Ma’rifatullah معرفة الله
-
Upload
fais-al-fatih -
Category
Education
-
view
426 -
download
0
Transcript of Ma’rifatullah معرفة الله
Ma’rifatullah معرفة هللاFais al-Fatih
Pentingnya Mengenal Allah
Memahami pentingnya Ma’rifatullah dalam kehidupan manusia.
Memahami bahwa Ma’rifatullah dapat menjadikannya mencapai hasil penambahan iman dan taqwa
Mengetahui kemanakah kesudahan hidup kita
Mengetahui apa misi hidup dan tanggung
jawab kita
Mengetahui kedudukan kita dibandingkan
dengan makhluk lain
Mengenal diri sendiri
Mengenal Allah
وأستغفر لذنبك ألله إل
إله ل فاعلم أن وألل ا
وأل ن ت ولل م لم ب ثوأكم قل و
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad [47]: 19)
Ayat ini mengarahkan kepada kita dengan bahasa (ketahuilah olehmu) bahawasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila
al-Quran menggunakan sighah amar (perintah) maka ia menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini mengetahui atau mengenali Allah (ma’rifatullah) adalah wajib.
ف ك ذرف في وجوه أل ت ا ا بن
ات وإذأ تتلى علنهم أ
سطون بال ادون ر
تلون ع روأ أل ا قل ذ ات
لنهم أ
فر ك ذ أل ار وعدها ألل م أل ل
ذ
م بشر ئ صنر وأ وبئس أفانب أل
تدعون ذه إن أل
وأ ل ثل فاست
اس ضرب ها أل ا أ خلقوأ ذبابا ول
ل ه دون ألل
وأ ل سلبهم و أجت وإن
لوب ط الب وأل ف ألط ه ض ستقذوه
ل
باب شنئ ألذ
Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang
membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: "Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?" Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan
neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka
bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang
disembah.
(QS. Al-Haj [22]: 72-73)
Allah telah menjanjikan kepada mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah baik itu ayat qauliah atau kauniah dengan api neraka. Oleh karena itu, ma’rifatullah menerusi ayat-ayatNya adalah
suatu kepentingan utama perlu dilaksanakan agar terselamat dari api neraka.
ا قبضت ن رض ج حق قدره وأل ا قدروأ ألل و و
ط اوأ ة وألس قنا
وم أل ه ن بن
ه اشركون ا ى ع
ال سبحانه وت
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit
digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Az-Zumar [39]: 67)
Mereka tidak mengagungkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan
Kanan-Nya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan.Orang-orang kafir tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya sebab
mereka tidak memahami ma’rifatullah. Ayat ini menarik kita agar tidak salah terhadap hakikat ketuhanan Allah yang sebenarnya. Oleh sebab itu, kita memerlukan cara dalam mengenal Allah
dengan benar dan tepat.
Tema Pembicaraan Ma’rifatullah
Allah Rabbul Alamin...
Penjelasan
Ketika membicarakan ma’rifatullah, artinya kita sedang membicarakan tentang Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa. Sedangkan kata Ilahmengandungi arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga sebagai sumber pengharapan. Hal ini termaktub dalam surat An-Naas (114): 1-3.
Inilah tema yang dibahas dalam ma’rifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya.
ت ك رض قل لل وأل اوأ ا في ألس
فقل ل نج
ة ل ح ى ب على نفسه ألر
م إل وم
خسروأ أنفسهم فه ذب فنه أل ر
ة ل قنا
أل
ون م ل
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi". Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh
akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman.
(QS. Al-An’am [6]: 12)
تاخذه سوم ل قن
حي أل
هو أل
ه إل
إل ل ا ف ألل و اوأ ا في ألس ه
نوم ل
ة ول
ذي ي أل
ذأ أل رض
دهم و أ ا بن لم نه بإذ
شفع عده إل
عل حنطون بشيء
فهم ول
ا خل ا شاء وسع ه ب
إل
ا و ئوده حفظه رض ول
وأل اوأ ه ألس لي كرسن
ظنم هو أل أل
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
(QS. Al-Baqarah [2]: 255)
Didukung oleh Dalil yang Kuat
Penjelasan
Ma’rifatullah yang benar dan tepat itu mestilah bersandarkan pada dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah disiapkan oleh Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk agar manusia berpikir dan membuat penilaian.
Oleh karena itu banyak fenomena alam yang dibahas oleh Al-Qur‘an dan diakhiri dengan kalimat pertanyaan: tidakkah kamu berpikir, tidakkah kamu mendengar.
Pertanyaan-pertanyaan itu mendudukkan kita pada satu pandangan yang konkrit betapa semua fenomena alam adalah di bawah milik dan aturan Allah swt.
Naqli• Dalil yang disandarkan pada
Qur’an dan Sunnah
Aqli • Dalil yang disandarkan pada akal
Fitri• Dalil yang disandarkan pada
fitrah manusia
Dalil
Dalil Naqli
شهند بن قر قل أي شيء أكبر شهادة قل أللذأ أل ي ه
م وأوحي إل ي وبن نذ ن ل
ركم به أ
لهة أ ع ألل تشهدون أن
م ل بلغ أئ ا هو إ و أشهد قل إن
ه و أخرى قل ل
ي ل أحد وإن
ا تشركون بريء
Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya
dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada
tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas
diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".
(QS. Al-An’am [6]: 19)
Dalil Aqli
نل و ف أللرض وأختل
وأل اوأ ق ألس
ولي إن في خل
ل ا
هار ل باب أل
ل أل
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
(QS. Ali Imran [3]: 190)
Dalil Fitri
تهم ظهورهم ذر دم
ي أ ب ك أخذ رب
ست ب وإذ
م ق وأشهدهم على أنفسهم أل
وأ رب ال
ا ع ا ك ة إن قناوم أل وأ
ذأ بلى شهدنا أن تقول ه غافلن
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)“.
(QS. Al-A’raf [7]: 172)
Dapat Menghasilkan
Peningkatan Iman & Taqwa
Penjelasan
Apabila kita betul-betul mengenal Allah dan didukung dalil-dalil yang kuat dan kokoh, hubungan kita dengan Allah akan menjadi lebih dekat.
Apabila kita mendekati Allah, Allah pun akan mendekati kita.
Setiap ayat Allah dalam bentuk qauliah (ayat Qur’an) maupun kauniah (ayat Allah di alam semesta) tetap akan menjadi sarana berfikir bagi kita dan penambah keimanan serta ketakwaan.
Kemerdekaan (QS. 6:82)
Ketenangan (QS. 13:28)
Barakah (QS. 7:96)
Kehidupan yang lebih baik (QS. 16:97)
Surganya yang abadi (QS. 10: 25-26)
Menggapai ridha Allah (QS. 98:8)
Cara Menuju Ma’rifatullah
Manusia diciptakan dengan membawa fitrah. Mengenai hal ini, Allah Ta’ala berfirman, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum: 30).
Kata ‘fitrah’ disebutkan pula di dalam hadits Nabi saw, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Muslim)
Sebagian ulama mengatakan bahwa arti fitrah adalah “Islam”. Hal ini dikatakan oleh Abu Hurairah, Ibnu Syihab, dan lain-lain. Pendapat tersebut dianut oleh kebanyakan ahli tafsir. Sebagian yang lain menjelaskan bahwa kata ‘fitrah Allah’ dalam QS. 30: 30 maksudnya adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. (lihat Al-Qur’an wa tafsiruhu hal. 497)
Oleh karena itulah Allah mengutus para nabi dan rasul kepada manusia untuk membimbing mereka menuju fitrahnya, yakni fitrah beragama tauhid. Para nabi dan rasul memperkenalkan Allah Rabbul ‘Alamin kepada mereka sebagai satu-satunya dzat yang berhak disembah dan ditaati.
Jalan Menuju Pengenalan terhadap Allah SWT
Allah SWT tidak menampilkan kewujudan Zat-Nya Yang Maha Hebat di hadapan makhluk-makhluk-Nya secara langsung, sehingga dapat dilihat seperti kita melihat sesama makhluk
Bahkan selagi kita bisa melihat dengan mata kepala kita, maka tentu itu bukanlah tuhan.
Allah juga menganjurkan kepada manusia untuk mengikuti Nabi SAW supaya mentafakkuri makhluk-makhluk ciptaan Allah bukan malah berfikir tentang zat Allah. Makhluk-makhluk yang menjadi tanda kebesaran dan keagungan Allah inilah yang disarankan di dalam banyak ayat al-Quran agar menjadi bahan berfikir tentang kebesaran-Nya.
Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran. Ayat-ayat di dalam Al-Qur’an ini merupakan salah satu jalan menuju ma’rifatullah.
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. dan demi bukit Sinai. dan demi kota (Mekah) ini yang aman. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).” (QS. At-Tiin: 1-5)
Pada ayat di atas, Allah mengajak kita berfikir tentang kejadian makhluk-Nya termasuk buah-buahan, perbukitan bahkan diri manusia itu sendiri sehingga akhirnya manusia dapat menyimpulkan satu keyakinan bahawa penciptanya adalah Allah SWT.
Ayat Kauniyah
Ayat Kauniah adalah ayat atau tanda yang nyata di sekeliling kita yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini bisa dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini.
Oleh karena alam ini hanya mampu berjalan dengan segala sistem dan keteraturannya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya.
ف رض وأختل
وأل اوأ ق ألس
إن في خل
ل ا
هار ل نل وأل ولي ألل
باب ل أل
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190)
Metode Islam
Metode mengenal Allah Ta’ala yang islami adalah dengan cara menggunakan al-aql (akal) dan al-fithrah (fitrah), as-sam’u (pendengaran) dan al-bashar (penglihatan) untuk memikirkan ayat-ayat al-qauliyah (firman Allah), al-mu’jizah (mukjizat), dan ayat-ayat al-kauniyah (ciptaan Allah), yang meliputi ‘alamul jamadat (benda-benda mati), ‘alamul nabatat (tumbuh-tumbuhan), ‘alamul insani wal hayawanat (manusia dan hewan).
Allah Ta’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an kata-kata penyesalan orang-orang kafir yang tidak mau memikirkan ayat-ayat Allah, dan itu menyebabkan mereka tersesat dari jalan-Nya,
“Dan mereka berkata: ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala’“. (Q.S. Al-Mulk: 10)
Metode Islam (lanjutan)
Allah Ta’ala memerintahkan kepada manusia untuk memikirkan ayat-ayat-Nya yang tersebar di segenap penjuru alam agar mereka mengenal-Nya,“Katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman””. (Q.S. Yunus: 101)
Allah Ta’ala menyebutkan, banyak diantara jin dan manusia yang akan terjerumus ke dalam nereka disebabkan tidak mau menggunakan hati, mata, dan telinganya untuk memahami, melihat, dan mendengar ayat-ayat Allah, “..dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raf: 179)
Memahami kedudukan
dirinya
Menyaksikan bukti ke-Esa-
an Allah
Tunduk kepada Allah
Membenarkan Allah SWT
Metode Islam
Naqli
Akal
Tashdiq (membenarkan) IMAN
Setelah berfikir secara terus menurus, dan juga membaca firman-firman-Nya, ia
kemudian merasakan kebesaran & keagungan Allah. Ia pun membenarkan
adanya Allah SWT.QS. 3: 191
Metode Islam ini akhirnya menghasilkan keimanan sejati
kepada Allah
Metode Selain Islam
Namun, banyak manusia malah menolak ajakan para nabi dan rasul Allah tersebut. Dalam rangka mengenal Tuhan, mereka lebih senang mengikuti hawa nafsunya sendiri. Pengenalan mereka kepada Allah hanya berlandaskan dugaan, sangkaan dan hawa nafsu. Yakni mengandalkan al-hawas (panca indera) dan al-aql (akal) yang sebenarnya sangat terbatas. Walhasil, pengenalan Allah dengan mengandalkan al-falsafah (filsafat) ini tidak akan mencapai hasil yang tepat.
Allah Ta’ala menegaskan, persangkaan yang mengandalkan al-hawas dan al-aql, sama sekali tidak akan dapat mengantarkan kepada kebenaran. Dengan kata lain, ia bukanlah metode yang tepat untuk mencapai kebenaran, mengenal Allah Ta’ala. “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.”(Q.S. Yunus: 36)
KUFUR
Keragu-raguan
Hawa nafsu
Dugaan
Perhatikanlah bagaimana kejahilan sebagian dari Bani Israel, karena faham materialisme dan mengandalkan hawa nafsu serta dugaan inilah mereka menjadi tidak mau beriman kepada Musa ‘alaihissalam. “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: ‘Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang’, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 55)
Apabila jalan yang dilalui tidak jelas dan tidak tepat, maka hasil yang didapati juga sangat tidak meyakinkan. Mungkin ada hasil yang didapati, tetapi bukan hasil yang sebenarnya. Terjebaklah ia dalam keragu-raguan. “Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al Quran, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat.” (QS. Al-Haj: 55)
Sumber
Ma’rifatullah (Bagian 1). url: http://www.dakwatuna.com/2008/03/21/441/marifatullah-bagian-1/#axzz3n4ee8KwD
Ma’rifatullah (Bagian 2). url: http://www.dakwatuna.com/2008/03/22/443/marifatullah-bagian-2/#axzz3n4ee8KwD
Metode Mengenal Allah. url: http://www.al-intima.com/madah/metode-mengenal-allah