Malpraktek Menurut Syariat Islam
-
Upload
ricka-kusmayanti-heriyanto -
Category
Documents
-
view
355 -
download
4
Transcript of Malpraktek Menurut Syariat Islam
MALPRAKTEK
MENURUT SYARIAT ISLAM1
Oleh: Ustazd Anas Burhanuddin, M.A
Download > 180 ebook Islam, Gratis!!! kunjungi. www.ibnumajjah.wordpress.com
MUQADDIMAH
1
Disalin dari: Majalah As-Sunnah, Edisi Khusus, No. 04-05/ th.XIV, hlm. 67-69.
Berobat merupakan salah satu kebutuhan vital umat manusia. apa Banyak saja orang rela untuk mengorbankan
mempertahankan kesehatannya atau untuk mendapatkan kesembuhan. Di sisi lain, para dokter terlepas adalah dari manusia biasa yang tidak juga kesalahan. Demikian
paramedis yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan. Kemajuan teknologi tidak serta merta menjamin menutup pintu kesalahan. Meski pada dasarnya memberikan pelayanann sebagai pengabdian, mereka juga bisa jadi tergoda oleh keuntungan duniawi, sehingga mengabaikan kemaslahatan pasien. Karenanya, diperlukan aturan yang adil yang menjamin ketenangan bagi pasien dan pada saat yang sama memberikan kenyamanan bagi para profesional bidang
kesehatan ini telah
dalam
bekerja.
Tentu
Islam Tulisan hal
sebagai syariat akhir zaman yang sempurna mengatur para yang ulama semuanya. Islam sederhana ini mencoba menggali khazanah literatur persoalan dalam ini akhir-akhir mencuat
kembali, yakni malpraktek. PENGERTIAN MALPRAKTEK Malpraktek berasal dari kata 'malpractice' dalam bahasa Inggris. Secara harfiah, 'mal' berarti 'salah', dan 'practice' 'tindakan', berarti sehingga 'pelaksanaan' atau
malpraktek berarti 'pelaksanaan atau tindakan yang salah'.2 Jadi, malpraktek adalah tindakan yang salah dalam pelaksanaan suatu profesi. Istilah ini bisa dipakai dalam berbagai bidang,2
Kamus Inggris - Indonesia hlm. 371
namun
lebih
sering
dipakai
dalam
dunia
kedokteran dan kesehatan. Artikel ini juga hanya akan menyoroti malpraktek di seputar dunia kedokteran saja. Perlu diketahui bahwa kesalahan dokter atau profesional lain di dunia medis - kadang berhubungan dengan etika/akhlak. Misalnya, mengatakan bahwa pasien harus dioperasi, padahal tidak demikian. Atau memanipulasi data foto rontgen agar bisa mengambil keuntungan dari operasi yang dilakukan. Jika kesalahan ini terbukti dan membahayakan pasien, berupa qishash.43
dokter ta'zzir3,
harus ganti
mempertanggungrugi, diyat, hingga
jawabkannya secara etika. Hukumannya bisa
4
Ta'zir: hukuman di luar hudud yang tidak ditentukan syari'ah. Lihat al-Mishbahul Munir hlm. 332 Ahkamul Jirahah ath-Thibbiyyah hlm. 301
Malpraktek dengan
juga
kadang
berhubungan Jenis
disiplin
ilmu
kedokteran.
kesalahan ini yang akan mendapat porsi lebih dalam tulisan ini.
BENTUK-BENTUK MALPRAKTEK Malpraktek yang menjadi penyebab dokter bertanggung-jawab secara profesi bisa digolongkan sebagai berikut: 1. Tidak punya keahlian (jahil) Yang tanpa memiliki dimaksudkan memiliki keahlian di sini baik sekali adalah tidak dalam melakukan praktek pelayanan kesehatan keahlian, sama
bidang kedokteran, atau memiliki sebagian keahlian tapi bertindak di luar keahliannya. Orang yang tidak memiliki keahlian di bidang kedokteran kemudian nekat
membuka praktek, telah disinggung oleh Nabi dalam sabda beliau:
Barang siapa yang mengobati orang sakit dan sebelumnya tidak diketahui memiliki keahlian, maka ia bertanggung-jawab5 Kesalahan banyak sepakat ini sangat sehingga berat, para karena Ulama (pelaku menganggap remeh kesehatan dan nyawa orang, bahwa mutathabbib
pengobatan yang bukan ahlinya) harus bertanggung-jawab jika timbul masalah dan harus dihukum agar jera dan menjadi pelajaran bagi orang lain.5
HR. Abu Dawud no. 4575, an-Nasai' no. 4845 dan Ibnu Majah no. 3466. Hadits hasan. Lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 635
2. Menyalahi prinsip-prinsip ilmiah (mukhalafatul ushul al-'ilmiyyah) Yang adalah dimaksud dengan dan prinsip ilmiah dasar-dasar kaidah-kaidah
yang telah baku dan biasa dipakai oleh para dokter, baik secara teori maupun praktek, dan harus dikuasai oleh dokter saat menjalani profesi kedokteran.6 Para ulama telah menjelaskan kewajiban para dokter untuk mengikuti prinsipprinsip ini dan tidak boleh menyalahinya. Imam Syafi'I -misalnyamengatakan: "Jika menyuruh seseorang untuk membekam, mengkhitan anak, atau mengobati hewan piaraan, kemudian semua meninggal karena praktek itu, jika orang tersebut telah melakukan apa yang6
Al-Masuliyyah al-Jinaiyyah lil Athibba' hlm. 160
seharusnya dan biasa dilakukan untuk maslahat pasien menurut para pakar jika hal ia ia ini Ibnul dalam profesi tersebut, maka ia tidak bertanggung-jawab. tahu adalah dan bertanggung-jawab."7 kesepakatan sebagaimana Sebaliknya, Bahkan seluruh oleh menyalahinya, maka
Ulama,
disebutkan
Qayyim 8. Hanya saja, hakim harus lebih jeli dalam menentukan apakah benar-benar terjadi pelanggaran prinsip-prinsip ilmiah dalam kasus yang diangkat, karena ini termasuk permasalahan yang pelik. 3. Ketidaksengajaan ( khatha') Ketidaksengajaan adalah suatu kejadian78
Al-Umm 7/65. Lihat: Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud hal. 325
(tindakan) dokter anggota Bentuk pelakunya ditimbulkan digariskan karena ini
tanpa
ada
maksud
pelaku ada
dalam melakukannya. Misalnya, tangan bedah tubuh terpeleset pasien ini sehingga yang tidak tapi ia yang bab terluka. membuat harus telah
malpraktek berdosa, sesuai Islam
bertanggung-jawab terhadap akibat yang dengan dalam jinayat, khatha'
termasuk
jinayat
(kejahatan tidak sengaja). 4. Sengaja menimbulkan bahaya (i'tidd') Maksudnya adalah membahayakan pasien dengan sulit sengaja. bila Ini adalah dokter hal bentuk atau ini, malpraktek yang paling buruk. Tentu saja diterima ada paramedis yang melakukan
sementara mereka telah menghabiskan
umur mereka untuk mengabdi dengan profesi ini. Kasus seperti ini terhitung jarang Biasanya dengan diketahui yang yang dan sulit dibuktikan isi hati karena orang. dilakukan meskipun kuat berhubungan dengan
pembuktiannya pengakuan melalui pelaku,
mungkin juga faktor kesengajaan ini dapat indikasi-indikasi terjadinya pelaku Misalnya, menyertai sangat malpraktek adanya malpraktek
jelas. antara
perselisihan
dengan pasien atau keluarganya. PEMBUKTIAN MALPRAKTEK Agama Islam mengajarkan bahwa tuduhan harus dibuktikan. Demikian pula, tuduhan malpraktek harus diiringi dengan bukti, dan jika terbukti harus ada pertanggungjawaban
dari pelakunya. Ini adalah salah satu wujud keadilan dan kemuliaan ajaran Islam. Jika tuduhan langsung diterima tanpa bukti, dokter dan paramedis terzhalimi, dan itu bisa membuat mereka meninggalkan profesi
mereka, sehingga akhirnya membahayakan kehidupan umat manusia. Sebaliknya, jika tidak ada pertanggungjawaban atas tindakan malpraktek yang terbukti, pasien terzhalimi, dan para dokter bisa jadi berbuat seenak mereka. Dalam dugaan malpraktek, seorang hakim bisa memakai bukti-bukti yang diakui oleh syariat sebagai berikut: 1. Pengakuan pelaku malpraktek (iqrar). Iqrar adalah dan bukti ia yang paling kuat, karena merupakan persaksian atas diri sendiri, lebih mengetahuinya.
Apalagi dalam hal yang membahayakan diri sendiri, biasanya pengakuan ini menunjukkan kejujuran. 2. Kesaksian ( syahadah ). Untuk pertanggungjawaban berupa qishash dan ta'zir, dibutuhkan kesaksian dua pria yang adil. Jika kesaksian akan mengakibatkan tanggung jawab materiil, seperti ganti rugi, dibolehkan kesaksian satu pria ditambah dua wanita. Adapun kesaksian dalam hal-hal yang tidak bisa disaksikan wanita saksi, selain tanpa oleh pria. jumlah wanita, Di dan hakim seperti samping kelayakan juga persalinan, dibolehkan persaksian empat memperhatikan
hendaknya
memperhatikan bahwa saksi tidak memiliki
tuhmah
(kemungkinan
mengalihkan
tuduhan malpraktek dari diri pelaku).9 3. Catatan medis. Yaitu catatan yang dibuat oleh dokter dan paramedis, karena catatan tersebut dibuat agar bisa menjadi referensi saat dibutuhkan. Jika catatan ini valid, ia bisa menjadi bukti yang sah.
BENTUK TANGGUNG-JAWAB MALPRAKTEK
Jika tuduhan malpraktek telah dibuktikan, ada beberapa bentuk tanggung jawab yang dipikul pelakunya. Bentuk-bentuk tanggungjawab tersebut adalah sebagai berikut: 1. Qishash9
Lihat. al-Majmu' 20/256, Taisirul Karim arRahman hlm. 118, Ahkamul jirahah ath-Thibbiyyah hlm. 331.
Qishash ditegakkan jika terbukti bahwa dokter sengaja merusak pembungkus dilakukannya. tindak qishash, menambah sengaja."10 2. Dhaman (tanggung jawab materiil berupa ganti rugi atau diyat) Bentuk tanggung-jawab ini berlaku untuk bentuk malpraktek berikut:10
melakukan untuk
tindak
malpraktek bahaya dan sebagai yang contoh al-Maliki yang dengan
menimbulkan tubuhnya, kriminal memberi Ishaq bedah)
(i'tida'), dengan membunuh pasien atau anggota tindak Ketika yang bin area memanfaatkan profesinya
kriminal Khalil (luas
mengakibatkan dokter
mengatakan:
"Misalnya
Mukhtashar Khalil hlm. 317
a. Pelaku keahlian,
malpraktek tapi dalam dan
tidak pasien
memiliki tidak ada
mengetahuinya, kesengajaan bahaya.
tidak
menimbulkan
b. Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah. c. Pelaku prinsipd. Pelaku prinsipmemiliki prinsip memiliki prinsip keahlian, ilmiah, mengikuti terjadi tapi
kesalahan tidak disengaja. keahlian, ilmiah, mengikuti tapi tidak
mendapat ijin dari pasien, wali pasien atau pemerintah, kecuali dalam keadaan darurat. 3. Ta'zir berupa hukuman penjara, cambuk, atau yang lain.
Ta'zir a. Pelaku
berlaku
untuk
dua tidak pasien
bentuk memiliki tidak ada
malpraktek: malpraktek tapi dalam dan keahlian, kesengajaan bahaya. b. Pelaku memiliki keahlian, tapi menyalahi prinsip-prinsip ilmiah.11 PIHAK YANG BERTANGGUNG-JAWAB Tanggung-jawab timbul menjadi secara karena dalam malpraktek bisa seorang dokter melakukan malpraktek seorang
mengetahuinya,
tidak
menimbulkan
kesalahan langsung, dan bisa juga karena penyebab tidak terjadinya langsung. Misalnya,
dokter yang bertugas melakukan pemeriksaan awal sengaja merekomendasikan pasien untuk11
Ahkamul Jirahah ath-Thibbiyyah hlm. 351
merujuk kepada dokter bedah yang tidak ahli, kemudian terjadi malpraktek. Dalam kasus ini, dokter bedah adalah adalah pelaku langsung malpraktek, sedangkan dokter pemeriksa ikut menyebabkan langsung. Jadi, dalam satu kasus malpraktek kadang hanya ada satu pihak yang bertanggungjawab. Kadang juga ada pihak lain lain yang ikut bertanggung-jawab bersamanya. Karenanya, rumah sakit atau klinik juga bisa ikut bertanggung-jawab jika terbukti teledor dalam tanggung-jawab yang diemban, sehingga secara tidak langsung menyebabkan terjadinya malpraktek, misalnya mengetahui dokter yang dipekerjakan tidak ahli.12 malpraktek secara tidak
12
Ahkamul Jirahah ath-Thibbiyyah hlm. 334
PENUTUP Demikianlah dalam dokter bidang dan penjelasan pelayanan paramedis secara singkat Para takut tentang aturan Islam mengenai malpraktek kesehatan. hendaknya
kepada Allah dan menjalankan amanat dengan baik, sehingga terhindar dari berbagai tanggung-jawab yang memberatkan diri di dunia sebelum akhirat. Hendaknya mereka bertawakal yang Islam bisa dari kepada Allah dalam mereka dan dari menjalankan tugas, karena hanya Allah menghindarkan marabahaya kesalahan. Semoga Allah melindungi umat berbagai keburukan.
REFERENSI
1. Ahkamul Shahabah. 2. Al-Khatha'
Jirahah
ath-Thibbiyyah,
Dr.
Muhammad asy-Syinqithi, Maktabah ashath-Thibbi Mafhumuhu wa
Aatsaruhu, Dr. Wasim Fathullah. 3. 'Aunul Ma'bud, al-'Azhim Abadi, Dar Ihya' at-Turats. 4. Sunan an-Nasa'i, Darul Ma'rifah. 5. Sunan Ibnu Majah, tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi, Darul Fikr. 6. Al-Umm, Imam asy-Syafi'i, Dar Qutaibah. 7. Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, tahqiq Salim al-Hilali, Dar Ibnul Qayyim. 8. Al-Mishbahul Munir, Muassasah ar-Risalah. 9. Kamus Inggris Indonesia, John M. Echols dan Hassan Shadily, PT Gramedia. 10. Al-Masuliyyah al-Jinaiyyah lil Athibba', Dr. Usamah Qayid, Darun Nahdhah
al-'Arabiyyah.