Manusia homo educandum

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk yang dapat dididik dan mendidik dengan kemampuannya manusia bisa menciptakan segala hal. Dalam makalah ini saya akan membahas tentang manusia sebagai insane pendidikan. 1.2 Rumusa n Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapatditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1.2.1 Bagaim ana hubungan hakikat manusia dengan pendidikan ? 1.2.2 Bagaim ana gambaran manusia sebagai mahluk yang perlu dididik dan mendidik diri ? 10

Transcript of Manusia homo educandum

Page 1: Manusia homo educandum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk yang dapat dididik dan mendidik dengan

kemampuannya manusia bisa menciptakan segala hal. Dalam makalah ini saya

akan membahas tentang manusia sebagai insane pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapatditarik rumusan masalah

sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana hubungan hakikat manusia dengan pendidikan ?

1.2.2 Bagaimana gambaran manusia sebagai mahluk yang perlu dididik

dan mendidik diri ?

1.2.3 Bagaimanakah manusia yang dapat dididik itu ?

1.3 Tujuan Penulisan

Dengan adanya makalah ini saya khususnya dan anda pada umumnya

diharapkan mengerti arti dari manusia sebagai insan pendidikan. Semoga makalah

ini bermanfaat.

10

Page 2: Manusia homo educandum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia Dan Kebutuhannya Akan Pendidikan

Ada ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai animal educable.

Artinya, pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang dapat dididik. Disamping

itu menurut Lavengel, manusia juga bisa disebut animal educandum yang artinya

manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang harus dididik, dan homo educandus

yang bermakna bahwa manusia merupakan mahluk yang bukan hanya harus

dididik tetapi juga harus dan dapat mendidik. Deskripsi diatas mengungkapkan

secara jelas bahwa ada mata rantai yang erat antara hakikat manusia dengan

garapan pendidikan sebagai salah satu satu usaha sadar untuk lebih

memanusiakan manusia. Garapan pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi

manusia. Pendidikan telah dianngap sebagai salah satu hak asasi manusia yang

harus dipenuhi. Persoalannya adalah mengapa garapan pendidikan merupakan

suatu keharusan bagi manusia, mengapa manusia harus dididik danharus

mendidik. Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi sebagai berikut :

a. Hakikat Anak Sebagai Manusia

Manusia yang lahir dalam keadaan serba lemah. Ia belum

dapat berdiri sendiri, belum bisa mencari makan sendiri. Semuanya

dalam keadaaan serba bergantung kepada orang lain. Walau

demikian dia telah menunjukkan keunikannya kendati dalam takaran

yang sederhana. Pada saat ia lahir di dalam kandungan ibunya ia

10

Page 3: Manusia homo educandum

telah mengekspresikan dirinya dalam bentuk tangis atau gerakan-

gerakan tertentu.

b. Manusia Dengan Sifat Kemanusiaannya

Kegiatan mendidik adalah sifat khas yang dimiliki manusia.

Immanuel Kant mengatakan “manusia hanya dapat menjadi

manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tak dididik maka ia

tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini

telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap ank

terlantar yang dalam perkembangannya menjadi anak liar.

c. Manusia Sebagai Mahluk Budaya

Manusia dengan budi, rasa dan karsanya menciptakan

kebudayaan. Agar manusia dapat hidupmenghayati dunia

kebudayaaan tadi, manusia patut dilengkapi dengan nilai-nilai atau

norma kebudayaan yang sepatutnya disampaikan dalam garapan

pendidikan. Dengan demikian pendidikan pada hakikatnya adalah

proses yang berkesinambungan yang mengangkat harkat dan

martabat manusia dari dunia alam (the world of nature) menuju

kehidupan yang bercirikan kebudayaan (the world of culture). Aliran

kebudayaan dalam pendidikan ini dipeloporioleh Spranger, yang

mengutamakan masalah penyampaian norma, nilai keagamaan, ilmu

pengetahuan, serta kesenian.

Ragam pemahaman tentang hakikat manusia adalah :

10

Page 4: Manusia homo educandum

a. Homo Sapiens

Pemahaman hakikat manusia sebagai mahluk yang bijaksana dan

dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Hal ini disebabkan

oleh kemampuan manusia yang memiliki akal, fikiran, rasio, daya

nalar, cipta, rasa dan karsa. Sehingga manusia mampu

mengembangkan dirinyasebagai manusia seutuhnya.

b. Homo Faber

pemahaman tentang hakikat manusia sebagai mahluk yang

berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan keterampilannya

dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu sebagai produsen dan

pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (konsumen) untuk

kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya.

c. Homo Religious

Pandangan tentang manusia dan hakikat manusia sebagai mahluk

yang beragama, manusia diciptakan oleh Tuhan dimuka bumi ini

sebagai mahluk yang sempurna. Melalui kesempurnaannya itulah

manusia bisa berfikir, bertindak, dan menentukan mana yang baik

dan benar.

d. Homo Homini Socius

Kendati sosok manusia sebagai mahluk individu, mahluk yang

memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu

10

Page 5: Manusia homo educandum

dengan yang lain, namun pada saat yang bersamaan manusia juga

sebagai kawan social bagi mahluk yang lainnya

e. Manusia Sebagai Mahkuk Etis Dan Estetis

Hakikat manusia pada dasarnya sebagai mahluk yang memiliki

kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapat memahami norma-

norma social dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah

etika yang diyakininya. Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman

tentang hakikat manusia sebagai mahluk yang memiliki rasa

keindahan (sense of beauty) dan rasa estetika (sense of estetics).

Sosok manusia yang memiliki cita, rasa dan dimensi keindahan

estetika lainnya.

Jadi, kenapa manusia membutuhkan pendidikan ?

a. Anak manusia lahir dengan bermacam-macam potensi

b. Agar potensi sebagai modal dasar dapat berkembang maka perlu

bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari orang-orang yang

bertanggung jawab.

c. Pendidikan bertujuan membantu mengembangkan potensi kearah yang

lebih baik.

d. Pendidikan tidak hanya berarti penyampaian pengetahuan tetapi

merekomendasikan nilai-nilai.

10

Page 6: Manusia homo educandum

e. Manusia tidak akan menjadi manusia kalau tidak dibesarkan dalam

lingkungan manusia.

2.2 Keharusan Manusia Sebagai Mahluk Yang Perlu Dididik Dan Mendidik Diri

Ada berbagai pandangan yang menginterpretasikan manusia sebagai

makhluk, baik makhluk social, individual, politik, berakal, berbicara, dan lain-

lain. Dalam kajian ini erat kaitannya dengan permasalahan pendidikan yang

mengasumsi- kan bahwa manusia harus dididik.

Sebagaimana dijelaskan oleh Tatang Syaripudin (2008), dan

MI.Soelaeman (1985) bahwa eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya

sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan

demikian, manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan

pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus “belum selesai”

mewujudkan dirinya sebagai manusia (prinsip historisitas). Bersamaan dengan

hal di atas, dalam eksistensinya manusia mengemban tugas untuk menjadi

manusia ideal. Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang dicita-

citakan atau yang seharusnya. Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut belum

terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan (prinsip idealitas).

Permasalahan manusia, apakah ia harus dididik dan apakah manusia dapat dididik

menyangkut permasalahan antropologi filsafi, yang mempersoalkan hakikat

manusia itu sendiri, yaitu apakah manusia sebagai makhluk social, makhluk

individual, makhluk ciptaan Tuhan YME, sebagai makhluk yang berakal, atau

10

Page 7: Manusia homo educandum

sebagai makhluk yang potensial. Persoalan ini akan memunculkan berbagai

alternative jawaban dan tindakan manusia, yang salah satunya melalui

pendidikan.

Permasalahannya adalah apakah dengan tindakan pendidikan semua

persoalan kehidupan manusia menjadi lengkap dan sempurna? Oleh karena itu,

banyak para filosof yang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang

belum selesai, khususnya para filosof eksistensialisme. Sebagaimana yang

dijelaskan oleh Tatang Syaripudin baik dalam Tesis maupun dalam Landasan

Pendidikan (1994, 208) bahwa “Manusia belum selesai menjadi manusia, ia

dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya

menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri.

“Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian

kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959).

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan

identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum (M.J.Langeveld,

1980).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk

yang membutuhkan penyempurnaan sebagai manusia melalui pendidikan, dan

kebutuhan untuk mengembangkan dirinya melalui upaya yang terus menerus

menggali potensi dengan proses mendidik diri. Dua prinsip ini yang oleh MJ.

Langeveld disebut sebagai “Animal educandum dan Animal Educabile”.

Selanjutnya Tatang Syaripudin (1994) menyatakan “ada tiga prinsip antropologis

10

Page 8: Manusia homo educandum

yang menjadi asumsi perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan perlu

mendidik diri, yaitu :

a. prinsip historisitas,

b. prinsip idealitas, dan

c. prinsip posibilitas/aktualitas.

2.3 Manusia Sebagai Mahluk Yang Dapat Dididik

Suatu fakta yang jarang orang mempertanyakan kembali tentang

hakikatmanusia apakah harus dididik dan dapat dididik, karena ketidak pedulian

orang atau keawaman orang terhadap permasalahan pendidikan. Para ahli

pendidikan, kapanpun dan dimanapun akan berorientasi pada landasan filsafat

antropologis yang memberikan pandangan tentang potensi-potensi manusia yang

dapat dikembangkan melalui upaya pendidikan. Demikian pula, para ahli

kedokteran dan fisiologi akan lebih berkonsentrasi pada upaya menyelidiki

tentang berbagai rahasia yang ada pada fisik manusia, sehingga mampu

menemukan berbagai obat atau metode penyembuhan sakit fisik manusia.

Permasalahan apakah manusia akan dapat dididik ? Pertanyaan tersebut

menuntut jawaban dengan prinsip-prinsip Antropologis apakah yang

melandasinya. Berdasarkan itu, Tatang Syaripudin (1994), mengemukakan lima

prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik,

yaitu, prinsip potensialitas, prinsip dinamika, prinsip individualitas, prinsip

sosialitas, dan prinsip moralitas. MI. Soelaeman (1984) mengemukakan 3 prinsip,

10

Page 9: Manusia homo educandum

yaitu ; prinsip, individualitas, sosialitas, dan moralitas. Sementara La Sulo (1994)

mengemukakan 4 prinsip, yaitu prinsip individualitas, sosialitas, moralitas, dan

prinsip keberagamaan. Prinsip keberagamaan tidak serta merta tercakup dalam

prinsip moralitas, sebab ada moral yang bersumber dari filsafat atau bentuk-

bentuk moral ilmu pengetahuan. Marilah kita ikuti uraian prinsip-prinsip

antropologi yang dikemukakan oleh Tatang Syaripudin dalam Tesis (1994), dan

Landasan Pendidikan (2008) berikut ini :

a. Prinsip Potensialitas

Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal.

Sosok manusia ideal tersebut antara lain adalah manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, bermoral/berakhlak

mulia, cerdas, berperasaan, berkemauan, mampu berkarya, dst.. Di

pihak lain, manusia memiliki berbagai potensi, yaitu: potensi untuk

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, potensi untuk mampu

berbuat baik, potensi cipta, rasa, karsa, dan potensi karya. Sebab itu,

manusia akan dapat dididik karena ia memiliki potensi untuk menjadi

manusia ideal.

b. Prinsip Dinamika

Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam

rangka membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia

ideal. Di pihak lain, manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki

dinamika untuk menjadi manusia ideal. Manusia selalu aktif baik

10

Page 10: Manusia homo educandum

dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Ia selalu menginginkan

dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah ada atau yang

telah dicapainya. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar

menjadi manusia ideal, baik dalam rangka interaksi/komunikasinya

secara horisontal maupun vertikal.. Karena itu dinamika manusia

mengimplikasikan bahwa ia akan dapat didik.

c. Prinsip Individualitas

Praktek pendidikan merupakan upaya membantu manusia

(peserta didik) yang antara lain diarahkan agar ia mampu menjadi

dirinya sendiri. Dipihak lain, manusia (peserta didik) adalah individu

yang memiliki ke-diri-sendirian (subyektivitas), bebas dan aktif

berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Sebab itu, individualitas

mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.

d. Prinsip Sosialitas

Pendidikan berlangsung dalam pergaulan nteraksi /

komunikasi) antar sesama manusia (pendidik dan peserta didik).

Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan disampaikan

pendidik dan diterima peserta dididik. Telah Anda pahami, hakikatnya

manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya.

Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi

huhungan pengaruh timbal balik di mana setiap individu akan mene-

10

Page 11: Manusia homo educandum

rima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas

mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.

e. Prinsip Moralitas

Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan

sistem norma dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan bertujuan

agar manusia berakhlak mulia ; agar manusia berperilaku sesuai

dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama,

masyarakat dan budayanya. Di pihak lain, manusia berdimensi

moralitas, manusia mampu membedakan yang baik dan yang jahat.

Sebab itu, dimensi moralitas mengimplikasikan bahwa manusia akan

dapat dididik.

f. Prinsip Keberagamaan/religiusitas

Bagi umat beragama meyakini bahwa semua yang ada di alam

semesta ini adalah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa, ini berbeda

denga aliran evolusionistik yang berargumen bahwa segala yang ada

di dunia ini terjadi dengan sendirinya melalui proses panjang dengan

hukum alam. Mereka lupa bahwa evolusi dari binatang tidak semua

mencapai kesempurnaan, sementara evolusi manusia menuju ke

kesempurnaan. Ada dua atau lebih proses evolusi, dimana ada yang

menuju ke kehancuran dan ada yang tidak berevolusi, dan ada yang ke

kesempurnaan/ keunggulan.

10

Page 12: Manusia homo educandum

Atas dasar berbagai asumsi di atas, jelas kiranya bahwa

manusia akan dapat dididik, sehubungan dengan ini M.J. Langeveld

(1980) memberikan identitas kepada manusia sebagai “Animal

Educabile”. Dengan mengacu pada asumsi ini diharapkan kita tetap

sabar dan tabah dalam melaksanakan pendidikan. Andaikan saja Anda

telah melaksanakan upaya pendidikan, sementara peserta didik belum

dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, Anda seyogyanya

tetap sabar dan tabah untuk tetap mendidiknya. Dalam konteks ini,

Anda justru perlu introspeksi diri, barangkali saja terjadi kesalahan-

kesalahan.

Demikianlah prinsip-prinsip yang melandasi perlunya anak

manusia mendapat bantuan pendidikan, yang tentunya tidak

mengabaikan prinsip-prinsip antropologis lainnya selama prinsip

tersebut memperkuat kaidah-kaidah pentingnya pendidikan bagi

manusia.

10

Page 13: Manusia homo educandum

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Alat peraga adalah alay yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran

yang bertujuan untum memperjelas maksud dan tujuan suatu hal yang dijelaskan

oleh guru. Alat peraga memiliki banyak fungsi dan daya tarik dalam kegiatan

belajar mengajar, oleh karena itu penggunaan alat peraga sangat membantu

dalam proses belajar, selain karna menggunakannya mudah biaya yang

dibutuhkan pun murah.

3.2 Saran

Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki saat ini, karena dengan

bersyukur bisa menentramkan dan mendamaikan jiwa. Jika apa yang kita

inginkan tidak sesuai dengan apa yang kita capai maka bersabarlah dan terus

berjuang.

10

Page 14: Manusia homo educandum

DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin Dinn, Dkk. (2003). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas

Terbuka.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/

195009081981011Y._SUYITNO/

FILSAFAT_PENDIDIKAN_Utama_I.pdf (Diakses tanggal 08

Oktober 20013 )

10

Page 15: Manusia homo educandum

10

Page 16: Manusia homo educandum

10