaklah sama pengertiannya dengan Daftar Pustaka (Kepustakaan).

Rosihanari yang merujuk pendapat Jacub Rais melalui situs http://mit.biotrop.org mengemukakan bahwa Daftar Acuan adalah sumber informasi yang digunakan sebagai rujukan dalam penulisan karya ilmiah; sedangkan Daftar Pustaka adalah juga sumber informasi tetapi tidak digunakan/termasuk sebagai rujukan dalam penulisan karya ilmiah (di luar rujukan yang digunakan); tetapi disarankan untuk dibaca agar pembaca karya ilmiah dapat memperluas wawasannya. (http://blog.rosihanari. net/tata-cara-penulisan-daftar-acuan-referensi diakses pada tanggal 04 Maret 2011). Kemudian, aturan penulisan referensi (Daftar Acuan) yang bersumber dari internet sebenarnya sama saja dengan sumber informasi dari media cetak, baik buku maupun surat kabar, majalah dan sejenisnya. Perbedaannya hanya menyangkut tempat terbit, nama, dan tanggal terbitan. Artinya unsur–unsur itu mengikuti tata cara penulisan di internet, seperti: 1) Nama penulis yang diawali dengan penulisan nama keluarga,2) Judul tulisan diletakkan di antara tanda kutip,3) Jika karya tulis keseluruhan (jika ada) dengan huruf miring, dan4) Data publikasi berisi protocol dan alamat, path, tanggal pesan, atau waktu

akses dilakukan (http://penayunus.wordpress. com/2010/02/17/cara-penulisan-daftar-pustaka-dari-internet/ tentang “Cara Penulisan Daftar Pustaka dari   Internet ”, Ahmad-Yunus, Diakses pada tanggal 4 Maret 2011).

Berikut ini berapa contoh diberikan Ahmad-Yunus tentang cara penulisan sumber informasi yang digunakan sebagai rujukan (referensi) dalam penulisan karya ilmiah pada Daftar Acuan, yaitu:1) Contoh penulisan daftar pustaka dari internet:

Hasibuan, Rusli. “Menanam Jengkol di Bukit Kapur”. Sumber Internet: http://www.duniatani.or.id/riset/rusli/palawija_ jengkol.html (Diakses tanggal 12 Juni 2003).

2) Dari file transfer protocol (kutipan yang diunduh melalui FTP)

Page 12: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Johnson-Eilola, Jordan. “Little Machine: Rearticulating Hypertext Users”. FTP deadalis.com/pugcccc95/ Johnson-eilola (diakses tanggal 10 Februari 1996)

3) Dari surat elektronik (Ratron/email)Rahman, Afif. “Proposal Buku Sekolah Murah Meriah.” [email protected]

(Diakses tanggal 22 September 2009).

4) Daftar pustakaUtorodewo, Felicia N. Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan

Ilmiah. Jakarta: Universitas Indonesia, 2007. (Dipakai di lingkungan UI).

Sebagai bahan perbandingan, Rosihanari juga memberikan beberapa contoh tentang cara penulisan acuan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah (http://blog. rosihanari.net/tata-cara-penulisan-daftar-acuan-referensi), yaitu:

1) Buku:Anderson, D.W., Vault, V.D. & Dickson, C.E. 1999. Problems and Prospects

for the Decades Ahead: Competency-based Teacher Education. Berkeley: McCutchan Publishing Co.

Woodford, F. P., editor. 1986. Scientific writing for graduate students: a manual on the teaching of scientiÞc writing. Committee on Graduate Training in Scientific Writing. Council of Biology Editors, Inc., Bethesda, Maryland, USA.

2) Buku kumpulan artikel:Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah

(Edisi ke-4, cetakan ke-1). Malang: UM Press.

3) Artikel dalam buku kumpulan artikel:Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Representation.

Dalam P. J. Black & A. Lucas (Eds.), Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.

4) Artikel dalam jurnal atau majalah:Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program

Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.

5) Proceeding Konferensi atau Simposium:Australian Association of Social Workers. 1969. Social issues of today.

Proceedings of the Australian Association of Social Workers’ 11th Annual Conference. Hobart, Australia. pp 17-34.

6) Artikel dalam koran:Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah

Pengunggulan? Majapahit Pos, hlm. 4 & 11.

7) Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang):Jawa Pos. 22 April 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.

8) Dokumen resmi:

Page 13: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Depdikbud.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional.1990. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya.

9) Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keppres:Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang

Penataan Ruang. Lembaran Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara. Jakarta.

10) Buku terjemahan:Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976. Pengantar Penelitian Pendidikan.

Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

11) Ensiklopedia, KamusStafford-Clark, D. 1978. Mental disorders and their treatment. The New Ency-

clopedia Britannica. Encyclopedia Britannica. 23: 956-975. Chicago, USA.

Echols, J.M. dan Shadily, H. (Eds). 1989. Kamus Inggris–Indonesia. PT Gramedia. Jakarta.

12) Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM

Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG.

13) Makalah seminar, lokakarya, penataran:Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam

Seminar Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambung-mangkurat, Banjarmasin, tanggal 9-11 Agustus.

14) Internet (karya individual):Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals,

1990-1995: The Calm before the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey. html diakses tanggal 12 Juni 1996).

15) Internet (artikel dalam jurnal online):Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya.

Jurnal Ilmu Pendidikan (Online), Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id diakses tanggal 20 Januari 2000).

16) Internet (forum diskusi online):Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN

Discussion List, (Online), ([email protected] diakses 22 November 1995).

17) Internet (e-mail pribadi):Naga, D.S. ([email protected] ). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail

kepada Ali Saukah ([email protected]).

Page 14: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

18) Kaset Video:Burke, J. 1978. Distant Voices, BBC Videocasette, London, UK. 45 minutes.

19) Film (Movie):Oldfield, B. (Producer) 1977. On the edge of the forest. Tasmanian Film

Corporation. Hobart, Austraalia, 30 minutes.

20) Slides (Kumpulan Slides):Reidy, J.F. 1987. The Thorax Slides. Grave Medical Audiovisual Library.

Chelmsford, UK. 54 mins.

e. Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia tulis yang baik dan benar haruslah digunakan apabila karya/artikel ilmiah yang ditulis akan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah berbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia tulis dalam karya ilmiah haruslah yang bersifat baku.

Berikut ini akan diuraikan tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahasa Indonesia tulis, yaitu yang berkaitan dengan (1) penggunaan kalimat dan alinea, (2) penggunaan istilah bahasa asing (secara utuh/asli dan yang sudah di-Indonesia-kan), (3) penggunaan tanda baca, (4) penggunaan kata depan “di” dan “ke”, (5) penggunaan huruf besar dan kecil, (6) penggunaan pasangan kata “baik......maupun”, “jika …….. maka” dan “tidak hanya ….tetapi juga”, dan (7) tata cara pemenggalan kata.

1) Penggunaan Kalimat dan Alinea

Penggunaan kalimat hendaknya diupayakan sesederhana mungkin tetapi jelas dan lengkap (subyek, predikat, obyek, dan/atau keterangan, SPOK). Hendaknya diusahakan untuk menghindari penggunaan kalimat yang panjang bahkan yang sampai beranak-cucu.

Contoh penggunaan yang salah:- “Menurut Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah Indonesia

menghadapi dilema dalam melakukan desentralisasi dan Demokratisasi” (rumusan yang salah).

Contoh penggunaan yang benar:- Menurut Ichlasul Amal (1994), pemerintah Indonesia menghadapi dilema

dalam melakukan desentralisasi dan demokratisasi.- Ichlasul Amal (1994) mengatakan bahwa pemerintah Indonesia menghadapi

dilema dalam melakukan desentralisasi dan demokratisasi (http://www.pin.or.id/dat/doc/02_bag1_ penulisan_karya_ilmiah.pdf diakses tgl 16 Maret 2011).

Beberapa kalimat membentuk alinea atau paragraf. Secara umum dan singkat dapat dikatakan bahwa satu paragraf setidak-tidaknya terdiri dari atas dua kalimat, yakni kalimat inti dan kalimat penjelas.

Page 15: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Contoh: Siaran televisi dari belahan dunia mana pun dapat disaksikan setiap saat tanpa ada batasan waktu dengan menggunakan perangkat parabola maupun melalui televisi kabel. Televisi dapat menyiarkan kejadian atau peristiwa, baik secara langsung maupun tunda (penggunaan rekaman). Televisi juga dapat menyiarkan secara luas berbagai ragam materi siaran yang sudah dikemas atau direkam dalam bentuk hiburan, berita, atau lainnya. Dengan keberagaman acara yang disiarkan secara luas memungkinkan masyarakat (dari balita sampai manula) dapat menyaksikannya.

Dari contoh di atas, kalimat intinya adalah “Siaran televisi dari belahan dunia mana pun dapat disaksikan setiap saat tanpa ada batasan waktu dengan menggunakan perangkat parabola maupun melalui televisi kabel”. Sedangkan rangkaian kalimat berikutnya merupakan kalimat yang bersifat penjelasan (menjelaskan kalimat inti).

2) Penggunaan istilah Bahasa Asing atau Istilah Bahasa Asing yang sudah di-Indonesia-kan.

Contoh: - Peserta seminar mengakomodasikan berbagai pemikiran yang berkembang

selama seminar (mengakomodasikan berasal dari kata “to accommodate”).- Sekretariat pengelola jabatan fungsional Pengembang Teknologi

Pembelajaran dituntut untuk mengembangkan database (pangkalan data) guna memfasilitasi kelancaran proses pemberkasan dokumen pejabat fungsional PTP (memfasilitasi berasal dari kata “to facilitate”).

- Penulis artikel ilmiah dapat menggunakan berbagai rujukan termasuk rujukan yang diunduh (di-download) dari internet (istilah internet sudah memasyarakat atau sudah menjadi kosa kata publik).

Penggunaan istilah (terminologi) bahasa asing di dalam artikel ilmiah haruslah diupayakan padanannya dalam bahasa Indonesia. Untuk menghindari kemungkinan pemahaman yang berbeda atau agar lebih memperjelas makna istilah asing digunakan, penulis dapat menggunakan istilah bahasa asing tersebut di antara tanda kurung dengan menggunakan huruf miring.

Contoh:Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 merupakan landasan konstitusional pelaksanaan otonomi daerah. Salah satu argumentasi yang mendasari penerapan otonomi daerah menurut Azfar, dkk. (Azfar, dkk., 1999) adalah karena Pemerintah Daerah lebih dekat dengan masyarakat, dan masyarakat dinilai lebih memperhatikan program Pemerintah Daerah dibandingkan dengan program Pemerintah Pusat (subnational governments are closer to the people, citizens are considered to be more aware of subnational governments’ actions than they are of actions of central government).

Page 16: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Penulis boleh menggunakan kutipan istilah tertentu dalam bahasa aslinya tetapi haruslah disajikan juga terjemahannya. Setiap kutipan dalam bahasa asing haruslah ditulis dengan huruf miring (italic).

Contoh:Ros Morpeth (Morpeth, 2004) mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan pendidikan terbuka (open learning) adalah suatu istilah yang memayungi setiap skema pendidikan atau pelatihan yang secara sistematis mengatasi berbagai kendala terhadap belajar, seperti: usia, waktu, tempat atau ruang.

Dengan pendidikan terbuka, setiap individu bertanggung jawab terhadap apa yang akan dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, di mana akan mempelajarinya, seberapa cepat akan mempelajarinya, siapa yang akan membantunya belajar, dan kapan hasil belajarnya dikehendaki untuk dinilai.

3) Penggunaan Tanda Baca

Penggunaan tanda baca sering kurang mendapat perhatian banyak penulis dalam karya ilmiah yang dihasilkannya. Pada prinsipnya, tata cara penulisan tanda baca, seperti: koma (,), titik (.), titik dua (:), titik koma (;), tanda tanya (?), tanda petik (“….”), tanda seru (!), dilakukan dengan merapatkan tanda baca dengan huruf dari kata yang dimaksudkan.

Contoh cara penulisan tanda tanya yang salah:- Bagaimanakah hubungan antara identifikasi partai dengan voting behaviour

dalam pemilihan umum ?- Bagaimanakah hubungan antara identifikasi partai dengan voting behaviour

dalam pemilihan umum?.

Contoh cara penulisan tanda tanya yang benar:- Bagaimanakan hubungan antara identifikasi partai dengan voting behaviour

dalam pemilihan umum? (catatan: tanpa spasi sebelum tanda tanya dan tanpa titik setelah tanda tanya).

Contoh cara penulisan tanda kurung yang salah:- Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ( ABRI ) telah direorganisasi

menjadi Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) dan Kepolisian Republik Indonesia ( Polri ).

Contoh cara penulisan tanda kurung yang benar:- Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) telah direorganisasi

menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). (catatan: tanpa spasi antara tanda kurung dan huruf).

4) Penggunaan Kata Depan (Preposisi) “di” dan “ke”

Page 17: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Dalam berbagai karya ilmiah masih dijumpai penggunaan kata depan (prposisi) “di” dan “ke” yang rancu dengan fungsinya sebagai awalan. Berikut ini disajikan contoh tata cara penulisan yang salah dan benar.

Contoh cara penulisan yang salah:- Sistem pemerintahan ditingkat desa telah di sempurnakan. Di lihat dari

perspektif politik, Kepala Desa yang di pilih langsung memiliki posisi tawar yang lebih di banding Kepala Desa yang di tunjuk. Karenanya, arus aspirasi otonom dari bawah keatas mengalir deras.

Contoh cara penulisan yang benar:- Sistem pemerintahan di tingkat desa telah disempurnakan. Dilihat dari

perspektif politik, Kepala Desa yang dipilih langsung memiliki posisi tawar yang lebih besar dibanding Kepala Desa yang ditunjuk. Karenanya, arus aspirasi otonom dari bawah ke atas mengalir deras.

Penjelasan:Cara penulisan kata “di” yang digabung dengan “tingkat” pada kata “ditingkat’ adalah tidak tepat karena fungsi kata “di” adalah sebagai kata depan. Sedangkan penggunaan kata “di” yang terpisah pada kata “di sempurnakan”, “Di lihat”, “di pilih”, “di banding”, dan “di tunjuk” adalah berfungsi sebagai awalan sehingga penggunaan yang benar haruslah digabung.

5) Penggunaan Huruf Besar dan Kecil

Contoh cara penulisan yang salah:- Propinsi Sumatera Utara terdiri atas 33 Kabupaten/ Kecamatan. - Kecamatan long iram terdiri dari beberapa Desa, yang sebagian di antaranya

tidak bisa dijangkau dengan transportasi darat.

Contoh cara penulisan yang benar:- Propinsi Sumatera Utara terdiri atas 33 kabupaten/kota.- Kecamatan Long Iram terdiri dari beberapa desa, yang sebagian di antaranya

tidak bisa dijangkau dengan transportasi darat.

Penjelasan:Penggunaan kata propinsi, kabupaten, kecamatan, atau desa yang tidak diikuti dengan nama propinsi, kabupaten, kecamatan, atau desanya, maka huruf awalnya tetap ditulis dengan huruf kecil. Itulah sebabnya huruf awal kata kabupaten/kota pada “33 kabupaten/kota” ditulis dengan huruf kecil. Sebaliknya, huruf awal pada Kecamatan Long Iram ditulis dengan huruf besar karena diikuti dengan nama kecamatannya.

6) Penggunaan Pasangan Kata “baik …… maupun”, “jika …….. maka” dan “tidak hanya ….tetapi juga”

Page 18: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Di berbagai karya ilmiah, masih dijumpai penggunaan pasangan kata yang belum benar. Beberapa contoh penggunaan pasangan kata, baik yang salah maupun yang benar, dikemukakan pada bagian berikut ini.

Contoh penggunaan yang salah:- Jika pejabat fungsional ingin berkembang lebih pesat kariernya,

produktivitasnya harus terus ditingkatkan (kata “maka” dilupakan).- Jika pemerintah pusat tidak hanya memberi otonomi administrasi tapi juga

otonomi polittik. Maka daerah otonom akan lebih leluasa dalam menyelesaikan persolan-persoalan di daerahnya (salah).

- Dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, para pahlawan kusuma bangsa tidak hanya mengorbankan jiwa-raganya. Tetapi mereka juga mengorbankan harta bendanya.

- Pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan perangkat keras. Tetapi kesiapan perangkat lunaknya juga penting.

- Orang tua maupun guru haruslah menjalin kerjasama yang erat dalam proses pendidikan anak-anak.

Contoh penggunaan yang benar:- Jika pejabat fungsional ingin berkembang lebih pesat kariernya, maka

produktivitasnya harus terus ditingkatkan.- Jika pemerintah pusat tidak hanya memberi otonomi administrasi tapi juga

otonomi politik, maka daerah otonom akan lebih leluasa dalam penyelesaikan persoalan-persoalan di daerahnya.

- Dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, para pahlawan kusuma bangsa tidak hanya mengorbankan jiwa-raganya tetapi juga harta bendanya.

- Pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan perangkat keras tetapi juga perangkat lunaknya.

- Baik orang tua maupun guru haruslah menjalin kerjasama yang erat dalam proses pendidikan anak-anak.

7) Pemenggalan Kata

Memang pemenggalan kata pada dasarnya bukanlah menjadi urusan penulis tetapi lebih cenderung menjadi tanggung jawab pihak pengelola jurnal ilmiah. Sekalipun demikian, tidak ada ruginya apabila Anda juga mempunyai pengetahuan singkat tentang tata cara pemenggalan kata dalam bahasa Indonesia. Berikut ini disajikan beberapa prinsip tentang pemenggalan kata, yaitu:- Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di

antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah.

- Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokl, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: ba-pak, ba-rang, ke-nyang.

Page 19: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

- Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua hufur konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Misalnya: man-di, som-bong.

- Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: in-strumen, in-fra.

- Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

- Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan (a) di antara unsur-unsur itu atau (b) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas. (http://sariuete.blogspot. com/2010/04/tugas-2-bahasa-indonesia-1_09.html diakses tanggal 7 JUli 2011

Rangkuman

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tata cara penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah, yaitu: (1) mengidentifikasi dan merumuskan topik/judul karya ilmiah/karya tulis ilmiah, (2) beberapa pertimbangan dalam merumuskan topik/judul artikel ilmiah, seperti: menulis sesuai dengan bidang spesialisasi yang ditekuni, menulis tentang materi/substansi yang memang benar-benar dikuasai, menulis di luar bidang spesialisasi (yang banyak menarik perhatian publik).

Tata cara penulisan karya ilmiah/artikel ilmiah dibahas mulai dari penulisan judul karya ilmiah/artikel ilmiah, penulisan abstrak, penulisan bagian pendahuluan, dan penulisan sumber acuan (referensi). Sedangkan tata cara penulisan uraian substansi tidak dibahas karena sangat spesifik sesuai dengan judul karya ilmiah/artikel ilmiah yang dirumuskan.

Page 20: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Sumber Acuan

Aditya, Halda. “Menulis Artikel Ilmiah Episode 1”. Sumber: http://haldaaditya.blogspot.com/2007/ 11/ menulis-artikel-ilmiah-episode-1.html (diakses tanggal 24 Maret 2011).

Ahira, Anne. “Menulis Artikel Ilmiah Itu Gampang!”. Sumber: (http://www.anneahira.com/menulis-artikel-ilmiah.htm diakses tanggal 24 Maret 2011).

Azfar, dkk. 1999. ………………………………Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional. 2006. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan Edisi November 2006 Tahun Ke-12, No. 063. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.

Lembaga Penelitian Universitas Terbuka. 2002. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 3 No. 1 Maret 2002. Pondok Cabe: Lembaga Penelitian Universitas Terbuka.

Morpeth, Ros. 2004. What is Distance Education. Second Edition. London and New York: Routledge.

Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan-Kementerian Pendidikan Nasional. 2009. Jurnal TEKNODIK Volume XIII, No. 2, Desember 2009. Ciputat: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan-Kementerian Pendidikan Nasional.

Page 21: MATERI-2 Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah

Website: http://jeperis.wordpress.com/2009/02/05/penulisan-karya-tulis-ilmiah/ tentang “Pengem-bangan Profesi Guru Karya dan Tulis Ilmiah”, yang ditulis oleh Suhardjono (tanggal Diakses 25 Pebruari 2011).

Website:http://uai.ac.id/public/lp5m/Penulisan%20Karya%20Ilmiah%20&% 20 Etika%20Riset.pdf tentang “Penulisan Karya Ilmiah & Etika Riset” (dlm bentuk ppt) yang disajikan oleh Sardy S. (Diakses tanggal 25 Pebruari 2011).

Website: http://fkip.uki.ac.id/index.php?view=article&catid=41:artikel&id= 68 tentang “Penulisan Karya Ilmiah” yang ditulis oleh Parlindungan Pardede (Diakses tanggal 25 Pebruari 2011).

Website: http://blog.rosihanari.net/tata-cara-penulisan-daftar-acuan-referensi (Tata Cara Penulisan Daftar Acuan (Referensi)(04 Maret 2011) Rosihanari, (Diakses tanggal 4 Maret 2011).

Website: http://penayunus.wordpress.com/2010/02/17/cara-penulisan-daftar-pustaka-dari-internet/ “Cara Penulisan Daftar Pustaka dari   Internet ”, yang ditulis oleh Ahmad Yunus (Diakses pada tanggal 4 Maret 2011).

Website: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/ihwal _teknik_penulisan_karya_ ilmiah1.df

Website: http://s2biounsoed.edublogs.org/files/2009/08/Pedoman-Penulisan-Usul-Penelitian-Tesis-dan-Artikel-Ilmiah-final-2009.pdf. diakses tanggal 24 Maret 2011).

Website:http://abacus.bates.edu/~ganderso/biology/resources/writing/HTW general.html tentang Introduction to Journal-Style Scientific Writing. (Diakses tanggal 24 April 2011).

Website: http://beriheriyantho.blogspot.com/2009/03/langkah-langkah-penulisan-artikel.html (diakses tanggal 24 Maret 2011).

Website:http://www.pin.or.id/ dat/doc/02_bag1_penulisan_karya_ilmiah.pdf (diakses tgl 16 Maret 2011).