Masa Depan Satwa Liar Ada di Tangan Kita ... - kehati.or.id · hutan tanaman industri, perburuan...

3
Kertas Posisi ` Untuk segera diterbitkan Jl. Bangka VIII No 3B, Pela Mampang, Jakarta Selatan, 12720 Indonesia Ph. 021-7183185, 7183187, Fax. 021-7196131 www.kehati.or.id Hari Satwa Liar Sedunia-3 Maret 2016 Masa Depan Satwa Liar Ada di Tangan Kita Masa Depan Gajah Ada di Tangan Kita Preambul Lagi-lagi berita gajah mati hadir dari Sumatra, tempat satu-satunya lokasi kehidupan hewan berbelalai ini di Indonesia. Pada 25 Februari 2016, ditemukan bangkai gajah dengan kondisi kepala terpisah dari badan dan gigi serta gadingnya hilang di Rawabundar area Seksi II Way Kanan Taman Nasional Way Kambas. Sepekan sebelumnya, pada 19 Februari, seekor gajah berusia 10 tahun tewas di Gampong Bergang, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh dengan dugaan keracunan. Perburuan satwa liar illegal adalah salah satu ancaman yang mengancam keberlanjutan kehidupan satwa kunci ini di alam. Faktor lainnya adalah laju deforestrasi yang merangsek habitat hidup satwa liar. Selama dua dekade saja (1990-2010), Pulau Sumatra kehilangan 7,54 juta hektar hutan primer dan 2,31 juta hektar dalam kondisi terdegradasi (Margono et al. 2012). Tepat tanggal 3 Maret 2016, dunia memperingati sebagai hari satwa liar internasional. Tahun ini temanya adalah masa depan satwa liar ada di tangan kita, masa depan gajah ada di tangan kita. Rujukan dari tema adalah nasib gajah yang dibunuh hanya karena gading atau gigi saja. Catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa, selama 2010-2012, sekitar 100 ribu gajah dibunuh di seluruh dunia hanya demi gading. Maka tahun ini, seperti yang tertera jelas dalam laman www.wildlifeday.org adalah seruan untuk menyuarakan nasib satwa liar, khususnya gajah. Gajah di Indonesia The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan gajah Sumatra dalam daftar merah (2015) yang berarti Critically Endangered atau kritis. Status ini muncul lantaran populasi mamalia bergading hanya tersisa 680 individu (Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, 2007). Saat ini, gajah liar Sumatra masih bisa ditemukan di wilayah Seulawah-Ulu Masen, bagian utara Ekosistem Leuser, Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Bukit Tigapuluh, bagian selatan Kerinci Seblat, Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Tapi, keberadaan mereka bisa jadi hanya cerita, jika tidak ada langkah cepat untuk penyelamatan. Masalah yang umum pada gajah liar antara lain hilangnya habitat akibat konversi hutan alam untuk hutan tanaman industri, perburuan liar, perambahan, pembakaran hutan, dan penebangan liar. Habitat alami gajah terdesak akibat konsesi perambahan hutan untuk perusahaan yang berujung meningkatkan konflik gajah dengan manusia yang tinggal di sekitar hutan. Sejak awal 2014 hingga Maret 2015, tercatat korban sebanyak dua orang meninggal dan satu luka-luka dari konflik ini di Tebo, Jambi. Dari sisi gajah, tingkat kematian gajah di Tebo, tercatat 12 ekor gajah Sumatera yang mati dengan indikasi utama akibat konflik dan juga perburuan.

Transcript of Masa Depan Satwa Liar Ada di Tangan Kita ... - kehati.or.id · hutan tanaman industri, perburuan...

Kertas Posisi ` Untuk segera diterbitkan

Jl. Bangka VIII No 3B, Pela Mampang, Jakarta

Selatan, 12720 Indonesia

Ph. 021-7183185, 7183187, Fax. 021-7196131

www.kehati.or.id

Hari Satwa Liar Sedunia-3 Maret 2016

Masa Depan Satwa Liar Ada di Tangan Kita Masa Depan Gajah Ada di Tangan Kita

Preambul

Lagi-lagi berita gajah mati hadir dari Sumatra, tempat satu-satunya lokasi kehidupan hewan berbelalai ini di Indonesia. Pada 25 Februari 2016, ditemukan bangkai gajah dengan kondisi kepala terpisah dari badan dan gigi serta gadingnya hilang di Rawabundar area Seksi II Way Kanan Taman Nasional Way Kambas. Sepekan sebelumnya, pada 19 Februari, seekor gajah berusia 10 tahun tewas di Gampong Bergang, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh dengan dugaan keracunan. Perburuan satwa liar illegal adalah salah satu ancaman yang mengancam keberlanjutan kehidupan satwa kunci ini di alam. Faktor lainnya adalah laju deforestrasi yang merangsek habitat hidup satwa liar. Selama dua dekade saja (1990-2010), Pulau Sumatra kehilangan 7,54 juta hektar hutan primer dan 2,31 juta hektar dalam kondisi terdegradasi (Margono et al. 2012).

Tepat tanggal 3 Maret 2016, dunia memperingati sebagai hari satwa liar internasional. Tahun ini temanya adalah masa depan satwa liar ada di tangan kita, masa depan gajah ada di tangan kita. Rujukan dari tema adalah nasib gajah yang dibunuh hanya karena gading atau gigi saja. Catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa, selama 2010-2012, sekitar 100 ribu gajah dibunuh di seluruh dunia hanya demi gading. Maka tahun ini, seperti yang tertera jelas dalam laman www.wildlifeday.org adalah seruan untuk menyuarakan nasib satwa liar, khususnya gajah.

Gajah di Indonesia

The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan gajah Sumatra dalam daftar merah (2015) yang berarti Critically Endangered atau kritis. Status ini muncul lantaran populasi mamalia bergading hanya tersisa 680 individu (Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, 2007). Saat ini, gajah liar Sumatra masih bisa ditemukan di wilayah Seulawah-Ulu Masen, bagian utara Ekosistem Leuser, Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Bukit Tigapuluh, bagian selatan Kerinci Seblat, Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Tapi, keberadaan mereka bisa jadi hanya cerita, jika tidak ada langkah cepat untuk penyelamatan.

Masalah yang umum pada gajah liar antara lain hilangnya habitat akibat konversi hutan alam untuk hutan tanaman industri, perburuan liar, perambahan, pembakaran hutan, dan penebangan liar. Habitat alami gajah terdesak akibat konsesi perambahan hutan untuk perusahaan yang berujung meningkatkan konflik gajah dengan manusia yang tinggal di sekitar hutan. Sejak awal 2014 hingga Maret 2015, tercatat korban sebanyak dua orang meninggal dan satu luka-luka dari konflik ini di Tebo, Jambi. Dari sisi gajah, tingkat kematian gajah di Tebo, tercatat 12 ekor gajah Sumatera yang mati dengan indikasi utama akibat konflik dan juga perburuan.

Kertas Posisi ` Untuk segera diterbitkan

Jl. Bangka VIII No 3B, Pela Mampang, Jakarta

Selatan, 12720 Indonesia

Ph. 021-7183185, 7183187, Fax. 021-7196131

www.kehati.or.id

Aksi Penyelamatan

a. Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) melalui Rencana Strategi Tropical Forest Action for Sumatera (TFCA-Sumatera, 2015-2020), Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020 (IBSAP-Dokumen Regional, 2003), Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Gajah Indonesia 1997-2017, Prioritas dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Berdasarkan Key Biodiversity Area di Sumatera (Ermayanti, 2007); menyatakan bahwa salah satu langkah prioritas penyelamatan mamalia liar Sumatra adalah pengelolaan terpadu lansekap Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Alasannya adalah wilayah ini ditinggali spesies kunci yang terancam punah, seperti: gajah Sumatra, harimau Sumatra, dan Tapir. TFCA-Sumatera (2016) menempatkan Taman Nasional Gunung Leuser sebagai bentang alam yang sangat penting bagi upaya konservasi satwa liar, karena bentang alam tersebut merupakan habitat bagi Badak Sumatera, Harimau Sumatera, Orangutan Sumatera, dan Gajah Sumatera.

b. TFCA-Sumatera antara 2012-2016 juga telah mengalokasikan Rp 6,3 miliar (USD 640.622) untuk upaya konservasi satwa, termasuk Gajah Sumatera. Upaya tersebut mencakup kegiatan monitoring populasi satwa liar, patoli perlindungan habitat, pengembangan koridor, dan mitigasi konflik satwa - manusia di bentang alam Ekosistem Leuser, Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Way Kambas. Selain itu penyusunan Rencana Pengelolaan juga dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan habitat gajah di Taman Nasional Tesso Nilo. Rekomendasi

Secara khusus, upaya yang perlu diperkuat untuk melindungi gajah liar di Sumatra antara lain : a. perlindungan dan pemulihan habitat dan koridor b. mitigasi konflik dengan manusia c. penguatan upaya penegakan hukum terhadap perburuan dan perdagangan satwa liar d. pemantauan, perlindungan dan pemulihan populasi e. peningkatan kesehatan dan kesejahteraan gajah di fasilitas-fasilitas penanggulangan konflik

dan ekowisata. Adapun untuk rekomendasi penyelamatan adalah : usulan landskap prioritas konservasi Gajah, seperti :

- Taman Nasional Gunung Leuser - Taman Nasional Tesso Nilo - Taman Nasional Bukit Tigapuluh - Taman Nasional Kerinci Seblat - Suaka Margasatwa Padang Sugihan - Cagar Biosfir Giam Siak Kecil

Tentang Yayasan KEHATI Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) berdiri sejak 12 januari 1994. Yayasan KEHATI menghimpun dan mengelola sumberdaya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah guna menunjang berbagai program pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara adil dan berkelanjutan.

Kertas Posisi ` Untuk segera diterbitkan

Jl. Bangka VIII No 3B, Pela Mampang, Jakarta

Selatan, 12720 Indonesia

Ph. 021-7183185, 7183187, Fax. 021-7196131

www.kehati.or.id

Nara hubung: M Jeri Imansyah, Conservation Specialist of TFCA for Sumatera (+6282110422911 email : [email protected]) Dianing Sari, Communications Officer of KEHATI (+685717005830 email: [email protected])