MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

149
8 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA NY ”S” DENGAN TINDAKAN CRANIOTOMY ET CAUSA HEMORAGIC STROKE (ICH) + KESADARAN MENURUN GCS 4 DI RUANGAN IGD OK CITO RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR KARYA ILMIAH AKHIR OLEH: VIRA PUSLITHA, S.Kep 18.04.001 YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG PROGRAM STUDI PROFESI NERS MAKASSAR 2019 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA NY ”S” DENGAN TINDAKAN CRANIOTOMY ET CAUSA HEMORAGIC STROKE (ICH) + KESADARAN MENURUN GCS 4 DI RUANGAN IGD OK CITO RSUP DR. WAHIDIN

Transcript of MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Page 1: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

8

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PADA NY ”S” DENGAN TINDAKAN CRANIOTOMY ET CAUSA

HEMORAGIC STROKE (ICH) + KESADARAN MENURUN

GCS 4 DI RUANGAN IGD OK CITO RSUP DR.

WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

KARYA ILMIAH AKHIR

OLEH:

VIRA PUSLITHA, S.Kep

18.04.001

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MAKASSAR

2019

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PADA NY ”S” DENGAN TINDAKAN CRANIOTOMY ET CAUSA

HEMORAGIC

STROKE (ICH) + KESADARAN MENURUN GCS 4 DI

RUANGAN IGD OK CITO RSUP DR. WAHIDIN

Page 2: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

SUDIROHUSODO MAKASSAR

Karya Ilmiah Akhir

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

pada STIKES Panakukkang Makassar Prodi Ners

Oleh:

VIRA PUSLITHA, S.Kep

18.04.001

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PRODI STUDI PROFESI NERS

MAKASSAR

2019

Page 3: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …
Page 4: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …
Page 5: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Vira Puslitha, S.Kep

Nomor Induk Mahasiswa : 18 04 001

Program Studi : Ners

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir (KIA) adalah

hasil karya tulis saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar Ners di suatu perguruan tinggi, serta

tidak terdapat karya atau pemikiran yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan karya tulis ilmiah ini merupakan hasil karya

orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus

bersedia menerima sanksi berupa gelar Ners yang telah diperoleh dapat

ditinjau dan/atau dicabut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa

ada paksaan sama sekali

Makassar, 12 Desember 2019

Yang membuat pernyataan,

Vira Puslitha, S.Kep

Page 6: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidaya-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusun karya ilmiah akhir yang berjudul: “Manajemen

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Ny ”S” Dengan Tindakan

Craniotomy Et Causa Hemoragic Stroke (ICH) + Kesadaran Menurun

GCS 4 Di Ruangan IGD OK CITO RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar. Dalam melakukan penyusun karya ilmiah akhir ini, penulis telah

mendapatkan banyak masukan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai

pihak yang sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh Karena itu, pada kesempatan yang baik ini dengan

kesungguhan hati penulis menghaturkan banyak-banyak terimakasih yang

sebesar-besar dan setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes. Selaku Ketua Yayasan

Perawat Sulawesi Selatan;

2. Ibu St. Syamsiah, SKp., M.Kes. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Stikes Panakukkang Makassar;

3. Bapak Pimpinan/Direktur RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

4. Bapak Kens Napolion, SKp., M.Kep., Sp.Kep.J. Selaku Ketua

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Panakukkang Makassar;

5. Dr. Ns. Makkasau Plasay, M. Kes., M. EDM Selaku pembimbing

yang memberikan bimbingan selama proses penyusunan karya

Page 7: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

ilmiah akhir ini serta yang telah memberikan arahan, kritikan serta

penilaian demi kesempurnaan dan kesiapan penyusunan karya

ilmiah akhir ini;

6. Ibu Ns. Hasriany, S. Kep., M. Kes., M. Kep, selaku penguji I yang

telah memberi masukan dan arahan dalam penyusunan Karya

Ilmuah Akhir.

7. Bapak Musmulyadi. M, S. Kp., M. Kes, selaku penguji I yang telah

memberi masukan dan arahan dalam penyusunan Karya Ilmuah

Akhir.

8. Rumah sakit RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

khususnya kepada kepala ruangan IGD OK CITO yang telah

membantu memberikan informasi data yang dibutuhkan.

9. Orang tua saya tercinta Syamsu dan Hasni, dan adik-adikku

tersayang yang memberikan banyak dukungan baik moril maupun

materil;

10. Keluarga besar Program Studi Ners baik dari tim dosen maupun

dari rekan-rekan mahasiswa Ners angkatan VIII Stikes

Panakukkang Makassar;

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuannya.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan baik

berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat

Page 8: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini bisa bermanfaat bagi kita

semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, 12 Desember 2019

Vira Puslitha, S.Kep

Page 9: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR SAMPUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ iv

KATA PENGANTAR.. ................................................................................ .v

DAFTAR ISI ............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... . 1

B. Tujuan Umum .......................................................................... . 5

C. Tujuan Khusus………………………… ....................................... 5

D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan ................................................................ 7

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. Tinjauan Teori ............................................................................ 8

1. Konsep Dasar Medis Stroke ................................................. 8

a. Definisi Strok Hemoragik ................................................. 8

b. Anatomi Dan Fisiologi Otak ............................................. 8

c. Etiologi Strok Hemoragik ............................................... 25

d. Patofisiologi Stroke Hemoragik ..................................... 27

Page 10: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

e. Manifestasi Klinis .......................................................... 29

f. Penatalaksanaan .......................................................... 30

2. Konsep Dasar Medis Craniotomy ....................................... 31

a. Definisi Craniotomy ....................................................... 31

b. Tujuan Operasi Craniotomy .......................................... 32

c. Indikasi Operasi Craniotomy ......................................... 32

d. Jenis-Jenis Perdarahan Dilakukan Craniotomy............. 33

e. Teknik Operasi .............................................................. 35

3. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................ 38

a. Pengkajian Keperawatan .............................................. 38

b. Diagnosa Keperawatan ................................................. 43

c. Intervensi Keperawatan ................................................ 45

d. Implementasi Keperawatan ........................................... 53

e. Evaluasi Keperawatan .................................................. 53

B. Tinjauan Kasus ........................................................................ 55

1. Pengkajian pre operatif ....................................................... 56

a. pengkajian ...................................................................... 56

b. Klasifikasi data ................................................................ 61

c. Analisa data .................................................................... 63

d. Diagnosa keperawatan ................................................... 64

e. Intervensi keperawatan................................................... 65

f. Implementasi dan evaluasi keperawatan ........................ 68

2. Pengkajian intra operatif ..................................................... 71

a. Pengkajian intra operatif ................................................ 71

Page 11: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

b. Klasifikasi data .............................................................. 78

c. Analisa data................................................................... 79

d. Diagnosa keperawatan .................................................. 79

e. Intervensi keperawatan ................................................. 80

f. Implementasi dan evaluasi keperawatan ...................... 81

3. Post operatif ....................................................................... 84

a. Pengkajian post operatif ................................................ 84

b. Klasifikasi data .............................................................. 85

c. Analisa data .................................................................. 85

d. Diagnosa keperawatan ................................................. 86

e. Intervensi keperawatan ................................................. 87

f. Implementasi dan evaluasi keperawatan ...................... 89

BAB III PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian .............................................................................. 96

B. Diagnosa keperawatan ......................................................... 118

C. Intervensi keperawatan ......................................................... 120

D. Implementasi kepeawatan .................................................... 123

E. Evaluasi keperawatan ........................................................... 125

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 127

B. Saran .................................................................................. 127

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan pre, intra dan post operatif.... ............. 45

Tabel 2.2 Hasil laboratorium.... ................................................................ 58

Tabel 2.3 Analisa data pre operatif... ....................................................... 63

Tabel 2.4 Intervensi keperawatan pre operatif ......................................... 65

Tabel 2.5 Implementasi dan evaluasi keperawatan pre operatif .............. 68

Tabel 2.6 Observasi intra operatif ............................................................ 71

Tabel 2.7 Alat non steril ........................................................................... 73

Tabel 2.8 Alat steril .................................................................................. 74

Tabel 2.9 Line steril .................................................................................. 75

Tabel 2.10 Bahan habis pakaia dan alat non steril .................................. 75

Tabel 2.11 Analisa data intra operatif... ................................................... 79

Tabel 2.12 Intervensi keperawatan intra operatif ..................................... 80

Tabel 2.13 Implementasi dan evaluasi keperawatan intra operatif .......... 81

Tabel 2.14 Analisa data post operatif... .................................................... 85

Tabel 2.15 Intervensi keperawatan post operatif ..................................... 87

Tabel 2.16 Implementasi dan evaluasi keperawatan post operatif........... 89

Tabel 2.17 Terapi medikasi... ................................................................... 92

Tabel 2.18 Pengkajian risiko jatuh ........................................................... 93

Page 13: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi otak....... ................................................................... 9

Gambar 2.2 Pembagian lobus area cerebrum....... .................................. 10

Gambar 2.3 Batang otak....... ................................................................... 13

Gambar 2.4 Gambar lapisan kulit kepala yang dilakukan craniotomy...... 32

Page 14: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat Badan

BPS : Behavioral Pain Scale

CM : Centimeter

CO2 : Carbon dioksida

CT- Scan : Computerize Tomography Scan

CRT : Capillary Refil Time

Dinkes Makassar : Dinas kesehatan Makassar

Dinkes Sulsel : Dinas kesehatan Sulawesi selatan

Dkk : Dan kawan-kawan

DO : Data Objektif

DS : Data Subjektif

EDH : Epidural Hematoma

E, M, V :Eye, Motorik, Verbal

ETT : Endotracheal Tube

GCS : Glasgow Coma Scale

HB : Hemoglobin

ICH : Intra Cerebral Hematoma

IGD : Instalasi Gawat Darurat

IV : Intra Vena

KG : Kilogram

MCI : Miocard Infark

ML : Milliliter

MM : Mellimeter

Page 15: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

NaCl : Natrium Clorida

NANDA : North American Nursing Diagnosis Association

NGT : Nasogastritis Tube

NIC : Nurse Interventions Classification

NOC : Nurse Outcomes Classifiaction

SpO2 : Saturasi Oksigen

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RR : Respiratory Rate

RSUP : Rumah Sakit Umum Pendidikan

SDH : Subdural Hematoma

TB :Tinggi Badan

TD, N, P, S : Tekanan Darah, Nadi, Pernapasan, Suhu

TIK : Tekanan Intrakranial

TTV : Tanda-tanda Vital

WBC : White Blood Cells

WHO : World Health Organization

WITA : Waktu Indonesia Tengah

Page 16: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab tertinggi dari kecacatan dan

kematian di seluruh dunia, karena kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Di era

globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang

termasuk informasi yang semakin mudah di peroleh, Negara

berkembang dapat segera meniruh kebiasaan Negara Barat yang

dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti

mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang mengandung kadar

lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja

berlebihan, kurang berolahraga dan stress, telah menjadi gaya hidup

manusia terutama di perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut

dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit berbahaya seperti

jantung dan stroke (Oktavianus, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO), Tahun 2016. Stroke

merupakan penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia, yang

mengalami kematian akibat stroke sebanyak 7 juta jiwa dan 17 juta

jiwa penduduk di seluruh dunia, sedangkan berdasarkan data 10 besar

penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2014 terdapatr 3.049.200 jiwa

yang menderita penyakit stroke dari 252 juta penduduk. Penderita

stroke di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya

(Riskesdas, 2018).

Page 17: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan tahun 2014 sebesar 7.0 per mil dan yang berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12.1 per mil. Jadi,

sebanyak 57.9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga

kesehatan. Prevalensi stroke di Indonesia sebesar 7 per mil dan yang

terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12.1 per mil

(Dinkes Sulsel, 2015).

Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

tertinggi di Sulawesi Selatan data survailans penyakit tidak menular

bidang P2PL Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014

bahwa terdapat stroke penderita lama sebanyak 1.811 kasus dan

penderita baru sebanyak 3.512 kasus dengan 160 kematian (Dinkes

Sulsel, 2015). Sedangkan di Kota Makassar stroke menempati urutan

ke sepuluh dengan jumlah 96 setelah asma, jantung, hipertensi,

diabetes militus, gastritis, pneumonia, ginjal, liver, dan premature

(Dinkes Makassar, 2013). Secara umum, 85% kejadian stroke adalah

stroke oklusif, 15% adalah stroke hemoragik.

Stroke hemoragik merupakan salah satu indikator kegawatan

dan prognosis pada pasien. Pada keadaan kritis pasien mengalami

perubahan psikologis dan fisiologis, oleh karena itu peran perawat

kritis merupakan posisi sentral untuk memahami semua perubahan

yang terjadi pada pasien, serta mengidentifikasi masalah keperawatan

dan tindakan yang akan diberikan pada pasien. Perubahan fisiologis

yang terjadi pada pasien dengan stroke hemoragik antara lain

Page 18: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

pemenuhan kebutuhan dasar yang gangguan pernapasan, gangguan

irama jantung, gangguan hidrasi, gangguan aktivitas, kemampuan

berkomunikasi, gangguan eliminasi (Krisanty P, 2016).

Stroke hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah otak dan hipertensi dimana dilakukan prosedur

pembedahan otak dengan kraniotomi, keberhasilan tindakan ini

tergantung dari luas dan lesi di otak. Craniotomy merupakan prosedur

pembedahan otak yang merupakan terapi utama dalam penanganan

stroke hemoragik (Budiyono A, 2015).

Craniotomiy merupakan pembedahan dengan pembuatan

lubang di kranium untuk meningkatkan akses pada struktur

intrakranial. Kraniotomi berpengaruh pada anatomi tubuh bagian kulit,

periosteum, tulang, dura mater, arachnoid mater, pia mater, subdural,

dan cairan serebrospinal (George & Charlemen, 2017 dalam Randa I,

2019). Tindakan kraniotomi bermanfaat dalam peningkatan

kelangsungan hidup, namun semakin banyak laporan bahwa efek

setelah tindakan kraniotomi telah terabaikan (Joswig dkk, 2016 dalam

Zulfatul M, dkk, 2019). Craniotomy digunakan dibeberapa prosedur

yang berbeda, meliputi kepala, trauma. tumor, infeksi, aneurisem dan

lain-lain (Zulfatul M, dkk, 2019).

Terdapat berbagai masalah yang timbul pada klien post

kraniotomi. Selama periode dua tahun, terdapat 103 klien yang tercatat

menjalani operasi kraniotomi dan kemudian dirawat di ICU atau HCU.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 51 klien yang meninggal

Page 19: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

dunia dan 52 klien yang hidup. Terdapat dua penyebab kematian

utama pada klien-klien kraniotomi ini; syok sepsis (33%) dan gagal

nafas (23,5%), dan komplikasi yang muncul pada klien post kraniotomi

adalah mual muntah (25%) dan komplikasi neurologis (16%) (Pribadi &

Pujo, 2012 dalam Ikramullah 2017).

Menurut Asyifaurohman, (2017), masalah yang menjadi

perhatian utama adalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan

cerebral, nyeri akut, dan ansietas. Masalah keperawatan salah satunya

nyeri akut post kraniotomi telah menjadi topik yang relatif terabaikan.

Masalah lain yang mungkin terjadi pada klien setelah pembedahan

post kraniotomi adalah infeksi. Faktor risiko predisposisi dapat terjadi

karena adanya waktu bedah yang lama dan penggunaan kortikosteroid

(Nurhidayat, 2014).

Berdasarkan data dari rekam medis data pasien stroke

hemoragik yang telah dilakukan tindakan craniotomy bulan Desember

2018, jumlah total pasien yang dilakukan tindakan craniotomy di RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda sebanyak 39 orang (Zulfatul M,

dkk, 2019). Sedangkan berdasarkan hasil observasi selama

melakukan praktek keperawatan di ruang OK CITO RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar, hampir setiap hari klien masuk dengan

Craniotomy. Data yang diperoleh dari bulan Juli – Awal November

2019 sekitar 74 klien dengan kraniotomi.

Berdasarkan latar belakang dan pengalaman praktik yang

ditemukan di rumah sakit, maka dari itulah penulis tertarik untuk

Page 20: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

mengambil kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan

Kegawatdaruratan Pada Ny ”S” Dengan Tindakan Craniotomy Et

Causa Hemoragik Stroke (ICH) + Kesadaran Menurun GCS 7 Di

Ruangan IGD OK CITO RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”

sebagai karya ilmiah akhir.

B. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara jelas tentang pelaksanaan

asuhan keperawatan yang berkaitan dengan tindakan kraniotomi pada

Ny. S di Ruang IGD OK CITO RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar .

C. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu :

1. Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang tindakan

kraniotomi pada pasien Hemoragik Stroke.

2. Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang perumusan

diagnosa keperawatan pada pasien dengan tindakan kraniotomi

3. Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang perencanaan

keperawatan pada pasien Hemoragik Stroke dengan tindakan

kraniotomi.

4. Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan

implementasi keperawatan pada pasien Hemoragik Stroke dengan

tindakan kraniotomi.

Page 21: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

5. Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi

keperawatan pada pasien Hemoragik Stroke dengan tindakan

kraniotomi.

6. Untuk mendapatkan gambaran gambaran tentang kesenjangan

yang terjadi antara teori dan kasus dalam asuhan keperawatan

dengan pada pasien Hemoragik Stroke dengan tindakan

kraniotomi.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi

Dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi dan

acuan yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan

mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan sistem neurologi

khususnya mengenali asuhan keperawatan pada tindakan

kraniotomi.

2. Bagi rumah sakit.

Hasil penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan dan

informasi mengenai tindakan kraniotomi di ruang OK CITO RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Hal ini diharapkan dapat

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang

diwujudkan dengan meningkatnya kepuasan pasienterhadap

pelayanan keperawatan yang diberikan.

3. Bagi penulis

Page 22: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman nyata

dalam memberi asuhan keperawatan serta menerapkan ilmu yang

diperoleh selama mengikuti pendidikan.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran penulisan tugas akhir ini, maka

penulis memberikan sistematika penulisan :

1. Tempat, waktu pelaksanaan pengambilan kasus

a. Tempat

Tempat pengambilan kasus di ruang OK Cito IGD Rumah Sakit

Umum Pendidikan Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Sulawesi Selatan.

b. Waktu pelaksanaan pengambilan kasus

Waktu pelaksanaan pengambilan kasus dimulai pada tanggal

08 Oktober 2019 pukul 15:00 WITA di ruang.

2. Teknik pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data untuk manajemen asuhan

keperawatan di ruang gawat darurat OK CITO dilakukan dengan

melakukan pengkajian mulai dengan wawancara kepada klien

maupun keluarga klien secara langsung. Pengkajian keperawatan

menggunakan pengkajian 6 B yaitu Breathing (B1), Blood (B2),

Brain (B3), Bladder (B4), Bowel (B5), Bone (B6), dan untuk data

penunjang pengumpulan data dilihat dari hasil pemeriksaan

laboratorium, hasil foto thoraks dan hasil CT- Scan kepala.

Page 23: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. Tinjauan Teori

1. Konsep dasar medis stroke

a. Definisi strok hemoragik

Stroke adalah terputusnya aliran darah ke otak, karena

tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah ke otak sehingga

pasokan darah dan oksigen ke otak berkurang yang dapat

menyebabkan gangguan fisik atau diasabilitas (Ghani dkk,

2016).

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah otak (Ariani A, 2014).

Stroke hemoragik merupakan pendarahan serebri atau

subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

otak pada daerah otak tertentu. Biasanya terjadinya saat

melakukan aktivitas atau saat aktife, namun bias juga terjadi

saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun

(Oktavianus, 2014).

b. Anatomi dan fisiologi otak

Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari bereat badan

dewasa. Otak menerima 15% dari curah jantung memerlukan

sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilokalori

energy setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap

bermacam-macam sensasi atau rangsangan terhadap

Page 24: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang

disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai

macam proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan

emosional, intelegensi, berkomunikasi, sifat atau kepribadian,

dan pertimbangan. Otak terbagi menjadi beberapa bagian

menurut Luklukaningsih, (2017) yaitu:

Gambar 2.1 : Anatomi otak

1) Otak besar (cerebrum)

Cerebrum atau otak besar merupakan otak yang

paling besar dan menonjol disini terletak pusat-pusat saraf

yang mengatur semua aktifitas sensori dan motorik, juga

mengatur proses penalaran, memori dan intelgensi.

Hemisfer serebri kanan mengatur bagian tubuh sebeah kiri

dan hemisfer kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan.

Konsep fungsional ini disebut pengendalian kontralateral.

Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan

manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia

memiliki kemampuan berfikir, analis, logika, bahasa,

kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual.

Page 25: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Kecerdasan intelektual atau IQ anda juga ditentukan oleh

kualitas bagian ini.

Gambar 2.2 : pembagian lobus area cerebrum

Cerebrum dibagi menjadi 4 (empat) bagian yang

disebut lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus

dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus.

Keempatlobus tersebut masing-masing yaitu :

a) Lobus frontalis

Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks

cerebrum bagian depan yaitu dari sulcus sentralis (suatu

fisura atau alur) dan didasae lateralis bagian ini memiliki

area motorik dan pramotorik. Area broca terletak dilobus

frontalis dan mengontrol aktifitas bicara. Area asosiasi

dilobus frontalis dari seluruh bagian otak dan

menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi

pikiran rencana dan perilaku. Lobus frontalis

memodifikasikan dorongan-dorongan emosional yang

dihasilkan oleh sistem limbik dan reflex vegetatife dari

batang otak. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan

Page 26: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi,

perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian,

kreativitas, control perasaan, control perilaku seksual,

dan kemampuan bahasa secara umum.

b) Lobus temporalis

Lobus temporalis berada dibagian bawah

berhubungan dengan kemampuan pendengaran,

pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

c) Lobus parietalis

Lobus parietalis merupakan lobus sensori yang

berfungsi menginterpretasikan sensasi rangsangan

datang atau mengatur individu mampu mengetahui posisi

letak dan bagian tubuh untuk sensasi raba dan

pendengaran. Lobus parietalis menyampaikan informasi

ke banyak daerah lain di otak, termasuk area asosiasi

motorik dan visual disebelahnya.

d) Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis terletak disebelah posterior dari

lobus parietalis dan diatas fisura parieto-oksipitalis, yang

memisahkan dari cerebrum, lobus oksipitalis ada di

bagian paling belakang, berhubungan dengan

rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu

melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap

oleh retina mata.

Page 27: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

2) Korteks cerebri

Korteks serebri atau mantel abu-abu (gray metter)

dari cerebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut giri

(tunggal girus). Susunan seperti ini memungkinkan

permukaan otak menjadi luas (diperkirakan seluas 2200

Cm2) yang terkandung dalam rongga tengkorak yang sempit.

Korteks cerebri adalah bagian otak yang paling maju dan

bertanggung jawab untuk mengindra lingkungan. Korteks

cerebri menentukan perilaku yang bertujuan dan beralasan.

3) Otak kecil (cerebellum)

Ada dua fungsi utama cerebellum, yaitu :

a) Mengatur otot-otot postural tubuh.

b) Melakukan program akan gerakan-gerakan pada

keadaan sadar maupun bawah sadar.

Cerebellum mengkordinasikan penyesuaian secara

tepat dan otomatis dengan menjaga keseimbangan tubuh.

Cerebellum merupakan pusat reflex yang

mengkoordinasikan dan memperhalus gerakan otot, serta

mengubah tonus otot dan kekuatan kontraksi untuk

mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh. Bagian-

bagian batang otak dari atas sampai bawah yaitu pons dan

medulla oblongata. Diseluruh batang otak terdapat jeras-

jeras yang berjalan naik turun. Batang otak merupakan pusat

relasi dan reflex dari susunan saraf pusat.

Page 28: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

4) Brainstem (batang otak)

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang

tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang

sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang.

Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk

pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,

mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber

insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari)

saat datangnya bahaya.

Gambar 2.3 : Batang otak

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a) Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid

Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang

menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah

berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan,

gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur

gerakan tubuh dan pendengaran.

b) Medulla Oblongata adalah titik awal saraf tulang

belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan

Page 29: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi

otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah,

pernafasan, dan pencernaan.

c) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan

data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular.

Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

5) Limbik sistem (sistem limbik)

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak,

membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal

dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama

dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut

dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain

hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks

limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan,

mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa

haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,

metabolisme dan juga memori jangka panjang.

Bagian terpenting sistem limbik adalah hipotalamus

yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana

yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.

Misalnya Anda lebih memperhatikan anak Anda sendiri

dibanding dengan anak orang yang tidak Anda kenal.

kenapa? Karena anda punya hubungan emosional yang kuat

dengan anak Anda. Begitu juga, ketika anda membenci

Page 30: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

seseorang, Anda malah sering memperhatikan atau

mengingatkan. Hal ini terjadi karena Anda punya hubungan

emosional dengan orang yang Anda benci.

Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak

tersentu oleh indra. Dialah yang lazim disebut sebagai otak

emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran.

Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai “Alam Bawah

Sadar” atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam

perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus

lainnya. leDoux mengistilakan sistem limbik ini sebagai

tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat

bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.

a) Saraf kranial

Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yag berbeda

dibagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini juga

mencakup saraf kranial yang berasal otak, saraf spinal,

yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta

reseptor sensorik yang berhubungan, merupakan bagian

dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang

memiliki jenis sensori (Saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis

motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis

gabungan (Saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini

diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga belakang,

Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang

Page 31: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

ada di kepala dan leher manusia seperti mata, hidung,

telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari

otak besar, sementara yang lainnya mencuat dari batang

otak.

Terdapat 12 pasang saraf kranial menurut

Luklukaningsih, (2017) yaitu :

(1) Nervus I (olfaktorius) adalah saraf sensorik

Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang

menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini terdiri

dari bagian berikut : mukosa olfaktorius pada bagian

atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal

pada sisi medial lobus orbitalis. Saraf ini merupakan

saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal

dari membrane mukosa hidung dan menembus area

kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di

bulbus olfaktorius, dari sini traktus olfaktorius berjalan

dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal

bagian media sisi yang sama.

Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya

sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks

tanpa dirilei di thalamus. Bau-bauan yang dapat

memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi

salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan

rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem ini

Page 32: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang

menghubungkan sistem penciuman dengan area

otonom adalah medial forebrain bundle dan stria

medularis thalamus. Emosi yang menyertai

rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan keserat

yang berhubungan dengan thalamus, hipotalamus

dan sistem limbik.

(2) Nervus II (opticus) adalah saraf sensorik

Saraf optikus merupakan saraf sensorik murni

yang dimulai diretina. Serabut-serabut saraf ini

melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika

dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada

dasar otak untuk membentuk kiasma optikum.

Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai fundus

masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian

bawah retina ditemukan pada bagian inferior kiasma

optikum dan sebaliknya.

Serabut-serabut dari lapangan visual temporall

(separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma,

sedangkan yang berasal dari visual nasal tidak

menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya

yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus

superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua

nuclei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang

Page 33: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

meninggalkan kiasma berhubungan dengan

penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus

menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-

serabut yang berasal dari radiasi optika melewati

bagian posterior kapsula interna dan berakhir dikortks

visual lobus oksipital.

Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut

memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk

kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan

untuk kuadran atas melalui lobus temporal. Akibat dari

dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma

optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan

penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan

sebaliknya.

(3) Nervus III (okulomotorius) adalah saraf motorik

Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian

di depan substansia grisea periakuaduktal (Nukleus

motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea

(Nukleus otonom).

Nukleus motorik bertanggung jawab untuk

persaraafan otot-otot rektus medialis, superior, dan

inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebral

superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-

wasthpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi

Page 34: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot

siliaris.

(4) Nervus IV (trochlearis) adalah saraf motorik

Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli

inferior di depan substansi grisea periakuaduktal dan

berada di bawah Nukleus okulomotoris. Saraf ini

merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar

dari sisi dorsal batang otak. Sarang trchlearis

mempersarafi otot oblikus superior untuk

menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi

dalam derajat kecil.

(5) Nervus V (trigeminus) adalah saraf motorik dan saraf

sensorik

Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari

serabut-serabut motorik dan serabut-serabut sensorik.

Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot

temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus

dibagi menjadi tiga cabang utama yaitu saraf

oftalmikus, maksilaris dan mandibularis. Daerah

sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi, wajah,

mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan

mandibular, dura dalam fosa kranii anterior dan

tengah bagian anterior telinga luar dan kanalis

auditorius serta bagian membrane timpani.

Page 35: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

(6) Nervus VI (abdusen) adalah saraf motorik

Nukleus saraf abdusen terletak pada masing-

masing sisi pons bagian bawah dekat medulla

oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat

saraf abdusen mempersarafi otot rektus lateralis.

(7) Nervus VII (fasialis) adalah saraf motorik dan saraf

sensorik

Saraf fasialis mempunyai fungsi motoric dan

fungsi sensorik, fungsi motorik berasal dari Nukleus

motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari

tegmentum pontin bawah dekat medulla oblongata.

Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang

muncul bersama Nukleus motoric dan saraf

vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam

kanalis akustik interna.

Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi

otot-otot ekspresi wajah terdiri dari orbicularis okuli,

otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot

stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior

serta otot platisma. Serabut anterior lidah.

(8) Nervus VIII (vestibulocochlearis) adalah saraf

sensorik

Saraf Vestibulocochlearis terdiri dari dua

komponen yaitu serabut-serabut yang mengurusi

Page 36: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

pendengaran dan vestibuler yang mengandung

serabut-serabut aferen yang mengurusi

keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran

berasal dari organ corti dan berjalan menuju inti

koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke

korpus genikulatum medial dan kemudian menuju

girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk

keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis

semisirkukaris dan bergabung dengan serabut-

serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-

serabut ini kemudian memasuki pons, serabut

vestibutor berjalan menyebar melewati batang otak

dan serebellum.

(9) Nervus IX (glossofaringeus) adalah saraf motorik dan

sensorik

Saraf Glossofaringeus menerima gabungan

dari saraf vagus dan asesoris pada waktu

meninggalkan kranium melalui foramen tersebut,

saraf Glossofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu

ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis

inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut

antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna

ke otot stilofarigeus. Diantara otot ini dan otor

stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan

Page 37: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

mempersarafi mukosa faring, tonsil dan spertiga

posterior lidah.

(10) Nervus X (vagus) adalah saraf motorik dan sensorik

Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion

yaitu ganglion superior atau jugulare dan ganglion

inferior atau nodosume, keduanya terletak pada

daerah foramen jugulariss, saraf vagus mempersarafi

semua viserasi thoraks dan abdomen dan

menghantarkan impuls dari dindng usus, jantung, dan

paru-paru.

(11) Nervus XI (aklsesorius) adalah saraf motorik

Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan

kranalis. Radiks kranial adalah akson dari neuron

dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron

dari saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik

yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan

bagian atas otot trapezius, otot sternokleido

mastoideus berfungsi memutar kepala kesamping dan

otot trapezius memutar scapula bila lengan diangkat

ke atas.

(12) Nervus XII (hipoglosus) adalah saraf motorik

Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medulla

oblongata pada setia sisi garis tengah dan depan

ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan

Page 38: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan

saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah

yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.

b) Peredaran darah otak

Darah mengangkut zat asam, makanan dan

substansi lainnya yang diperlukan bagi fungsi jariingan

hidup yang lain. Kebutuhan otak sangat mendesak dan

vital, sehingga aliran darah yang kostan harus terus

dipertahankan. Suplai darah arteri ke otak merupakan

suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang

bercabang-cabang, berhubungan erat satu dengan yang

lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat

untuk sel.

c) Peredaran darah arteri

Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri,

yaitu arteri vertebralis dan arteri karotis interna, yang

bercabang dan beranastosmosis membentuk circulus

willisi. Arteri karotis interna dan eksterna vercabang dari

arteri karotis komunis yang berakhir pada arteri serebri

anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir arteri

karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri

communicans posterior yang bersatu kearah kaudal

dengan arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior

saling berhubungan melalui arteri communicans anterior.

Page 39: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari atreria

subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan

merupakan cabang dari arteria inominata, sedangkan

arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari

aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui

foramen magnum, setinggi perbatasan ponsdan medulla

oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri

basilaris.

d) Peredaran darah vena

Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam

sinus-sinus durameter, suatu saluran pembuluh darah

yang terdapat didalam struktur durameter. Sinus-sinus

durameter tidak mempunyai katup dan sebagian besar

berbentuk triangular. Sebagian besar vena cortex

superfisial mengalir kedalam sinus longitudinalis superior

yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang

utama adalah vena anastomatica magna yang mengalir

kedlam sinus longitudinalis suoerior dan vena

anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus

transversus. Vena-vena serebri profunda memperoleh

aliran darah dari basal ganglia.

Page 40: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

c. Etiologi stroke hemoragik

Menurut (Ghani ,dkk, 2016) . Penyebab stroke hemoragik

yaitu :

1) Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko utama stroke.

Hipertensi dapat disebabkan arteroklerosis pembuluh darah

serebral, sehingga pembuluh dara tersebut mengalami

penebalan dan degenerasi yang kemudian pecah/

menimbulkan pendarahan. Penderita hipertensi memiliki

faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat

dibandingkan orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40

hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita

hipertensi sebelum terkena stroke.

2) Penyakit jantung

Misalnya emblisme serebral berasal dari jantung

seperti penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif,

MCI, hipertrofi ventrikel kiri. Pada fiblirasi atrium

menyebabkan penurunan CO2 sehingga perfusi darah ke

otak menurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang

akhirnya dapat terjadi stroke. Pada arteroklerosis elastisitas

pembuluh darah menurun, sehingga perfusi ke otak

menurun juga pada akhirnya terjadi stroke.

Page 41: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

3) Diabetes militus

Pada penyakit diabetes militus akan mengalami

penyakit vaskuler, sehungga terjadi mikrovaskularisasi dan

terjadi eterosklerosis dapat menyebabkan emboli yang

kemudian menyumbat dan terjadi iskemia, iskemia

menyebabkan perfusi otak menurun dan pada akhirnya

terjadi stroke.

4) Merokok

Pada merokok akan timbul plaque pada pembuluh

darah oleh nikotin sehingga memungkinkan penumpukan

arterosklerosis dan kemudian berakibat pada stroke.

5) Alkoholik

Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi,

penurunan aliran darah ke otak dan kardiak aritmia serta

kelainan mortalitas pembuluh darah sehingga terjadi emboli

serebral.

6) Peningkatan kolestrol

Peningkatan kolestrol tubuh dapat menyebabkan

arterosklerosis dan terbentuknya emboli lemak sehingga

aliran darah lambat termasuk ke otak, maka perfusi otak

menurun

.

Page 42: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

7) Obesitas

Pada obesitas kadar kolestrol tinggi. Selain itu dapat

mengalami hipertensi karena terjadi gangguan pada

pembuluh darah. Keadaan ini berkontribusi pada stroke.

d. Patofisiologi stroke hemoragik

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak

mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran darah ke setiap

bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus, maka

mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Stroke

hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri

penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah

superfisial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang

di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis

dapat terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya hipertensi

kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma

kecil-kecil dengan diameter 1 mm. peningkatan tekanan darah

yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme

ini, sehingga dapat terjadi perdarahan dalam perenkim otak

yang bias mendorong struktur otak dan merembes kesekitarnya

bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang

intracranial (Ariani A, 2014).

Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh

karena rupture arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di

daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang ada

Page 43: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat

mengiritasi jaringanotak, sehingga dapat mengakibatkan

vasospasme pada arteri disekitar perdarahan. Spasme ini dapat

menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus wilis. Bekuan

darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan mengecil.

Daerah otak disekitar bekuan darah dapat membengkak dan

mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan

darah akan mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah

beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan diganti oleh

astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan

disekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi

oleh astroglia yang mengalami proliferasi (Ariani A, 2014).

Perdarahan subarknoid sering dikaitkan dengan pecahnya

aneurisma. Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilis.

Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah

kemungkinan terjadinya rupture, dan sering terdapat lebih dari

satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan

beratnya perdarahan. Pembuluh yang mengalami gangguan

biasanya arteri yang menembus otak seperti cabang

lentikulostriata dari arteri serebri media yang memperdarahi

sebagian dari tiga ganglia basalis dan sebagian besar kapsula

interna. Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat

cepat dan konstan, berlangsung beberapa menit, beberapa jam,

bahkan beberapa hari. Gambaran klinis yang sering terjadi

Page 44: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

antara lain; sakit kepala berat, leher bagian belakang kaku,

muntak, penurunan kesadaran, dan kejang. 90% menunjukkan

adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan

besar dan atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-

75% akan meninggal dalam waktu 1-30 hari, biasanya

diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke sistem

ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan

mesensefalon, atau mungkin disebabkan karena perembesan

darah ke pusat-pusat yang vital (Ariani A, 2014).

e. Manifestasi klinis

Menurut Yuliana A, (2014) gejala klinis hemoragik stroke

yaitu :

1) Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis,

koma)

2) Kesulitan berbicara atau memahami orang lain

3) Kesulitan menelan

4) Kesulitan menulis atau membaca

5) Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,

membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba

6) Kehilangan koordinasi

7) Kehilangan keseimbangan

8) Perubahan gerak, biasanya pada satu bagian tubuh, atau

penurunan keterampilan motorik

9) Mual dan muntah

Page 45: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

10) Kejang

11) Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti

penurunan sensasi, baal atau kesemutan.

12) Kelemahan pada salah satu bagian tubuh

f. Penatalaksanaan

Menurut (Sugianto V, 2017) penatalaksanaan medis dari

strok hemoragik yaitu :

1) Penatalaksanaan umum

a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral

decubitus biladisertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi

bertahap bila hemodinamika stabil

b) Bebaskan jalan napas dan usahakan ventilasi adekuat

bila perlu beriklan oksigen 1-2 liter permenit bila ada hasil

gas darah.

c) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter

d) Control tekanan darah, dipertahankan normal

e) Suhu tubuh harus dipertahankan

f) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi

mkenelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau

pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan pipih NGT.

g) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontak

indikasi.

Page 46: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

2) Penatalaksanaan medis

a) Trombolitik (Streptokinase)

b) Anti platelet/ anti trombolitik (asetosol, ticlopidin,

cilostazol, dipiridamol)

c) Antikoagulan (heparin)

d) Hemorrhage (pentoxyfilin)

e) Antagonis serotonin (noftidrofulyl)

f) Antagonis caklcium (nomodipin, piracetam)

3) Penatalaksanaan khusus

a) Atasi kejang (antikonvulsan)

b) Atasi tekanan intracranial yang meninggi menitol, gliserol,

purosemit, intubasi, steroid dll)

4) Atasi deskompresi (kraniotomi)

a) Atasi hipertensi (anti hipertensi)

b) Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia)

c) Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia).

2. Konsep dasar medis craniotomy

a. Definisi craniotomy

Kraniotomi merupakan pembedahan dengan pembuatan

lubang di cranium untuk meningkatkan akses dan struktur

intracranial (Zulfatul M. dkk, 2019).

Craniotomy adalah operasi untuk membuka tengkorak

atau tempurung kepala dengan maksud untuk mengetahui dan

memperbaiki kerusakan otak (Astati Y. 2015).

Page 47: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Gambar 2.4 : Gambar lapisan kulit kepala yang dilakukan

Tindakan Craniotomy

b. Tujuan operasi craniotomy

Menurut Zulfatul M, dkk, (2019). Tujuan dilakukannya

tindakan operasi craniotomy yaitu:

1) Untuk menghilangkan bekuan darah (hematoma),

2) Untuk mengendalikan perdarahan dari pembuluh darah

lemah bocor (aneurisma serebral),

3) Untuk memperbaiki malformasi arteriovenosa (koneksi

abnormal dari pembuluh darah),

4) Untuk menguras abses otak,

5) Untuk mengurangi tekanan di dalam tengkorak,

6) Untuk melakukan biopsi, atau

7) Untuk memeriksa otak.

c. Indikasi operasi craniotomy

Menurut Ikramullah, (2017). Secara umum indikasi

operasi pada hematoma intracranial :

1) Adanya tanda herniasi/lateralisasi

2) Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun

kanker.

Page 48: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

3) Mengurangi tekanan intracranial, mengevakuasi bekuan

darah, mengontrol bekuan darah, tumor otak, perdarahan

(hemorrage), peradangan dalam otak, trauma pada

tengkorak.

d. Jenis-jenis pendarahan dilakukan operasi craniotomy

Jenis perdarahan menurut Ikramullah, (2017) yaitu:

1) Epidural Hematoma

Terdapat pengumpalan darah diantara tulang

tengkorak dan durameter akibat pecahnya pembuluh darah /

cabang-cabang arteri meningeal media yang terdapat

diantara durameter, pembuluh darah ini tidak dapat menutup

sendiri karena sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam

beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering

yaitu di lobus temporalis dan parietalis.

Gejala-gejalanya antara lain:

a) Penurunan tingkat kesadaran

b) Nyeri kepala

c) Muntah

d) Hemiparese

e) Dilatasi pupil ipsilateral

f) Pernapasan cepat dalam kemudian dangkal (regular)

g) Penurunan nadi

h) Peningkatan suhu

Page 49: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

2) Subdural Hematoma

Terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan

otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya

pembuluih darah vena/ jembatan vena yang biasanya

terdapat diantara durameter, perdarahan lambat dan sedikit.

Priode akut dapat terjadi dalam 48 jam - 2 hari, 2 minggu

atau beberapa bulan.

Gejala-gejalanya yaitu:

a) Nyeri kepala

b) Bingung

c) Mengantuk

d) Menarik diri

e) Berfikir lambat

f) Kejang

g) Udema pupil

5) Perdarahan intracerebral

Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di

jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri,

kapiler dan vena.

Gejala-gejalanya yaitu :

a) Nyeri kepala

b) Penurunan kesadaran

c) Komplikasi pernapasan

d) Hemiplegi kontra lateral

Page 50: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

e) Dilatasi pupil

f) Perubahan tanda-tanda vital

6) Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat

robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hamper

selalu ada pada cedera kepala yang hebat.

Gejala-gejalanya yaitu :

a) Nyeri kepala

b) Penurunan kesadaran

c) Hemiparese

d) Dilatasi pupil ipsilateral

e) Kaku kuduk

e. Teknik operasi

Menurut Ikramullah, (2017) tentang teknik operasi yaitu:

1) Positioning

Letakkan kepala pada tepi meja untuk memudahkan

operator. Head-up kurang lebih 15o (pasang donat kecil

dibawah kepala). Letakkan kepala miring kontralateral lokasi

lesi/ hematoma. Ganjal bahu satu sisi saja (pada sisi lesi)

misalnya kepala miring ke kanan maka ganjal bantal di bahu

kiri dan sebaliknya.

2) Washing

Cuci lapangan operasi dengan savlon. Tujuan savlon:

desinfektan, menghilangkan lemak yang ada di kulit kepala

Page 51: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

sehingga pori-pori terbuka, penetrasi betadine lebih baik.

Keringkan dengan doek steril. Pasang doek steril di bawah

kepala untuk membatasi kontak dengan meja operasi

3) Markering

Setelah markering periksa kembali apakah lokasi

hematomnya sudah benar dengan melihat CT scan. Saat

markering perhatikan: garis rambut – untuk kosmetik, sinus –

untuk menghindari perdarahan, sutura – untuk mengetahui

lokasi, zygoma – sebagai batas basis cranii, jalannya N VII

(kurang lebih 1/3 depan antara tragus sampai dengan

canthus lateralis orbita).

4) Desinfeksi

Desinfeksi lapangan operasi dengan betadine.

Suntikkan Adrenalin 1:200.000 yang mengandung lidocain

0,5%. Tutup lapangan operasi dengan doek steril.

5) Drapping (penutupan area luka)

Drapping merupakan prosedur menutup pasien yang

sudah berada diatas meja operasi dengan menggunakan

alat tenun steril, dengan tujuan memberi batas yang tegas

pada daerah steril pembedahan.

Penutupan area operasi menggunakan 2 duk besar, 4

duk kecil, dan 1 duk lubang. Dimana duk besar dipasang

memanjang di bawah pasien dan satu lagi dipasang melebar

di bawah kaki pasien menggantung turun kebawah. Duk

Page 52: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

kecil digunakan untuk menutup keempat sisi luka yang akan

di operasi kemudian dijepit menggunakan duk klem dan

terakhir duk lubang dipasang tepat di atas daerah yang akan

di operasi.

6) Prosedur pembedahan

a) Pasien berbaring terlentang dengan posisi supine

dibawah pengaruh general anastesi

b) Melakukan time out

c) Membersihkan dan drapping prosedur

d) Mengidentifikasi lapangan operasi

e) Dilakukan insisi question mark perdalam hingga

pericranium

f) Dilakukan bor, dilanjutkan dengan craniectomi dengan

menggunakan craniatom

g) Evakuasi hematom

h) Melakukan sign out

i) Menjahit luka operasi lapis demi lapis

j) Membersihkan luka operasi dengan NaCl 0.9% keringkan

dengan kasa di tutup dengan supratur dan kasa kering

k) Operasi selesai, membersihkan pasien dan peralatan

l) Pasien dirapikan dan dipindahkan ke ruang pemulihan.

Page 53: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

3. Konsep asuhan keperawatan

a. Pengkajian keperawatan

Menurut (Muttaqqin, 2008 dalam Sugianto V, 2017).

Tentang pengkajian keperawatan yaitu:

Pre operatif

1) Identitas pasien

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,

agama, alamat, suku, pekerjaan dan pendidikan, diagnosa

medis, dan rencana tindakan operasi.

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama : Kesadaran menurun akibat Hemoragik

Stroke dengan Intracerebral Hematom.

b) Riwayat penyakit sekarang : Penyebab terjadinya

Hemoragik Stroke biasa terjadi karena adanya

Intracerebral Hematom.

c) Riwayat penyakit dahulu : Pasien mempunyai penyakit

hipertensi dan stroke yang berhubungan dengan

Intracerebral Hematom.

d) Riwayat penyakit keluarga : Tidak terdapat korelasi kasus

pada anggota keluarga terhadap kejadian perdarahan

intracerebral.

3) Fase pre operatif

Fase pre operatif dari peran keperawatan

perioperative dimulai ketika keputusan untuk intervensi

Page 54: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

bedah dibuat dan berakhir ketika pasien digiring ke meja

operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu

tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian data dasar

pasien yang datang di klinik, rumah sakit atau dirumah,

menjalani wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien

untuk anastesi yang diberikan dan pembedahan.

Bagaimanapun, aktivitas keperawatan mungkin dibatasi

hingga melakukan pengkajian pasien pre operatif ditempat

ruang operasi.

4) Pemeriksaan fisik

a) Breathing : Kaji pernapasan apakah bernapas spontan

atau tidak, irama napas cepat atau lambat, adanya suara

napas vesikuler,wheezing, ronchi, sesak napas,

pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu

pernapasan

b) Blood : Peningkatan tekanan intracranial terhadap

tekanan darah bervariasi. Perubahan frekuensi jantung

(bradikardi, takikardi, yang diselingi dengan bradikardi,

disritmia dan perdarahan.

c) Brain : Gangguan kesadaran merupakan salah satu

bentuk manifestasi adanya gangguan otak akibat cedera

kepala, strok dll. Bila perdarahan hebat/luas dan

mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada

nervus cranialis, maka dapat terjadi perubahan status

Page 55: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

mental, perubahan dalam penglihatan, perubahan pupil,

sering timbul cegukan dan gangguan nervus hipoglosus.

d) Bledder : Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan

karakteristik urine.

e) Bowel : Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan,

nafsu makan menurun, mual dan muntah pada fase akut.

Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan

produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah

penurunan nutrisi.

f) Bone : Pasien dengan stroke biasanya nampak bedrest,

mengalami ketidakseimbangan immobilisasi yang terjadi

karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf

dan otak dengan reflex pada spinal selain itu dapat pula

terjadi penurunan tonus otot.

Intra operatif

1) Fase intra operatif

Fase intra operatif dari keperawatan perioperatrif

dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan kebagian atau

keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas

keperawatan dapat meliputi : memasang infus (IV),

memberikan medikasi melalui intravena sesuai instruksi

Dokter, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh

sepanjang prosedur pembedahan menjaga keselamatan

pasien. Pada beberapa contoh aktivitas keperawatan

Page 56: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

terbatas hanya bertindak dalam perannya sebgai perawat

amlop, atau membantu dalam mengatur posisi pasien diatas

meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar

kesejajaran tubuh.

2) Pemeriksaan fisik

a) Breating :. Konpensasi pada batang otak akan

mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi

perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi

maupun iramanya, bias berupa Cheyne, Stokes atau

Ataxia breathing, bapas berbunyi stridor, rinchi, whezzing

(kemungkinan karena aspirasi), cenderung terjadi

peningkatan produksi sputum pada jalan napas.

b) Brain : Pada sistem saraf pusat dinilai kesadaran pasien

dengan GCS (Glasgow Coma Scale) dan perhatikan

gejala kenaikan Tekanan Intrakranial (TIK).

c) Blood : Pada sistem kardiovaskular dinilai takanan darah,

nadi, perfusi perifer, Hb.

d) Bowel : Pada sistem gastrointestinal diperiksa: adanya

dilatasi lambung, tanda-tanda cairan bebas, dan periksa

apakah pasien mengalamami muntah selama operasi.

e) Bladder : Pada sistem urogenetalis diperiksa kualitas,

kuantitas, warna, kepekatan urine, untuk menilai intak

dan output urine,

Page 57: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

f) Bone : Pada sistem musculoskeletal dinilai adanya tanda-

tanda sianosis, warna kuku, perdarahan.

Post operatif

1) Fase post operatif

Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien

keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak

lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Lingkup

keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama

periode ini. Pada fase post operatif langsung fokus terhadap

mengkaji efek dari agen anastesi dan memantau fungsi vital

serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian

berfokus pada penyembuhan pasien dan melakukan

penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang

penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi

diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah detail lagi

dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan proses

keperawatan pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi

dan evaluasi diuraikan.

2) Pemeriksaan fisik

a) Breathing : Pasien belum sadar dilakukan evaluasi

seperti pola napas, tanda-tanda obstruksi, pernapasan

cuping hidung, frekuensi napas, pergerakan rongga

dada: apakah simetris atau tidak, suara napas tambahan:

apakah tidak ada obstruksi total, udara napas yang

Page 58: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

keluar dari hidung, sianosis pada ekstremitas, auskultasi:

adannya wheezing atau ronchi.

b) Blood : Pada sistem kardiovaskular dinilai takanan darah,

nadi, perfusi perifer, status hidrasi (hipotermi±syok) kadar

Hb.

c) Brain : Pada sistem saraf pusat dinilai kesadaran pasien

dengan GCS (Glasgow Coma Scale) dan perhatikan

gejala kenaikan Tekanan Intrakranial (TIK).

d) Bladder : Pada sistem urogenetalis diperiksa kualitas,

kuantitas, warna, kepekatan urine, untuk menilai: apakah

pasien masih dehidrasi.

e) Bowel: Kaji apakah ada mual muntah, pasien masih di

puasakan, kesulitan menelan, adanya dilatasi lambung,

tanda-tanda cairan bebas, distensi abdomen.

f) Bone: Kaji balutan, posisi pasien, gelisah dan banyak

gerak, kekuatan otot, tanda-tanda sianosis, warna kuku,

perdarahan post operasi, gangguan neurologis: gerakan

ekstremitas.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnose keperawatan menurut Herman T & Kamitsuru

S, (2018) dalam Sugianto V, (2017) yang biasa muncul pada

pasien craniotomy yaitu:

Page 59: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

1) Pre operasi

a) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

gangguan neurologis: penurunan kesadaran

b) Ketidakefektifan perfusi serebral berhubungan dengan

gangguan aliran arteri atau vena

c) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis;

peningkatan tekanan intra cranial.

2) Intra operasi

a) Risiko perdarahan

Faktor risiko : prosedur invasif

b) Risiko infeksi .

faktor risiko : prosedur invasive

3) Post operasi

a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan akumulasi secret akibat pemasangan ETT

b) Risiko jatuh

Faktor risiko : prosedur invasif

Page 60: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

c. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan menurut Bulechek G, (2016) yaitu :

Table 2.1 : Intervensi keperawatan Pre, Inta dan Post operatif

No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil/ Tujuan Intervensi Keperawatan

Pre Operasi

1. Ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan gangguan

neurologis: penurunan kesadaran

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka pasien akan

menunjukkan status pernapasan

dengan :

Kriteria Hasil:

1. Frekuensi pernapasan dalam

batas normal

2. Irama pernapasan dalam batas

normal

3. Kedalam inspirasi dalam batas

Monitor Pernapasan (3350)

1. Monitor kecepatan, irama,

kedalaman dan kesulitan

bernapas

2. Observasi adanya otot bantu

pernapasan

3. Monitor suara napas tambahan

4. Monitor status oksigen

5. Monitor frekuensi pernapasan

setelah pemberia oksigen

Page 61: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

normal

4. Suara auskultasi napas dalam

batas normal

5. Kepatenan jalan napas dalam

batas normal

6. Saturasi oksigen dalam batas

normal

7. Penggunaan otot bantu napas

tidak ada

8. Retraksi dinding dada tidak ada

9. Dispneu tidak ada

10. Akumulasi sputum tidak ada

11. Suara napas tambahan tidak

ada

12. Batuk tidak ada

Page 62: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan

gangguan aliran arteri atau vena

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka perfusi

jaringan cerebral normal dengan

:

Kriteria Hasil:

1. Kesadaran tidak terganggu

2. Fungsi sensorik dan 69otoric

cranial tidak terganggu

3. Fungsi sensorik dan motori

spinal tidak terganggu

4. Tekanan intracranial tidak

terganggu

5. Ukuran pupil tidak terganggu

6. Pola tergerak mata tidak

terganggu

Manajemen Edema Serebral (2540)

1. Monitor status neurologi

2. Monitor TTV

3. Memonitori peningkatan TIK :

4. Monitor status pernapasan

5. Monitor nilai laboratorium urin,

natrium dan kalium

Page 63: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

7. Tekanan darah tidak

terganggu

8. Denyut nadi tidak terganggu

9. Status kognitif tidak terganggu

3. Nyeri Akut

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka perfusi

jaringan cerebral normal pasien

akan mennjukkan kontrol nyeri

dengan :

Kriteria Hasil:

1. Nyeri berkurang

2. Tanda-tanda vital dalam batas

normal

3. Ekspresi wajah senang

Manajemen Nyeri (1400)

1. Lakukan pengkajian nyeri

komprehensif yang meliputi

lokasi, durasi, gambaran nyeri,

frekuensi dan skala nyeri

2. Observasi adanya petunjuk non

verbal mengenai ketidak

nyamanan

3. Monitor tanda-tanda vital

4. Ajarkan tehnik non farmakologi :

seperti relaksasi nafas dalam

Page 64: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

5. Pemberian obat analgesik

Intra operasi

1. Resiko pendarahan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka diharapkan

pasien mampu:

Kriteria Hasil :

1. Tidak ada hematuria, dan

kehilangan darah yang terlihat

2. Tekanan darah dalam batas

normal

Pengurangan Pendarahan (4010)

1. Monitor ketat tanda – tanda

perdarahan

2. Monitor monitor vital sign

3. Pertahankan patensi IV line

4. Monitor status cairan meliputi

intake dan output

2. Resiko infeksi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka diharapkan

pasien mampu:

Kriteria Hasil :

Kontrol Infeksi intra opratif (6545)

1. Monitor dan jaga suhu ruangan

antara 20o dan 24o

2. Lakukan cuci tangan steril

Page 65: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

1. Tidak ada tanda-tanda infeksi

sistemik dan lokal

3. Gunakan Alat Pelindung Diri

steril dengan menggunakan

teknik aseptik

4. Pisahkan alat steril dan non steril

5. Gunakan peralatan steril dengan

menggunakan teknik aseptik

6. Berikan terapi antibiotik yang

sesuai

Post operasi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan

napas berhubungan dengan

obstruksi jalan napas: mucus

berlebih

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka status

kepatenan jalan napasan dengan

:

Kriteria Hasil:

1. Frekuensi pernapasan dalam

Manajemen Jalan Napas 3140

1. Buka jalan napas dengan tekmik

hettil chin lift atau jaw thrut

2. Auskultasi suara napas, dan

adanya suara napas tambahan

3. Posisikan pasien untuk

Page 66: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

batas normal

2. Irama pernapasan dalam batas

normal

3. Kedalaman inspirasi dalam

batas normal

4. Suara napas tambahan tidak

ada

5. Akumulasi sputum tidak ada

meminimalkan ventilasi

4. Monitor status pernapasan dan

oksigenasi

5. Buang secret dan motivasi

pasien untuk melakukan batuk

efektif atau suction

2. Risiko jatuh

Setelah dilakukan tindakakan

keperawatan, maka menunjukkan

perilaku pencegahan jatuh

dengan :

Kriteria Hasil :

1. Menempatkan penghalang

untuk mencegah jatuh secara

Pencegahan Jatuh (6490)

1. Identifikasi perilaku dan faktor

yang mempengaruhi risiko jatuh

2. Identifikasi karakteristik dari

lingkungan yang mungkin

meningkatkan potensi jatuh

3. Instruksikan keluarga pasien

Page 67: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

konsisten

2. Memperhatikan peringatan

ketika mengambil pengobatan

yang mengakibatkan risiko

jatuh secara konsisten

untuk memanggil bantuan terkait

pergerakan

4. Sediakan pengawasan ketat dan

alat pengikatan (restrain)

5. Gunakan pembatas pada kedua

sisi tempat tidur

Sumber: Nursing Outcomes Classification (NOC) dan Nursing Interventions Classification (NIC), (2016)

Page 68: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

d. Implementasi keperawatan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan dalam

proses keperawatan dalam proses keperawatan dan sangat

menuntut kemampuan intelektual, keterampilan dan tekhnik

keperawatan. Pelaksanaan keperawatan sesuai dengan

rencana keperawatan yang didasari kebutuhan pasien untuk

mengurangi atau mencegah masalah serta merupakan

pengelolaan atau perwujudan rencana keperawatan pada

seorang pasien. Ada 2 syarat hasil yang diharapkan dalam

pelaksanaan keperawatan menurut Moorhead S, (2016) yaitu:

1) Merencanakan perawatan, segala informasi yang tercakup

dalam rangka keperawatan, merupakan dasar atau

pedoman dalam tindakan.

2) Mengidentifikasi reaksi pasien, dituntut usaha yang tidak

tergesah-gesah dan teliti agar dapat menemukan reaksi

pasien sebagai akibat tindakan keperawatan .

e. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan

dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan

keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan

atau intervensi keperawatan ditetapkan. Pada pasien dapat

Page 69: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

dinilai hasil pelaksanaannya perawatan dengan melihat

catatan perkembangan, hasil pemeriksaan pasien, melihat

langsung keadaan dan keluhan pasien, yang timbul sebagai

masalah berat. Evaluasi harus berdasarkan pada tujuan yang

ingin dicapai.

Evaluasi dapat dilihat 4 kemungkinan yang

menentukan tindakan-tindakan perawatan selanjutnya antara

lain :

1) Apakah pelayanan keperawatan sudah tercapai atau

belum

2) Apakah masalah yang ada telah terpecahkan/teratasi atau

belum

3) Apakah masalah sebagian terpecahkan/tidak dapat

dipecahkan

4) Apakah tindakan dilanjutkan atau perlu pengkajian ulang.

Page 70: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

B. Tinjauan kasus

1. Biodata pasien

a. Nama pasien : Ny. S

b. Jenis kelamin : Perempuan

c. Tempat/tanggal lahir : 24 Agustus 1974/ 45 Tahun

d. Agama : Islam

e. Alamat : Pare-pare

f. Diagnose medis : Spontaneus Intracerebral

Hematoma Temporoparietal Sinistra + Intraventikcular

Hematom (Hemoragik Stroke)

g. No RM : 897658

h. Cara pembayaran : BPJS

i. Rencana tindakan operasi : Craniotomy Evakuasi Hematom

2. Alasan tindakan operasi

Pasien masuk dengan penurunan kesadaran dialami sejak

± 2 hari yang lalu sejak pukul 02:00 dini hari terjadi secara tiba-

tiba saat pasien sedang istirahat/ tidur. Tidak ada riwayat trauma

kepala, tidak ada demam, tidak ada mual dan muntah, riwayat

strok sebelumnya ada ± 8 tahun yang lalu, ada kelemahan pada

bagian tubuh sebelah kiri, ada riwayat hipertensi, ada riwayat

penyakit jantung, diabetes militus, dan tidak ada riwayat batuk.

Page 71: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Pada pemeriksaan ST- Scan kepala didapatkan Pendarahan

intracerebri lobus frontoparietal sinistra yang menyebabkan

herniasi subfalcin ke kontralateral sejauh +/- 1.3 cm, dengan

estimasi volume pendarahan +/- 702 cc.

3. Tujuan tindakan operasi

Untuk mengeluarkan dan mencegah pendarahan yang terjadi

pada Intracerebral lobus frontoparietal sinistra.

4. Pre operatif

a. Kegiatan penerimaan pasien

Ruang terima

1) Benar pasien :

Nama : Ny. S

Tgl. Lahir : 24.08.1974

No. RM : 897658

2) Benar tindakan : Craniotomy Evakuasi Hematom.

3) Benar posisi : Pasien berbaring dengan posisi terlentang

dan dilakukan asepsis dan drapping procedure pada

daerah Frontotemporoparietal sinistra.

Sign in : Jam 15.15 WITA.

Page 72: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Kelengkapan dokumen

1) Ada transfer antar ruangan perawat IGD Non Bedah

dengan perawat OK IGD

2) Ada persetujuan bedah untuk tindakan craniotomy

Evakuasi Hematom

3) Ada persetujuan untuk anastesi tindakan general anatesi

4) Ada persetujuan untuk transfusi darah, persiapan darah

PRC 2 bag

5) Ada tanda pada daerah yang di lakuakan operasi, tanda

pada daerah cranial.

6) Cheklis pre operatif.

b. Pemeriksaan penunjang

1) Foto thoraks AP (07-10-2019) :

Kesan : Cardiomegaly dengan dilatation aorta

2) CT scan kepala (08-10-2019) :

Kesan :

a) Pendarahan intracerebri lobus frontoparietal sinistra

yang menyebabkan herniasi subfalcin ke kontralateral

sejauh +/- 1.3 cm, dengan estimasi volume

pendarahan +/- 702 cc.

b) Pendarahan intraventricular bilateral terutama dextra.

Page 73: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

c) Brain swelling.

3) Laboratorium (08-10-2019):

Table 2.2 : Hasil Laboratorium

Jenis

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

HEMATOLOGI

Hematologi Rutin

WBC

RBC

HGB

HCT

MCV

MCH

MCHC

PLT

RDW-SD

RDW-CV

PDW

MPV

P-LCR

PCT

9.5

4.68

13.2

38.8

83

28.1

33.9

257

37

12.4

12.3

7.8

0.201

4.00-10.0

4.00-6.00

12.0-16.0

37.0-48.0

80-97.0

26.5-33.5

31.5-35.0

150-400

37.0-54.0

10.0-15.0

10.0-18.0

6.50-11.0

13.0-43.0

0.15-0.50

10^3/ul

10^6/uL

g/dl

%

fL

Pg

gr/dl

10^3/ul

fL

%

fL

fL

%

%

Page 74: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

NEUT

LYMPH

MONO

EO

BASO

KIMIA DARAH

Fungsi Ginjal

Ureum

Kreatinin

Fungsi Hati

SGOT

SGPT

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

80.9

10.5

7.5

0.6

0.5

29

0.69

1.25

20

137

4.0

107

52.0-75.0

20.0-40.0

2.00-8.00

1.00-3.00

0.00-0.10

10-50

L(<1.3);P(<1.1)

<38

<41

136-145

3.5-5.1

97-111

%

%

10^3/ul

10^3/ul

10^3/ul

mg/dl

mg/dl

U/L

U/L

mmol/l

mmol/l

mmol/l

Page 75: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

c. Pemeriksaan fisik (data fokus sesuai jenis operasi)

Pre operative

1) Breating :

Bentuk dada : Simetris

Pernafasan : Teratur

RR : 24 x/menit menggunakan O2 NRM 8

L/menit

SpO2 : 99 %

Suara napas : Vasikuler

2) Blood :

Mukosa bibir : Kering dan pucat

Terpasang infus RL di tangan sebelah kiri

TD : 150/100 mmHg

Suhu : 36.8 oC

Nadi : 120 x/menit

CRT : > 2 detik

3) Brain :

Tingkat kesadaran : Semi koma GCS 4 (E2 M1 V1)

Nyeri : Nyeri tidak dapat di kaji

Status emosi : Tidak bisa dikaji

Page 76: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

4) Blader :

Terpasang kateter urine,

Urine berwarna kuning jernih,

Jumlah urine 500 ml.

5) Bowel:

Terpasang NGT dialirkan warna coklat, tidak ada mual

dan muntah, bising usus ada 18 x/ menit, TB : 152 cm,

BB : 60 kg

6) Bone :

Integritas kulit : Kulit tampak kering dan pucat

Tulang : Tidak ada riwayat patah tulang

Pasien berada ditempat tidur dengan posisi terbaring

supine karena pasien mengalami penurunan kesadaran.

d. Klasifikasi data

Data Subjektif : -

Data Objektif :

1) Tanda-tanda vital :

TD : 150/100 mmHg

Suhu : 36.8 oC

Nadi : 120 x/menit

Pernapasa : 24 x/menit

Page 77: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

SPO2 : 99 %

CRT : > 2 detik

2) Pasien sesak

3) Tampak adanya penggunaan otot bantu pernapasan

4) Pola napas cepat (Takipnue)

5) Semi koma GCS 4 (E2 M1 V1)

6) Terpasang kateter dengan produksi urine 500 cc

7) CT- Scan Kepala

Kesan :

a) Pendarahan intracerebri lobus frontoparietal sinistra

yang menyebabkan herniasi subfalcin ke kontralateral

sejauh +/-1.3 cm, dengan estimasi volume pendarahan

+/-702 cc

b) Pendarahan intraventricular bilateral terutama dextra

c) Brain swelling

Page 78: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

e. Analisa data

Table 2.3 : Analisa data pre operatif

DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN

DS :

DO :

1. Penurunan kesadaran

2. Pola napas cepat (takipnea)

3. Tampak adanya penggunaan otot bantu

pernapasan

4. Tanda-tanda vital

TD : 150/100 mmHg, Nadi :

120 x/menit, Pernapasa : 24 x/menit

Saturasi oksigen : 99%

Ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan

gangguan neurologis:

penurunan kesadaran

DS :

DO :

1. Penurunan kesadaran

2. Tanda-tanda vital :

TD : 150/100 mmHg

Nadi : 120 x/menit

Pernapasa : 24 x/menit

SPO2 : 99 %

Ketidakefektifan Perfusi

Jaringan Cerebral

Berhubungan Dengan

Perdarahan Pada Intracerebri

Page 79: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

3. Semi koma GCS 4 (E2 M1 V1)

4. Pasien tampak pucat

5. CRT > 2 detik

6. CT- Scan Kepala

a. Pendarahan intracerebri lobus

frontoparietal sinistra yang

menyebabkan herniasi subfalcin ke

kontralateral sejauh +/-1.3 cm,

dengan estimasi volume pendarahan

+/-702 cc

b. Pendarahan intraventricular bilateral

terutama dextra

c. Brain swelling

f. Diagnosa keperawatan

1) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

gangguan neurologis: penurunan kesadaran

2) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral Berhubungan

Dengan Perdarahan Pada Intracerebri

Page 80: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

g. Intervensi keperawatan

Table 2.4 : Intervensi keperawatan pre operatif

NO Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan

gangguan neurologis: penurunan kesadaran

DS :

DO :

1. Penurunan kesadaran

2. Pola napas takipnea

3. Tampak adanya penggunaan otot bantu

pernapasan

4. Tanda-tanda vital

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan status

pernapasan :

Kriteria Hasil:

1. Frekuensi pernapasan dalam

batas normal

2. Suara auskultasi normal

3. Saturasi oksigen dalam batas

normal

Monitor pernapasan (3350)

1. Monitor pola napas

(frekuensi, kedalaman,

usaha napas)

2. Observasi adanya otot

bantu napas,

3. Monitor suara napas

tambahan

4. Monitor status oksigen

Page 81: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

TD : 150/100 mmHg

Nadi : 120 x/menit

Pernapasa : 24 x/menit

Saturasi oksigen : 99%

4. Tidak ada retraksi dada

5. Tidak ada pernapasan cuping

hidung

5. Monitor frekuensi

pernapasan setelah

pemberian oksigen

2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral

Berhubungan Dengan Perdarahan Pada

Intracerebri

DS :

DO :

1. Penurunan kesadaran

2. Tanda-tanda vital :

TD : 150/100 mmHg

Nadi : 120 x/menit

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka diharapkan

pasien tidak mengalami

peningkatan intracranial dan

pasien mengalami peningkatan

kesadaran secara berangsur-

angsur dengan,

Kriteria Hasil:

1. Monitor staatus neurologi

Manajemen Edema Serebral

(2540)

1. Monitor status neurologi

2. Monitor TTV

3. Monitor peningkatan TIK

4. Monitor status pernapasan

Page 82: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Pernapasa : 24 x/menit

SPO2 : 99%

3. Semi koma GCS 4 (E2 M1 V1)

4. Pasien tampak pucat

5. CRT > 2 detik

6. CT- Scan Kepala

a. Pendarahan intracerebri lobus

frontoparietal sinistra yang

menyebabkan herniasi subfalcin ke

kontralateral sejauh +/-1.3 cm, dengan

estimasi volume pendarahan +/-702 cc

b. Pendarahan intraventricular bilateral

terutama dextra

2. Monitor vital sign

3. Monitor status pernapasan

Page 83: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

c. Brain swelling

Sumber: Nursing Outcomes Classification (NOC) dan Nursing Interventions Classification (NIC), (2016)

h. Implementasi keperawatan

Table 2.5 : Implementasi dan evaluasi keperawtan pre operatif

Diagnosis

Keperawatan

Hari /

Tanggal Implementasi dan Hasil Evaluasi

Ketidakefektifan

pola napas

berhubungan

dengan

gangguan

neurologis:

penurunan

Selasa,

08-10-

2019

1. Memonitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

Hasil : Pernapasan 24 x/menit dan

cepat

2. Mengobservasi adanya otot bantu

napas

Hasil : Pergerakan dada simetris,

S :

Kesadaran menurun

O :

Pernapasan 24 x/menit, terdapat

penggunaan otot bantu pernapasan

A : ketidakefektifan pola napas

P : Lanjutkan intervensi

Page 84: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

kesadaran

pasien tampak menggunakan otot

bantu pernapasan

3. Memonitor suara napas tambahan

Hasil : Tidak terdapat suara napas

tambahan

4. Monitor status oksigen

Hasil : Pasien menggunakan oksigen

NRM 8 Liter/menit

5. Monitor frekuensi pernapasan setelah

pemberian oksigen Mengkaji pola

napas (frekuensi, kedalaman, usaha

napas)

Hasil : Frekuensi pernapasan 24

1. Monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

2. Observasi adanya otot bantu

napas,

3. Monitor suara napas tambahan

4. Monitor frekuensi pernapasan

setelah pemberian oksigen

Page 85: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

x/menit.

Ketidakefektifan

Perfusi

Jaringan

Cerebral

Berhubungan

Dengan

Perdarahan

Pada

Intracerebri

Selasa,

08-10-

2019

1. Memonitor status neurologi.

Hasil : Kesadaran menurun, Sopor

GCS 4 (E2 M1 V1)

2. Memonitor TTV

Hasil :

TD : 150/100 mmHg

N : 120 x/menit

S : 36.8ºC

P : 24 x/menit

3. Memonitor peningkatan tekanan TIK

Hasil : Pasien tidak ada mual dan

muntah

S :

Kesadaran menurun

O :

1. Pasien masih mengalami

penurunan kesadaran

2. Sopor GCS 4 (E2 M1 V1)

A : Ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral belum teratasi

P : Pertahankan intervensi

1. Monitor status neurologi

2. Monitor TTV

3. Monitor status pernapasan

Page 86: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

4. Memonitor status pernapasan

Hasil : Pernapasan 24 x/menit, pasien

menggunakan O2 NRM 8 L/menit

5. Memonitor nilai laboratorium urin,

natrium dan kalium

Hasil : Hasil yang didapatkan ureum 29

mg/dL, Natrium 137 mmol/l dan kalium

4.0 mmol/l

Page 87: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

5 Intra operatif

a. Kegiatan di dalam kamar operasi:

Pasien dibawa masuk ke ruang operasi pada jam

16.00 WITA, kemudian persiapan anastesi dimulai pada pukul

16.30 WITA, dan kemudian dilakukan persiapan operasi.

Sebelum operasi dimulai dilakukan time out 16.45 WITA,

waktu sign out 19.30 WITA, dan pasien dikeluarkan dari

kamar operasi 20.00 WITA.

b. Temuan data selama operasi/ intra operatif

1) Observasi intra operative :

Table 2.6 : Observasi intra operatif

Vital

Sign 16.40 17.00 17.40 18.00 18.40 19.00 19.30

Tekanan

darah

123/85

mmHg

115/90

mmHg

155/10

1mmHg

91/54

mmHg

100/94

mmHg

134/96

mmHg

120/76

mmHg

Nadi 122x/i 125 x/i 122 x/i 116 x/i 130x/i 125 x/i 120 x/i

SpO2 99% 99% 99% 94% 96% 99% 98%

Tansfusi

darah

Tidak

dilakuk

an

transfu

si

darah

Tidak

dilakuk

an

transfu

si

darah

Tidak

dilakuk

an

transfu

si

darah

Dilakuk

an

transfus

i darah

Dilakuk

an

transfus

i darah

Dilaku

kan

transfu

si

darah

Tidak

dilakuk

an

transfus

i darah

Cairan 500cc 500cc 1000 cc 1000 cc 1000 cc 500cc

Page 88: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

2) Pemeriksaan fisik (data fokus sesuai jenis operasi)

a) Breathing.

Pernapasan : Pasien bernapas dengan bantuan

ventilator, terpasang ETT

RR : 22 x/menit

SpO2 : 98%

b) Blood

Tekanan Darah : 123/85 mmHg

Nadi : 122 x/m

Suhu : 36.0oC

Pernapasan : 22 x/m

Terpasang cairan RL di tangan kiri dan terpasang

syringe pump (fentanyl) di kaki kanan

Terpasang 2 bag PRC darah

c) Brain

Tingkat kesadaran : Tidak bisa di kaji karena dalam

keadaan anastesi/ pasien tersedasi

Nyeri : Pasien tampak tenang dan tidak

merasakan nyeri.

Page 89: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

d) Bladder

Terpasang kateter, urin berwarna kuning, jumlah

pengeluaran urine selama operasi 1800 cc/ 2 jam.

Pendarahan : ± 500 cc

e) Bowel

Tidak terpasang NGT

Tidak ada mual muntah

Tidak ada distensi abdomen

f) Bone

Integritas kulit : Ada luka insisi di bagian kepala

Tulang : Terdapat luka insisi pada tulang

tengkorak kepala (sudah dilakukan Craniotomy)

Pasien berada di tempat tidur dan posisi berbaring

dan dalam keadaan anastesi.

3) Alat-alat yang digunakan selama operasi:

Alat non steril

Table 2.7 : Alat non steril

Nama Alat Jumlah

Meja operasi 1

Meja mayo dan meja instrument 1

Meja troli 1

Page 90: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Suction pump 1

Standar infus 1

Oksigen sentral 1

Mesin diatermi dan plat 1

Tempat sampah infeksi (kuning) 1

Tempat sampah non infeksi (hitam) 1

Box safety 1

Korentang dan tempatnya 1

Alat steril

Table 2.8 : Alat steril

Nama Alat Jumlah

Desinfeksi klem (sponge holding forceps) 1

Doek klem (towel klem) 5

Dendi klem 5

Kocher klem (kocher srteri forceps 2

Handvat mesz (scapel handle) 1

Pinset sirurgis (tissue forceps) 2

Pinset anatomi (dressing forceps) 2

Culter coagulase monopolar/bipolar 1

Guntung benang 1

Page 91: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Needle holder 2

Nirbeken 1

Kom sedang 1

Kocher klem 2

Canule suction 1

Elis klem 3

Gunting jaringan 2

Line steril

Table 2.9 : Line steril

Nama Kain Jumlah

Jas operasi 4

Duk kecil 4

Duk besar 2

Duk lubang 1

Bahan habis pakai dan alat non steril

Table 2.10 : Bahan habis pakai dan alat non steril

Nama Alat Jumlah

Kasa ±5

Benang dalam 2/0 2

Benang dalam 3/0 ±3

Page 92: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

NaCl 0.9% dan povidone iodine 10% Secukupnya

Handscoon steril 4

Underpad 2

Hipafiks Secukupnya

Gunting verban 1

Alat invasive yang digunakan

a) IV Line

b) NGT

c) Terpasang ETT yang terhubung dengan ventilator

d) Terpasang ventilator : Ya

Mode : PCV

MV : 7,7

RR : 22 x/ menit

PEEP/ Pressure support : 8

FIO2/ O2 : 50 %

ET CO2/ SPO2 : 99 %

Terapi O2 : O2 via ventilator

4) Laporan Operasi

a) Pasien berbaring posisi supine dengan kepala miring

ke kanan di bawah pengaruh general anesthesia

Page 93: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

b) Tindakan asepsis dan antisepsis, pada

frontotemporoparietal sinistra kemudian dipersempit

dengan linen steril

c) Dibuat insisi pterional kemudian diperdalam secara

tajam dan tumpul hingga mencapai pericranium

d) Dibuat flat kulit dan muskulus temporalis kearah

anterior

e) Dibuat 3 buah burrhole, dilanjutkan dengan craniotomy

dengan menggunakan gigli saw dan knable tang

f) Identifikasi durameter, kesan durameter intak,

dilanjutkan dengan prosedur gantung durameter

g) Buka durameter, tampak hematoma pada lobus

temporalis superior, dilanjutkan dengan prosedur

evakuasi hematoma intracerebral dengan volume

kurang lebih 40 cc

h) Kontrol pendarahan dengan mempergunakan surgicell

dan bipolar

i) Tutup durameter, dan lakukan patch dengan

mempergunakan fascia eksterna musculus temporalis

kemudian dilanjutkan dengan mengaplikasikan fibrin

glue (beriplast)

Page 94: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

j) Operasi dilanjutkan dengan cranioplasty

k) Melanjutkan operasi sebelumnya

l) Pasang kembali tulang kranium (kranioplasti) dengan

menggunakan titanium plate dan 8 buah miniscrew,

gantung duramater pada puncak tulang kranioplasti

m) Cuci luka operasi dan tutup luka operasi demi lapis

dengan meninggalkan satu buah drain hisap

n) Operasi selesai

c. Klasifikasi data

1) Data Subjektif : -

2) Data Objektif :

a) Nampak luka insisi/operasi di bagian kepala

b) Terpasang ETT dan NGT

c) Pemeriksaan laboratorium: WBC 9.5 X 103/µl (4.00-

10.00)

d. Analisa data

Table 2.11 : Analisa data intra operatif

DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN

Faktor Risiko

1. Nampak luka insisi/operasi di bagian kepala

2. Terpasang ETT dan NGT

Risiko Infeksi

Page 95: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

3. Pemeriksaan laboratorium:

WBC 9.5 X 103/µl (4.00-10.00)

e. Diagnosa keperawatan

1) Risiko infeksi berhubungan dengan proses invasif

Page 96: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

d. Intervensi keperawatan

Table 2.12 : Intervensi keperawatan intra operatif

NO Diagnosa Keperawatan

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)

1. Risiko infeksi

Faktor risiko :

1. Nampak luka

insisi/operasi di bagian

kepala

2. Terpasang ETT dan

NGT

3. Pemeriksaan

laboratorium:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka diharapkan pasien

mampu:

Kriteria Hasil:

1. Tidak ada kemerahan pada area

sekitar luka operasi

2. Tidak ada drainase purulen

3. Tidak ada demam

Kontrol Infeksi

1. Monitor dan jaga suhu ruangan

antara 20o dan 24o

2. Lakukan cuci tangan steril

3. Gunakan Alat Pelindung Diri

steril dengan menggunakan

teknik aseptik

4. Pisahkan alat steril dan non

steril

Page 97: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

WBC 9.5 X 103/µl (4.00-

10.00)

5. Gunakan peralatan steril dengan

menggunakan teknik aseptik

6. Berikan terapi antibiotik yang

sesuai

Sumber: Nursing Outcomes Classification (NOC) dan Nursing Interventions Classification (NIC), (2016)

e. Implementasi dan evaluasi keperawatan

Table 2.13 : Implementasi dan evaluasi keperawatan intra operatif

Diagnosis

Keperawatan

Hari /

Tanggal Implementasi dan Hasil Evaluasi

Risiko Infeksi Selasa,

08-10-

2019

1. Memonitor dan jaga suhu ruangan

antara 20o dan 24o

Hasil : Suhu ruangan dalam kamar

operasi tetap terjaga kestabilannya

S : -

O :

Terdapat luka insisi pembedahan

A : Resiko infeksi

Page 98: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

2. Melakukan cuci tangan steril

Hasil: Mencucui tangan untuk

mencegah terjadinya penyebaran

mikroorganisme

3. Menggunakan Alat Pelindung Diri

steril dengan menggunakan teknik

aseptik

Hasil : Untuk melindungi diri dari

kontaminasi cairan tubuh cairan kimia

dan alat-alat yag dapat

membahayakan diri

4. Memisahkan alat steril dan non steril

Hasil : Instrumen telah memisahkan

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor dan jaga suhu ruangan

antara 20o dan 24o

2. Lakukan cuci tangan steril

3. Gunakan Alat Pelindung Diri steril

dengan menggunakan teknik

aseptik

4. Pisahkan alat steril dan non steril

5. Gunakan peralatan steril dengan

menggunakan teknik aseptik

6. Berikan terapi antibiotik yang sesuai

Page 99: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

alat steril dan non steril sebelum

dilakukan operasi

5. Menggunakan peralatan steril dengan

menggunakan teknik aseptik

Hasil : Operasi dilakukan dengan

menggunakan peralatan operasi yang

steril

6. Melakukan kolaborasi pemberian

terapi antibiotik profilaksis

Hasil : Tidak terjadi infeksi selama

pembedahan berlansung

Page 100: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

4. Post operatif

a. Jam keluar kamar operasi : 20.00 WITA

Pasien langsung dipindahkan ke ruang ICU

b. Pengkajian pasca operatif :

c. Pemeriksaan fisik (data fokus sesuai jenis operasi)

Pemeriksaan fisik

1) Breathing.

Pernafasan : 24x/ menit, pasien terpasang ETT,

pernafasan dibantu alat, ada secret/ lendir dijalan napas

SpO2 : 98 %

2) Blood

Suhu : 37,00C

Terpasang cairan NaCl 2 line

Nadi : 100 x/menit

CRT : > 2detik

TD : 98/60 mmHg

3) Brain

Tingkat kesadaran : Belum ada peningkatan kesadaran

4) Bladder

Terpasang kateter

Urin berwarna kuning

Page 101: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Jumlah urine 50 cc

5) Bowel : Tidak dikaji

6) Bone

Integrtas kulit : : Terdapak luka jahitan pada

temporoparietal sinistra

d. Klasifikasi data

1) Data subjektif

2) Data objektif

a) Pasien mengalami penurunan kesadaran

b) Pasien sesak

c) Ada sumbatan jalan napas beruba lendir/secret

d) Suara napas Gurgling

e) Frekuensi napas 24 x/menit

f) GCS 3 (Koma)

g) Skor jatuh beresiko tinggi untuk jatuh sebanyak 70

e. Analisa data

Table 2.14 : Analisa data post operatif

Data Diagnosa Keperawatan

1. Penurun kesadaran

2. Pasien sesak

3. Ada sumbatan jalan napas berupa lendir

Ketidakefektifan bersihan

jalan napas berhubungan

Page 102: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

4. Suara napas gurgling

5. Pola napas cepat

6. Frekuensi napas 24 x/menit

dengan akumulasi secret

akibat pemasangan ETT

Faktor Risiko :

1. Pasien mengalami penurunan

kesadaran

2. Koma GCS 3 (E1 M1 V1)

3. Skor jatuh beresiko tinggi untuk jatuh

sebanyak 70

Risiko Jatuh

f. Diagnosa keperawatan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

akumulasi secret akibat pemasangan ETT

2) Risiko jatuh

Page 103: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

g. Intervensi keperawatan

Table 2.15 : Intervensi keperawatan post operatif

NO Diagnosa Keperawatan

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)

1. Ketidakefektifan bersihan

jalan napas berhubungan

dengan akumulasi secret

dijalan napas akibat

pemasang ETT

1. Penurun kesadaran

2. Pasien sesak

3. Ada sumbatan jalan

napas berupa lendir

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan status

pernapasan : kepatenan jalan napas

dengan

Kriteria Hasil:

1. Frekuensi pernapasan dalam

rentang normal

2. Irama pernapasan normal

3. Tidak ada suara napas tambahan

Manajemen jalan napas (3140)

1. Buka jalan napas dengan teknik chin

lift atau jaw thrust

2. Auskultasi suara napas dan adanya

suara napas tambahan

3. Posisikan pasien untuk

meminimalkan ventilasi

4. Monitor status pernapasan dan

oksigen

Page 104: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

4. Suara napas gurgling

5. Pola napas cepat

6. Frekuensi napas 24

x/menit

4. Akumulasi sputum tidak ada 5. Lakukan suction

2. Risiko Jatuh

DS : -

DO :

1. Pasien mengalami

penurunan kesadaran

2. GCS 3 (koma)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan maka diharapkan tidak

ada kejadian jatuh dengan:

Kriteria Hasil:

1. Pasien tidak jatuh dari tempat

tidur

2. Pasien tidak jatuh saat di

ambulasi

Pencegahan Jatuh (6490)

1. Identifikasi perilaku dan faktor yang

mempengaruhi risiko jatuh

2. Identifikasi karakteristik dari

lingkungan yang mungkin

meningkatkan potensi jatuh

3. Sediakan pengawasan ketat dan alat

pengikat

4. Gunakan pembatas pada kedua sisi

Page 105: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

tempat tidur.

Sumber: Nursing Outcomes Classification (NOC) dan Nursing Interventions Classification (NIC), (2016)

h. Implementasi dan evaluasi keperawatan

Table 2.16 : Implementasi dan evaluasi keperawatan post operatif

Diagnosis

Keperawatan

Hari /

Tanggal Implementasi dan Hasil Evaluasi

Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas

berhubungan

dengan

akumulasi

secret akibat

Selasa,

08-10-

2019

1. Membuka jalan napas dengan teknik

chin lift atau jaw thrust

Hasil : Untuk membuka jalan napas

pasien dan pasien dipasangi ETT

2. mengauskultasi suara napas dan

adanya suara napas tambahan

Hasil : Terdapat bunyi napas gurgling

S :

Kesadaran menurun

O :

Jalan napas bebas, tidak ada bunyi

gurgling, terpasang orofaringeal airway,

frekuensi pernapasan 24x/menit

A : Frekuensi pernapasan dalam

Page 106: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

pemasangan

ETT

3. Memposisikan pasien untuk

meminimalkan ventilasi

Hasil : Pasien diposisikan terlentang

karena pasien mengalami penurunan

kesadaran

4. Memonitor status pernapasan dan

oksigen

Hasil : Pasien dipasangi ETT yang

dihubungakan dengan ventilator

5. Melakukan suction

Hasil : Pasien dilakukan suction melalui

ETT karena adanya secret dijalan

napas

rentang normal dan akumulasi sputum/

lendir tidak ada

P : Lanjutkan intervensi

1. Auskultasi suara napas dan adanya

suara napas tambahan

2. Posisikan pasien untuk

meminimalkan ventilasi

3. Monitor status pernapasan dan

oksigen

4. Lakukan suction

Page 107: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Risiko Jatuh Selasa,

08-10-

2019

1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor

yang mempengaruhi risiko jatuh

Hasil : Pasien dalam kondisi tidak

sadarkan diri GCS 3 (Koma)

2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan

dari lingkungan yang mungkin

meningkatkan risiko jatuh

Hasil : Lingkungan pasien terhindar dari

barang-barang yang bdapat

membahayakan pasien

3. Menaikkan pembatas pada kedua sisi

tempat tidur

Hasil: Terpasang penghalang untuk

S : -

O :

1. Terpasang penghalang pada

tempat tidur pasien

2. GCS 3 (Koma)

A : Tidak ada kejadianjatuh

P : Pertahankan intervensi

1. Identifikasi kekurangan pasien yang

mampu meningkatkan risiko jatuh

2. Identifikasi karakteristik lingkungan

yang dapat meningkatkan risiko jatuh

3. Naikkan pembatas pada kedua sisi

tempat tidur

Page 108: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

mencegah terjadinya jatuh

Page 109: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Terapi medikasi

Table 2.17 : Terapi medikasi

No Nama Obat Golongan Dosis Indikasi

1. Propofol Anastesi 100 mg/IV Untuk menurunkan tingkat

kesadaran pasien sebelum

melakukan tindakan medis

2. Fentanyl Analgesic

dan Anastesi

120 mcg/syring

pump

Obat pereda nyeri yang

digunakan untuk meredakan

rasa sakit yang hebat dan

digunakan sebagai obat bius

ketika pasien akan menjalani

operasi

3. Tracium/Payulon Anastesi 30 mg/IV Fasilitator untuk tindakan

intubasi endotrakeal dan

memberi efek relaksasi pada

otot skeletal selama dilakukan

pembedahan atau operasi

4. Isofluran Anastesi 1.5 Vol% Obat induksi dan perawatan

saat dilakukan anastesi

5. Profilaksis antibiotik Untuk mencegah infeksi insisi

pembedahan

Page 110: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

PENGKAJIAN RISIKO JATUH

Table 2.18 : Pengkajian risko jatuh

Faktor Risiko Skala Skor

Riwayat jatuh dalam 90 hari terakhir Tidak = 0

Ya = 1 0

Diagnosis sekunder Tidak = 0

Ya = 15 15

Alat Bantu Berjalan

Bedrest/ dengan bantuan perawat

Tongkat/ Walker

Perabot/ Furniture

0

15

30

0

IV/ HeparinLock Tidak = 0

Ya = 20 20

Gaya Berjalan

Normal/ Bedrest/ Immobile

Lemah

Terganggu

0

15

20

20

Status Mental

Orientasi sesuai kemampuan

Melupakan keterbatasan diri

0

15

15

Total Skor 70

Level Risiko Jatuh Berisiko Tinggi

Keterangan :

Tidak berisiko : 0-24

Risiko sedang : 25-50

Risiko tinggi : ≥ 51

Page 111: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

BAB III

PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN

Dalam pelaksanaan praktek keperawatan kegawatdaruratan dan kritis

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar di ruang operasi IGD pada

Ny.S dengan Hemoragik Stroke dengan Intracerebral Hematom yang

dilakukan tindakan pembedahan Craniotomy. Telah di upayakan semaksimal

mungkin untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami pasien selama

berada diruang kamar operasi IGD dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang dilakukan secara komprehensif yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi pada masing-

masing tahap di ruang kamar operasi IGD yaitu Pre operatif, Intra operatif

dan Post operatif dengan tidak mengabaikan pendekatan medis.

Beberapa kesenjangan antara teori dan praktek ditemukan dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. S. berikut ini akan di bahas

beberapa kesenjangan yang terjadi, untuk memudahkan dalam pembahasan

selanjutnya penulis menggunakan proses asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,

di mana pada tahap ini perawat melakukan pengkajian data yang di

peroleh dari hasil wawancara perawat dan kepala ruangan di kamar

Page 112: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

operasi, laporan teman sejawat, catatan keperawatan atau catatan

kesehatan lainnya dan pemeriksaan fisik (Muttaqqin, 2008 dalam

Sugianto V, 2017).

Berdasarkan teori pengkajian dengan kasus Hemoragik Stroke

dengan Intracerebral Hematom yang dilakukan tindakan operasi

Craniotomy didapatkan :

1. Riwayat keluhan

Pada kasus ditemukan beberapa tanda dan gejala serta

keluhan seperti sakit kepala, perubahan tingkat kesadaran, kelemahan

pada salah satu bagian tubuh. Tanda dan gejala tersebut sama seperti

dengan tanda, gejala serta keluhan yang ada di dalam teori Yuliana A,

(2014) yaitu tanda dan gejala Hemoragik Stroke yaitu penurunan

tingkat kesadaran, sakit kepala, kelemahan pada salah satu bagian

tubuh, Perubahan gerak, biasanya pada satu bagian tubuh, atau

penurunan keterampilan motorik, mual dan muntah, kejang, sensasi

perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,

baal atau kesemutan.

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien strok

hemoragik diruangan kamar operasi IGD diklasifikasikan ke dalam

pemeriksaan fisik mulai untuk pasien gawat darurat yakni mulai dari

Breathing (B1), yaitu pemeriksaan fisik tentang sistem pernapasan

Page 113: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

pasien, Blood (B2) yaitu tentang sistem sirkulasi atau haemodinamik,

Brain (B3) yaitu sistem saraf atau kesadaran, Bladder (B4) yaitu sistem

perkemihan, Bowel (B5) yaitu sistem pencernaan dan Bone (B6) yaitu

sistem integument dan musculoskeletal. Berikut akan dipaparkan

kesenjangan antara teori dan hasil yang ditemukan pada kasus

tentang pemeriksaan fisik pada pasien Hemoragik Stroke dengan

Intracerebral Hematom.

a. Pre Operatif

1) Breathing

Teori

Pengkajian breathing pada hemoragik stroke antara lain :

Look, listen dan feel dilakukan penilaian terhadap ventilasi dan

oksigenasi pasien. Tanda-tanda umum terjadinya distress

pernapasan Takipnue, penggunaan otot bantu pernapasan,

dispneu, pola pernapasan yang tidak teratur, kedalaman napas,

frekuensi pernapasan, pengembangan dada, retraksi dada dan

auskultasi untuk adanya suara abnormal pada dada seperti

ronchi, stridor, wheezinhg (Hasrina D, 2017).

Kasus

Pada kasus Ny. S saat dilakukan pengkajian didapatkan

data adanya pasien sesak dengan respiratori rate 24 x/menit

Page 114: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

dengan jenis pernapasan cepat, adanya penggunaan otot bantu

napas dan tidak pernapasan cuping hidung dan retraksi dada.

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus. Dimana terjadi karena pembuluh darah yang

pecah menyebabkan darah merembes ke bagian otak dalam

hal ini batang otak sehingga menekan saraf pusat pernapasan

di medulla oblongata. Sesak napas pada hemoragik stroke juga

terjadi akibat gangguan sirkulasi pada otak akibat pecahnya

pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kecepatan pengiriman

oksigen ke jaringan otak berkurang. Peningkatan kebutuhan

oksigen menyebabkan kerja pernapasan meningkat. Otot

pernapasan dipaksa bekerja lebih untuk proses metabolism

jaringan.

2) Blood

Teori

Menurut Sugiarto V, (2017) tentang pengkajian sirkulasi

meliputi adanya perdarahan, peningkatan tekanan darah,

peningkatan tekanan intracranial, pucat, akral dingin atau

hangat, sianosis, CRT.

Page 115: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Kasus

Pada kasus Ny. S dengan hemoragik stroke didapatkan

terjadi perdarahan intracerebral, tingkat kesadaran somnolen,

nadi 120 x/menit (takikardi), tekanan darah 150/100 mmHg,

warna kulit pucat dan capillary refill >2 detik.

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus. Dimana tekanan darah tinggi terjadi karena laju

pacu jantung meningkat. Peningkatan laju pacu jantung akibat

dari respon tubuh terkait kebutuhan transportasi darah dan

oksigen yang dibutuhkan tubuh apalagi pasien memiliki data

CRT yaitu > 2 detik yang menandakan sirkulasi darah perifer

tidak normal. Pompa jantung yang meningkat membuat beban

kerja jantung ikut meningkat sehingga laju perdarahan ikut

meningkat mengakibatkan tekanan darah sistolik jantung

meningkat yaitu pemompa darah jantung keseluruh tubuh.

Apabila tekanan darah terus meningkat tanpa terkontrol maka

pembuluh darah dalam keadaan vasokonstriksi sehingga

memungkinkan terjadinya pecah pada pembuluh darah apalagi

jika pasien memiliki riwayat aterosklerosis.

3) Brain

Teori

Page 116: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Menurut Randa I, (2019) bahwa pengkajian brain

dilakukan penilaian terhadap tingkat kesadaran. Kadang terjadi

penurunan kesadaran, serta ukuran pupil dan reaksi pupil.

Penilaian tingkat kesadaran melibatkan evaluasi fungsi sistem

saraf pusat. Dilakukan penilaian dengan menggunakan skala

Glasgow Coma Scale (GCS) untuk menilai berbagai penyebab

perubahan tingkat kesadaran. Pengkajian tingkat kesadaran

pada hemoragik stroke dilakukan penilaian terhadap tingkat

kesadaran: apatis – koma, serta ukuran pupil anisokor/edema.

Penilaian tingkat kesadaran melibatkan evaluasi fungsi sistem

saraf pusat. Pemeriksaan GCS mencakup 3 hal yaitu reaksi

membuka mata (Eye), pembicara (Verbal), dan gerakan

(Motorik).

Kasus

Pada kasus Ny. S di dapatkan data pada pengkajian

mengalami penurunan kesadaran yaitu Semi koma GCS 4 (E2

M1 V1) dan bentuk pupil isokor dengan diameter 2.5 mm/ 2.5

mm, tekanan darah 150/100 mmHg. Hal ini karena pasien

mengalami perdarahan intracerebral sebagian besar terjadi

akibat hipertensi dimana tekanan darah diastoliknya melebihi

100 mmHg.

Page 117: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus. Dimana Hipertensi kronik dapat menyebabkan

pecah/ rupture arteri serebri. Adanya perdarahan pada jaringan

otak menyebabkan terganggunya sirkulasi di otak yang

mengakibatkan terjadinya iskemik pada jaringan otak karena

suplay darah ke otak menurun. Serta dapat terbentuk hematom

di otak yang bias mengakibatkan penekanan. Proses ini

memacu peningkatan tekanan intra kranial sehingga terjadi

perubahan dan herniasi jaringan otak yang dapat

mengakibatkan kompresi pada batang otak yang dapat memicu

reflex muntah.

4) Bladder

Teori

Menurut Hidayati W, (2017) pengkajian yang dilakukan

kaji jumlah urine, kesulitan saat berkemih seperti terjadinya

retensi urine, inkontinensia urine dan kaji warna urine.

Kasus

Pada kasus didapatkan terpasang kateter pada pasien

dengan produksi urine yang tertampung ± 500 cc, terjadi

kesulitan saat berkemih, menggunakan kateter urine, berwarna

kuning.

Page 118: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus. Dimana disebabkan pasien mengalami

gangguan pada sistem perkemihan yaitu terjadi inkontinensia

urine karena pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien

tidak bisa merasakan kandung kemihnya telah penuh dan/atau

pasien tidak dapat mengintrol sfingter urine yang disebabkan

karena neurogenik bladder atau karena pasien mengalami

penurunan kesadaran. Setelah pasien mungkin mengalami

inkontinensia urine karena konfusi, ketidakmampuan

mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk

menggunakan urinal karena kerusakan kontrol mekanik dan

postural. Kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal

hilang atau berkurang. Selama periode ini dilakukan kateterisasi

intermitten dengan teknik steril. Inkontinensia yang berlanjut

menunjukkan kerusakan neurologis luas.

5) Bowel

Teori

Menurut teori (Abraham Maslow dalam Gipas, 2018)

meliputi kebutuhan fisiologis, dimana pada pasien mengalami

disfagia sekunder dan kesulitan untuk mencerna, kesulitan

Page 119: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

untuk menelan, riwayat mual muntah, pola makan, pasien

terpasang NGT.

Kasus

Pada kasus Ny. S didapatkan hasil pengkajian pasien

mengalami kesadaran menurun, tidak ada mual/ muntah,

pasien terpasang NGT, pola makan pasien tidak dapat dikaji

karena pasien dalam keadaan tidak sadar.

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus. Dimana pasien mengalami penurunan

kesadaran dan terpasang NGT, dimana pemberian diet pada

pasien stroke disesuaikan dengan faktor risiko penyebab stroke.

Pada pasien stroke terjadi penurunan suplay darah dan oksigen

ke orak sehingga terjadi penurunan fungsi nervus X dan IX

yang menyebabkan proses menelan tidak efektif, menyebabkan

sulit menelan, penolakan makan, tidak nafsu makan,

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh.

Page 120: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

6) Bone

Teori

Menurut Oktraningsi, (2017) pada pengkajian didapatkan

terjadi gangguan aktivitas, kelemahan dan kelumpuhan, terjadi

atropi otot, kontraktur dan terjadinya decubitus.

Kasus

Pada kasus Ny. S didapatkan pasien mengalami

gangguan aktivitas karena pasien mengalami kesadaran

menurun, kelemahan atau kelumpuhan pada salah bagian

tubuhnya, tidak ada atropi pada otot tidak terjadi kontraktur

maupun decubitus.

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus. Hal ini juga didukung oleh Oktraningsi, (2017)

bahwa serangan stroke dapat menyebabkan kelemahan dan

kelumpuhan pada salah satu atau bahkan kedua sisi bagian

tubuh pasien. Kelemahan ini biasanya menimbulkan kesulitan

saat berjalan dan beraktivitas. Apabila ada perubahan

mobilisasi, maka setiap sistem tubuh berisiko terjadi gangguan.

Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada

umur pasien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta

tingkat immobilisasi yang dialami. Bahaya fisiologi yang terjadi

Page 121: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

pada pasien immobilisasi mempengaruhi sistem metabolik,

sistem respiratorik, sistem kardiovaskular, sistem

musculoskeletal, sistem integument.

b. Intra Operatif

Pada tahap intra operatif data temuan yang ditemukan pada

pasien yaitu :

1) Breathing

Teori

Menurut Sugianto V, (2017) Pasien intra operatif tidak

sadar karena pasien dalam pengaruh anastesi dan dilakukan

evaluasi seperti pola napas, tanda-tanda obstruksi, pernapasan

cuping hidung, frekuensi napas, pergerakan rongga dada:

apakah simetris atau tidak, suara napas tambahan: apakah

tidak ada obstruksi total, udara napas yang keluar dari hidung,

sianosis pada ekstremitas, auskultasi: adannya wheezing atau

ronchi.

Kasus

Pada kasus Ny. S didapatkan pasien bernapas dibantu

dengan menggunakan ETT yang disambungkan dengan

ventilator, frekuensi napas 22x/menit, saturasi oksigen 99%.

Page 122: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Analisis

Hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus. Dimana menunjukkan bahwa sistem pernapasan pasien

saat dilakukan anastesi pada proses pembedahan dalam batas

normal dan tidak mengalami gangguan, karena pasien saat

dilakukan tindakan craniotomy memiliki prinsip dasar

penggunaan ventilator pada pasien perdarahan intracerebral

untuk mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

agar tidak menyebabkan hipoksia pada otak, menjaga patensi

jalan napas, sebagai penghantar gas anastesi, mempermudah

kontrol ventilasi dan oksigenasi serta pencegahan terhadap

aspirasi dan regurgitasi.

2) Blood :

Teori :

Menurut Sugianto V, (2017) teori yang didapatkan

perubahan tekanan darah, frekuensi jantung (bradikardia,

takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia) HR,

suhu.

Kasus

Pada kasus Ny. S didapatkan tekanan darah 123/85

mmHg, Nadi 122 x/menit dan suhu 36.0oC dan CRT >2 detik.

Page 123: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Analisis

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus. Pada kasus Ny. S tanda- tanda vital

masih dalam batas normal. CRT >2 detik menandakan pasien

mempunyai perfusi yang tidak baik, hal ini dapat diakibat oleh

pendarahan yang hebat pada pasien, namun pada kasus Ny. S

tidak didapatkan perdarahan yang hebat karena perdarahan

selama operasi 500 cc dikatakan perdarahan hebat apabila

perdarahannya lebih dari 500 cc. Menurut Sugianto V, (2017),

pada pasien hemoragik stroke yang mengalami pendarahan

yang hebat mengakibatkan berkurangnya volume plasma di

intravaskuler sehingga klien mengalami syok, secara

patofisiologis syok merupakan gangguan hemodinamik yang

menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan perfusi

jaringan. Penurunan hebat volume plasma intravaskuler

merupakan faktor penyebab utama dari syok. Terjadinya

penurunan hebat volume intravaskuler dapat terjadi akibat

perdarahan sehingga menyebabkan darah yang balik ke

jantung berkurang dan curah jantung pun menurun. Penurunan

hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen dan

perfusi jaringan tidak optimal dan akhirnya menyebabkan syok.

Page 124: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

3) Brain :

Terori

Pada teori dengan pasien dilakukan operasi mengalami

tingkat kesadaran tersedasi dimana pasien dalam pengaruh

obat anastesi.

Kasus

Pada kasus Ny. S pasien mengalami penurunan

kesadaran dan masih dalam keadaan tersedasi karena

pengaruh obat anastesi.

Analisis

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus. Dimana sebelum dilakukan tindakan

operasi terlebih dahulu dilakukan tindakan anastesi pada pasien

yang akan dilakukan proses pembedahan akan mengalami

penurunan kesadaran, hal tersebut terjadi akibat penggunaan

anastesi obat golongan benzodiazepin dimana obat tersebut

mengatasi rasa cemas, membuat pikiran dan tubuh rileks serta

menimbulkan rasa kantuk dan tidak sadarkan diri (Hasrina D,

2017).

Page 125: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

4) Bladder :

Teori

Kandung kemih harus selalu di kosongkan (pemasangan

kateter), kaji jumlah urine, warna urine, dan karakteristik urine

(Hidayati W, 2018).

Kasus

Pada pengkajian Ny. S didapatkan pasien terpasang

kateter urine serta urine berwarna kuning, jumlah urine 1800 cc.

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus. Pada penderita hemoragik stroke apabila akan

menjalani operasi craniotomy dan tidak dilakukan pengosongan

kandung kemih sebelum pembedahan maka kandung kemih

akan terisi penuh dan akan menekan sampai di kepala dan

menyebabkan terjadinya peningkatan TIK, bila terjadi

perubahan pada tekanan intrakranial akan mempengaruhi

tekanan perfusi cerebral dimana ini akan berakakibat terjadinya

iskemia otak (Hidayati W, 2018).

5) Bowel :

Teori

Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah,

mual, muntah (mungkin proyektil), kembung dan mengalami

Page 126: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) (Irmalia D,

2019).

Kasus

Pada kasus Ny. S pasien tidak mengalami aspirasi

seperti mual, muntal saat dilakukan operasi.

Analisis

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan

antara kasus dan teori, dimana pada pasien yang sedang dalam

keadaan proses pembedahan tidak mengalami mual dan

muntah karena dalam keadaan tidak sadarkan diri, hal tersebut

terjadi karena pemberian obat anastesi untuk proses

pembedahan (Irmalia D, 2019).

6) Bone :

Teori

Pada pengkajian bone, kaji apakah ada trauma pada

tulang tengkorak, integritas kulit, sianosis, kuku, kelembaban

dan warna (Oktraningsih, 2017).

Kasus

Pada pengkajian Ny. S didapatkan tidak ada riwayat

fraktur maupun trauma pada tulang tengkorak, integritas kulit

kering, tidak ada sianosis, warna kuku merah muda.

Page 127: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Analisis

Hal ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus, pada pasien dengan kondisi yang lama dapat terjadi

kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas

atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi

karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di

otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi

penurunan tonus otot (Oktraningsih, 2017).

c. Post Operatif

Pada kasus tahap post operatif data temuan yang ditemukan

pada pasien yaitu pasien tidak dilakukan pengkajian secara

mendalam dan lebih terkait perkembangan post operasi karena

pasien langsung dibawa keruang ICU untuk mendapat penangan

khusus.

1) Breathing

Teori

Menurut Hasrina D, (2017) Kaji kepatenan jalan napas

pasien. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan napas pada

pasien antara lain: adanya snoring atau gurgling, stridor atau

suara napas tidak normal, penggunaan otot bantu pernapasan,

kaji pola pernapasan yang tidak teratur, kedalaman napas,

frekuensi pernapasan, ekspansi paru, pengembangan dada dan

Page 128: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

auskultasi untuk adanya suara abnormal pada dada.

lendir/secret, muntahan, perdarahan.

Kasus

Pada kasus Ny. S, bentuk dada simestris, pola napas

24x/ menit cepat, terdapat sputum/ lendir dan menggunakan

ETT dengan oksigen mask 8 liter permenit, menggunakan otot

bantu napas, tidak ada muntah.

Analisis

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus, dimana pasien yang dilakukan tindakan

pembedahan craniotomy pada post operatif terjadi peningkatan

sputum akibat kelemahan refleks batuk sehingga

mempengaruhi pola nafas hal tersebut terjadi karena pasien

belum sadar penuh akibat pengaruh anastesi yang diberikan

pada saat akan dilakukan proses pembedahan (Hasrina D,

2017).

2) Blood

Teori

Menurut Sugianto V, (2017) pengkajian volume darah

dan kardiac output serta perdarahan. Pengkajian ini meliputi

tingkat kesadaran: kadang terjadi penurunan kesadaran, warna

kulit nadi dan adanya perdarahan, hipotensi/hipertensi,

Page 129: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

takikardi, takipneu, pucat, ekstremitas dingin, penurunan

capillary refill.

Kasus

Pada kasus Ny. S tekanan darah 98/60 mmHg, suhu

36.0oC, nadi 100x/menit, CRT > 2 detik.

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus. Dimana pada kasus Ny. S Tanda- tanda vital

terjadi penurunan tekanan darah. Pasien mengalami kompilikasi

kardiovaskuler akibat kehilangan darah secara actual dan

potensial dari tempat pembedahan, balance cairan, efek

samping anastesi, ketidakseimbangan elektrolit dan depresi

mekanisme resulasi sirkulasi normal.

Masalah yang sering terjadi adalah pendarahan.

Kehilangan darah secara eksternal melalui drain. Perdarahan

dapat menyebabkan turunnya tekanan darah, meningkatnya

kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Apabila perdarahan

terjadi eksternal, memperhatikan adanya peningkatan drainase

yang mengandung darah pada balutan atau melalui drain

(Sugianto V, 2017).

Page 130: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

3) Brain

Teori

Menurut Hasrina D, (2017) Kaji tingkat kesadaran pasien,

penilaian GCS, kaji tanda-tanda vital, dan perhatikan gejala

kenaikan tekanan intracranial (TIK).

Kasus

Pada kasus Ny. S, dengan pengkajian didapatkan tingkat

kesadaran pasien tidak bisa dikaji masih dalam keadaan

pengaruh anastesi, nyeri tidak bisa dikaji dalam keadaan

anastesi, ada luka insisi dibagian kepala, sudah tertutup perban

dan terpasang satu buah drain, pasien langsung dibawah

keruangan ICU.

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus. Dimana pada pasien dengan tindakan post

operasi kraniotomi belum bisa dikaji tingkat kesadarannya

karena masih dalam keadaan pengaruh anastesi, tingkat

kesadaran akan berangsur-angsur pulih setelah efek dari

anastesi habis dan paien akan dipindahkan ke ruang perawatan

ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pasien

masih dalam pengaruh anastesi, pasien masih mengalami

Page 131: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

penurunan tingkat kesadaran dan bentuk pupil isokor dengan

diameter 2.5 mm/2.5 mm.

4) Bladder

Teori

Menurut Hidayati W, (2018) Kaji warna urine, jumlah

urine, kualitas dan kepekatan urine, apakah pasien mengalami

dehidrasi atau tidak.

Kasus

Pada saat berada di ruang pemulihan Ny. S terpasang

kateter urine 50 cc dengan warna kuning jernih, kualitas urine

tidak pekat.

Analisis

Hal ini menunjukkan tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus, dimana pasien masih terpasang kateter karena

pasien masih dalam keadaan pengaruh anastesi, kandung

kemih perlu dipantau selama pasien berada diruang pemulihan.

Bila produksi urine tertampung di vesika urinaria maka dapat

meningkatkan tekanan intracranial. Oleh karena itu pasien

dengan post operasi harus tetap menggunakan kateter urine

(Hidayati W, 2018).

Page 132: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

5) Bowel

Teori

Menurut Irmalia D, (2019) pada pasien setelah operasi

didapatkan penurunan fungsi pencernaan, kaji apakah ada

mual muntah, pasien masih dipuasakan, kesulitan menelan,

adanya dilatasi lambung, tanda cairan bebas, distensi

abdomen.

Kasus

Pada kasus Ny. S, fungsi pencernaan belum dikaji

karena pasien belum sadar dan pasien masih sementara

dipuasakan, tidak ada tanda-tanda cairan bebas dan distensi

abdomen. Masih dalam pengaruh anastesi.

Analisis

Hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus. Dimana tujuan dari pembatasan makanan dan minum

setelah operasi adalah untuk menunggu saluran pencernaan

berfungsi atau aktif kembali dimana ditandai dengan kentut

terjadi karena adanya pembentukan gas dalam saluran

pencernaan yang menandakan adanya aktifitas yang normal

dari peristaltik (gerakan kontraksi usus). Operasi kraniotomi

umumnya merupakan operasi besar yang dilakukan dibawah

pembiusan total/ general anastesi, tujuannya adalah agar

Page 133: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

pasien tidak merasakan kesakitan dan memudahkan dokter

dalam melakukan operasi. Karena pembiusan ini pasien

menjadi tidak sadarkan diri dan seluruh organ tidak diaktifkan/

berhenti bekerja kecuali jantung. Jika pasien mengkonsumsi

makanan pada saat organ pencernaan belum aktif bekerja

maka pasien bisa mengalami mual, muntah, serta rentan untuk

mengalami aspirasi (tersedak) yang bisa mengancam nyawa

(Irmalia D, 2019).

6) Bone

Teori

Menurut Oktraningsih, (2017), kaji balutan, posisi, gelisah

banyak gerak, kekuatan otot, tanda-tanda sianosis, warna kuku,

perdarahan post operasi, gangguan neurologis gerakan

ekstremitas pasien pada post operasi pergerakannya akan

terbatas karena masih mengalami penurunan kesadaran.

Kasus

Pada kasus Ny. S belum ada pergerakan yang signifikan

karena pasien masih mengalami penurunan kesadaran,

terdapat luka operasi yang dibalut dengan kasa/ perban, pasien

berada diatas tempat tidur dengan posisi supine dan masih

dalam pengaruh obat anastesi.

Page 134: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Analisis

Hal ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus. Dimana pada pasien post kraniotomi akan

mengalami kegelisahan (banyak bergerak) hal tersebut terjadi

akibat efek anastesi yang akan berangsur-angsur hilang dan

pasien akan mengalami peningkatan kesadaran (Oktraningsih,

2017). Disini didapatkan pasien tidak mengalami hal yang sama

seperti kegelisahan akibat pasien mengalami penurunan

kesadaran.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Operatif

Teori

Menurut (Muttaqin 2008 dalam Sugianto V, 2017) menurut teori

diagnosa keperawatan yang muncul yaitu: Ketidakefektifan pola

napas berhubungan dengan gangguan neurologis: penurunan

kesadaran, ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan

dengan perdarahan pada intracerebri, nyeri akut berhubungan

dengan hematoma intraserebri.

Kasus

Berdasarkan kasus Ny. S diagnosa keperawatan yang muncul

yaitu: Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan

Page 135: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

neurologis: penurunan kesadaran, ketidakefektifan perfusi jaringan

cerebral berhubungan dengan perdarahan pada intracerebri.

Analisis

Hal ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus.

2. Intra Operatif

Teori

Menurut Hasrina D ,(2017) menurut teori diagnosa keperawatan

yang muncul yaitu: Risiko perdarahan berhubungan dengan

prosedur invasif dan risiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif.

Kasus

Berdasarkan kasus Ny. S diagnosa keperawatan yang muncul

yaitu: Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Analisis

Hal ini menunjukkan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

3. Post Operatif

Teori

Menurut Yuliana A, (2014) menurut teori diagnosa keperawatan

yang muncul yaitu: Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Page 136: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

berhubungan dengan akumulasi secret dijalan napas akibat

pemasangan ETT dan risiko jatuh.

Kasus

Berdasarkan kasus Ny. S diagnosa keperawatan yang muncul

yaitu: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

akumulasi secret dijalan napas akibat pemasangan ETT dan risiko

jatuh.

Analisis

Hal ini menunjukkan terdapat kesamaan antara teori dan kasus.

C. Intervensi Keperawatan

1. Pre Operatif

a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan

neurologis: penurunan kesadaran

Menurut Sugianto V, (2017) tindakan keperawatan

secara teori yaitu, Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan

kesulitan bernapas, observasi adanya otot bantu pernapasan,

monitor suara napas tambahan, monitor status oksigen, monitor

frekuensi pernapasan setelah pemberia oksigen.

Dalam tinjauan kasus, tindakan keperawatan yang

direncanakan sama dengan tindakan keperawatan berdasarkan

teori diatas.

Page 137: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Berdasarkan teori dan kasus yang telah dipaparkan

diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kesamaan

antara teori dengan kasus mengenai perencanaan

keperawatan.

b. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral Berhubungan

Dengan Perdarahan Pada Intracerebri

Tindakan keperawatan secara teori yaitu, monitor status

neurologi, monitor TTV, memonitori peningkatan TIK, monitor

status pernapasan, monitor nilai laboratorium urin, natrium dan

kalium

Dalam tinjauan kasus, tindakan keperawatan yang

direncanakan sama dengan tindakan keperawatan berdasarkan

teori diatas.

Berdasarkan teori dan kasus yang telah dipaparkan

diatas, dapat ditarik kesimpulan terdapat kesamaan antara teori

dengan kasus mengenai perencanaan keperawatan.

2. Intra Operatif

a. Risiko infeksi

Tindakan keperawatan secara teori yaitu, monitor dan

jaga suhu ruangan antara 20o dan 24o, lakukan cuci tangan

steril, gunakan Alat Pelindung Diri (APD) steril dengan

menggunakan teknik aseptic, pisahkan alat steril dan non steril,

Page 138: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

gunakan peralatan steril dengan menggunakan teknik aseptic,

berikan terapi antibiotik yang sesuai

Dalam tinjauan kasus, tindakan keperawatan yang

direncanakan sama dengan tindakan keperawatan berdasarkan

teori diatas.

Berdasarkan teori dan kasus yang telah dipaparkan

diatas, dapat ditarik kesimpulan terdapat kesamaan antara teori

dengan kasus mengenai perencanaan keperawatan.

3. Post Operatif

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

akumulasi secret dijalan napas akibat pemasangan ETT.

Tindakan keperawatan secara teori yaitu, buka jalan

napas dengan tekmik hettil chin lift atau jaw thrut, auskultasi

suara napas, dan adanya suara napas tambahan, posisikan

pasien untuk meminimalkan ventilasi, monitor status

pernapasan dan oksigenasi, buang secret dan motivasi pasien

untuk melakukan batuk efektif atau suction.

Dalam tinjauan kasus, tindakan keperawatan yang

direncanakan sama dengan tindakan keperawatan berdasarkan

teori diatas.

Page 139: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Berdasarkan teori dan kasus yang telah dipaparkan

diatas, dapat ditarik kesimpulan terdapat kesamaan antara teori

dengan kasus mengenai perencanaan keperawatan.

b. Risiko jatuh

Tindakan keperawatan secara teori yaitu, identifikasi

perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh, identifikasi

karakteristik dari lingkungan yang mungkin meningkatkan

potensi jatuh, sediakan pengawasan ketat dan alat pengikatan

(restrain), gunakan pembatas pada kedua sisi tempat tidur.

Dalam tinjauan kasus, tindakan keperawatan yang

direncanakan sama dengan tindakan keperawatan berdasarkan

teori diatas.

Berdasarkan teori dan kasus yang telah dipaparkan

diatas, dapat ditarik kesimpulan terdapat kesamaan antara teori

dengan kasus mengenai perencanaan keperawatan.

D. Implementasi Keperawatan

1. Pre Operatif

a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan

neurologis: penurunan kesadaran

Menurut Sugianto V, (2017) teori yang dipaparkan pada

perencanaan keperawatan diatas telah dilaksanakan

berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Hal ini terdapat

Page 140: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

kesamaan antara teori dan kasus dimana memberikan oksigen

8 liter untuk mengurangi sesak dan untuk memenuhi kebutuhan

oksigen ke otak.

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan

perdarahan pada intracerebri

Menurut Sugianto V, (2017) teori yang dipaparkan pada

perencanaan keperawatan diatas telah dilaksanakan

berdasarkan perencanaan yang telah disusun, dimana dalam

teori pasien dengan tindakan craniotomy diberikan deuretik

osmotik (manitol) begitu pula dengan kasus pada Ny. S. Hal ini

dikarenakan terjadi perdarahan intracerebral dengan jumlah

perdarahan 702 cc sehingga diindikasikan untuk pemberian

deuretik osmotik (manitol).

2. Intra operatif

Risiko Infeksi

Analisa teori dan kasus

Menurut Hasrina, D (2017) teori yang dipaparkan pada

perencanaan keperawatan diatas telah dilaksanakan berdasarkan

perencanaan yang telah disusun. Hal ini terdapat kesamaan antara

teori dan kasus dimana melakukan cuci tangan steril,

menggunakan APD. Hal ini terdapat kesamaan antara teori dan

kasus.

Page 141: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

3. Post Operatif

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

akumulasi secret dijalan napas akibat pemasangan ETT.

Analisa teori dan kasus

Menurut Yuliana A, (2014) teori yang dipaparkan pada

perencanaan keperawatan diatas telah dilaksanakan

berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Hal ini terdapat

kesamaan antara teori dan kasus, dimana pasien melakukan

operasi craniotomy terdapat secret dijalan napas akibat

pemasangan ETT.

b. Risiko Jatuh

Analisa teori dan kasus

Menurut Yuliana A, (2014) teori yang dipaparkan pada

perencanaan keperawatan diatas telah dilaksanakan

berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Hal ini terdapat

kesamaan antara teori dan kasus dimana. Mengidentifikasi

faktor yang mempengaruhi resiko jatuh dan menaikkan

penghalang pada tempat tidur.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan

merupakan dasar pertimbangan yang sistematis untuk menilai

Page 142: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

keberhasilan tindakan keperawatan dan sekaligus dan merupakan alat

untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya melakukan

modifikasi/ revisi diagnose dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan

setiap akhir tindakan pemberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi

proses dan evaluasi hasil yang dilakukan untuk menilai keadaan

kesehatan pasien selama dan pada akhir perawatan. Evaluasi

dicatatan perkembangan pasien.

Berdasarkan kasus pada Ny. S evaluasi keperawatan yang

didapatkan pada pre operatif yaitu ketidakefektifan efektifan pola

napas berhubungan dengan gangguan neurologis: penurunan

kesadaran belum teratasi diamana pola napas pasien masih dibantu

dan diberikan oksigen NRM 8 liter/ menit. Dan diagnosa keperawatan

Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral Berhubungan Dengan

Perdarahan Pada Intracerebri belum teratasi diamana kesadaran

pasien tidak meningkat, namun pasien tidak menunjukkan tanda-tanda

peningkatan tekanan intrakranial (TIK) yang ditandai dengan tidak ada

mual dan muntah, pupil isokhor, dan refleks positif terhadap cahaya.

Pada evaluasi Intra operatif yaitu ,resiko infeksi belum teratasi

dimana pasien masih dilakukan pembedahan pada kepala daerah

frontal sehingga perlu untuk dilakukan pemantauan. Dan pada post

operatif ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

akumulasi secret akibat pemasangan ETT belum teratasi dimana

Page 143: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

pasien dalam kesadaran menurun sehingga pasien masih nampak

terpasang ETT dan pasien tampak terdapat secret pada jalan napas

sehingga pasien memerlukan pemantauan untuk dilakukan suction

untuk membersihkan jalan napas.

Diagnosa keperawatan risiko jatuh belum teratasi dimana

kesadaran pasien tidak ada peningkatan dengan GCS 3 dimana

(E1V1M1), sehingga pasien harus di pantau untuk mencegah terjadi

jatuh pada pasien.

Page 144: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pre operatif

Terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus manajemen asuhan

keperawatan kegawatdaruratan pada Ny. S dengan tindakan

Craniotomy meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi

dan evaluasi.

2. Intra operatif

Terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus manajemen asuhan

keperawatan kegawatdaruratan pada Ny. S dengan tindakan

Craniotomy meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi

dan evaluasi.

3. Post operatif

Terdapat kesamaan antara teori dengan kasus manajemen asuhan

keperawatan kegawatdaruratan pada Ny. S dengan tindakan

Craniotomy meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi

dan evaluasi.

Page 145: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang mungkin dapat

bermanfaat untuk penaganan khususnya terhadap klien hemoragik stroke

antara lain :

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas

perawatan dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat

untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan

perkembangan untuk mengatasi masalah.

2. Bagi Perawat

Diharapkan kepada perawat agar lebih meningkatkan ilmu

pengetahuan dan meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan

asuhan keperawatan khusunya dengan kasus Craniotomy dan

menjadikan karya ilmiah ini sebagai bahan evaluasi untuk lebih

meningkatkan potensi diri sehingga tercapai pelayanan optimal

kepada pasien.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan agar lebih

meningkatkan ilmu pengetahuan yang bersumber pada textbook,

penelitian-penelitian terbaru (jurnal) mengenai asuhan keperawatan

dengan diagnosa Craniotomy dengan harapan dapat memberikan

Page 146: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

asuhan keperawatan secara tepat yang sesuai kebutuhan dan

karakteristik pasien, agar lebih mudah menganalisa kasus.

4. Bagi pasien

Diharapkan tetap memperhatikan pengobatan yang dijalaninya

agar tidak mengalami hal yang tidak diinginkan. Dan tetap mencari

informasi yang mendukung kesembuhannya.

5. Bag Penulis

Diharapkan dapat memperluas ilmu dan pengetahuannya

tentang asuhan keperawaratan, belajar lebih giat lagi khususnya

dalam pembuatan asuhan keperawatan, karena hal tersebut tidakakan

lepas dari dunia keperawatan.

Page 147: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Daftar Pustaka

Ariani A, 2014. Sistem Neurobehavior. Jakarta: Salemba Medika.

Astati Y, 2014. KIA. Manajemen Pelayanan Dan Resume Keperawatan Pada Tn. H Dengan Diagnosa Medis Epidural Hematoma Dengan Tindakan Kraniotomi Diruang Kamar Operasi IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar: Stikes Panakkukang.

Asyifaurrohman, 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Hemoragik Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di Ruang ICU PKU Muhammadiyah Gombong.

Bulechek G, 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Indonesia: Elsevier

Ghani Dkk, 2016. Faktor Resiko Dominan Penderita Stroke Di Indonesia.

Hasrina D ,2017. KIA. Manajemen Pelayanan Kegawatdaruratan Dan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Dengan Diagnosa Medis Hemoragik Stroke Di Ruangan Instalasi Gawat Darurat RS Ibnu Sina Makassar. Makassar: Stikes Panakkukang.

Herdman T & Kamitsu S 2018. Diagnose Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC.

Hidayati W, 2017. Pengaruh Inisiasi Bladder Training Terhadap Residu Urine Pada Pasien Stroke Yang Terpasang Kateter Di Ruangan B1 RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Ikraramullah 2017. KIA. Manajemen Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Kritis Tn. Al Dengan Post Op Craniotomy Et Causa Trauma Brain Injuri + Kesadaran Menurun GCS 5X + ICH Frontotemporal Diruang Intensive Care Unit RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar: Stikes Panakkukang.

Irmalia D, 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Stroke Dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di Ruangan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Lampung

Krisanty P, 2016. Asuhan Keperawatan Gawatdarurat. Jakarta: Trans Info Medika.

Page 148: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

Luklukaningsih, 2017. Anatomi Fisiologi Dan Fisioterapi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Moorhead S, 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi 5. Indonesia: Elsevier.

Muttaqin ,2008. Buku Ajar Asuhan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: EEG.

Nurhidayat, 2014. Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial Dan Gangguan peredaran Darah Otak. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Oktavianus, 2014. Asuhan Keperawatan Pada Sistem Neurobihavior. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Oktaraningsih, 2017. Gambaran Kekuatan Otot Pasien Stroke Yang Immobilisasi Di RSUP H. Adam Malik Medan.

Profile Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2015. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Makassar. Diunduh Pada Senin 04 November 2019 Pukul 11.10 Wita,<http://11.20 Referensi20BAB201/27_Sulawesi_Selatan_2014.Pdf>.

Randa I, 2019. KIA. Manajemen Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Tn. H Dengan Diagnosa Medis Non Hemoragik Stroke (NHS) Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Non Bedah RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar: Stikes Panakkukang.

Riskesdas, 2018. Hasil Utama Kementrian Kesehatan Badan Penelitian Dan Pengembangn Kesehatan. Diunduh Pada Rabu 6 November 2019 Pukul19.05Wita.<http//:11.20refrensi20bab201/Hasilriskesdas202018_2.Pdf>.

Sugianto V, 2017. KIA. Manajemen Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Perdarahan Intracerebral Ec. Hemoragik Stroke Di Instalasi Gawat Darurat Non Bedah RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar: Stikes Panakkukang.

Yuliana A, 2014. KIA. Manajemen Pelayanan Dan Resume Keperawatan Pada Ny. S Dengan Hemoragik Stroke Di Ruangan UGD Non Bedah Rumah Sakit Wahidin Dr Sudirohusodo Makassar. Makassar: Stikes Panakkukang.

Page 149: MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. IDENTITAS

Nama : Vira Puslitha, S.Kep

Nim : 18.04.001

Tempat/tanggal Lahir : Soppeng, 18 Februari 1995

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum

Alamat Asal : Jln Andi Jaruju Belo (Soppeng), Desa Belo,

Kecamatan Ganra Kabupaten Soppeng

Suku/Bangsa : Bugis/ Indonesia

No HP : 081 241 585 009

Email : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 261 watanBelo 2002-2007

2. SMP Negeri 1 Lilirilau 2007-2010

3. SMA Negeri 1 WatanSoppeng 2010-2013

4. S1 Keperawatan Stikes Nusantara Jaya Makassar 2013-2017

5. Profesi Ners Stikes Panakkukang Makasssar 2018-2019