Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

30
MASA KHOLIFAH UTSMAN BIN AFFAN DAN ALI BIN ABI THOLIB BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Banyak apa yang kita ketahui adalah apa yang kita dengar dan dan kita lihat. Dari banyaknya kita mendengar, maka banyak pula kita akan mengetahui isi dunia. Kita mengetahui suatu hal pastinya ada seseorang yang memberitahu baik dengan cara apapun, bercerita, membaca karya seseorang, melihat dan lain sebagainya. Akan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga dan bahkan tak ternilai harganya apabila kita mempelajari sebuah sejarah. Karena dari sejarah itu kita akan mendapatkan berbagai informasi yang bisa memotifasi kita dalam berjuan dalam kehidupan. Ir. Soekarno juga mengingatkan kepada kita dengan wejangan “ JAS MERAH” Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Dari sejarah pula kita mengetahi akibat-akibat yang timbul dari suatu perbuatan baik perbuatan itu buruk atau baik. Terutama kita sebagai mahluk yang hidup setelah para mahluk yang terdahulu, tentunya sangat memerlukan pengetahuan tentang mereka yang telah sukses dalam kehidupannya. Mereka adalah cermin bagi kita untuk panutan uamat selanjutnya. Kholafaur Rosidin adalah para sahabat nabi yang setia mendampingi perjuangan Nabi, mereka menggantikan perjuangan dengan tetap memegang ajaran Nabi Muhammad SAW. Terkhususkan pada makalah ini Kholifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Pada masa itu mereka mengembangkan peradaban sebagai bentuk kemajuan agama islam yang telah dikembangkan kholifah sebelumnya yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Maka kita sebagai umat yang hidup setelah

Transcript of Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Page 1: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

MASA KHOLIFAH UTSMAN BIN AFFAN DAN ALI BIN ABI THOLIB

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1.          Latar belakang

Banyak apa yang kita ketahui adalah apa yang kita dengar dan dan kita lihat. Dari banyaknya

kita mendengar, maka banyak pula kita akan mengetahui isi dunia. Kita mengetahui suatu hal

pastinya ada seseorang yang memberitahu baik dengan cara apapun, bercerita, membaca karya

seseorang, melihat dan lain sebagainya. Akan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga

dan bahkan tak ternilai harganya apabila kita mempelajari sebuah sejarah. Karena dari sejarah itu

kita akan mendapatkan berbagai informasi yang bisa memotifasi kita dalam berjuan dalam

kehidupan.

Ir. Soekarno juga mengingatkan kepada kita dengan wejangan “ JAS MERAH” Jangan Sekali-

kali Melupakan Sejarah. Dari sejarah pula kita mengetahi akibat-akibat yang timbul dari suatu

perbuatan baik perbuatan itu buruk atau baik. Terutama kita sebagai mahluk yang hidup setelah

para mahluk yang terdahulu, tentunya sangat memerlukan pengetahuan tentang mereka yang

telah sukses dalam kehidupannya. Mereka adalah cermin bagi kita untuk panutan uamat

selanjutnya.

Kholafaur Rosidin adalah para sahabat nabi yang setia mendampingi perjuangan Nabi, mereka

menggantikan perjuangan dengan tetap memegang ajaran Nabi Muhammad SAW. Terkhususkan

pada makalah ini Kholifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Pada masa itu mereka

mengembangkan peradaban sebagai bentuk kemajuan agama islam yang telah dikembangkan

kholifah sebelumnya yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Maka kita sebagai umat yang

hidup setelah mereka akan mendapatkan jalan lurus apabila mengikuti perjalannya.

1. 2.          Rumusan masalah

Dari latar belakang yang kami paparkan sedemikian rupa, ada beberapa cakupan masalah yang

timbul yang dapat kami rumuskan, yaitu:

Siapakah Utsman Bin Affan Dan Ali bin Abi Thalib?

Bagaimana Proses pemilihan mereka sebagai Kholifah?

Page 2: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Apa yang beliau sampaikan setelah dibaiat?

Bagaimana kebijakan mereka dalam hal politik, ekonomi dan sebagainya?

Bagaimana gaya kepemimpinanya?

Peristiwa apa yang terjadi pada kekholifahannya, peperangan, pemberontakan, dan

peristiwa oenting lainnya?

Kapan dan mengapa kekholifahan mereka berakhir terkait pembunuhan Utsman Dan Ali?

1. 3.          Tujuan

Makalah sederhana ini megurai berbabagi hal yang meliputi:

Masa pemerintahan Kholifah Utsman dan Ali

Proses pemilihan Kholifah Utsman dan Ali

Isi pidato mereka setelah dibaiat dan analisis isi pidatonya

Beberbagai kebijakan dari berbagai segi baik politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan

dan lainnya

Gaya kepemipinan mereka

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kekholifahan mereka

Berakhirnya kekholifahan terkain pembunuhan terhadap Utsman dan Ali

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

1. A.         Kholifah Ustman Bin Affan

Setelah Umar wafat karena ditikam oleh Abu Lu’luah, maka estafet kepemimpinannya akhirnya

dilanjutkan oleh Ustman bin affan. Namun kali ini system pengangkatan utsman berbeda dengan

pada masa Umar atau bakar. Utsman bin affan tidak diangkat melalui system penujukan atau

wasiat , melainkan oleh dewan formatur yang terdiri dari lima dari enam orang yang ditunjuk

oleh Umar sebelum beliau meninggal dunia.

Penunjukan tersebut tidak berdasarkan perwakilan golongan, tetapi atas dasar pertimbangan

kualitas pribadi masing masing, yakni karena mereka menurut nabi adalah calon calon penghuni

surga. Hingga akhirnya Utsmanlah yang dipilih menggantikan Umar bin Khottob sebagai

kholifah yang ketiga.[1]

Page 3: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan mhumanis. Namun gaya

kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya nepotisme dalam

pemerintahan Ustman, sebab Utsman kemudian banyak mengangkat pejabat-pejabat Negara dari

kerabatnya sendiri dan kurang mengkomodir pejabat di luar kerabat beliau. Inilah yang

kemudian menyebabkan munculnya kerusuhan dan pergolakan pemerintahannya.[2]

Pada kekholifahan Utsman banyak sebagian umat menganggap pejabat yang diangkat oleh

utsman bertindak tidak adil dan dholim, sehingga mereka meminta kepada Utsman agar

mengganti pejabatnya tersebut. Mereka adalah penduduk mesir, kufah dan basrah yang sepakat

pergi ke madinah untuk meminta secara langsung pencabutan pejabat yang diangkatnya atau

mengundurkan diri dari kekholifahan, tetapi Utsman menilaknya. Atas penolakan tersbeut

mereka berdemo dan megepug rumah beliau. Sebagian dari mereka menyusup kedalam rumah

dan membunuh Utsman yang sedang membaca Al-Qur’an bertepatan beliau sedag berpuasa.[3]

1. 1.    Proses Pemilihan Kholifah Utsman

Setelah ditikam oleh abu Lu’luah dan merasa dirinya akan meninggal dunia, maka Umar bin

Khottob memilih tujuh orang yang terdiri dari enam orang yaitu Ali bin abi thalib, utsman bin

affan, Sa’at bin abi Waqosh, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan dan tholhah bin

Ubaidillah. Keenam orang tersebut memiliki kewajiban memilih dan berhak untuk dipilih, dan

satu orang yang hanya berhak memilih yaitu putra beliau sendiri Abdullah bin Umar.

Setelah Umar wafat, maka mereka segera berunding untuk membahas siapa yang akan

meneruskan tongkat estafet kepemimpinan (kekholifahan). Ketika itu ada pemikiran dari

abdurrahmanbin auf agar mereka dengan suka rela mengundurkan diri dan memberikan

kesempatan kepada orang yang benar-benar paling memenuhi persyaratan untuk dipilih sebagai

kholifah. Tetapi rupanya usul tersebut tidak berhasil, dan ternyata tidak ada satupun yang mau

mengundurkan diri. Kemudian Abdurrahman bin Auf mengundurkan diri, tetapi yang lain

enggan mengundurkan diri.

Ketika itu sempat terjadi opsi dukung mendukung antara kelompok Ali dan kelompok Utsman.

Namun akhirnya, Utsman bin Affan terpilih menjadi kholifah mengantikan Umar bin Khottob.

Dalam pengankatan Utsman tampak bahwa musyawaroh itu dilaksanakan oleh tokoh-tokoh

senior (tim formatur) tetapi terkesan tidak ada peluang untuk berbeda pendapat, sebagaimana

yang pernah diwariskan oleh Umar bin Khattab, karena khawatir terjadi keributan.[4]

Page 4: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Setelah disepakati bersama, mereka membai’at Utsman dan diikuti oleh umat islam. Pada saat

pembaiatan telah selesai, Utsman berpidato di depan kaum muslimin diantara pidatonya adalah:

“ Alhamdulillah, wahai para manusia bertaqwalah kalian kepada allah!, sesungguhnya dunia

yang telah diberitahukan kepada kita oleh Allah bahwa ia hanyalah permainan, hiburan,penghias,

keangkuhan diantara kalian dan memperbanyak harta dan anak. Seperti hujan lebat yang

membuat orang kafir terlena kepada tumbuhan yang tumbuh dan dikemudian hari berubah

menguning dan hancur (membusuk), di akhirat nanti ada tiga hal, siksa Allah yang sangat pedih,

pengampunan dan ridhoNya. Tiada kehidupan dunia kecuali hanyalah kenikmatan yang menipu,

hamba yang paling baik adalah orang yang menyerah dan menyandarkan diri pada Allah dan

kitabNya waktu di dunia”[5]

1. 2.    Gaya kepemimpinan

Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan mhumanis. Namun gaya

kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya nepotisme dalam

pemerintahan Ustman, sebab Utsman kemudian banyak mengangkat pejabat-pejabat Negara dari

kerabatnya sendiri dan kurang mengkomodir pejabat di luar kerabat beliau. Inilah yang

kemudian menyebabkan munculnya kerusuhan dan pergolakan pemerintahannya. Namun

demikian, semasa kepemimpinannya Kholifah Utsman berhasil mengkodifikasikan mushaf Al-

Qur’an yang merupakan salah satu keberhasilan yang luar bisaa.[6]

1. 3.    Ekspansi Daerah Kekuasaan

Utsman bin Affan Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia

merupakan khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun. Dari segi politik, pada masa

pemerintahannya ia banyak melakukan perluasan daerah islam dan merupakan khalifah yang

paling banyak melakukan perluasan. Hal ini sebanding dengan lamanya ia menjabat sebagai

khalifah. Pada masanya, Islam telah berkembang pada seluruh daerah Persia, Tebristan,

Azerbizan dan Armenia. Pesatnya perkembangan wilayah Islam didasarkan karena tingginya

semangat dakwah menyebarkan agama Islam. Selain itu, sikap para pendakwah Islam yang

santun dan adil membuat Islam mudah untuk diterima para penduduk wilayah-wilayah tersebut.

Selain banyak melakukan perluasan daerah, dari segi politik, Utsman adalah khalifah pertama

yang membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut tersebut masih berhubungan

dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam. Karena untuk mencapai daerah-daerah yang

Page 5: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

akan ditaklukkan harus melalui perairan, Utsman berinisiatif untuk membentuk angkatan laut.

Selain itu, pada saat itu banyak terjadi serangan-serangan dari laut.[7] Hal ini semakin

memperkuat alasan Utsman untuk membentuk angkatan laut dan Utsman memberkan

kepercayaan tersebut kepada Muawiyah bin Abi Sofyan.[8]

1. 4.    Perekonomian

Dari segi ekonomi, yaitu tentang pelaksanaan baitul maal, Ustman hanya melanjutkan

pelaksanaan yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan Umar. Namun,

pada masa Utsman, Ia dianggap telah melakukan korupsi karena terlalu banyak mengambil uang

dari baitul maal untuk diberikan kepada kerabat-kerabatnya. Padahal, tujuan dari pemberian uang

tersebut karena Utsman ingin menjaga tali silaturahim. Selain itu, disamping dari segi baitul

maal, Utsman juga meningkatkan pertanian.Ia memerintahkan untuk menggunakan lahan-lahan

yang tak terpakai sebagai lahan pertanian.

Dari segi pajak, Utsman, sama seperti dari segi baitul maal, melanjutkan perpajakan yang telah

ada pada masa Umar. Namun sayangnya, pada masa Utsman pemberlakuan pajak tidak berjalan

baik sebagaimana ketika masa Umar. Pada masa Utsman, demi memperlancar ekonomi dalam

hal perdagangan, ia banyak melakukan perbaikan fasilitas, seperti perbaikan jalan-jalan dan

sebagainya.

1. 5.    Sosial budaya dan pendidikan

Dari dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan

perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam[9]. Dengan

adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan

tujuan mengajarkan agama Islam.Selain itu, adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli

dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik.Dari segi

sosial budaya, Utsman juga membangun mahkamah peradilan.Hal ini merupakan sebuah

terobosan, karena sebelumnya peradilan dilakukan di mesjid.Utsman juga melakukan

penyeragaman bacaan Al Qur’an juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi.

Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan

kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur’an menurut

lahjah (dialek)  masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-

bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi[10].Akhirnya

Page 6: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

sahabat Huzaifah bin  Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan.

Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf

yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan Mesjid Haram dan

Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang

melaksanakan haji setiap tahunnya.

1. 6.    Akhir Kekholifahan

Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, enam tahun

pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah merupakan

masa pemerintahan yang buruk. Pada akhir pemerintahan Utsman, terjadi banyak konflik, seperti

tuduhan nepotisme dan tuduhan pemborosan uang Negara.Tuduhan pemborosan uang Negara

karena Utsman dianggap terlalu boros mengambil uang baitul maal untuk diberikan kepada

kerabatnya, dan tuduhan nepotisme karena Utsman dianggap mengangkat pejabat-pejabat yang

merupakan kerabatnya.Padahal tuduhan ini terbukti tidak benar karena tidak semuanya pejabat

yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain itu, meski kerabatnya sendiri, jika pejabat tersebut

melakukan kesalahan, maka Utsman tidak segan-segan untuk menghukum dan memecatnya.

Sayangnya, tuduhan nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa

Utsman melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu golongan

yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi khalifah, bukan Utsman. Fitnah

yang terus melanda Utsman inilah yang memicu kekacauan dan akhirnya menyebabkan Utsman

terbunuh di rumahnya setelah dimasuki oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi di depan

rumahnya. Setelah meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi penggantinya untuk

mencegah kekacauan yang lebih lanjut.[11]

1. 7.    Terbunuhnya Kholifah Utsman

Utsman bin Affan terbunuh di rumahnya sendiri pada saat penduduk mesir dan kuffah

beranggapan bahwa Utsman telah melakukan nepotisme dan didukungnya golongan yang fanatik

terhadap Ali bin Abi Thalib dan berharap Ali yang menjadi kholifah. Anggapan tersebut muncul

dari seorang berdarah yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’, hingga akhirnya mereka pergi

ke Madinah untuk meminta Utsaman memecat pejabat yang dianggap menyeleweng atau

mengundurkan diri dari kekholifahan, tetapi permitaan itu ditolak oleh Utsman.

Page 7: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Penolakan tersebut mengakibatkan konflik yang sangat besar. Mereka mengepung rumah

Utsman dan menyusup kedalam. Utsman yang saat itu sedang membaca Al-Qur’an dan berpuasa

dibunuh oleh Hamron bin Sudan As Syaqy yang kemudian membuka pintu perpecahan antara

kaum muslimin.[12]

 

1. B.          Kholifah Ali Bin Abi Thalib

Setelah Utsman bin Affan wafat maka kepemimpinan dipegang oleh Ali bin Abi Tholib. Ali bin

abi thalib diangkat menjadi kholifah pada bulan juni tahun 565 M melalui pemilihan dan

pertemuan terbuka.[13] Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang

khalifah sebelumnya. Ali dibai’at di tengah-tengah suasana berkabung atas meninggalnya

Utsman bin Affan, pertentangan dan kekacauan , serta kebingungan umat Islam Madinah. Sebab,

kaum pemberontak yang membunuh Utsman mendaulat Ali agar bersedia dibai’at menjadi

khalifah. [14]

Sejarah mencatat bahwa pengolahan urusan pemerintahan ali juga selalu mengutamakan tradisi

musyawarah sebagaimana pendahulunya, meskipun sudh kurang efektif, sebab telah terjadi

friksi-friksi yang tajam dikalangan umat islam, yaitu antara kelompok Umayyah (pendukung

Muawiyah) dan hasyimiyah (pendukung Ali)[15]

Tidak mengherankan jika kemudian diakhir kepemimpinan ali, sempat terjadi konflik-konflik,

seperti perang jamal (onta) antara Ali dan Aisyah, perang shiffin antara Ali dan Muawiyah yang

membelot sampai terjadinya tahkim(masing-masing pihak memilih seorang hakim) pada tahun

34 H.[16]

1. 1.    Proses pemilihan Kholifah Ali bin Abi Tholib

Setelah Utsman terbunuh, kaum pemberontak mendatangi para sahabat senior satu per satu yang

ada di kota Madinah, seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Saad bin Abi Waqqash, dan

Abdullah bin Umar bin Khaththab agar bersedia menjadi khalifah, namun mereka menolak.

Akan tetapi, baik kaum pemberontak maupun kaum Anshar dan Muhajirin lebih menginginkan

Ali menjadi khalifah. Ali didatangi beberapa kali oleh kelompok-kelompok tersebut agar

bersedia dibai’at menjadi khalifah. Namun, Ali menolak. Sebab, Ali menghendaki agar urusan

itu diselesaikan melalui musyawarah dan mendapat persetujuan dari sahabat-sahabat senior

terkemuka. Akan tetapi, setelah massa mengemukakan bahwa umat Islam perlu segera

Page 8: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

mempunyai pemimpin agar tidak terjadi kekacauan yang lebih besar, akhirnya Ali bersedia

dibai’at menjadi khalifah. [17]

Ali dibai’at oleh mayoritas rakyat dari Muhajirin dan Anshar serta para tokoh sahabat, seperti

Thalhah dan Zubair, tetapi ada beberapa orang sahabat senior, seperti Abdullah bin Umar bin

Khaththab, Muhammad bin Maslamah, Saad bin Abi Waqqash, Hasan bin Tsabit, dan Abdullah

bin Salam yang waktu itu berada di Madinah tidak mau ikut membai’at Ali. Abdullah dan Saad

misalnya bersedia membai’at kalau seluruh rakyat sudah membai’at. Mengenai Thalhah dan

Zubair, mereka membai’at secara terpaksa. Mereka bersedia membai’at jika nanti mereka

diangkat menjadi gubernur di Kufah dan Bashrah.

Pada hari Jum’at di Masjid Nabawi, mereka melakukan pembai’atan.Setelah pelantikan selesai,

Ali menyampaikan pidato visi politiknya dalam suasana yang kurang tenang di Masjid Nabawi.

Setelah memuji dan mengagungkan Allah, selanjutnya Ali berkata:“Sesungguhnya Allah telah

menurunkan Kitab sebagai petunjuk yang menjelaskan kebaikan dan keburukan. Maka ambillah

yang baik dan tinggalkan yang buruk. Allah telah menetapkan segala kewajiban, kerjakanlah!

Maka Allah menuntunmu ke surga. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan hal-hal yang

haram dengan jelas, memuliakan kehormatan orang muslim dari pada yang lainnya,

menekankan keikhlasan dan tauhid sebagai hak muslim. Seorang muslim adalah yang dapat

menjaga keselamatan muslim lainnya dari ucapan dan tangannya. Tidak halal darah seorang

muslim kecuali dengan alasan yang dibenarkan. Bersegeralah membenahi kepentingan umum,

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu dimintai pertanggungjawaban tentang apa saja,

dari sejengkal tanah hingga binatang ternak. Taatlah kepada Allah jangan mendurhakai-Nya.

Bila melihat kebaikan ambillah, dan bila melihat keburukan tinggalkanlah.”

“Wahai manusia, kamu telah membai’at saya sebagaimana yang kamu telah lakukan terhadap

khalifah-khalifah yang dulu daripada saya. Saya hanya boleh menolak sebelum jatuh pilihan.

Akan tetapi, jika pilihan telah jatuh, penolakan tidak boleh lagi. Imam harus kuat, teguh, dan

rakyat harus tunduk dan patuh. Bai’at terhadap diri saya ini adalah bai’at yang merata dan

umum. Barang siapa yang mungkir darinya, terpisahlah dia dari  agama Islam.”[18]

 

1. 2.    Gaya Kepemimpinan

Page 9: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Syayyidina Ali dikenal sebagai kholifah yang pemberani (brave), cerdas (smart) pandai bermain

pedang dan pandai menulis. Beliau juga seorang orator ulang. Beliau adalah orang yang pertama

kali masuk islam dan golongan anak muda.

Gaya kepemimpinan ali boleh dibilang sangat tegas dan berani mengambil langkah-langkahyang

cukupberesiko. Gaya kepemimpinannya juga memang mencerminkan pribadi yang berakhlak

dan berbudi pekerti. Beliau adalah tipe orang yang suka berterus terang,tegas bertindak dan tidak

suka “berminyak air”. Ia tidak takut kepada celaan siapapun dalam menjalankan kebenaran,

meskipun hal itu cukup beresiko bagi dirinya.

Setelah diangkat sebagai kholifah, Ali bin Abi Thalib mengambil langkah tegas diantaranya

mencatat kepala-kepala daerah yang diangkat oleh Utsman dan dikirimkanlah kepala baru untuk

menggantikannya, termasuk Muawiyah yang digantikan oleh Sabi’ bin Junaif sebagai gubernur

Syam. Demikian juga hibah atau pemberian Utsman kepada siapapun yang tidak beralasan

diambil kembali oleh Ali untuk dikemblikan kepada Negara.[19]

Tidak mengherankan jika kemudian diakhir kepemimpinanya, sempat terjadi konflik-konflik,

seperti terjadinya perang saudara antra friksi Ali dan Muawiyah, ataupun dengan Aisyah istri

Rosulullah SAW. Hingga pada akhirnya Ali terbunuh pada saat mengimami sholat subuh di

masjid Kuffah pada tanggal 20 Ramadlan tahun 41 H (661 M).[20]

1. 3.    Perkembangan kebudayaan dan pendidikan

1. Ilmu Nahwu Dan Shorof

Ali yang dikenal sebagai orang jenis (gerbang ilmu/  Bab al-ilm) menempati posisi yang unik

sebagai intelektalitas terbesar di antara para sahabat Nabi.  Selain itu, ia juga dikenal sebagai

Bapak Ilmu pengetahuan, karena itulah pada masa pemerintahannya mulai muncul dan

berkembang beberapa ilmu pengetahuan, di antaranya adalah sebagia berikut:

Ilmu nahwu dan ilmu lughah lahir  dan berkembang di Basrah dan Kufah. Hal ini disebabkan

karena kedua kota tersebut banyak bermukim berbagai kabilah Arab yang berbicara dengan

bermacam-macam dialeg bahasa, bahkan di sana juga banyak bermukim orang-orang Ajam yang

berbahasa Persia. Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Pembina dan penyusun pertama bagi dasar-

dasar ilmu tata bahasa Arab tersebut yang kemudian dilanjutkan oleh Abu Aswad ad-Duali. 

Dengan adanya ilmu itu, khalifah Ali berjasa dalam memperbaharui gramatika tulisan Arab,

Page 10: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

dengan membuat rumus-rumus tanda baca, seperti titik dan harakat untuk memudahkan kaum

muslimin membaca al-Qur’an atau berkomunikasi melalui tulisan.[21]

1. Ilmu Hadits

Dalam bidang ilmu hadis, khalifah Ali bin Abi Thalib berusaha untuk memelihara hadis, dengan

cara berhati-hati  dalam meriwayatkan suatu hadis. Hal ini terbukti dengan perkataannya: “Jika

aku mendengar suatu dari Rasul, maka semoga Allah memberi manfaat kepadaku dengan apa

yang Beliau  kehendaki  dari hadis itu. Jika orang lain meriwayatkan kepadaku, maka aku

memintanya bersumpah, dan jika mau bersumpah, maka aku membiarkannya”. Masa

pemerintahan khalifah Ali diwarnai dengan masa permulaan pemalsuan hadis, yang mayoritas

dibuat oleh pendukungnya, Syiah yang bertujuan untuk melawan politik dari musuh-musuh

mereka. Golongan Syi’ah ini membuat keuatamaan (fadha’il) dari sisi-sisi positif Ali dan

menonjolkan sisi-sisi negatif Muawiyah dan para pendukung Bani Umayyah. Dari kejadian

inilah, maka  ‘ulmu al-hadis dibuat dan dikembangkan oleh muhadditsin pada masa itu.[22]

1. Ilmu Mistik

Ahli mistik terkenal, Junaid al-Baghdadi mengakui bahwa Ali memiliki otoritas paling tinggi

dalam ilmu mistik. Ali menghabiskan banyak waktu untuk mistik.   Dari ilmu mistik inilah, maka

akan melahirkan apa yang disebut sekarang dengan ilmu tasawuf.[23]

1. Berkembangnya Pemikiran Rasional (Teologi)

Proses perkembangan pemikiran muslim tidak lepas dari adanya pergolakan politik pada masa

kekhalifahan Ali, yang menimbulkan perang Shiffin dan memunculkan golongan Khawarij.

Golongan Khawarij inilah yang pertama kali memprakarsai terhadap berkembangnya

teologi/ilmu kalam, yaitu tentang kufr.

Selama pemerintahan  Ali bin Abi Thalib berlangsung, tidak ada masa sedikit pun dalam masa

pemerintahannya itu yang dapat dikatakan stabil.  Ia menghadapi berbagai pergolakan dan

konflik internal di kalangan umat Islam. Walaupun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya

tidak ada peradaban yang penting dan tidak dihasilkan. Ada beberapa peradaban yang dihasilkan

ada masa Ali bin Abi Thalib, adalah sebagai berikut:

1. 4.    Bidang Politik

1. Mulai berkembangnya paham demokrasi.

Page 11: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Paham demokrasi ini merupakan paham yang dikembangkan dan dianut oleh kaum Khawarij.  

Menurut mereka khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh umat Islam.[24]

1. Berdirinya partai-partai politik

Adanya partai-partai politik di kubu umat Islam disebabkan oleh:

Golongan Utsman dibawah pimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan yang

mengumandangkan semboyan menuntut darah Utsman. Dua sahabat terkenal (Zubair dan

Thalhah) dan isteri Nabi Aisyah berpihak kepada golongan Utsman.

Golongan Ali, yang mana dalam  golongan tersebut terdapat dua golongan yang

terkemuka, yaitu golongan Syi’ah dan Khawarij[25].

Partai-partai politik tersebut berdampak pada adanya gangguan dan goncangan terhadap sendi-

sendi  dalam  Daulah Islamiyah yang masih berusia muda ini.

1. 5.    Budaya

Dengan  berkembangnya sistem politik di masa khalifah  Ali, maka hal tersebut mewarnai pola

dan corak kehidupan masyarakat pada waktu itu. Ali dikenal sebagai orang yan memiliki sikap

egalitarian yang sangat tinggi dan memberikan contoh sebagai sosok seorang kepala negara yang

berkedudukan sama dengan rakyat lainnya.

Ali ingin mengembalikan citra pemerintahan Islam  sebagaimana pada masa Abu Bakar dan

Umar sebelumnya. Namun kondisi masyarakat yang kacau balau dan tidak terkendali lagi

menjadikan usaha Ali tidak banyak berhasil.  Adapun usasha-usaha yang dapat dilakukannya

adalah sebagai berikut:

Mendirikan beberapa  madrasah sebagai tempat memberikan pelajaran dalam bentuk

khalaqah di masjid atau tempat pertemuan lainnya

Mengembangkan hukum Islam. Selain sebagai khalifah, Ali juga dikenal sebagah seorang

mujtahid yang agung dan ahli hukum pada zamannya, dan terbesar di segala zaman. Ia

mampu menetapkan aturan-aturan pokok untuk kepentingan umat Islam secara

keseluruhan dan  menyelesaikan semua masalah rumit dan yang paling musykil

sekalipun. Hal ini tergambar pada suatu riwayat yang mengisahkan  tentang dua wanita

bertengkar memperebutkan seorang bayi laki-laki. Masing-masing menyatakan bayi itu 

anaknya. Kemudian kedua perempuan itu dibawa menghadap Ali. Sesudah

mendengarkan penjelasan dari masing-masingnya, ia memerintahkan agar bayi itu

Page 12: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

dipotong-potong. Mendengar hal ini, seorang dari wanita tadi langsung menangis sambil

memohon agar khalifah menyelamatkan bayi. Kemudian khalifah langsung memberikan

bayi itu, karena ia tahu bahwa itulah ibu yang sesungguhnya.  Selain itu, Ali bin Abi

Thalib dikenal juga sebagai ahli fuqaha (ahli dalam bidang ilmu fiqih)[26]

1. 6.    Bidang kesenian

1. Seni Sastra

Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu tokoh sastra yang hebat.  Ia menulis syair dan beberapa

prosa (terutama dalam bentuk  surat atau nasehat). Selain itu ia juga dikenal sebagai ahli retorika

di kalangan kaum muslimin, beliau mengayakan dunia dengan beratus-ratus pidatonya yang

mempunyai nilai sastera yang tinggi.

1. Seni Kaligrafi

Diketahui bahwa masa pemerintahan Ali merupakan kelanjutan dari pemerintahan Utsman, di

mana pada masa khalifah Utsman tersebut teknik penulisan al-Qur’an  sangat berkembang

sampai kepada masa khalifah Ali. Adapun kaligrafi yang berkembang pada saat itu adalah kufi.

Khat  kufi  memiliki ciri-ciri yang spesifik, yakni berbentuk kaku, bersiku-siku atau bersudut-

sudut dengan garis lengkung  pada huruf-huruf tertentu saja.

1. 7.    Bidang Pemerintahan dan Ekspansi Militer

Dalam bidang pemerintahan ini, Ali berusaha mengembalikan kebijaksanaan khalifah Umar bin

Khattab pada tiap kesempatan yang memungkinkan. Ia melakukan beberapa hal, yaitu:

1. Membenahi dan menyusun arsip negara dengan tujuan untuk mengamankan dan

menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah.

2. Membentuk kantor hajib (perbendaharaan)

3. Mendirikan kantor shahib al-Shurta (pasukan pengawal)

4. Mendirikan lembaga  qadhi al-Mudhalim  (Usman Said: 85), suatu unsur pengadilan yang

kedudukannya lebih tinggi dari qadhi (memutuskan hukum) atau muhtasib  (mengawasi

hukum). Lembaga ini bertugas untuk menyelesaikan perkara-perkara yang tidak dapat

diputuskan oleh qadhi atau penyelesaian perkara banding.

5. Mengorganisir polisi sekaligus menetapkan tugas-tugas mereka. Mengenai bidang

kemiliteran, kaum muslimin pada masa khalifah Ali  telah berhasil meluaskan wilayah

kekuasaan Islam.  Misalnya setelah pemberontakan di Kabul dan Sistan ditumpas, orang

Page 13: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Arab mengadkan penyerangan laut atas Konkan (pantai Bombay). Negarawan yang juga

ahli perang ini mendirikan pemukiman-pemukiman militer di  pebatasan Syiria. Sambil

memperkuat daerah perbatasan negaranya, ia juga membangun benteng-benteng yang

tangguh di Utara perbatasan Parsi.[27]

6. 8.    Bidang Ekonomi

1. Perdagangan

Sistem kebijaksanaan perdagangan yang diterapkan Ali tidak jauh berbeda dengan yang

diterapkan oleh khalifah sebelumnya, Umar bin Khattab. Ia hanya melanjutkan beberapa

kebijakan yang telah dibuat oleh Umar bin Khattab.

1. Pertanian

Dalam sektor pertanian ini, khalifah Ali mengelola beberapa tanah atau lahan yan telah

diambilnya dari Bani Umayyah dan para penduduk lainnya. Hal ini digunakan untuk menambah

devisa negara.

1. Mengelola dan melestarikan kembali Baitul Mal[28]

Baitul Mal merupakan suatu karya budaya Islam yang berupa perbendaharaan negara dan

mempunyai tanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan kas negara. Pada masa pemerintahan

khalifah Ali, ia dengan teguh mengikuti prinsip-prinsip yang telah diterapkan oleh khalifah

kedua Umar bin Khattab.  Harta dan kekayaan masyarakat dikembalikan kepada rakyat dengan

adil dan merata.

1. 9.    Peperangan Pada Masa Kholifah Ali Bin Abi Tholib

1. Perang Jamal

Dinamakan demikian, karena dalam prang itu Aisyah sebagai pemimpin mengendarai unta.

Dalam memimpin pasukan, ia dibantu oleh Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidilah

Asal mula perang ini adalah munculnya rasa tidak puas di kalangan sahabat terhadap Ali yang

menunda pengusutan terhadap pembunuh Utsman bin Affan. Dengan pengangkatannya sebagai

khalifah, mereka berharap masalah  itu segera ditangani secara tuntas. Namun, Ali sendiri ingin

menyelesaikannya setelah keadaan menjadi tenang. Pada suasana demikian menurutnya,

penyelidikan dapat dilakukan dengan seksama. Prinsip tersebut tidak dapat diterima oleh mereka

yang menghendaki  pengusutan sesegera mungkin dan mereka langsung membentuk pasukan

untuk menentang Ali.

Page 14: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Adapun tujuan mereka tidak lain adalah untuk memaksa khalifah agar segera mengusut

pembunuhan Utsman bin Affan yang merupakan syarat utama dari baiat yang mereka berikan.

Ali tidak juga memperlihatkan sikap yang pasti untuk menegakkan hukum syariat Islam terhadap

para pembunuh Utsman. Sehingga Aisyah bergabung dengan Thalhah dan Zubair menggerakkan

kabilah-kabilah Arab untuk menuntut balas atas kematian Utsman. Setelah dirasa mempunyai

kekuatan yang besar, Aisyah dan pasukannya memutuskan menyerang pasukan Ali di Kufah,

yang sebetulnya pasukan Ali dipersiapkan untuk menghadapi tantangan Mu’awiyah bin Abi

Sufyan di Syiria. Ali sebenarnya ingin menghindari peperangan. Beliau mengirim surat kepada

Thalhah dan Zubair agar mereka mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai.

Namun, ajakan tersebut ditolak. Akhirnya pertempuran dahsyat antara keduanya pecah, yang

selanjutnya dikenal dengan “Perang Jamal”.[29] Dalam perang tersebut yang terjadi  di Basrah,

pasukan Aisyah (kurang lebih sebanyak 20.000 orang) terbunuh. Thalhah bin Ubaidilah terpanah

dan meninggal dalam perjalanan mengundurkan diri. Zubain bin Awwam terbunuh pada akhir

pertempuran.[30]

Pertempuran inilah yang terjadi pertama kali diantara kaum muslimin. Walaupun pasukan

Aisyah mengalami kekalahan, Aisyah tetap dihormati oleh Ali dan pengikutnya sebagai Ummul

Mu’minin. Bahkan setelah pertempuran usai, Khalifah Ali mendirikan perkemahan khusus untuk

Aisyah. Dan keesokan harinya Aisyah dipersilahkan pulang kembali ke Madinah yang dikawal

oleh saudaranya sendiri, Muhammad bin Abi Bakar. Demikianlah sejarah terjadinya perang

jamal yang merupakan perang pertama antara sesama umat Islam dalam sejarah Islam.

1. Perang Siffin

Dari Basrah, Ali kemudian membawa pasukannya ke Kufah[31]. Perhatiannya kini tertuju pada

Muawiyah bin Abu Sufyan yang bermarkas di Damaskus. Tindakan pertama yang dilakukan

oleh khalifah Ali adalah mengutus Jarir bin Abdullah untuk menyampaikan surat  kepadanya dan

menawarkan perundingan. Akan tetapi, Muawiyah tetap pada pendiriannya dan terkesan untuk

membuka perang saudara. Hal ini disebabkan karena ia merasa kecewa terhadap kebijakan Ali

bin Abi Thalib tentang pemberhentiannya sebagai gubernur di Syam (yang jabatannya digantikan

oleh Sabi bin Junaif). Selain itu, Muawiyah bin Abu Sufyan juga menuntut qisas para pembunuh

Utsman bin Affan.[32] Bahkan mereka menuduh Ali turut campur dalam pembunuhan Utsman.

Selain itu mereka tidak mengakui kekhalifahan Ali.Hal ini bisa dilihat dari situasi kota

Page 15: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

Damaskus pada saat itu. Mereka menggantung jubah Utsman yang berlumuran darah bersama

potongan jari janda almarhum di mimbar masjid. Sehingga hal itu menjadi tontonan bagi

rombongan yang berkunjung.

.Pada akhir Dzulhijjah 36 H/657 M, khalifah Ali dengan pasukan gabungan menuju keSyiria

utara. Dalam perjalanannya mereka menyusuri arus sungai Euprate, namun arus sungai tersebut

telah dikuasai oleh pihak Mu’awiyah dan pihak Mu’awiyah tidak mengizinkan pihak Ali

memakai air sungai tersebut. Awalnya Ali mengirim utusan pada Mu’awiyah agar arus sungai

bisa digunakan oleh kedua pihak, namun Mu’awiyah menolak. Akhirnya Ali mengirim

tentaranya dibawah pimpinan panglima Asytar al-Nahki dan dia berhasil merebut arus sungai

tersebut. Meskipun sungai tersebut dikuasai pihak Ali, mereka ini tetap mengizinkan tentara

Mu’awiyah memenuhi kebutuhan airnya.

Setelah sengketa tersebut selesai maka pihak Ali mendirikan garis pertahanan di dataran Shiffin,

dan Ali masih berharap dapat mencapai penyelesaian dengan cara damai. Ali mengirim utusan

dibawah pimpinan panglima Basyir bin Amru untuk melangsungkan perundingan dengan pihak

Mu’awiyah. Pada bulan Muharram 37 H/658 Mmereka mencapai persetujuan yakni

menghentikan perundingan untuk sementara dan masing-masing pihak akan memberi jawaban

pada akhir bulan Muharram. Sebenarnya hal ini sangat merugikan Ali karena akan mengurangi

semangat tempur tentaranya dan pihak lawan bisa memperbesar kekuatannya. Maka bulan Saffar

37 H/685 M terjadilah perang siffin dengan kekuatan 95.000 orang dari pihak Ali dan 85.000

orangdari pihak Mu’awiyah. Pada saat perang, Imar bin Yasir (orang pertama yang masuk

Islamd i kota Mekkah) tewas. Tewasnya tokoh yang sangat dikultuskan ini membangkitklan

semangat tempur yang tak terkirakan pada pihak pasukan Ali, sehingga banyak korban pada

pihak Mu’awiyah dan panglima Asytar al-Nahki berhasil menebas pemegang panji-panji perang

pihak Mu’awiyah dan merebutnya. Bila panji perang jatuh pada pihak lawan maka akan

melumpuhkan semangat tempur. Pada saat terdesak itulah pihak Mu’awiyah[33], Amru bin Ash

memerintahkan mengangkat al-mushaf pada ujung tombak dan berseru marilah kita bertahkim

kepada kitabullah. Namun pada saat itu Ali memerintahkan untuk tetap berperang karena beliau

tahu itu hanya tipu muslihat musuh.Tapi sebagian besar tentaranya berhenti berperang dan

berkata jikalau mereka telah meminta bertahkim kepada kitabullah apakah pantas untuk tidak

menerimanya, bahkan diantara panglima pasukannya Mus’ar bin Fuka al Tamimi mengancam:

Page 16: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

“Hai Ali, mariberserah kepada kitabullah jikalau anda menolak maka kami akan berbuat

terhadap andaseperti apa yang kami perbuat pada Usman.”Akhirnya Ali terpaksa tunduk

karena beliau menghadapi orang-orang sendiri. Sejarah mencatat korban yang tewas dalam

perang ini 35.000 orang dari pihak Ali dan 45.000 orang dari pihak Mu’awiyah.Peperangan ini

diakhiri dengan takhkim (arbitrase).Akan tetapi hal itu tidak dapatmenyelesaikan masalah,

bahkan menyebabkan terpecahnya umat Islam menjadi tigagolongan. Diantara ketiga golongan

itu adalah golongan Ali, pengikutMu’awiyah dan Khawarij (orang-orang yang keluar dari

golongan Ali). Akibatnya, diujungmasa pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga

kekuatan politik.[34]

1. Peristiwa Tahkim

Peristiwa tahkim berawal dari pidato Ali bin abi thalib kepada para pasukan yang bertujuan

untuk member support semangat karena beliau yakin bahwa beliau berjuan di atas kebenaran.

Kabar pidato Ali bin Abi Thalib itu terdengar oleh Muawiyah. Ia melihat kekalahan sudah di

depan mata pasukannya. Segera ia memanggil Amr bin Ash sebagai konsultannya agar

mencarikan rencana peperangan esok hari. Amr bin Ash berkata: “Menurutku, pasukanmu sudah

tidak seperti bala tentara Ali, dan kau juga bukan dia. Ali akan memerangimu karena kebenaran,

sedangkan kau memeranginya karena perkara lain. Kau berperang untuk tetap hidup, tetapi dia

berperang agar cepat mati. Orang-orang Irak takut kepadamu bila kau memenangkan peperangan

ini. Sementara penduduk Syam tidak takut bila Ali yang memenangkan peperangan ini.

Sekarang, lemparkan sebuah isu yang bila diterima oleh pasukan Ali sekaligus membuat mereka

berselisih satu dengan lainnya, dan bila mereka menolaknya, tetap saja dampaknya sama; mereka

akan berselisih. Ajak mereka untuk meletakkan Al-Quran sebagai pemutus dan hakim antara

engkau dan mereka”.

Muawiyah segera memerintahkan pasukannya untuk mengangkat mushaf (kitab) Al-Quran ke

atas dengan cara menancapkannya di ujung tombakdan berseru bahwa Al-Qur’anlah yang

akanmenjadi pemutus diantara Ali dan Muawiyah. Seruan yang penuh dengan tipu muslihat ini

bagaikan petir yang menyambar kepala pasukan Ali bin Abi Thalib. Keadaan mulai tidak tenang,

timbul bisik-bisik di sana sini. Akhirnya, mereka pun terpengaruh dengan seruan tersebut

Menyaksikan keadaan yang semakin kacau dan tak terkendali, Ali bin Abi Thalib tetap tidak

mau melaksanakan tahkim tersebut dan tetap menyerukan peprangan harus dilanjutkan karena

Page 17: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

sudah akan memasuki pintu kemenangan. Tetapi mayoritas orang irak meminta agar Ali

mengabulkan keinginan mereka. Dan hingga akhirnya dengan terpaksa ali menyetujui tahkim

tersebut.

Ternyata, ujian yang menimpa Ali bin Abi Thalib tidak hanya datang dari pasukannya yang telah

teperdaya. Karena, mungkin sekali setelah itu pasukan musuh akan  mendapatkan kepentingan

politis lewat perundingan yang akan diadakan sebagai konsekuensi menerima seruan

sebelumnya. Peluang tersebut akan semakin terbuka bila para pembangkang perintah Ali a.s.

mau mengikuti permainan yang sedang dijalankan musuh; dengan memilih seorang juru runding

dalam proses rekonsiliasi tersebut. Bila itu sampai terjadi, Ali sudah mempersiapkan orang untuk

berunding dengan pihak Muawiyah. Orang itu adalah Abdullah bin Abbas atau Malik Al-Asytar,

sebab ia percaya pada keikhlasan dan kewaspadaan dua sahabat ini.

Namun pada saat yang sama, orang-orang yang telah teperdaya oleh provokasi Muawiyah

bersikeras agar Abu Musa Al-Asy’ari dijadikan sebagai juru runding mereka. Ali bin Abi Thalib

segera berbicara tegas: “Sebelum ini, kalian telah membangkang perintahku, maka sekarang

jangan kalian membangkang lagi. Aku tidak mengutus Abu Musa karena dia tidak bisa

dipercaya. Dia telah memisahkan dirinya dariku dan menjauhkan orang-orang dariku; ketika

hendak berperang dengan pasukan Aisyah di Kufah, kemudian ia lari dariku lalu aku memberi

jaminan keamanan kepadanya beberapa bulan setelah kejadian itu”.

Muawiyah dan Amr bin Ash mampu memorak-porandakan kubu Ali bin Abi Thalib karena

dibantu dari dalam oleh Al-Asy’ats bin Qais yang memainkan peran musuh dalam selimut.

Secara aklamatif, Amr bin Ash terpilih menjadi juru runding kubu Muawiyah untuk merumuskan

poin-poin kesepakatan bersama Abu Musa Al-Asy’ari.

Poin penting dalam perjanjian itu adalah gencatan senjata dan pembubaran perang, dan kedua

pihak harus kembali kepada Kitab Allah dan Sunah Nabi dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang dihadapi. Pelaksanaan kesepakatan yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak

ditunda hingga bulan Ramadhan tahun 37 H. Perjanjian itu sendiri ditulis pada bulan Safar di

tahun yang sama.

Yang aneh adalah masalah penuntutan balas atas pembunuhan Utsman bin Affan. Masalah ini

sama sekali tidak dicantumkan, walaupun hanya sekedar sinyalemen saja. Padahal sebelumnya,

penuntutan balas ini telah dijadikan alasan peperangan oleh orang-orang seperti Muawiyah dan

Page 18: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

kroni-kroninya.Dan telah disepakati bahwa tempat perundingan dua juru itu untuk proses tahkim

akan diadakan di Daumatul Jandal.namun dibalik semua itu Malik Al-Asytar yang diminta untuk

menjadi saksi tidak mau menandatangani perjanjian tersebut.

1. Perang Nahrawain

Setelah terjadi tahkim sebagian tentara Ali tidak terima dengan sikap Ali yang menerima

arbitrase karena itulah mereka keluar dari pihak Ali yang selanjutnya dikenal dengan nama

Khawarij. Pihak Khawarij berkesimpulan bahwa:

ü  Mu’awiyah dan Amru bin Ash beserta pengikutnya adalah kelompok kufur karena telah

mempermainkan nama Allah dan kitab Allah dalam perang Shiffin, maka mereka wajib dibasmi.

ü  Ali dan pihak-pihak yang mendukung terbentuknya majlis tahkim adalah ragu terhadap

kebenaran yang telah diperjuangkan , padahal banyak korban yang jatuh untuk membelanya.

Untuk itu Ali telah melakukan dosa besar.

ü  Dan yang membenarkan pembentukan majlis tahkim adalah mengembangkan bid’ahdan

membasmi kaum bid’ah adalah kewajiban setiap Muslim.

ü  Pemuka kelompok ini adalah Abdullah bin Wahhab al Rasibi. Sebenarnya Ali tidak ingin

memerangi kelompok Khawarij tapi karena kelompok ini keterlaluan dalam bersikap diantaranya

membunuh keluarga shahabat Abdullah bin Wahhab dengan sadis sekali hanya karena menolak

untuk menyatakan keempat khalifah sepeningggal Nabi adalah kufur, selain itu mereka juga

membunuh utusan yang diutus oleh Ali.

ü  Ali menggerakkan pasukannya dan kedua pasukan bertemu pada suatutempat bernama

Nahrawan, terletak dipinggir sungai tigris (al dajlah).[35]

Sebelum perang diumumkan, Ali masih punya harapan untuk menyadarkankaum Khawarij. Dan

Ali memberikan amnesti bersyarat yang berbunyi: “Barang siapa pulang kembali ke Kufah,

akan memperoleh jaminan keamanan.”Sejarah mencatat setelahitu 500 orang diantara mereka

ber-iktijalsebagian pulang ke Kufah dan sebagian lagipindah ke pihak Ali sehingga kelompok

Khawarij tinggal 1.800 orang.Dengan begitu pecahlah perang Nahrawan, korban berjatuhan dari

pihak Ali karenakeberanian kelompok Khawarij sangatlah terkenal, walaupun demikian

kemenanganberada dipihak Ali dan tokoh/pemuka Khawarij, Mus’ar al Tamimi, Abdullah bin

Wahhabtewas dalam peperangan ini.Golongan Khawarij ( orang-orang yang keluar dari barisan

Ali bin Abi Thalib) yang bermarkas di Nahrawain benar-benar merepotkan Ali sehingga

Page 19: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

memberikan kesempatan pada pihak Mu’awayah untuk memperkuat dan memperluas

kekuasannya sampai mampumerebut Mesir. Akibatnya sangat fatal pada pihak Ali. Tentara Ali

semakin lemah, sementara kekuatan Mua’wiyah bertambah besar, keberhasilan Mu’awiyah

mengambil posisi Mesir berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan suplai ekonomi dari

pihakAli.[36]

1. 10.    Terbunuhnya Ali Bin Abi Tholib

Kaum khowarij tidak henti hentinya membuat gaduh di dalam kalangan islam, mereka

berpendapat bahwa pangkal kekacauan yang banyak membawa korban umat islam adalah tiga

orang imam yaitu Ali bin abi thalib, Muawiyah bin Abi sofyan dan Amr bin Ash. Kaum khowarij

mengirim tiga orang[37] yang disuruh untuk membunuh ketiga imam tersebut. Namun dari

ketiga utusan tersebut hanya  Abdurrahman bin Muljam yang berhasil menikam Ali bin Abi

tholib saat mengimami sholat subuh di masjid Kuffah. Sedangkan Al Barak bin Abdillah At

Tamimy menunggu Muawiyah selesai sholat subuh dan menikam Muawiyah, tetapi hanya

terkena pinggul dan Al Barak mati terbunuh ditangan Muawiyah. Yang terakhir adalah Amr bin

Bakri membunuh wakil yang dikira Amr bin Ash karena Amr bin Ash tidak berangkat

mengimami Sholat lantaran sakit perut.[38]

 

 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari sejarah peradaban pada masa kholifah Utsman dan Ali, kita melihat berbagai pengetahuan

tentang bagaimana agama islam berkembang pada masa kekholifahan mereka. Ada berbagai

perkembangan yang ada pada saat itu, diantaranya perkembangan dari segi ekonomi, politik,

pendidikan, dan lain sebagainya. Mereka juga memiliki gaya kepemimpinan yang tersendiri, hal

itu sesuai dengan karakter dan pendirian mereka masing-masing.

Pada masa keduanya juga terjadi berbagai peristiwa yang menjadi sebuah sejarah penting bagi

umat setelahnya sebagai pelajaran yang berharga. Dari berbagai peristiwa itu mereka menyikapi

dengan penuh ikhlas dan perjuangan. Walaupu hingga akhirnya mereka terbunuh karena agama

Allah.

Page 20: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Zainudin Muhadi, Abd. Mustaqim, Studi kepemimpinan Islam, Semarang, Toha putra, 2008.

Abdul Jabar Umar, khulasotun Nuril Yaqin juz 3, Surabaya, Maktabah Al Hikmah, 1965.

Santoso Agus, Modul Hikamah SKI kelas XII semester ganjil, Sragen, Akik Pusaka, 2009.

Abdurrahman Dudung, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi, 2009

Hj.Shafiah, Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Oktober 2008.

http://majelispenulis.blogspot.com/2011/11/sejarah-peradaban-islam-masa-utsman-dan.html

http://www.balaghah.net/nahj-htm/id/id/bio-imam/002.htm

 

[1] Muhadi Zainudin dan Abd Mustaqim, “Studi Kepemimpinan Islam,” Putra Mediatama Press,

2008, hal. 69.

[2] Ibid, hal 73

[3] Umar Abdul Jabbar, “Kholasotu Nuril Yaqin juz tiga,” Maktabah Al Hikmah, 1985,  hal. 47.

Page 21: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

[4] Ibid, hal. 70.

[5] Umar Abdul Jabbar, “Kholasotu Nuril Yaqin,” Maktabah Al Hikmah,1985, hal 44.

[6] Abd Mustaqim, “Studi Kepemimpinan Islam,” Putra Mediatama Press, 2008, hal 73-74.

[7] Raja Roma mempersiapkan tentara yang sangat besar sekali untuk menyerang kaum

muslimin, ia mengirim enam ratus perahu untuk melawan pasukan muslim yang dipimpin oleh

Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarah. Mendengar hal tersebut Muawiyan bin Abi Sofyan datang

membantu. Hingga akhirnya pasukan roma dapat dikalahkan dan daerah tersebut menjadi

kekuasaan Utsman yang akhirnya disebut dengan daulah bahriyyah.

[8] Ibid, hal47.

[9] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi, 2009, hal.59..

[10] Ibid, hal.58.

[11] http://majelispenulis.blogspot.com/2011/11/sejarah-peradaban-islam-masa-utsman-dan.html

[12] Ibid, hal. 48.

[13] Ibid, hal. 70.

[14] http://majelispenulis.blogspot.com/2011/05/sejarah-peradaban-imlam-masa-ali-bin,html

[15] Ibid, hal. 71.

[16] Ibid, hal. 71.

[17] http://majelispenulis.blogspot.com/2011/05/sejarah-peradaban-imlam-masa-ali-bin,html

[18] http://majelispenulis.blogspot.com/2011/05/sejarah-peradaban-imlam-masa-ali-bin,html

[19] Ibid,hal. 74.

[20] http://majelispenulis.blogspot.com/2011/05/sejarah-peradaban-imlam-masa-ali-bin,html

[21] Hj.Shafiah, Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008.

[22] Ibid.

[23] Ilmu yang berhubungan dengan akhlaq baik terhadap manusia terutama kepada Tuhan.

[24]  Hj.Shafiah, Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober

2008.

[25] Pada awalnya kaum syiah dan khowarij adalah front Ali bin abi tholib, tetapi setelah

terjadinya peristiwa tahkim muncullah kedua kaum ini, kaum syiah  adalah kaum yang tetap

memikuti ali bin Abi Tholib, sedangkan Khowarij adalah kaum yang keluar dari kelompok Ali

Page 22: Masa Kholifah Utsman Bin Affan Dan Ali Bin Abi Tholib

karena tidak setuju atas perjanjian tahkim yang dilaksanakan di dumatul jandal, baca  Hikmah,

modul team musyawaroh Guru bina PAI ,2009, hal. 25.

[26] Ibid, hal. 98.

[27] Ibid, hal. 78.

[28] Baitul mal digunakan sebagai pusat perekonomian Negara dalam menyimpan keuangan

Negara. Lembaga ini meneruskan dari kholifah Umar bin Khotob.

[29]  Jamal adalah salah satu nama dari unta yang masih muda.

[30]  http://majelispenulis.blogspot.com/2011/05/sejarah-peradaban-imlam-masa-ali-bin,html

[31]  Kuffah adalah daerah yang dianggap oleh Ali bin  Abi Tholib sebagai daerah yang strategis

melihat Perluasan wilayah negeri Islam yang harus diimbangi dengan sebuah ibukota yang

terpusat secara administratif dan politis. Untuk itu, ibukota harus berada di wilayah yang

strategis sehingga dapat bergerak cepat mencapai semua titik di negeri Islam.

[32]  Ibid, hal. 74.

[33] Melihat pasukan Muawiyahyang diambang pada kekalahan segera ia menemui Amr bin Ash

untuk meminta agar segera mengambil tindakan dalam strategi lain, Amr bin Ash menyuruh agar

mengangkat Al-Qur’an diujung tumbak.

[34] Ibid.

[35] Ibid, hal. 99.

[36] Ibid, hal. 76.

[37] http://majelispenulis.blogspot.com/2011/11/sejarah-peradaban-islam-masa-utsman-dan.html

[38] Umar Abdul Jabbar, “Kholasotu Nuril Yaqin  juz tiga,” Maktabah Al Hikmah,1985, hal. 47.