Malnutrisi - Dr.william

download Malnutrisi - Dr.william

of 38

Transcript of Malnutrisi - Dr.william

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    1/38

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak Refleksi Kasus

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Mulawarman

    Malnutri Kekurangan Energi Protein

    Disusun oleh

    Rahmatul Yasiro 0708015055

    Pembimbing

    dr. William, Sp.A

    Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik pada

    Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

    Samarinda

    2013

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    2/38

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Nutrisi diperlukan untuk mempertahankan keadaan biokimia tubuh

    sebagai kontrol terhadap fungsi organ seperti jantung, respirasi, respon

    imun, dan kesadaran serta kondisi psikis. Malnutrisi merupakan dampak

    dari ketidakseimbangan masukan nutrisi atau ketidakseimbangan kalori dan

    mikronutrien, bisa diakibatkan oleh penurunan nafsu makan, konsumsi

    berlebihan atau kekurangan nutrisi makanan (diet), atau malabsorbsi.1

    Malnutrisi bermanifestasi sebagai perubahan metabolisme rata-rata, fungsi

    organ, dan komposisi tubuh. Malnutrisi energi protein merupakan istilah yang

    dipakai untuk mendeskripsikan sindrom defisiensi, yang terdiri dari kwarsiorkor,

    marasmus, nutritional dwarfism pada anak, dan yang berhubungan dengan

    penyakit pada anak dan dewasa.2

    Malnutrisi energi protein atau kekurangan energy protein (KEP) primer

    disebabkan kurangnya asupan nutrisi dan lebih sering terjadi pada anak-anak dan

    dewasa tua. Gangguan fungsi dan struktur pada keadaan ini biasanya reversibel,

    dimana masih responsif terhadap terpai pemberian nutrisi. Namun, keadaan KEP

    yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan yang bersifat ireversibel.

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    3/38

    BAB 2

    LAPORAN KASUS

    ANAMNESIS

    Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 06 September 2013

    dengan ibu kandung pasien.

    Identitas pasien

    Nama : An. R

    Jenis kelamin : laki-laki

    Umur : 6 tahun

    Alamat : Muara Bengkal Kutai Timur

    Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

    MRS A. W Sjahranie : Tanggal 06 September 2013

    Identitas Orang Tua

    Nama Ayah : Tn. RE

    Umur : 37 Tahun

    Alamat : Muara Bengkal Kutai Timur

    Pekerjaan : Karyawan Swasta

    Pendidikan Terakhir : SD (tidak tamat)

    Nama Ibu : Ny. I

    Umur : 38 tahun

    Alamat : Muara Bengkal Kutai Timur

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Pendidikan Terakhir : SMP

    Keluhan Utama

    Sakit Dada

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    4/38

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Sakit dada dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Sakit dada

    dirasakan sekitar ulu hati. Nyeri hilang timbul.

    Sejak sekitar 4 bulan yang lalu, terdapat penurunan nafsu makan. Sekitar 4

    bulan yang lalu pula pasien mengalami penurunan berat badan, dimana menurut

    pengakuan ibu pasien sekitar 6 bulan yang lalu berat badan pasien ialah sekitar 20

    kg.

    Terkadang pasien muntah saat makan, muntah berisi makanan dan cairan.

    Tidak terdapat demam dan diare, saat ini pasien tidak batuk.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Kurang lebih 1 bulan yan lalu pasien didiagnosa radang paru oleh dokter disalah satu RS di Samarinda namun tidak disarankan untuk meminum obat

    rutin selama 6 bulan.

    Sekitar 1 bulan yang lalu pasien batuk kurang lebih 2 minggu namunsembuh sendiri.

    Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di RS.

    Riwayat Kelahiran

    Pasien dilahirkan di RS Dirgahayu secara SC karena letak lintang dan air

    ketuban keruh, usia kelahiran cukup bulan.

    Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan

    Tidak ada keluarga dengan keluhan demam serupa. Tidak ada batuk lama pada keluarga ataupun tetangga.

    Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

    Berat badan lahir : 3100 g

    Panjang badan lahir : ibu pasien lupa

    Berat badan sekarang : 10 kg

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    5/38

    Panjang badan sekarang : 95 cm

    Gigi Keluar : lupa

    Tersenyum : lupa

    Miring : lupa

    Tengkurap : lupa

    Merangkak : lupa

    Duduk : lupa

    Berdiri : 1 tahun 2 bulan

    Berjalan : lupa

    Berbicara 2 suku kata : 9 bulan

    Masuk Sekolah : belum bersekolah

    Pemeliharaan Prenatal

    Periksa di : Posyandu

    Penyakit Kehamilan : tidak ada

    Obat-obatan yang sering diminum : vitamin

    Pemeliharaan postnatal

    Periksa di : Dokter Spesialis Anak

    Keluarga berencana : Tidak

    Riwayat Imunisasi

    Lengkap sesuai usia

    PEMERIKSAAN FISIK

    Dilakukan pada tanggal 07 September 2013

    Kesan umum : Sakit Sedang, Pasien Sadar

    Tanda Vital

    1. Tekanan darah : tidak dilakukan2. Frekuensi nadi : 69 x/menit, regular, kuat3. Frekuensi napas : 20 x/menit, regular

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    6/38

    4. Temperatur : 35,7 0 CBerat badan : 10 Kg

    Panjang Badan : 95 cm

    BMI : 11,08

    Status Gizi : Gizi buruk (kurva Z-score BMI/U < -3 SD)

    Regio Kepala

    Rambut : Hitam, kuat

    Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor

    (3mm/3mm), mata cowong (+/+)

    Hidung : Sekret (-)

    Telinga : Sekret (-)

    Mulut : Lidah bersih, mukosa bibir basah, sianosis bibir (-), edem

    gingival (-/-), faring hiperemsi (-), pembesaran tonsil (-)

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    7/38

    Regio Leher

    Pembesaran KGB (-)

    Letak trakea di tengah

    Retraksi supra klavikula (-)

    Retraksi infra klavikula (-)

    Regio Thoraks

    Pulmo

    Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi ICS (-), ICS tampak

    jelas

    Palpasi : Pergerakan dada simetris

    Perkusi : Sonor di semua lapangan paru

    Auskultasi : Suara napas vesikuler, Ronki (-/-), wheezing (-/-)

    Cor

    Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis sinistra

    Perkusi : Batas jantung

    Kanan : ICS III linea parasternalis dextra

    Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

    Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-)

    Regio Abdomen

    Inspeksi : Tampak scaphoid.

    Palpasi : Soefl, distensi (-), nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran

    organ, turgor kulit sulit dievaluasi

    Perkusi : Timpani, asites (-)

    Auskultasi : Peristaltik kesan normal

    Regio Genitalia

    Dalam batas normal

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    8/38

    Regio Ekstremitas

    Superior et Inferior: Akral dingin (+), massa otot menurun, oedem (-), Baggy

    Pants (+)

    Lingkar Lengan Tengah Atas: 9cm

    Pemeriksaan reflek tidak dilakukan

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium

    Darah Lengkap

    06 September 2013

    WBC 19.600 MCHC 33.9

    Hb 5.8 GDS 85

    HCT 17.1 Natrium 111

    PLT 78000 Kalium 1.3

    MCV 77.1 Klorida 89

    MCH 26.1

    DIAGNOSIS

    Diagnosis kerja : Gizi Buruk Tipe Marasmus

    Diagnosis lain : Anemia, Electrolit Imbalance

    Diagnosis Komplikasi :

    PENATALAKSANAAN

    Diet F75 12x85 cc IVFD KaEN 3B + 10 meq KCL Inj. Gentamisin 1x40 mg IV Inj. Cefotaksim 3x375 mg IV Inj. Ranitidine 2x1 amp IV Zinc 1x1 tab

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    9/38

    Vitamin A 200.000 IU 1 kali Transfusi 50 cc PRC GDS setiap 6 jam Mantoux Test Cek kimia darah lengkap, HDT, 112

    PROGNOSIS

    Dubia ad Bonam

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    10/38

    BAB 3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Malnutrisi

    I. DefinisiNutrisi diperlukan untuk mempertahankan keadaan biokimia tubuh

    sebagai kontrol terhadap fungsi oragn seperti jantung, respirasi, respon

    imun, dan kesadaran serta kondisi psikis. Protein merupakan unsur penting

    yang berperan dalam sintesis otot dan jaringan, serta unsur protein seperti

    asam amino memegang peranan penting dalam unsur biologi tersebut.

    Malnutrisi merupakan dampak dari ketidakseimbangan masukan nutrisi

    atau ketidakseimbangan kalori dan mikronutrien, bisa diakibatkan oleh

    penurunan nafsu makan, konsumsi berlebihan atau kekurangan nutrisi

    makanan (diet), atau malabsorbsi.1

    Malnutrisi bermanifestasi sebagai perubahan metabolisme rata-rata, fungsi

    organ, dan komposisi tubuh. Malnutrisi energi protein merupakan istilah yang

    dipakai untuk mendeskripsikan sindrom defisiensi, yang terdiri dari kwarsiorkor,

    marasmus, nutritional dwarfism pada anak, dan yang berhubungan dengan

    penyakit pada anak dan dewasa.2

    II. EpidemiologiPrevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi.

    Berdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat 76.178 balita

    mengalami gizi buruk dan data Susenas tahun 2005 memperlihatkan prevalensi

    balita gizi buruk sebesar 8.8%. Pada tahun 2005 telah terjadi peningkatan jumlah

    kasus gizi buruk di beberapa propinsi dan yang tertinggi terjadi di dua propinsi

    yaitu Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Pada tanggal 31 Mei 2005,

    Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkan masalah gizi buruk

    yang terjadi di NTT sebagai KLB2. Di Indonesia prevalensi obesitas pada balitamenurut SUSENAS menununjukan peningkatan baik di perkotaan maupun

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    11/38

    pedesaan. Di perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% lelaki dan 5,6%

    perempuan. Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk perempuan.

    Prevalensi obesitas tahun 1995 di 27 propinsi adalah 4,6%. Di DKI Jakarta,

    prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur 6 12

    tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak remaja 12 18 tahun ditemukan

    6,2 % dan pada umur 17 18 tahun11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih

    banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibanding lelaki (3,1%).3

    III. Etiologi dan PatofisiologiMalnutrisi energi protein atau kekurangan energy protein (KEP) primer

    disebabkan kurangnya asupan nutrisi dan lebih sering terjadi pada anak-anak dan

    dewasa tua. Gangguan fungsi dan struktur pada keadaan ini biasanya reversibel,

    dimana masih responsif terhadap terpai pemberian nutrisi. Namun, keadaan KEP

    yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan yang bersifat ireversibel.2

    KEP sekunder disebabkan oleh penyakit yang berakibat perubahan pada

    selera makan, absorbsi, dan metabolisme nutrisi, dimana dapat dikelompokkan

    sebagai berikut (sering terjadi kombinasi penyebab):2

    1. Penyakit yang berefek pada fungsi gastrointestinalPenyakit ini dapat menyebabkan KEP secara defek pada premukosal

    (maldigestion), mucosal (malbsorpsi), atau postmukosal (obstruksi limfatik) yang

    dijabarkan pada tabel 1.1. Status nutrisi pada gangguan fungsi gastrointestinal

    dapat segera menjadi normal dengan pemberian nutrisi adekuat melalui parenteral

    atau enteral dengan NGT.

    2. Wasting diseaseKanker, AIDS, penyakit rematologi khas dengan kehilangan massa tubuh

    secara involunter sebagai konsekuensi penyakit kronik. Wastingpada pasien ini

    biasanya disebabkan oleh disfungsi traktus gastrointestinal, gangguan metabolism

    akibat perubahan regulasi hormone, sitokin, dan inflamasi sistemik. Perubahan

    metabolism pada pasien dengan penyakit ini mengakibatkan penurunan massa

    tubuh yang lebih cepat dibandingan dengan keadaan starvasi. Terapi untuk

    mengembalikan massa tubuh tidak bisa hanya dilakukan dengan pemberian

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    12/38

    nutrisi, namun juga harus dengan menghilangkan penyebab inflamasi atau

    penyakit dasarnya.

    3. Penyakit kritisPasien dengan penyakit kritis menunjukkan perubahan metabolism, yang

    bermanifestasi sebagai peningkatan kebutuhan energi, perubahan produksi

    glukosa endogen, dan gangguan metabolisme protein. Oelh karena itu, pada

    pasien ini, kebutuhan energy dan protein menjadi lebih tinggi. Walaupun,

    pemberian nutrisi secara agresif dapat mebantu memperbaiki keadaan, namun

    tidak mencegah kehilangan kebutuhan jaringan jika tanpa disertai dengan koreksi

    penyebab dasarnya.

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    13/38

    Perubahan Fungsi dan Massa Jaringan Akibat Kekurangan Nutrisi

    1. Komposisi TubuhKekurangan nutrisi memberikan efek pada seluruh massa jaringan pada

    tubuh, namun efek lebih berat tampak pada lemak dan massa otot. Pada orang

    dewasa, 2/3 massa tubuh dibentuk oleh dua jaringan ini, sehingga penurunan berat

    badan pada malnutri merupakan akibat dari berkurangannya komposisi/massa

    jaringan ini.

    2.

    Air Dalam TubuhBanyak pasien malnutrisi mengalami deplesi pada cairan intravascular,

    akibat inadekuat masukan air dan natrium. Penurunan protein plasma, kebocoran

    kapiler, kebocoran sel, dan peningkatan ion interstisial menyebabkan deplesi

    volume intravaskuler dan keluarnya cairan ke interstisial.

    3. KulitKeadaan malnutrisi menyebabkan kulit menjadi kering, tipis, dan keriput,

    disertai atrofi pada lapisan basalis epidermis dan hyperkeratosis. Malnutrisi berat

    menurunkan protein kulit dan kolagen. Pasien dengan kwarsiorkor mengalami

    perubahan kulit di beberapa lokasi secara bertahap. Pertama kali, terjadi

    hiperpigmentasi, kemudian menjadi pecah-pecah pada lapisan superfisial,

    selanjutnya menjadi hipopigmentasi, tipis, dan pada epidermis yang atropi mudah

    terjadi maserasi.

    4. RambutKulit kepala dan rambut menjadi tipis dan sedikit serta mudah tercabut.

    Sebaliknya bulu mata menjadi panjang dan tebal, dapat pula tumbuh lanugo di

    tubuh anak. Rambut pada anak dengan kwarsiorkor menjadi hipopigmentasi,

    berwarna coklat kemerahan, abu-abu, atau memerah. Pada orang dewasa bisa

    terjadi kerontokan rambut ketiak dan pubis.

    5. GastrointestinalStarvasi dan malnutrisi menyebabkan gangguan struktur dan fungsi traktus

    intestinal, pancreas,dan heapr. Massa total dan protein yang terkandung pada

    mukosa intestinal dan pancreas akan menurun. Proliferasi sel epitel mukosa

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    14/38

    menurun, menyebabkan mukosa intestinal menjadi atrofi dan fili menjadi pipih.

    Sintesis enzim digestif mukosa dan pancreas menurun. Transpor dan absorbsi

    asam amino bebas intestinal menjadi tidak seimbang. Produksi sekret gaster dan

    biliar berkurang. Abdomen menjadi distensi akibat hipomotilitas dan

    dpenumpukan gas. Hepatomegaly dapat terjadi pada malnutrisi berat akibat

    penumpukan lemak yang diakrenakan rendahnya densitas sintesis lipoprotein dan

    pendistribusian trigliserida. Sintesis protein hepatic menurun.

    6. JantungMalnutrisi kronik mempengaruhi fungsi dan massa jantung. Massa otot

    jantung menurun, dan penurunan ini menyebabkan fragmentasi dari myofibril.

    Bradikardi (penurunan denyut nadi kurang dari 40 kali/menit) dan penurunan

    stroke volume dapat menyebabkan penurunan cardiac out put dan penurunan

    tekanan darah. Sebagai contoh, pada diet hipokalori secara

    7. ParuPerubahan fungsi paru terkjadi karena penurunan massa otot apru dan

    ketidakseimbangan elektrolit, sehingga menurunkan kapasitas volume tidal,

    ventialsi per menit, dan respon ventilasi terhadap hipoksia.

    8. GinjalMassa renal dan fungsi secara relatif baik selama keadaan malnutrisi, ia

    menyediakan cukup air untuk mencegah penurunan perfusi renal dan gagal ginjal

    akut. Namun, ketika malnutrisi menjadi lebih berat, terjadi penurunan berat ginjal,

    rasio filtrasi glomerulus, kemampuan mengekskresi asam, natrium, dan gangguan

    pada konsentrasi urin. Dapat terjadi proteinuria.

    9. Sum-sum tulangMalnutrisi berat mensupresi sumsum tulang dalam memproduksi sel darah

    merah dan sel darah putih, sehingga menyebabkan anemia, leukopenia,

    limfositopenia.

    10. OtotFungsi otot terganggu dikarenakan berkurangnya massa otot dan gangguan

    metabolisme. Penurunan aktivitas pompa natrium menyebabkan peningkatan

    natrium intraselular dan penurunan kalium intraselular, berefek pada potensial

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    15/38

    miosit, menyebabkan kelelahan.

    11. OtakBerat dan protein otak relative stabil meskipun starvasi berlangsung lama.

    Slaah satu studi menuliskan bahwa atrofi serebral berhubungan denga manlnutrisi

    energy protein pada anak.

    12. Sistem ImunMalnutrisi berat menyebabkan atrofi pada selruh jaringan limfoid seperti

    timus, tonsil, dan kelenjar getah bening. Imunitas terkait sel jauh berkurang

    dibandingkan dengan produksi antibody. Perubahan imunitas terkait sel

    menyebabkan hipersensitivitas kutaneus tipe lambat dan anergi. Kemampuan

    membunuh bakteri menurun karena penurunan fungsi neutrophil. Juga terjadi

    penurunan sekresi gastrointestinal imunoglobulun A.

    13. Sistem EndokrinPenurunan konsentrasi insulin plasma dan intoleransi glukosa terjadi pada

    malnutrisi berat. Peningkatan hormone pertumbuhan sering terjadi dan jauh

    meningkat pada kwarsiorkor. Serum tiroksin menurun dan penurunan konversi

    tiroksin menjadi triiodotironin.

    14. Metabolisme EnergiStarvasi dan malnutrisi menurunkan penggunaan energi basal krena

    berkurangnya ukuran massa dan fungsi organ, peningkatan konversi hormone

    tiroid aktif menjadi inaktif, penurunan suhu tubuh, hilangnya respon terhadap

    suhu, dan penekanan pada aktivitas sistem saraf simpatis. Energi diubah cepat

    menjadi fatig sehingga menyebabkan penurunan aktivitas fisik.

    IV. Manifestasi KlinisMalnutrisi pada anak berbeda dengan dewasa karena berpengaruh pada

    pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi pada anak dihitung berdasarkan

    perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan (wasting), dan berat

    terhadap usia (stunting) dibandingkan terhadap standar normal (tabel 4.1). 2

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    16/38

    Malnutrisi akut digambarkan dengan nilai berat per tinggi badan yang

    rendah, ukuran lingkar lengan tengah, dan edema. Derajat malnutrisi terbagi

    menjadi ringan, sedangm dan berat. Malnutrisi kronik digambarkan dengan

    perbandingan tinggi terhadap umur (stunting). Anak dengan malnutrisi kronik

    memiliki perawakan lebih pendek daripada anak seumurnya.3

    Secara klinis, malnutrisi dikarateristikkan dalam 3 sindrom utama (tabel

    4.2), namun dalam satu pasien bisa terdapat lebih dari satu sindrom. Pengukuran

    lengan atas tengah digunakan sebagai pengukuran akurat, dimana lingkar lengan

    tengah kurang dari 11.5 cm pada anak usia 1-5 tahun memiliki angka mortalitas

    lebih tinggi menurut klasifikasi WHI dan Waterlow. 2

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    17/38

    1. MarasmusPenurunan berat badan dan penurunan lemak subkutan serta penurunan

    massa otot merupakan gambaran khas pada anak dengan marasmus. Kehilangan

    lemak dan otot menyebabkan tulang rusuk, sendi, dan tulang wajah terlihat sangat

    jelas. Kehilangan lemak bokong tampak sebagai gambaran baggypants. Anak ini

    terlihat lemas dan letargis.2,3

    2. KwarsiorkorPenampakan edema perifer menjadi pembeda antara kwarsiorkor dengan

    marasmus dan dwarfism. Anak dengan kwarsiorkor juga mempunyai gambaran

    khas pada kulit dan rambut. Pada region abdomen tampak distensi akibat

    kelemahan otot abdomen, distensi intestinal, dan hepatomegaly, namun tidak

    terdapat asites. Secara umum, anak dengan kwarsiorkor tampak letargi dan apatis

    ketika ditinggal sendirian, namun menjadi iritabel ketika disentuh atau digendong.

    Kwarsiorkor bukan disebabkan oleh kekuragan masukan protein reltif,

    kenyataanya, masukan protein pada kwarsiorkor dan marasmus adalah sama.

    Secara pathogenesis, belum diketahui penyebab pasti dari kwarsiorkor, namun

    diduga lebih berkaitan dengan stress fisiologi akibat infeksi yang menyebabkan

    kerusakan berat pada kaskade metanolisme pada anak malnutrisi. Kwarsiorkor

    dikarakteristikkan dengan kebocoran sel membrane sehingga menyebabkan

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    18/38

    perpindahan kalium intrasel ke ekstraseluler. Peningkatan tekanan osmotik

    menyebabkan perpindahan air sehingga terjadi edema.2

    3. Dwarfism (cebol)Anak dengan gangguan perkembangan bisa saja memiliki nilai normal

    berat per tinggi badan, namun berperawakan pendek dengan keterlambatan

    pekembangan seksual. Meberikan makanan dengan nutrisi yang sesuai dapat

    mengejar pertumbuhan dan maturasi seksual.2

    Pada anak dengan malnutrisi berat terjadi defisiensi vitamin A. Gambaran

    klinis defisiensi vitamin A tampak sebagai rabun senja, xerosis konjungtiva

    disertai bintik Bitot, keratomlasia, dan ulserasi kornea.

    V. Diagnosis dan Diagnosis BandingPada daerah yang endemis dengar malnutrsi akut-berat, diagnosis

    didasarkan pada pemeriksaan klinis dan riwayat penyakit. Jika memungkinkan

    utnuk pemeriksaan laboratorium, maka dilakukan pemeriksaan untuk menentukan

    penyebab dasar dari malnutrisi, seperti pemeriksaan feses untuk mengetahui

    adanya parasite, hitung jenis darah lengkap, serum elektrolit, serta pemeriksaan

    radiologi.

    Diagnosis malnutrisi juga harus disertai dengan diagnosis penyakit yang

    kemungkinan menjadi penyebab dari malnutrisi. Infeksi HIV, tubrkulosis,

    malaria, dan infeksi parasit dapat menyebabkan malnutrisi sehingga dapat

    dijadikan sebagai diagnosis banding. Kegagalan menemukan penyakit penyebab

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    19/38

    mempengaruhi keberhasilan terapi.3

    Menurut Buku Pedoman Pelayanan Rumah Sakit, diagnosis dilakukan

    sebagai berikut:4

    Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis.

    Anamnesis terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.

    Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

    1. Kejadian mata cekung yang baru saja muncul 2. Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah

    dan diare (encer/darah/lendir)

    3. Kapan terakhir berkemih 4. Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.5. Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami

    dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.

    Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksanaselanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan ditangani):

    1. Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit 2. Riwayat pemberian ASI 3. Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir4. Hilangnya nafsu makan

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    20/38

    5. Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru 6. Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir 7. Batuk kronik 8. Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung 9. Berat badan lahir 10. Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain 11. Riwayat imunisasi 12. Apakah ditimbang setiap bulan 13. Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)

    Diketahui atau tersangka infeksi HIV

    Pemeriksaan fisis

    1. Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggungkaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB. 2. Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hatimenentukan status dehidrasi pada gizi buruk).

    3. Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadilemah dan cepat), kesadaran menurun. Demam (suhu aksilar 37.5 C) atauhipotermi (suhu aksilar < 35.5 C).

    4. Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung5. Sangat pucat 6. Pembesaran hati dan ikterus7. Adakah perut kembung,bising usus melemah/meninggi, tanda asites,atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominalsplash).

    VI. Terapi 4Pada saat masuk rumah sakit:

    Anak dipisahkan dari pasien infeksi, ditempatkan di ruangan yang hangat

    (2530C, bebas dari angin) dipantau secara rutin, memandikan anak dilakukan

    seminimal mungkin dan harus segera keringkan.

    Tatalaksana Umum

    1. Penilaian triase anak dengan gizi buruk dengan tatalaksana syok pada anak

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    21/38

    dengan gizi buruk.

    2. Jika ditemukan ulkus kornea,beri vitamin A dan obat tetes mata kloram-fenikol/tetrasiklin dan atropin; tutup mata dengan kasa yang telah dibasahi dengan

    larutan garam normal, dan balutlah. Jangan beri obat mata yang mengandung

    steroid.

    3. Jika terdapat anemia berat, diperlukan penanganan segeraPenanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 2 fase yaitu:

    fase stabilisasi dan fase rehabilitasi.

    1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemiSemua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah 9 bulan dan sudah pernahdiberi vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anaksyok.

    Pilihan Antibiotik Spektrum Luas

    Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beriKotrimoksazol per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12

    jam selama 5 hari.

    Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    26/38

    letargis atau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:o Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari),

    dilanjutkan dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam

    selama 5 hari) ATAU, jika tidak tersedia amoksisilin, beri

    Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari)

    sehingga total selama 7 hari DITAMBAH:

    o Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari. Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan

    obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari. Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia,

    tuberkulosis, malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beriantibiotik yang sesuai.

    Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasitmalaria.

    Obat anti tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangatdiduga menderita tuberkulosis.

    Pemantauan: Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan

    pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik,

    lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak.

    6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikroSemua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral.

    Meskipun sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi

    tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah

    berat adannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat

    besi dapat memperparah infeksi.

    Tatalaksana:

    Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:

    Multivitamin Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari) Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    27/38

    Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)

    Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai faserehabilitasi)

    Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telahdiberikan sebelum dirujuk), dengan dosis seperti di bawah ini :

    Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3

    bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.

    7. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisiPada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-

    hati sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh. Tatalaksana:

    Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:

    Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritasmaupun rendah laktosa

    Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral Energi: 100 kkal/kgBB/hari Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari

    Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus dipenuhi seperti di bawah ini:

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    28/38

    Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal di atas dapat

    dipercepat menjadi 2-3 hari. Jika jumlah petugas terbatas, beri prioritas untuk

    pemberian makan setiap 2 jam hanya pada kasus yang keadaan klinisnya paling

    berat, dan bila terpaksa upayakan paling tidak tiap 3 jam pada fase permulaan.

    Libatkan dan ajari orang tua atau penunggu pasien.

    Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak

    terlalu lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian).

    Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan

    minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100

    kkal/kgBB/hari pada fase awal ini. Pada cuaca yang sangat panas dan anak

    berkeringat banyak maka anak perlu mendapat ekstra air/cairan. Pemantauan:

    Pantau dan catat setiap hari:

    Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan Muntah Frekuensi defekasi dan konsistensi feses Berat badan.

    8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejarTanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah

    kembalinya nafsu makan dan edema minimal atau hilang.

    Tatalaksana:

    Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula

    tumbuh- kejar (F-100) (fase transisi):

    Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75selama 2 hari berturutan.

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    29/38

    Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberiansampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal

    ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.

    Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yangdimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan

    F-100.

    Setelah transisi bertahap, beri anak:o pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai

    kemampuan anak)o energi: 150-220 kkal/kgBB/hario protein: 4-6 g/kgBB/hari.

    Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan

    anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung

    cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji

    (ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500

    kkal/sachet 92g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

    Pemantauan:

    Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadicepat dan napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan

    naik 5x/menit dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali

    pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut- turut, maka hal ini merupakan tanda

    bahaya (cari penyebabnya). Lakukan segera: kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:

    o 115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnyao 130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnyao selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml

    sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

    o atasi penyebab Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi

    dan mendapat F-100:

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    30/38

    Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan

    Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalamgram/kgBB/hari. Jika kenaikan berat badan:

    o kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulanglengkap

    o sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi,atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi.

    o baik (> 10 g/kgBB/hari).9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

    Memberikan stimulasi untuk tumbuh kemabng dapat berupa ungkapan

    kasih saying, lingkungan yang ceria, terapi bermain terstruktur selama 1530

    menit per hari, aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat , keterlibatan ibu

    sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan, memandikan,bermain).

    10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah Bila telah tercapai BB/TB > -2 SD (setara dengan >80%) dapat dianggap

    anak telah sembuh. Anak mungkin masih mempunyai BB/U rendah karena anak

    berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap

    dilanjutkan di rumah. Berikan contoh kepada orang tua: Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta

    frekuensi pemberian makan yang sering Terapi bermain yang terstruktur Sarankan untuk melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan dan

    mengikuti program pemberian vitamin A (Februari dan Agustus)

    Pemulangan sebelum sembuh total Anak yang belum sembuh total mempunyai risiko tinggi untuk kambuh.

    Waktu untuk pemulangan harus mempertimbangkan manfaat dan faktor risiko.

    Faktor sosial juga harus dipertimbangkan. Anak membutuhkan perawatan lanjutan

    melalui rawat jalan untuk menyelesaikan fase rehabilitasi serta untuk mencegah

    kekambuhan. Beberapa pertimbangan agar perawatan di rumah berhasil: telah menyelesaikan pengobatan antibiotic

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    31/38

    mempunyai nafsu makan baik

    menunjukkan kenaikan berat badan yang baik edema sudah hilang atau setidaknya sudah berkurang. Ibu atau pengasuh seharusnya mempunyai waktu untuk mengasuh

    anak dan memperoleh pelatihan mengenai pemberian makan yang tepat(jenis, jumlah danfrekuensi) serta mempunyai sumber daya untuk memberi

    makan anak.

    Jika anak dipulangkan lebih awal, buatlah rencana untuk tindak lanjut

    sampai anak sembuh seperi menghubungi unit rawat jalan, pusat rehabilitasi gizi,

    klinik kesehatan lokal untuk melakukan supervisi dan pendampingan; anak harus

    ditimbang secara teratur setiap minggu. Jika ada kegagalan kenaikan berat badan

    dalam waktu 2 minggu berturut-turut atau terjadi penurunan berat badan, anak

    harus dirujuk kembali ke rumah sakit.

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    32/38

    PEMBAHASAN

    Anamnesis

    Gizi Buruk Tipe Marasmus

    Fakta Kasus Teori

    Sakit dada 1 minggu yang lalu.Sakit dada dirasakan sekitar ulu

    hati. Hilang timbul.

    Penurunan nafsu makan 4 bulanyll.

    Penurunan berat badan sejak 4bulan yll.

    Terkadang muntah saat makan,muntah berisi makanan dan cairan.

    Tidak terdapat demam dan diare,saat ini pasien tidak batuk.

    Riwayat batuk hilang timbul. Riwayat didiagnosis radang paru

    Kejadian mata cekung yang barusaja muncul

    Lama dan frekuensi diare danmuntah serta tampilan dari bahan

    muntah dan diare

    (encer/darah/lendir)

    Kapan terakhir berkemih Sejak kapan tangan dan kaki

    teraba dingin.

    Bila didapatkan hal tersebut diatas, sangat mungkin anak

    mengalami dehidrasi dan/atau

    syok, serta harus diatasi segera.

    Diet (pola makan)/kebiasaanmakan sebelum sakit

    Riwayat pemberian ASI Asupan makanan dan minuman

    yang dikonsumsi beberapa hari

    terakhir

    Hilangnya nafsu makan Kontak dengan pasien campak

    atau tuberkulosis paru Pernah sakit campak dalam 3

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    33/38

    bulan terakhir

    Batuk kronik

    Kejadian dan penyebab kematian

    saudara kandung Berat badan lahir Riwayat tumbuh kembang:

    duduk, berdiri, bicara dan lain-

    lain Riwayat imunisasi Apakah ditimbang setiap bulan Lingkungan keluarga (untuk

    memahami latar belakang sosial

    anak) Diketahui atau tersangka

    infeksi HIV

    Pemeriksaan Fisik

    Fakta Kasus Teori

    TD: tidak dilakukan Nadi : 69 x/i, regular, kuat RR : 20 x/menit, regular Temp : 35,7 0 C BB : 10 Kg; PB : 95 cm BMI : 11,08 Lila : 9 cm

    Status Gizi : Gizi buruk (kurva Z-

    score BMI/U < -3 SD)

    Apakah anak tampak sangatkurus, adakah edema pada kedua

    punggung kaki. Tentukan status

    gizi dengan menggunakan

    BB/TB-PB. Tanda dehidrasi: tampak haus,

    mata cekung, turgor buruk (hati-

    hati menentukan status dehidrasi

    pada gizi buruk).

    Adakah tanda syok (tangan

  • 7/29/2019 Malnutrisi - Dr.william

    34/38

    Regio Kepala

    Mata : Anemis (+/+),

    mata cowong

    (+/+)

    Hidung : Sekret (-)

    Telinga : Sekret (-)

    Mulut : Lidah bersih,

    mukosa bibir

    basah, sianosis

    bibir (-), edem

    gingival (-/-),

    faring hiperemsi

    (-), pembesaran

    tonsil (-)

    Regio Abdomen

    Inspeksi : Tampak scaphoid.

    Palpasi : Soefl, distensi (-),

    nyeri tekan (-),

    tidak teraba

    pembesaran

    organ, turgor kulit

    sulit dievaluasi

    Perkusi : Timpani, asites (-)

    Auskultasi : Peristaltik kesan

    normal

    Regio Ekstremitas

    Sup et Inf: Akral dingin (+), massa

    menurun, oedem (-)

    Baggy Pants (+)

    dingin, capillary refill time yang

    lambat, nadi lemah dan cepat),

    kesadaran menurun. Demam (suhu aksilar 37.5 C)

    atau hipotermi (suhu aksilar