Manajemen Resiko | Pertemuan 3 Suryo Widiantoro, ST, …
Transcript of Manajemen Resiko | Pertemuan 3 Suryo Widiantoro, ST, …
Manajemen Resiko | Pertemuan 3
Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)
Sub-CPMK 3 Mahasiswa mampu menguraikan ha-hal terkait
manajemen mutu dan penerapannya di organisasi
dalam rangka meminimalisir resiko (C2)
1) Definisi mutu
2) Manajemen mutu
3) Pemikiran mutu
Masa depan untuk penanganan resiko adalah mentransformasi pendekatan manajemen resiko menjadi sistem manajemen kualitas
Hal ini terkait dengan pembuatan produk berkualitas tinggi dalam lingkungan bisnis dimana resiko diminimalisir dan aspek kualitas diutamakan
Tingkatan keunggulan (Oxford Dictionary)
Pemenuhan tujuan (Defoe & Juran, 2010)
Kesesuaian dengan kebutuhan (Crosby, 1979)
Keadaan dinamis yang berhubungan dengan produk,
layanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan dan membantu menghasilkan nilai
yang luar biasa (Goetsch & Davis, 2010)
Definisi Goetsch dan Davis mencoba menyatukan berbagai
definisi kualitas → adanya unsur dinamis
Tingkat kualitas itu tidak statis, namun berubah sesuai
pengalaman pelanggan:◦ Kualitas ditentukan oleh pelanggan dan berubah seiring waktu dan
tidak dapat diduga
◦ Kualitas berhubungan dengan penciptaan nilai bagi pelanggan
◦ Kualitas barang atau jasa memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan
◦ Kualitas hanya bisa dicapai oleh seluruh organisasi yang bekerja
bersama
Bila kualitas adalah hasil akhir → manajemen kualitas adalah pendekatan dan proses menuju kesana (kualitas)
Kita menerapkan manajemen kualitas sebagai
bagian dari proses bisnis agar dapat menghasilkan
produk atau layanan yang berkulitas → dengan
demikian resiko menjadi berkurang
Manajemen kualitas
Kualitas
Kualitas terkait dengan penciptaan nilai bagi pelanggan →bagaimana cara meningkatkannya?
1) Fokus pada pelanggan (customer focus)
2) Fokus pada strategi (strategy focus)
3) Fokus pada kepemimpinan (leadership focus)
4) Fokus pada proses (process focus)
5) Fokus pada manusia (people focus)
6) Fokus pada keilmuan (scientific focus)
7) Peningkatan berkelanjutan (continual improvement), inovasi dan pembelajaran
8) Berpikir secara sistem (system thinking)
Fokus pada pelanggan→ memahami pelanggan serta kebutuhan dan harapannya
Fokus pada strategi → manajemen kualitas harus dilakukan secara strategis
Fokus pada kepemimpinan→ harus adakomitmen, dorongan, dan keterlibatan daripimpinan
Fokus pada proses → proses yang baik akan dapat memberikan nilai bagi pelanggan
Fokus pada manusia→ manajemen kualitas pada dasarnya berkaitan dengan manusia
Fokus pada keilmuan → manajemen kualitas juga berbasiskan metode keilmuan / ilmiah
Peningkatan berkelanjutan, inovasi dan pembelajaran → manajemen kualitas tidak mendukung status quo
Berpikir secara sistem → melihat organisasi secara holistic untuk menciptakan sinergi
Era pertukangan (… - 1900)
Masa sebelum revolusi industri dimana orang membuat produk
dan langsung menjualnya
Bila tukang bisa bekerja dengan baik → dia akan bisa menarik
pelanggan karena produknya berkualitas
Para tukang akhirnya membangun perkumpulan (guilds) yang
dipimpin seorang “master”
Standarisasi, produksi masal dan penjaminan mutu (1900 –
1930)
Dengan tumbuhnya pabrik dan otomasi, pekerjaan menjadi hal
yang rutin dan berulang tanpa keahlian → era pertukangan
hilang
Perlu ada Pengawas (supervisor) yang menentukan produk
yang dihasilkan → produk bagus atau dikembalikan ke pabrik
untuk diperbaiki atau dibuang
SEHINGGA
ProsesInput
Buang
Kerja ulang
Jual ke pelanggan
Dengan adanya sistem ini → pengawasan kualitas produk bukan berada di karyawan, tapi di Bagian Mutu yang dipegang oleh Pengawas
Karyawan fokus membuat produk sebanyak mungkin →sementara masalah kualitas produk untuk pelanggan sepenuhnya berada di tangan Pengawas yang memeriksanya
UNTUK ITU
Era kendali mutu (1930 – 1950)
Seiring dengan perkembangan jaman, muncul pemikiran
bahwa “kualitas tidak bisa diperiksa menjadi sebuah
produk, kualitas harus dibangun ke dalam setiap proses”
→ maka sistem Pengawas berakhir
Pemeriksaan setelah produk jadi adalah hal yang salah untuk
memastikan kualitas→ proses pembuatan harus dipantau
untuk mencegah dihasilkannya produk yang tidak layak
Fokus utama era kendali mutu → menggantikan pengawas
dengan sistem kendali proses yang lebih informatif yang
bertujuan untuk mengurangi perbedaan dalam output – hasil
produksi berupa barang atau jasa – dan menghasilkan secara
lebih konsisten dengan fokus pada input
Hal ini akan pada era modern akan menjadi Six Sigma
KEMUDIAN
Era manajemen kualitas total (1950 – 1970)
Perlunya untuk membangun eleman manusia ke dalam kualitas
Manajemen kualitas (eksekutif dan manajemen seniot)bertanggungjawab terhadap mayoritas masalah kualitas
Kualitas tidak hanya mengenai manufaktur, namun bisa diterapkan di departemen seperti Teknik, Sales & Service, dll.
Kualitas itu bebas
Standar dan penghargaan (1970 – 1990)
Seiring berjalannya waktu muncul kebutuhan akan standarisasi → untuk menyamaratakan prinsip
Standar sistem kualitas ISO 9000 merupakan sukses dalam hal pendekatan ini → audit dilakukan oleh eksternal dan standar akreditasi diberikan sebagai pengakuan kinerja perusahaan yang berkualitas
Inisiatif (1990 – saat ini)
Trend terakhir adalah munculnya inisiatif seperti Lean dan Six
Sigma