Users’ Satisfaction with Mass Rapid Transit and the Effect ...
Mass Rapid Transit
-
Upload
futagoaditya -
Category
Documents
-
view
75 -
download
0
description
Transcript of Mass Rapid Transit
TUGASTopik Khusus Transportasi
Mass Rapid Transit (MRT)
MRT (Mass Rapid Transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan yang
mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak (massal) dengan frekuensi dan
kecepatan yang sangat tinggi (rapid). Mass Rapid Transit, yang juga disebut sebagai Angkutan
umum, adalah layanan transportasi penumpang, biasanya dengan jangkauan lokal, yang tersedia
bagi siapapun dengan membayar ongkos yang telah ditentukan. Angkutan ini biasanya
beroperasi pada jalur khusus tetap atau jalur umum potensial yang terpisah dan digunakan secara
eksklusif, sesuai jadwal yang ditetapkan dengan rute atau lini yang didesain dengan perhentian-
perhentian tertentu, walaupun Mass Rapid Transit dan trem terkadang juga beroperasi dalam lalu
lintas yang beragam. Ini dirancang untuk memindahkan sejumlah besar orang dalam waktu yang
bersamaan.
Berdasarkan jenis fisiknya Mass Rapid Transit dapat dibedakan, yaitu :
1. Bus Rapid Transit (BRT)
2. Light Rail Transit (LRT)
Berdasarkan area pelayanannya Mass Rapid Transit dapat dibedakan, yaitu :
1. Commuter Rail Systems
2. Metro
3. Heavy Rail Transit
Berdasarkan jenis fisiknya :
1. Bus Rapid Transit (BRT)
Bus Rapid Transit atau lebih sering disingkat menjadi BRT adalah sebuah sistem
transportasi berbasis bus yang beroperasi dalam suatu koridor dengan memanfaatkan salah satu
jalur pada jalan utama sebagai jalur khususnya, yang tidak mengizinkan kendaraan lain
memasuki jalur tersebut (Program, 2003). BRT (Bus Rapid Transit) juga didefinisikan sebagai
sistem transportasi yang memiliki kualitas tinggi baik dari segi keamanan, kenyamanan,
ketepatan waktu, infrastruktur, dan juga sistem transportasi yang terjadwal.
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
BRT dapat dikatakan sebagai sebuah sistem yang mengintegrasikan antara fasilitas,
pelayanan, dan kenyamanan yang bertujuan meningkatkan kecepatan, reliabilitas, dan ciri khas
dari angkutan bus. Lain kata, BRT adalah Light Rail Transit(LRT) dalam bentuk bus, suatu
transportasi yang mengombinasikan kualitas transportasi kereta dan fleksibilitas bus (Thomas,
2001).
Transit Cooperative Research Program (2003) mengungkapkan bahwa terdapat 7
komponen dalam sistem BRT (Bus Rapid Transit), yaitu:
Jalur (Running Ways)
Jalur yang dipakai oleh sistem BRT adalah jalan raya pada umumnya jalan tersebut
diambil satu atau dua jalur (sesuai dengan kondisi jalan yang ada) sebagai jalur khusus
sistem BRT yang tidak boleh diakses oleh kendaraan lainnya.
Stasiun (Stations)
Stasiun BRT sebaiknya mudah diakses oleh calon penumpang, selain itu jarak antar
statiun perlu dipertimbangkan dengan memperhatikan berbagai variabel, seperti daerah
pusat kota, pusat distribusi, pemukiman warga, tempat hiburan, dan lain-lain.
Kendaraan (Vehicles)
Kendaraan BRT harus memiliki daya angkut yang sangat besar yang mampu membawa
penumpang dalam jumlah banyak per periode waktu. Selain itu kendaraan yang
digunakan sebaiknya berbahan bakar ramah lingkungan.
Pelayanan (Services)
Sistem operasi BRT menitikberatkan pada kecepatan, reliabilitas, dan kenyamanan bagi
penumpang. BRT harus mampu melayani penumpang dalam jumlah yang sangat banyak
dan pengguna tidak menunggu terlalu lama dalam antrian menunggu bus maupun dalam
waktu tempuh perjalanan penumpang di dalam bus.
Struktur Rute (Route Structure)
Memberikan kejelasan rute yang dilalui oleh bus, lengkap dengan informasi halte mana
saja yang disinggahi maupun yang tidak disinggahi oleh bus-bus tertentu.
Sistem Pembayaran (Fare Collection)
Membuat sistem pembayaran diluar bus yaitu di halte keberangkatan, selain itu sistem
pembayaran harus cepat dan mudah (menggunakan kartu khusus jika diperlukan).
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
Kemudian loket pembayaran dibuat lebih dari satu untuk mengurangi antrian penumpang
di loket pembayaran.
Transpotasi Sistem Cerdas (Intelligent Transportation Systems)
BRT menggunakan teknologi digitalyang mampu memberikan informasi mengenai
kedatangan bus, waktu keberangkatan, jumlah penumpang dalam bus, dan lain-lain yang dapat
menin gkatkan kenyamanan dan kepercayaan pengguna.
Sistem BRT (Bus Rapid Transit) membuat beberapa negara terinspirasi untuk
membuatnya menjadi salah satu alternatif transportasi umum. Tahun 1937, Chicago sudah mulai
merencanakannya yang kemudian diikuti oleh Washington D.C pada kurun waktu 1956-1959.
Tidak berhenti disitu, pada tahun 1959, St. Louis juga sudah mulaimerancang, dan Milwaukee
menyusul pada tahun 1970 (Barton-Ashman Associates, 1971). Kota Curitiba, Brazil
menerapkan BRT pertama kali pada tahun 1974 disusul oleh Equador (1996), Los Angeles, USA
(1999), dan yang paling terkenal, Bogota, Colombia pada tahun 2000. Sistem BRT (Bus Rapid
Transit) pada Bogota dinamakan TransMilenio, dan dikenal sebagai salah satu sistem
transportasi yang berhasil menjadi transportasi umum yang efisien dan optimal. Hingga saat ini,
terdapat berbagai macam BRT (Bus Rapid Transit) dengan keunikannya masing-masing pada
beberapa negara seperti Colombia, China, dan Indonesia.
TransJakarta adalah sebuah sistemBus Rapid Transit yang mulai beroperasi pada tahun
2004 di Jakarta, Indonesia. Sejak awal beroperasi, TransJakarta telah menjadi bagian dari
reformasi an gkutan umum kota Provinsi DKI Jakarta (Unit Pengelola TransJakarta Busway,
2012). Hingga Januari 2012, TransJakarta telah mengoperasikan 11 (sebelas) koridor dengan rute
yang melingkupi wilayah DKI Jakarta dengan panjang lintasan 184,31 km. Pada tanggal 15
Januari2004, koridor 1 (Blok M – Kota) mulai dioperasikan dengan rute kawasan bisnis
Sudirman, Thamrin, dan Glodok. Setelah itu pada tanggal 15 Januari 2006, Koridor 2
(Pulogadung – Harmoni) dan Koridor 3 (Kalideres – Harmoni) dioperasikan yang berfungsi
menghubungkan kawasan Barat dan Timur. PengembanganTransJakarta dilanjutkan hingga
pembangunan Koridor 7. Kemudian pada tanggal 21 Februari 2009, Koridor 8 (Lebak Bulus –
Harmoni) mulai dioperasikan dan tanggal 31 Desember 2010 kembali dioperasikan dua koridor,
yaitu Koridor 9 (Pinang Ranti – Pluit) dan Koridor 10 (Tanjung Priok – Cililitan). Kemudian
pada 28 Desember 2011 mulai dioperasikan Koridor 11(Pulo Gebabng – Kp. Melayu)
(TransJakarta Buku Profil, 2012).
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
Gambar dibawah Rute TransJakarta. Pada gambar dibawah memperlihatkan keseluruhan daerah
yang dilintasi oleh TransJakarta. Dari keseluruhan koridor yang dilintasi, sampai saat ini terdapat
524 bus yang beroperasi untuk melayani permintaan Trans Jakarta. Kapasitas penumpang pada
bus tunggal (single bus) mencapai 85 orang,
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
2. Light Rail Transit
Light Rail Transit (LRT) adalah sistem jalur kereta listrik metropolitan yang
dikarakteristikkan atas kemampuannya menjalankan gerbong atau kereta pendek satu per satu
sepanjang jalur-jalur khusus eksklusif pada lahan bertingkat, struktur menggantung, subway, atau
biasanya di jalan, serta menaikkan dan menurunkan penumpang pada lintasan atau tempat parkir
mobil (TCRP, 1998). Sistem LRT mencakup pula jalur-jalur trem, meskipun perbedaan utama
adalah bahwa trem seringkali beroperasi tanpa jalur khusus eksklusif, dalam lalu lintas
campuran. Sistem transportasi metropolitan berbasis rel elektrik yang ditandai dengan
kemampuan mengoperasikan kereta pendek di sepanjang jalur eksklusif baik di bawah tanah,
udara atau di jalan.
Berdasarkan area pelayanannya:
1. Commuter Rail Systems
Kereta komuter atau kereta pinggiran merupakan porsi operasional jalur kereta
penumpang yang membawa penumpang di dalam wilayah perkotaan, atau antara wilayah
perkotaan dengan wilayah pinggiran, namun berbeda dari jenis Metro dan LRT dalam tataran
bahwa kereta penumpang secara umum lebih berat, jauhnya jarak rata-rata lebih panjang, dan
pengoperasiannya dilakukan di luar jalur-jalur yang merupakan bagian dari sistem jalan kereta
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
dalam sebuah wilayah. Kereta komuter yang menghubungkan daerah urban dengan sub-urban,
namun berbeda dari LRT atau metro, dimana perjalanan lebih panjang dan jalur rel merupakan
bagian dari sistem yang telah ada.
2. Metro
Sistem transportasi dengan menggunakan kereta berkinerja tinggi, digerakkan secara
elektrik, beroperasi di jalur eksklusif, tanpa jalur persilangan, dengan peron stasiun yang besar.
Metro adalah istilah internasional untuk subway atau heavy-rail transit. Metro merupakan
terminologi internasional yang paling umum untuk subway, heavy rail transit, walaupun
biasanya juga diterapkan secara umum pada sistem heavy rail transit yang sudah lebih
ditingkatkan. “Metro” untuk menggambarkan sistem heavy rail transit perkotaan yang
dipisahkan secara bertingkat (grade-separated). Ini adalah jenis MRT termahal per kilometer
persegi, namun memiliki kapasitas teoritis tertinggi.
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
4. Heavy Rail Transit
Sistem heavy rail transit adalah “sistem angkutan menggunakan kereta berkinerja tinggi,
mobil rel bertenaga listrik yang beroperasi di jalur-jalur khusus eksklusif, biasanya tanpa
persimpangan, dengan bangunan stasiun besar” (TCRP, 1988).
Contoh heavy rail transit adalah MRT Jakarta yang akan dibangun oleh PT MRT Jakarta.
Manfaat langsung dioperasikannya sistem MRT ini adalah mampu mengurangi kepadatan
kendaraan di jalan karena dengan adanya MRT diharapkan dapat mengalihkan masyarakat yang
menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi massal. Selain itu, MRT juga memberikan
kontribusi dalam meningkatan kapasitas transportasi publik. Kapasitas angkut MRT (Lebak
Bulus ke Bundaran HI) diharapkan mencapai sekitar 412 ribu penumpang per hari (tahun ketiga
operasi dengan TOD dan TDM).
Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberi dampak positif lainnya bagi
Jakarta dan warganya antara lain:
Penciptaan lapangan kerja: selama periode konstruksi, proyek MRT Jakarta diharapkan
dapat menciptakan sekitar 48.000 pekerjaan baru
Penurunan waktu tempuh & meningkatkan mobilitas: Waktu tempuh antara Lebak Bulus
sampai Bundaran HI diharapkan turun dari 1-2 jam pada jam-jam sibuk menjadi 30
menit, sedangkan dari Lebak Bulus sampai Kampung Bandan target waktu tempuh
sekitar 52.5 menit. Penurunan waktu tempuh ini akan meningkatkan mobilitas warga
Jakarta. Meningkatnya mobilitas warga kota ini memberikan dampak kepada
peningkatan dan pertumbuhan ekonomi kota, dan meningkatkan kualitas hidup warga
kota
Dampak lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per tahun akan
dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Program for Jakarta MRT System
2005)
Transit - Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai pendorong untuk
merestorasi tata ruang kota. Integrasi transit-urban diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi pada area sekitar stasiun, sehingga dapat berdampak langsung
kepada peningkatan jumlah penumpang MRT Jakarta
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
Berbeda dengan proyek monorel yang dikerjakan oleh pihak swasta (business to
business), MRT Jakarta adalah proyek yang dibiayai oleh pemerintah melalui pinjaman pinjaman
luar negeri Jepang/Japan International Cooperation Agency/JICA (Government to Government).
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjamin ketersediaan
dana dan kesinambungan operasional sistem MRT ini. Selain itu MRT Jakarta juga memiliki
jalur dan kualifikasi yang berbeda dibanding monorel.
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang berbasis rel rencananya akan membentang
kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus -
Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih ±23,8 km dan Koridor Timur – Barat sepanjang
kurang lebih ±87 km.
Pembangunan Koridor Selatan-Utara dari Lebak Bulus – Kampung Bandan dilakukan dalam 2
tahap:
Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai
dengan Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6
stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.
Tahap II akan melanjutkan koridor Selatan - Utara dari Bundaran HI ke Kampung
Bandan (8.1 Km) yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan
beroperasi paling lambat 2020.
Koridor Timur - Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan
paling lambat beroperasi pada 2027.
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
Diproyeksikan jadwal operasi MRT Jakarta dari jam 05.00 pagi sampai jam 24.00 malam.
Waktu tunggu atau headway MRT Jakarta nantinya adalah setiap 5 menit (pada tahun pertama
operasi). Diharapkan tahun-tahun berikutnya headway ini dapat dipersingkat menjadi setiap 4
atau 3 menit. Untuk penjadwalan operasi ini akan ditulis dalam grafik perjalanan MRT Jakarta
yang harus dipatuhi dan MRT Jakarta akan menggunakan sistem kontrol terpadu yang mengatur
ketepatan jadwal operasi MRT Jakarta.
MRT bukanlah solusi yang berdiri sendiri untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.
Sejumlah instrumen diperlukan untuk mengurai kepadatan lalu lintas
Integrasi produk hukum dan kebijakan seperti: peningkatan disiplin lalu lintas,
pembatasan volume kendaraan melalui kebijakan pembatasan intensitas penggunaan
kendaraan pribadi seperti ERP (electronic road pricing) serta upaya-upaya teknik lalu
lintas seperti implementasi intelligent traffic system, perbaikan manajemen lalu lintas,
pembangunan fly over, under pass, dan lain-lain. Cara lainnya yakni dengan
memberlakukan harga tiket MRT Jakarta yang terjangkau, atau penerapan berbagai
kebijakan baik yang menggunakan instrument financial seperti peningkatan pajak
kendaraan pribadi, dan bentuk-bentuk pricing (road pricing, fuel pricing, parking
pricing), maupun yang tidak menggunakan instrument financial seperti kebijakan ganjil
genap, “3 in 1”, dan sebagainya.
Integrasi dengan moda transport lain : Untuk memudahkan calon penumpang MRT
Jakarta sampai ke stasiun MRT Jakarta sekaligus menambah jumlah penumpang maka
integrasi sistem MRT dengan sistem angkutan massal lainnya ataupun feeder seperti bus
umum, TransJakarta, kereta Jabodetabek menjadi hal yang penting. Selain membangun
jaringan baru untuk sistem MRT ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama dengan
Pemerintah Pusat juga sedang mengembangkan konsep optimasi jalur kereta api lingkar
(loopline) yang saat ini telah beroperasi sebagai bagian sistem kereta urban Jabodetabek.
Dalam rencana tata ruang dan wilayah Pemprov DKI Jakarta, jalur loopline akan
diintegrasikan dengan jaringan MRT. Optimasi loopline ini ditargetkan Pemprov DKI
Jakarta dapat dituntaskan sebelum sistem MRT Jakarta tahap I dioperasikan.
Penyediaan fasilitas pendukung seperti tempat parkir (park and ride), jalur pejalan
kaki, trotoar, dan taman yang memadai. Warga yang tinggal atau beraktivitas di sekitar
jalur MRT dapat merasakan manfaat langsungnya. Warga yang tinggal agak jauh juga
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
dapat meninggalkan kendaraan pribadi dan mengakses MRT dengan angkutan umum
pendukung (feeder). Dengan demikian warga terutama pengguna kendaran pribadi bisa
didorong beralih ke MRT dengan memudahkan akses untuk menuju dan meninggalkan
stasiun.Selain itu stasiun MRT Jakarta akan dihubungkan dengan pusat-pusat aktivitas
publik, baik perkantoran, komersial dan non-komersial. Koneksi yang nyaman antara
stasiun MRT dengan pusat perbelanjaan atau perkantoran akan menjadi unsur kompetitif
pembeda dengan usaha sejenis lainnya. Dengan laju manusia yang lebih baik, pusat
perbelanjaan menjadi ramai dan perkantoran terjamin tingkat huniannya.
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
Dampak Lingkungan
Energi yang digunakan oleh aneka jenis transportasi berhubungan erat dengan emisi. Kereta
adalah jenis MRT yang paling ramah lingkungan dalam hal penggunaan energi per orang per
kilometer, meskipun hanya di tempat-tempat yang sangat padat. Emisi sangat berbeda-beda
tergantung pada sumber tenaga yang digunakan untuk membangkitkan penarik listrik (pada
kereta), dan teknologi bus serta bensin dalam sistem BRT. Selain itu, tidak seluruh sistem kereta
di negara berkembang bertenaga listrik. Oleh karena itu, terkadang terjadi dampak emisi lokal.
Berdasarkan perspektif lingkungan, bagaimanapun, poin utama untuk dicatat yaitu seluruh sistem
MRT secara virtual menawarkan keuntungan lingkungan bagi perluasan ketika perjalanan
digantikan oleh kendaran bemotor pribadi. Mungkin yang terpenting dalam jangka panjang,
dalam rangka pengurangan emisi, adalah dampak sistem MRT pada pemisahan moda, atau
persentase orang yang melakukan perjalanan dengan transportasi umum dan pribadi.
Berdasarkan pengalaman ini, tampak bahwa sistem-sistem BRT di kota-kota berkembang seperti
Bogotá dan Kuritiba yang memberdayakan angkutan umum untuk memelihara atau bahkan
meningkatkan bagi hasil dibandingkan kepada transportasi swasta. Di kota-kota lain angkutan
YOSUA ADITYA RATU
090211094
TUGASTopik Khusus Transportasi
umum cenderung berkurang, terkait dengan dampak negatif lingkungan bukan hanya dalam hal
emisi polutan setempat, tetapi juga dalam hal gas rumah tangga, suara, dan intruisi visual.
YOSUA ADITYA RATU
090211094