Manusia Dan Kebudayaan
Transcript of Manusia Dan Kebudayaan
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
A. Manusia
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan
potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,
pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi
dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun
negatif.
Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena manusia
memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua
makhluk yang ada di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun
perbandingan massa otak dengan tubuh manusia memang memberikan petunjuk dari
segi intelektual relatif.
Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik
itu menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. secara
biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia)
yang merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang
apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil.
Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan
keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik. Dan dapat di pandang
dari banyak segi. Dalam ilmu eksakta, manusia dipandang sebagai kumpulan dari
partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh
manusia (ilmu kimia). Manusia merupakan kumpulan dari berbagai sistem fisik yang
saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energy (ilmu fisika).
Manusia merupakan mahkluk biologis yang tergolong dalam golongan mahkluk
mamalia (biologi). Dalam ilmu-ilmu sosial manusia merupakan mahkluk yang ingin
memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut
homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak
dapat berdiri sendiri(sosiologi).mahkluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan
(politik), mahkluk yang berbudaya, sering disebut homo-humanus (filsafat) dan lain
sebagainya.
Ada dua pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang
unsure-unsur yang membangun manusia :
1. Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu :
a. Jasad, yaitu : badan kasar manusia yang Nampak pada luarnya, dapat diraba
dan difoto, dan menempati ruang dan waktu
b. Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak
c. Ruh, yaitu : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara
spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan pencipta yang bersifat
konseptual yang jadi pusat lahirnya kebudayaan
d. Nafs, yaitu : kesadaran tentang diri sendiri
2. Manusia sebagai satu kepribadian mengandung tiga unsur, yaitu :
a. Id, yang merupakan struktur kepribaadian yang paling primitif dan paling tidak
nampak. Id merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukan cirri
alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual
menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id tidak berhubungan
dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian yang
pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar.
b. Ego, merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali di bedakan
dari Id, sering kali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena perannya
dalam menghubungkan energy Id kedalam saluran sosial yng dapat dimengerti
oleh oaring lain. Perkembangan ego terjadi antara usia satu dan dua tahun, pada
saat anak secara nyata berhubungan dengan lingkungannya. Ego diatur oleh
prinsip realitas, ego sadar akan tuntunan lingkungan luar, dan mengatur tingkah
lau sehingga dorongan instingtual Id dapat dipuaskan dengan cara yang dapat
diterima.
c. Superego, meruoakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira-kira
pada usia 5 tahun. Dibandingan dengan Id dan Ego, yang berkembang secara
internal dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi
superego merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego
dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri.
B. Hakekat Manusia
1. Mahkluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang
utuh.
Tumbuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkrit
tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubunhnya hancur dan lenyap. Jiwa
terdapat di dalam tubuh, tidak dapat dilihat,tidak dapat diraba, sifatnya abstrak
tetapi abadi, jika manusia meninggal jiwanya lepas dari tubuh dan kembali
keasalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami kehancuran. Jiwa adalah roh
yang ada di dalam tubuh manusia sebagai peenggerak dan sumber kehidupan.
2. Mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan mahkluk
lainnya.
Kesempurnaan terletak pada abad dankebudayaannya, karena manusia
dilengkapi oleh penciptannya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat
dalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Adanya nilai baik dan buruk, mengharuskan manusia
dan mempertimbangkan, menilai dan berkehendakmenciptakan kebenaran,
keindahan, kebaikan atau sebaliknya. Selanjutnya dengan adanya perasaan,
manusia mampu menciptakan kesenian. Perasaan rohani adalah perasaan luhur
yang hanya terdapat pada manusia misalnya :
a. Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenan dengan pengetahuan.
b. Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenan dengan keindahan
c. Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenan dengan kebaikan
d. Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkeknan dengan harga diri karena ada
kelebihan dari yang lain
e. Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenan dengan kelompok atau korp atau
hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain
f. Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenan dengan agama atau
kepercayaan
3. Mahkluk biokultural, yaitu mahkluk hayati dan budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atu interaksi faktor-faktor hayati
dan budayawi. Swebagai mahkluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi
anatomi, fisiologi atau faal, biokimia, psikobiologi, patalogi, genetika,
biodemografi, evolusi biologisnya, dan kemasyarakatannya, kekerabatan, psikologi
sosial, kesenian, ekonomi, perkakas,bahasa, dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang
senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena
yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan
adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran
dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya .
Manusia memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari makhluk lainnya,
manusia juga memiliki akal yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui
proses belajar yang terus-menerus. Oleh karena itu manusia harus bersosialisasi
dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu interaksi
sosial. Hal ini menjadikan manusia harus memiliki ilmu pengetahuan yang
berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan yang bukan
kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis
dan seimbang. Agar hasil dari pendidikan, yakni kebudayaan dapat
diimplementasikan dimasyaakat.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai motivator
terwujudnya budaya yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan
kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai
manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu
negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu
pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena
kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
C. Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan
masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang
menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur.
Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai
sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa
timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea,
dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan di negara
Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai. Kepribadian bangsa timur
juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun
dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang mencerminkan
negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat Indonesia
khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan
sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut
versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang
membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri
khas kepribadian yang unik. Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang masih
kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara
tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia masih
banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari masing-masing
daerah. Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu
tarian pendet, kecak, tarian barong.
D. Pengertian Kebudayaan
Kata Kebudayaan berasal darikata kultur yang dalam kata Latin adalah cultura
(kata kerjanya, colo,colore) dan artinya memelihara atau mengerjakan, mengolah.
Pengertianini berkembang menjelang abad 18 melalui karangan Herder tentangsejarah
semesta, Ideen zur Geschichte der Menscheit, dan terutamakarangan Klem berjudul
Allgemeine Culturgesschichte der Menscheit.Dalam analisa kedua tokoh ini perkataan
kultur atau kebudayaan dalamarti yang modern mendapat arti tingkat kemajuan, yaitu
tingkat pengerjaanatau pengolahan yang dicapai manusia pada suatu ketika dalam
perjalanansejarah.Lebih jauh Alisjahbana menyebutkan bahwa terdapat 7 (tujuh)
penggolongan defenisi kebudayaan, yakni pertama menekankankenyataan, bahwa
kebudayaan itu adalah suatu keseluruhan yangkompleks, yang terjadi dari unsur-unsur
yang berbeda seperti pengetahuan,kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan
segala kecakapan yanglain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kedua,menekankan sejarah kebudayaan, yang memandang kebudayaan sebagaiwarisan
sosial atau tradisi. Ketiga, menekankan segi kebudayaan yangnormatif, yakni
kebudayaan sebagai cara, aturan dan jalan hidup manusia. Disini juga ditekankan cita-
cita, nilai-nilai dan kelakukan. Keempat, pendekatan secara Psikologi, kebudayaan
sebagai penyesuaian manusiakepada sekitarnya. Dalam hal ini, Summer dan Keller
yang menekankanpenyesuaian manusia pada keadaan dan syarat-syarat hidupnya.
Sedangkan Kroeber dan Kluckhohn menekankan usaha belajar danpembiasaan
serta defenisi yang bersifat psikologi murni yang dirumuskandalam istilah psiko-
analisis dan psikologi sosial. Kelima, menekankan halhal yang bersifat struktur yang
membicarakan pola-pola dan organisasi kebudayaan. Keenam, kebudayaan dipahami
sebagai hasil perbuatan ataukecerdasan manusia. Grover merumuskan kebudayaan
sebagai hasilpergaulan atau perkumpulan manusia. Dalam hal ini juga ditekankan
pikiran-pikiran dan lambang-lambang. Ketujuh merupakan defenisi-defenisi yang tidak
lengkap dan tidak bersistem. Alisjahbana maupun Koentjaraningrat mengakui bahwa
banyak sekali defenisi-defenisi kebudayaan yang mengacu pada suatu disiplinilmu
tertentu, bukan saja antropologi, tetapi juga sosiologi, filsafat, sejarahmaupun
kesusasteraan. Berdasarkan ilmu Antroplogi, Koentjaraningrat mendefenisikan
kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yangdijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan culture, dalam kata Sanskerta adalah buddhayah, dalambentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat
diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal, ataudaya dari budi. Zoetmulder juga
melihat kodrat manusia dengan akalbudinya merupakan titik tolak kebudayaan.
Selanjutnya, Soerjanto Poespowardojo dalam memaknai kebudayaan menegaskan
bahwa: Kebudayaan adalah identitas suatu bangsa. Dengan demikian, jelaslah bahwa
kebudayaan bukan sekedar pakaian, melainkan hidup yang memolakan setiap sikap dan
perbuatan berdasarkan nilai yang dihayati. Kebudayaan di satu pihak adalah ciptaan
pribadi-pribadi manusia, namun juga merupakan ciptaan seluruh masyarakat, karena
seseorang tidak mungkin menciptakan karyabudayanya tanpa pengaruh dan
pembentukan dari masyarakat, dimana dia dibesarkan. Maka, kebudayaan adalah
keseluruhan warisan yang dilanjutkan dari generasi yang satu ke generasi seterusnya.
Stephen K. Sanderson tidak melihat kebudayaan sebagai pewarisan secara
biologis, tetapi ”kebudayaan sebagai keseluruhan karakteristik paraanggota sebuah
masyarakat, termasuk peralatan, pengetahuan, dan cara berpikir dan cara bertindak
yang telah terpolakan, yang dipelajari dandisebarkan serta bukan merupakan hasil dari
pewarisan biologis. Sanderson membagi empat karakteristik utama kebudayaan,
pertama, kebudayaan mendasarkan diri pada simbol. Simbol sangat esensial bagi
kebudayaan, karena ia merupakan mekanisme yang diperlukan untukmenyimpan dan
mentransmisikan sejumlah besar informasi yangmembentuk kebudayaan. Kedua,
kebudayaan itu dipelajari dan tidaktergantung kepada pewarisan biologis dalam
transmisinya. Ketiga,kebudayaan adalah sistem yang dipikul bersama oleh anggota
suatu masyarakat, yakni, ia merupakan representasi dari para anggotamasyarakat yang
dipandang secara kolektif daripada individual.
E. Unsur-unsur Kebudayaan
Unsur Kebudayaan adalah istilah lain dari komponen-komponen pokok yang
menjadi pembentuk suatu kebudayaan. Apakah kebudayaan itu? Untuk mengetahui dan
mengenal apakah itu Kebudayaan silah baca artikel tentang pengertian dan definisi
Budaya dan Kebudayaan di sini . Kebudayaan secara garis besar dapat di definisikan
sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang dilakukan secara sadar dalam
kehidupan masyarakat.
1. Cipta adalah kemampuan akal pikiran yang menghasilkan ilmupengetahuan
2. Rasa adalah kemampuan indra yang mendorong manusia unuk mengembangkan
rasa keindahan yang melahirkan karya-karya seni yang agung
3. Karsa adalah kehendak manusia terhadap adanya kesempurnaan hidup, kemuliaan
dan kebahagiaan
Berdasarkan pengertian dan definisi diatas tentang kebudayaan, maka dapat
diketahui bahwa secara umum kebudayaan memiliki 7 unsur penting yang menjadi
komponen pokok pembentuk kebudayaan, yaitu
7 unsur kebudayaan :
1. Unsur peralatan dan erlengkapan hidup, seperti: rumah, pakaian, kendaraan, dll
2. Unsur mata pencaharian / perekonomian, seperti pegawai, petani, buruh, dll
3. Unsur sistem kemasyarakatan, yang meliputi: hukum, kekerabatan, perkawinan, dll
4. Unsur bahasa baik lisan maupun tulisan yang berfungsi sebagai alat komunikasi
5. Unsur Kesenian, seperti seni tari, seni musik , seni rupa, dll
6. Unsur ilmu pengetahuan dan teknologi
7. Unsur agama dan kepercayaan
F. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman (dalam Koentjaraningrat, 1986), wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat . Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi , mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu yang ber- dasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret , terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya
paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Pada kenyataannya, kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang
satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia. Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas
dua komponen utama, yaitu kebudayaan material dan kebudayaan non- material.
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari
suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi,
misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
G. Orientasi Nilai Budaya
Marilah kita menyadari, kebudayaan bukanlah kreasionisme. Kebudayaan
melakukan banyak penyimpangan dari desain besar yang ingin mengendalikannya.
Sudah saatnya menganggap selesai perdebatan tentang orientasi utama dan bentuk
terakhir kebudayaan Indonesia. Setiap orang secara potensial adalah pencipta
kebudayaan. (Nirwan Dewanto, Senjakala Kebudayaan, Yayasan Bentang Budaya
1996)
Dari pernyataan tersebut di atas, sesungguhnya kita sedang digugah untuk
menyadari bahwa desain besar kebudayaan kita sedang dalam kondisi kritis. Sebagai
contoh, kebudayaan tradisional yang agung (High Culture) telah terkalahkan oleh
budaya modern (Dinamice Culture) yang didukung oleh sains dan teknologi.
Kebudayaan yang mendunia (baca globalisasi) sekarang pun terbukti mengalami krisis
karena telah gagal mensejahterakan masyarakat secara umum. Kebudayaan modern,
meskipun telah banyak kemajuan di bidang sains dan teknologi, namun secara ekonomi
hanya menguntungkan pihak tertentu saja, dalam hal ini kapitalislah yang diuntungkan
sebagai produsen dan pemilik sumber kebudayaan modern yang cenderung
mempengaruhi dan mengusai kebudayaan dunia.
Maka menjadi wajar kebudayaan modern melahirkan kebudayaan destrukrif
misalnya berupa demonstrasi, bahkan anarkis menjadi bagian kebudayaan orang-orang
yang merasa dirugikan (contoh : demo buruh dan karyawan menuntut perbaikan upah
untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraannya). Kesejahteraan buruh sangat ditentukan
oleh kepemilikan kapital (kebudayaan materialisme). Maka peran pemerintah sebagai
penentu kebudayaan yang seharusnya mensejahterakan rakyat menjadi bergeser
sebagai penjaga keamanan, ujung-ujungnya demi capital juga pemerintah melakukan
represi dan penindasan kepada rakyat yang tidak menguntungkan kebijakannya.
Pemerintah menjadi agen bagi pemilik modal raksasa (baca: ekonomi sebagai
panglima), misalnya dalam kasus Freeport dan masyarakat Timika yang terbelakang
pendidikannya.
1. Pendidikan Pasar
Paradigma kebudayaan modern telah menjadikan dunia spiritual termasuk
seni dan agama cukup sebagai komoditi yang perlu diperhitungkan dengan nilai
harga jualnya. Pendidikan mahal menjadi keniscayaan karena kebutuhan sarana dan
prasarana menjadi penting, termasuk pula teknologi pendidikan menjadi ukuran
kualitas lembaga pendidikan yang mendunia. Keberhasilan transformasi ilmu guru
kepada murid juga diukur dari penguasaan peralatan mengajar yang digunakan
gurunya.
”Globalisaasi”, Dulu notebook bermakna buku sekarang bermakna laptop,
artinya teknologi telah mampu merubah makna kata dari pemahaman
konsumennya. Pemahaman konsumen ternyata mudah dibentuk oleh produsen atau
bahasa lokal telah dikalahkan oleh bahasa global. Dalam konteks kebudayaan,
bahasa Indonesia telah tercerabut dari akarnya dan selanjutnya image kepada guru
yang tidak menguasai teknologi dianggap ketinggalan, atau mungkin diragukan
kemampuan mengajarnya. Maka sekolah atau lembaga pendidikan harus
mengeluarkan biaya ekstra untuk melatih guru-guru menggunakan teknologi
modern.yang belum tentu bisa, karena tidak memiliki perangkat sendiri yang mahal
harganya. Apalagi guru-guru “tradisi” seperti Umar Bakri (simak lagu ciptaan Iwan
Fals). Mungkin lebih tepat guru-guru melagukan Song theme “Hous For Sale” By
Bule.
2. Kebudayaan Alternatif
Namun untuk kembali ke tradisi sudah tidak mungkin lagi, kecuali mencari
pijakan kebudayaan pendidikan baru yang dinamis namun tidak bergantung pada
biaya tinggi. Pembelian produk teknologi yang berkembang cepat dan menuntut
konsumen untuk terus mengikuti, tentu saja berat kecuali Indonesia menjadi negara
produsen teknologi tinggi. Untuk ini kita tidak bisa percaya pada ramalan para ahli
globalisasi. Di dalam zaman kita ini, kenyataan bukanlah hal yang mudah
ditangkap. Kenyataan adalah fragmentasi dari kebudayaan yang telah terbelah-
belah oleh kekuatan ekonomi (mass culture). Dalam hal ini, selera pasar menjadi
penting untuk diperhitungkan lagi. Kesejahteraan guru haruslah dilihat sebanding
dan sejajar dengan pendapatan selebrities.Tujuan kebudayaan tak lain untuk
kemajuan dan kesejahteraan hidup manusia di mana saja dan sebagai apa saja.
(Surat kepercayaan gelanggang 1960: Kami adalah pewaris sah kebudayaan
dunia).
3. Sejuta Milyar Satuan
Kawan, peran apa yang kau berikan untuk mengisi kemerdeekaan ini?
Pernyataan puitis tersebut di atas, mempertegas bahwa posisi kebudayaan
sesungguhnya berada pada diri kita masing-masing sebagai pelaku (seleksi
terhadap pengaruh asing dalam lingkup “kebudayaan”). Kebudayaan saling-silang
(baca kebudayaan tarik-ulur) lalu melahirkan kebudayaan post-modern yang
muncul dan kemudian dianggap gagal karena merancukan keyakinan beragama
bagi masyarakat (umat) penganutnya. Oleh karena itu, sebagai jawaban kita pasti
bersepakat dengan Islam, misalnya ayat 136 surat Al Baqarah yang jelas
menyatakan:
Katakanlah :”Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya (kami beriman) kepada apa
yang diberikan kepada Musa dan Isa dan kepada apa yang diberikan kepada para
nabi dari tuhanNya. Kami tiada membeda-bedakan satu dari lainnya dari antara
mereka dan kami menyerahkan diri kepada Allah”.
H. Perubahan Kebudayaan
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan
dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak
terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan
pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di
berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian,
sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua
jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat
tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah
sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel.
Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena
interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik
dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960). Apabila diambil definisi
kebudayaan menurut Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan
setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka
perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.
Soemardjan (1982), mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan
suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu
masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu
kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada
generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki
keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri. Seiring
berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih
modern. Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai
lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal.
Banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini,
misalnya masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya
merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa.
Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga budaya lokal
mulai dilupakan.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya peranan budaya lokal. Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai
identitas bangsa, budaya lokal harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar
tidak dapat diakui oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan
budaya asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara
juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap
perkembangan di negranya.
Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang
sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya budaya-budaya
ke dalam budaya kita.Sebagai contoh budaya dalam tata cara berpakaian.Dulunya
dalam budaya kita sangatlah mementingkan tata cara berpakaian yang sopan dan
tertutup.Akan tetapi akaibat masuknya budaya luar mengakibatkan budaya tersebut
berubah.Sekarang berpakaian yang menbuka aurat serasa sudah menjadi kebiasaan
yang sudah melekat erat didalam masyarakat kita.Sebagai contoh lain jenis-jenis
makanan yang kita konsumsi juga mulai terpengaruh budaya luar.Masyarakat sekarang
lebih memilih makanan-makanan yang berasal dari luar seperti KFC,steak,burger,dan
lain-lain.Masyarakat menganggap makanan-makanan tersebut higinis,modern,dan
praktis.Tanpa kita sadari makanan-makanan tersebut juga telah menjadi menu
keseharian dalam kehidupan kita.Hal ini mengakibatkan makin langkanya berbagai
jenis makanan tradisional.Bila hai ini terus terjadi maka tak dapat dihindarkan bahwa
anak cucu kita kelak tidak tahu akan jenis-jenis makanan tradisional yang berasal dari
daerah asal mereka.
Tugas utama yang harus dibenahi adalah bagaimana mempertahankan,
melestarikan, menjaga, serta mewarisi budaya lokal dengan sebaik-baiknya agar dapat
memperkokoh budaya bangsa yang akan megharumkan nama Indonesia. Dan juga
supaya budaya asli negara kita tidak diklaim oleg negara lain. Berikut beberapa hal
yang dapat kita simak dalam rangka melestarikan budaya.
1. Kekuatan
a. Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapatdijadikan
sebagai ke aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain.
Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap
daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian,
alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan
kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata
Internasional.
b. Kekhasan budaya Indonesia
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki
kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik,
ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali
menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba
mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat daerah atau
mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini
membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki cirri khas yang unik.
c. Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan budaya lokal yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa
yang mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap
dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh.
2. Kelemahan
a. Kurangnya kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih
terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak
sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal juga dapat di sesuaikan dengan
perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan cirri khas dari budaya
tersebut.
b. Minimnya komunikasi budaya
Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah
pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering
menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan
budaya bangsa.
c. Kurangnya pembelajaran budaya
Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun
sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya
lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya
budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara
mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
3. Peluang
a. Indonesia dipandang dunia Internasional karena kekuatan budayanya
Apabila budaya lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang
sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya di mata
Internasioanal.
b. Kuatnya budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal agar dapat
memperkokoh budaya bangsa, juga dapat memperkokoh persatuan. Karena
adanya saling menghormati antara budaya lokal sehingga dapat bersatu menjadi
budaya bangsa yang kokoh.
c. Kemajuan pariwisata
Budaya lokal Indonesia sering kali menarik perhatian para turis
mancanegara. Ini dapat dijadikan objek wisata yang akan menghasilkan devisa
bagi negara. Akan tetapi hal ini juga harus diwaspadai karena banyaknya aksi
pembajakan budaya yang mungkin terjadi.
d. Multikuturalisme
Dalam artikelnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang
Kuning, Riau, Dr Junaidi SS MHum, mengatakan bahwa multikulturalisme
meberikan peluang bagi kebangkitan etnik dan kudaya lokal Indonesia. Dua
pilar yang mendukung pemahaman ini adalah pendidikan budaya dan
komunikasi antar budaya.
4. Tantangan
a. Perubahan lingkungan alam dan fisik
Perubahan lingkungan alam dan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi
suatu negara untuk mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring
perubahan lingkungan alam dan fisik, pola piker serta pola hidup masyakrkat
juga ikt berubah
b. Kemajuan Teknologi
Meskipun dipandang banyak memberikan banyak manfaat, kemajuan
teknologi ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan
ditinggalkannya budaya lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat
dalam mengelola sumber daya kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian
Jaya. Sistem sasi mengatur tata cara sertamusim penangkapan iakn di wilayah
adatnya, namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh masyarakatnya.
c. Masuknya Budaya Asing
Masuknya budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar budaya lokal
tetap terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan sebagai
penyeimbang di tengah perkembangan zaman.
Perubahan budaya dan arus globalisasi mengakibatkan beberapa budaya
tersingkirkan. Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni
perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-
nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh
satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah
dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah
menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa
cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga
melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan
massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa.
Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi
di tanah air. Belum lagi siaran TV internasional yang bisa ditangkap melalui parabola
yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-
kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca
negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan
berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita
merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya.
Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat
ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih
beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional
kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang
bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian
mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari
kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat
Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang
rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat
pertanian.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita
pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian
yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian,
bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai
kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus
berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi
informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh,
sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.
Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan
tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat
disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional
Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen
penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian
Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini
tengah mengalami “mati suri”.
Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya
kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya
dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi
kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti
semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah
mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan
mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan
kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang
dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan
kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak
yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi
bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah
terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu
beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang
kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati
masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara
langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu
menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya
minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan
Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal
seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan
sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang
diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
I. Kaitan Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat terkait satu sama
lain. Manusia di alam dunia ini mememgang peran yang unik, dan dapat di pandang
dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin
memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering
disebuthomo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), makhluk yang selalu ingin memiliki kekuasaan
(politik), makhluk yang berbudaya dan lain sebagainya.
Contoh hubungan manusia dengan kebudayaan
1. Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia
sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan
manusia, tetapi apakah sederhana itu hubungan keduannya? Dalam sosiologi
manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun
keduannya berbeda tetapi keduannya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan
mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduannya
akhirnnya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah
hubungan anatara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatnya. Pada
saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka
yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari
kebudayaan, karena kebudayaan itu merupkan perwujudan dari manusia itu sendiri.
Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari
kemauaan manusia yang membuatnya. Apabila anusia melupakan bahwa
masyarakat adalah ciptaaan manusia, dia akan menjadi terasing atau telinasi.
2. Manusia dan kebudayaan atau manusia dan masyarakat oleh karna itu memiliki
hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak
bisa lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusi atau
kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduannya harus menyertakan
pembatasan masalah dan waktu agar analisis dapat dilakukan dengan lebih cermat.
DAFTAR PUSTAKA
(sumber : Buku MKDU Ilmu Budaya Dasar Oleh : Widyo Nugroho, Achmad Muchji
penerbit gunadarma)
DINAMIKA MASYARAKAT INDONESIA
Kehidupan masyarakat indonesia sejak kemunculannya di kepulauan nusnatara ini
sepanjang waktu selalu mengalami dinamika, dimulai dari kelompok - kelompok kecil
hingga membentuk bangsa yang begitu besar. Pada awalnya kehidupan masyarakat
membentuk suatu komunitas kecil yang ada disuatu pelosok, kemudian membentuk suku
bangsa. Setelah itu, masyarakat yang membentuk suatu komunitas tersebut terus
mengalami perkembangan budaya yang diciptakannya.
Perkembangan budaya ini tidak tumbuh dan berkembang di masyarakat itu sendiri
tetapi diikuti oleh pengaruh pengaruh budaya yang datang dari luar, pengaruh pengaruh
tersebut diantaranya pengaruh agama budaya bahasa dari luar, seperti dari India, Arab
Islam, dan Eropa. Pengaruh budaya dari luar turut memperkaya budaya masyarakat.
Bangsa Indonesia yang merupakan masyarakat majemuk dalam perkembangannya
menimbulkan berbagai suku bangsa dengan kebudayaan yang berbeda, sehingga perbedaan
suku bangsa diikuti dengan agama yang berbeda beda pula karena dipengaruhi oleh budaya
dan keyakinan yang berbeda yang berasal dari luar.
Kemajemukan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia ternyata telah
tertanam rasa dan ikatan Primordial yang dilandasi oleh perasaan kekerabatan, kesukuan,
asal daerah, bahasa, pendidikan bahkan agama. Masyarakat majemuk dalam integrasi
nasional bagi republik Indonesia, nampaknya tetap bartahan sepanjang tidak dipengaruhi
dan merugikan pihak lain.
Kehidupan masyarakat yang sangat majemuk nampaknya menyimpan sebuah
potensi konflik horizontal. Karena itu, pemrintah, masyarakat, kelompok - kelompok
sosial, maupaun individu harus tetap wasapada terhadap terjadinya konflik yang mungkin
akan terjadi, sehingga diperlukan kesadaran yang tinggi dalam memahami rasa kebangsaan
yang utuh. Karena kemajemukan yang terjadi tidak dapat dihindari. Maka, diperlukan
adanya konsensus yang senantiasa dihormati sebagai pengendali konflik. Timbulnya
konflik yang pernah terjadi di berbagai daerah sebagai akibat rapuhnya konsensus nasional
dan pudarnya kesadaran sebagai masyarakat yang majemuk. Karena kesadaran itu penting
dan menjadi kewajiban bersama yang harus dilakukan setiap warga negara sebagai mana
semboyan Bhineka Tunggal Ika.
A. Kepentingan Individu untuk Dibutuhkan Orang Lain
Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis dan macam
barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia sejak lahir hingga
meninggal dunia tidak terlepas dari kebutuhan akan segala sesuatunya. Untuk
mendapatkan barang yang dibutuhkan diperlukan pengorbanan untuk
mendapatkannya.
Di bawah ini akan diberikan jenis, macam aneka ragam definisi atau pengertian
dari tiap-tiap kebutuhan manusia selama hidupnya di dunia :
1. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Tingkat Kepentingan / Prioritas
a. Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang benar-benar amat sangat
dibutuhkan orang dan sifatnya wajib untuk dipenuhi. Contohnya adalah seperti
sembilan bahan makanan pokok / sembako, rumah tempat tinggal, pakaian, dan
lain sebagainya.
b. Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan sekunder adalah merupakan jenis kebutuhan yang diperlukan
setelah semua kebutuhan pokok primer telah semuanya terpenuhi dengan baik.
Kebutuhan sekunder sifatnya menunjang kebutuhan primer. Misalnya seperti
makanan yang bergizi, pendidikan yang baik, pakaian yang baik, perumahan
yang baik, dan sebagainya yang belum masuk dalam kategori mewah.
c. Kebutuhan Tersier / Mewah / Lux
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia yang sifatnya mewah, tidak
sederhana dan berlebihan yang timbul setelah terpenuhinya kebutuhan primer
dan kebutuhan skunder. Contohnya adalah mobil, antena parabola, pda phone,
komputer laptop notebook, tv 50 inchi, jalan-jalan ke hawaii, apartemen, dan
lain sebagainya.
2. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Sifat
a. Kebutuhan Jasmani / Kebutuhan Fisik
Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan badan
lahiriah atau tubuh seseorang. Contohnya seperti makanan, minuman, pakaian,
sandal, pisau cukur, tidur, buang air kecil dan besar, seks, dan lain sebagainya.
b. Kebutuhan Rohani / Kebutuhan Mental
Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang dibutuhkan seseorang untuk
mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara kejiwaan. Contohnya seperti
mendengarkan musik, siraman rohani, beribadah kepada Tuhan YME,
bersosialisasi, pendidikan, rekreasi, hiburan, dan lain-lain.
3. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Waktu
a. Kebutuhan Sekarang
Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang benar-benar diperlukan pada
saat ini secara mendesak. Contoh adalah kebelet pipis, makan karena sangat
lapar, pengobatan akibat kecelakaan, dan lain sebagainya.
b. Kebutuhan Masa Depan
Kebutuhan masa depan adalah kebutuhan yang dapat ditunda serta dipenuhi
di lain waktu di masa yang akan datang. Contoh yaitu pergi haji, pendidikan
tinggi, pahala untuk bekal akherat, membeli mobil toyota yaris terbaru, dan lain
sebagainya.
4. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Subjek / Subyek Penggunanya
a. Kebutuhan Individual / Individu / Pribadi
Kebutuhan individu adalah jenis kebutuhan yang dibutuhkan oleh orang
perseorangan secara pribadi. Contohnya adalah sikat gigi, menuntut ilmu, sholat
lima waktu, makan, dan banyak lagi contoh lainnya.
b. Kebutuhan Sosial / Kolektif
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan berbagai barang dan jasa yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan sosial suatu kelompok masyarakat.
Contohnya adalah jalan umum, penerangan tempat umum, berserikat
mengeluarkan pendapat, berbisnis, berorganisasi, dan lain-lain.
B. Kepentingan Individu untuk Memperoleh Kedudukan pada Keluarga
12 Sosialisasi menurut sudut pandang masyarakat adalah proses penyelarasan
individu-individu baru anggota masyarakat ke dalam pandangan hidup yang
terorganisasi dan mengajarkan mereka tradisi-tradisi budaya masyarakatnya. Dengan
kata lain sosialisasi adalah tindakan mengubah kondisi manusia dari human-animal
menjadi human-being untuk menjadi mahluk sosial dan anggota masyarakat sesuai
dengan kebudayaannya. Sedang arti individual, sosialisasi merupakan suatu proses
mengembangkan diri. Melalui interaksi dengan orang lain, seseorang memperoleh
identitas, mengembangkan nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi. Artinya sosialisasi
diperlukan sebagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran diri. Bagi individu
sosialisasi memiliki fungsi sebagai pengalihan sosial dan penciptaan kepribadian.
Sosialisasi memiliki fungsi untk mengembangkan komitmen-komitmen dan
kapsitas-kapasitas yang menjadi prasyarat utama bagi penampilan peranan mereka di
masa depan. Komitmen yang perlu dikembangkan ialah mengimplementasikan nilai-
nilai yang ada dalam masyarakat untuk menampilkan suatu peranan tertentu yang
khusus dan spesifik dalam struktur masyarakat. Sementara kapasistas yang perlu
dikembangkan dalam kemampuan atau keterampilan untuk menunjukkan kewajiban-
kewajiban yang melekat dalam peran-peran yang dimiliki oleh individu yang
bersangkutan dan kemampuan untuk hidup dengan orang lain yang memiliki harapan-
harapan untuk saling menyesuaikan perilaku antara pribadi sesuai dengan peran-peran
yang dimiliki.
Pentingnya sosialisasi dalam kehidupan masyarakat didasarkan atas kualitas-
kualitas bawaan (Inbon Qualities) yang dimiliki oleh manusia itu sendiri semisal
ketiadaan insting-insting padanya, ketergantungan periode masa kanak-kanak yang
cukup panjang, kecakapan untuk belajar, kemampuan atau kapasitas untuk berbahasa
dan kebutuhan untuk melakukan hubungan sosial. Di dalam diri manusia bukanlah
insting melainkan kecenderungan-kecenderungan biologis (biological drives).
Kecenderungan-kecenderungan ini kalau tidak dibimbing melalui belajar cenderung
hanya mengahasilkan kegelisahan dan pencarian tingkah laku. Disisi lain,
ketergantungan manusia pada masa kanak-kanak terutama kepada orangtuanya, adalah
satu kenyataan yang menunjukkan dirinya membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa
berkembang menuju kehidupan yang mandiri. Sebenarnya dengan faktor
kebergantungan maka akan memberi peluang bagi manusia untuk bersosialisasi, karena
sesungguhnya manusia juga memiliki kemampuan untuk belajar lebih banyak dan lebih
lama dibanding mahluk lainnya. sedang kemampuan berbahasa sebagai faktor untuk
melakukan sosialisasi, akan memberi kemudahan manusia dari keterbatasan fisik dalam
melakukan interaksi dengan sesamanya. Faktor lain yang menentukan proses sosialisasi
yang perlu disadari, bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan
hubungan sosial dengan manusia lain dalam lingkungan kelompoknya. Disamping
manusia memiliki kemampuan bawaan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat harus
mematuhi norma-norma tetentu, karena dalam kapsitasnya sebagai mahluk sosial ia
memiliki potensi bawaan untuk hidup bermasyarakat yang perlu dikembangkan agar
lebih berarti dengan cara pengkondisian sedemikian rupa melalui tingkat kematangan
dan belajar dari agent of sosialization, seperti orangtua (keluarga) atau teman sebaya.
C. Studi Kasus
Mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing
lagi mendengarnya. Hampir setiap minggu, media massa menyodorkan kepada kita
tentang masalah sosial tersebut. Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya
bangsa Indonesia. Segala sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan cara damai,
jawabannya pasti dengan tawuran. Bukan hanya tawuran antar pelajar atau warga saja
yang menghiasi kolom-kolom media cetak atau elektronik, tetapi aparat pemerintah
pun sepertinya tidak ingin ketinggalan pula. Kasus penggusuran tanah di Sulawesi
Selatan beberapa waktu yang lalu, yang menyebabkan tawuran antara Satpol Pamong
Praja dengan masyarakat adalah bukti dari kearogansian pemerintah dalam mengatasi
masalah-masalah sosial yang terjadi.
Peristiwa tawuran baru-baru ini terjadi di Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat. Kehangatan setelah melaksanakan hari raya Idul Fitri, seolah hanya dianggap
angin lalu. Yang mencengangkan, bahwa sepanjang tahun ini telah terjadi sebelas kali
tawuran yang melibatkan masyarakat antar desa yang berbeda di Lombok Tengah
(TPI/28 Oktober 2006). Menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat yang
diwawancarai oleh Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) beberapa waktu setelah
kejadian, persoalan tawuran tersebut banyak di picu oleh hal-hal yang sepele, misalnya
kalah main kartu, saling menggoda wanita, dll. Perubahan sosial yang diakibatkan
karena sering terjadinya tawuran, mengakibatkan norma-norma menjadi terabaikan.
Selain itu, menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek hubungan sosial (social
relationship) atau R.M. Maclver dan Charles H. Page menyebutnya perubahan terhadap
keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial (lihat buku : Society, an introductory
analysis).
Sedangkan Dahrendorf (1986:197-198) berpendapat bahwa anggapan dasar
untuk memahami proses perubahan sosial lewat pendekatan konflik (conflict approach)
adalah : 1. Setiap masyarakat -dalam setiap hal- tunduk kepada proses perubahan;
perubahan sosial terdapat di mana-mana; 2. Setiap masyarakat -dalam setiap hal–
memperlihatkan pertikaian dan pertentangan; pertentangan sosial terdapat di mana-
mana; 3. Setiap unsur dalam masyarakat memberikan kontribusi terhadap perpecahan
dan perubahannya; 4. Setiap masyarakat didasarkan atas penggunaan kekuasaan oleh
sejumlah anggotanya terhadap anggotanya yang lain.
Dalam bukunya yang berjudul “Dinamika Masyarakat Indonesia”, Prof. Dr.
Awan Mutakin, dkk berpendapat bahwa sistem sosial yang stabil (equilibrium) dan
berkesinambungan (kontinuitas) senantiasa terpelihara apabila terdapat adanya
pengawasan melalui dua macam mekanisme sosial dalam bentuk sosialisasi dan
pengawasan sosial (kontrol sosial).
D. Opini
Setiap kelompok harus menyadari terlebih dahulu bahwa diantara mereka
terjadi situasi konflik yang melanggar norma-norma yang berlaku. Kemudian, tahap
selanjutnya adalah bagaimana kita bisa melakukan pengarahan, pembinaan, atau
bimbingan terhadap masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://organisasi.org/kebutuhan_hidup_ekonomi_manusia_kebutuhan_primer_sekunder_tersier_jasmani_rohani_sekarang_masa_depan_pribadi_dan_sosial
http://astaqauliyah.com/2006/12/konsep-keluarga-dinamika-dan-fungsinya/
Dinamika Masyarakat Indonesia
Penulis : Prof. Dr. Awan Mutakin, Dr. Dasim Budimansyah,M.S.I.,
Drs. Gurniawan Kamil Pasya, M.S.I.
Penerbit : Genesindo, Bandung, 2004.
Halaman : 303