MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

15
105 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122 MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT DESA PANGBATOK KECAMATAN PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN Wasilatul Ibad 1 [email protected] Samsul Arifin 2 [email protected] Abstract: This reseach reveals the phenomenon of the living Qur'an, namely the phenomenon of the khatm al-Quran tradition in Asta Batu Ampar, Bangpatok village, proppo pamekasan city. This phenomenon is born from communal practices that show the reception of certain people or groups of the Qur'an. This activity is carried out by all who come to visit pilgrims this place. The results of his research show that; (1) Khatam al-Qur'an in Asta Batu Ampar village Bangpatok ke kab. Pamekasan is carried out by pilgrims including local people and also outsiders. In the process, it begins with tawasul to the auliya 'batu, the implementation scheme of the Quran khatm itself depends on the individual or group of practitioners. There are those who do khatm of the Quran individually, there are those who do it in groups/congregations or a per-juz distribution scheme. Then after completing the khatm of the Quran the pilgrims ended the activity and pray to god; (2) khatm al-Quran which is done to ask Allah's blessing, to give reward gifts to auliya 'batu Ampar and khatam Al-qur'an as a solution to a problem for its practitioners (3) The implications khatm of the Quran as tradition in Asta Batu Ampar on the socio-religious life of the community are muamalah, ijarah, sodaqoh and waqof. Keywords: Khatm, Religious Social Life, Implication 1 Fakultas Tarbiyah IAI AL Khoziny Buduran Sidoarjo 2 Fakultas Dakwah Dan Ushuluddin IAI AL Khoziny Buduran Sidoarjo

Transcript of MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Page 1: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

105 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL

KEAGAMAAN MASYARAKAT DESA PANGBATOK KECAMATAN

PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN

Wasilatul Ibad1

[email protected]

Samsul Arifin2

[email protected]

Abstract:

This reseach reveals the phenomenon of the living Qur'an,

namely the phenomenon of the khatm al-Quran tradition in

Asta Batu Ampar, Bangpatok village, proppo pamekasan

city. This phenomenon is born from communal practices that

show the reception of certain people or groups of the Qur'an.

This activity is carried out by all who come to visit pilgrims

this place. The results of his research show that; (1) Khatam

al-Qur'an in Asta Batu Ampar village Bangpatok ke kab.

Pamekasan is carried out by pilgrims including local people

and also outsiders. In the process, it begins with tawasul to

the auliya 'batu, the implementation scheme of the Quran

khatm itself depends on the individual or group of

practitioners. There are those who do khatm of the Quran

individually, there are those who do it in

groups/congregations or a per-juz distribution scheme. Then

after completing the khatm of the Quran the pilgrims ended

the activity and pray to god; (2) khatm al-Quran which is

done to ask Allah's blessing, to give reward gifts to auliya

'batu Ampar and khatam Al-qur'an as a solution to a problem

for its practitioners (3) The implications khatm of the Quran

as tradition in Asta Batu Ampar on the socio-religious life of

the community are muamalah, ijarah, sodaqoh and waqof.

Keywords: Khatm, Religious Social Life, Implication

1 Fakultas Tarbiyah IAI AL Khoziny Buduran Sidoarjo 2 Fakultas Dakwah Dan Ushuluddin IAI AL Khoziny Buduran Sidoarjo

Page 2: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

106 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

PENDAHULUAN

Living Qur’an dalam penelitian agama merupakan suatu

gejala sosial yang disemangati oleh al-Qur’an. Living Qur’an

dimaksudkan sebagai suatu studi di mana individu atau sekelompok

orang memahami al-Qur’an (penafsiran). Living Qur’an adalah

tentang bagaimana al-Qur’an itu disikapi dan direspon masyarakat

muslim. Oleh karena itu maksud yang dikandung bisa sama, tetapi

ekspresi dan ekspektasi terhadap al-Qur’an antara kelompok satu

dengan kelompok yang lain, begitu juga antar golongan, antar etnis,

dan antar budaya bisa berbeda.3 Umat islam meyakini bahwa al-

Qur'an diturunkan, sebagai petunjuk dan pemberi pelajaran bagi

manusia sekaligus pembeda dari yang haq maupun yang bathil. Ayat-

ayatnya merupakkan jaminan hidayah bagi manusia dalam segala

urusan dan setiap keadaan serta jaminan bagi mereka untuk

memperoleh cita- cita tertingi dan kebahagiaan terbesar di dunia dan

akhirat. Barang siapa mengamalkannya, mendapatkan pahala, dan

barang siapa menyeru orang lain kepadanya, mendapatkan petunjuk

kejalan yang lurus. Firman Allah dalam QS. An Nahl ayat 89;

لنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء وهدى ورحمة وبشرى للمسلمين ونزArtinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk

menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-

orang yang berserah diri”.(QS. An Nahl [16] : 89)

Sejalan dengan ayat diatas untuk mendapatkan pemaknaan

al-Qur’an terhadap makna hidup mereka, orang-orang terus

mengkaji ayat al-Qur’an, kajian tersebut dapat menghasilkan

pemahaman yang beragam pula sesuai kemampuan masing-masing.

Sehingga pemahaman tersebut pada akhirnya akan melahirkan

perilaku yang beragam. Mereka ingin mencoba berinteraksi dengan

al-Qur’an tidak melalui pendekatan teks saja. Akan tetapi, perilaku

orang tersebut dalam berinteraksi dengan al-Qur’an, pada akhirnya

akan memunculkan mode of conduct (pola perilaku), menghadirkan

3 Muhammad yusuf, “pendekatan sosiologi dalam living qur‟an” dalam

shahiron syamsuddin(ed), metodologi penelitian al-qur‟an (Yogyakarta, teras, 2007), hlm

49-50.

Page 3: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

107 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

wacana (discourse) dalam ranah pemikiran, serta tindakan praksis

dalam realitas sosial.4

Al-Qur’an banyak memenuhi fungsi dalam kehidupan umat

muslim. Dalam ranah public misalnya Al-qur’an bisa berfungsi

sebagai pengusung perubahan, pembebas masyarakat tertindas,

pencerah masyarakat dari kegelapan dan kejumudan, pendobrak

sistem pemerintahan yang zalim dan amoral, penebar semangat

emansipasi serta penggerak transformasi masyarakat menuju

kehidupan yang lebih baik. Sedangkan dalam ranah privat, Al-qur’an

bisa menjadi obat, penawar, pemberi solusi untuk pribadi yang tengah

dirundung kesedihan, ditimpa musibah, serta didera persoalan hidup.

Dalam hal ini, ayat-ayat Al-qur’an berfungsi sebagai terapi psikis,

penawar dari persoalan hidup yang dialami seseorang. Jiwa yang

sebelumnya resah dan gelisah menjadi tenang dan damai ketika

membaca dan meresapi makna ayat-ayat tersebut.

Keyakinan pada Al-qur’an pada gilirannya memunculkan

praktek-praktek berlandaskan anggapan adanya “fadhilah” dari unit-

unit tertentu teks Al-Qur’an. Khatm al-Qur’an salah satu dari sekian

banyak fenomena tradisi umat islam dalam menghidupkan atau

menghadirkan Al-qur’an (living Qur’an). Salah satu praktik tradisi

keagamaan yang didasarkan atas pemahamannya terhadap Al-qur’an

ini terjadi di Asta Batu Ampar (sebuah kompleks makam para kyai

dan ulama) desa bangpatok kecamatan proppo kabupaten pamekasan

yang terkenal dengan khatm al-Qur’an. Khatm al-Quran di tempat

ini lebih tampak sebagai sebuah tradisi yang rutin dilaksanakan oleh

mayoritas para peziarah. Pelaksanaan Khatm Al-Qur’an ini tidak

hanya dilakukan oleh masyarakat setempat tapi juga banyak

dilakukan oleh masyarakat diluar provinsi. Mereka datang secara

rombongan menggunakan bus untuk menghatamkan Al-Quran di

lokasi. Dari pemaparan ini, penulis tertarik untuk meneliti fenomena

dimana al-Qur’an hidup pada masyarakat tidak hanya pada aspek

tekstual saja namun juga secara kontekstual.

4 Didi Junaedi, “Memahami Teks, Melahirkan Konteks” dalam Journal of Qur’an and Hadith

Studies, Vol. 2, No. 1, 2013.

Page 4: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

108 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

Kajian living Qur’a berusaha memotret fenomena sosial

berupa prakatek keagamaan dalam sebuah masyarakat yang

didasarkan atas pemahamannya terhadap Al-Qur’an. misalnya,

kegiatan yang dilakukan oleh suatu masyarakat berdasarkan

keyakinan mereka yang bersumber dari hasil interaksi mereka dengan

al-Qur’an. Karena yang dikaji dalam living Qur’an ini berupa

fenomena sosial, maka model penelitian yang dipakai adalah model

penelitian sosial. Dalam hal ini, metode penelitian kualitatif lebih

tepat digunakan dalam kajian living Qur’an ini. Untuk itu, maka

langkah-langkah serta prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini

merujuk pada langkah-langkah serta prosedur penelitian kualitatif.

1. Lokasi

Tempat penelitian ini berada bertempat di Asta Batu Ampar

desa bangpatok kec. proppo kab. Pamekasan. Fenomena living

Qur’an yang terlihat ditempat ini yaitu dengan adanya tradisi

ritual mengkhatamkan Al-Qur’an yang dilakukan oleh ratusan

hingga ribuan warga di makam Syekh Abu Syamsudin.

Pelaksanaan Khatm Al-Qur’anini tidak hanya dilakukan oleh

masyarakat setempat tapi juga banyak dilakukan oleh masyarakat

diluar provinsi. Hal ini menjadi keunikan tersendiri bagi para

peneliti untuk dikaji ulang tentang panorama dan motif khusus

yang mendorong para peziarah melakukan kegiatan Khatm Al-

Qur’an di Asta Batu Ampar desa bangpatok kec. proppo kab.

Pamekasan tersebut, yang peneliti tidak temukan di makam auliya

lainnya.

2. Metode dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif

adalah metode penelitian yang ditujukan untuk memahami

fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan

adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi,

diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya.

Sedangkan pendekatan deskriptif adalah pendekatan penelitian

yang bertujuan untuk mempelajarai secara intensif tentang latar

belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit

sosial: individu, lembaga, kelompok atau masyarakat.

3. Sumber Data

Page 5: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

109 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

Sumber data yang dimaksud adalah subjek darimana data

diperoleh. Subjek atau sumber data penelitian di atas adalah:

a. Keluarga para masyayikh Batu Ampar desa Pangbatok

kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan;

b. Tokoh agama yang ada di dusun Batu Ampar desa Pangbatok

kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan;

c. Kepala desa Pangbatok kecamatan Proppo kabupaten

Pamekasan;

d. Peziarah yang mengkhatam kan Al-Qur’an yang berasal dari

kabupaten Pamekasan;

e. Peziarah yang mengkhatam kan Al-Qur’an yang berasal dari

luar kabupaten Pamekasan;

f. Peziarah yang mengkhatam kan Al-Qur’an yang berasal dari

luar provinsi.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan tema penelitian

digunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi

partisipasi (participant observation) dimana metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan dan pengindraan karena

peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden,

peneliti menjadi observer aktif. Artinya, peneliti juga ikut

pengkhatam kan Al-Qur’an menjadi bagian dalam kegiatan

yang dilakukan oleh masyarakat yang menjadi objek

penelitian karena dengan cara seperti ini, maka peneliti akan

leluasa dalam memperoleh data penelitian, karena telah

dianggap sebagai bagian dari masyarakat yang menjadi objek

penelitian

b. Wawancara

Dalam penelitian wawancara bertujuan untuk

mengetahui fenomena interaksi masyarakat dengan al-Qur’an,

maka metode wawancara ini mutlak diperlukan. Dalam

penelitian ini misalnya, jika peneliti ingin melakukan

penelitian tentang praktek pembacaan surat al-Qur’an yang

dilakukan suatu komunitas masyarakat tertentu, maka seorang

peneliti dalam melakukan wawancara dengan para responden

Page 6: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

110 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

dan partisipan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan ritual

tersebut. Untuk mendapatkan jawaban yang akurat dan valid,

maka peneliti menentukan tokoh-tokoh kunci (key persons)

yang akan diwawancarai. Mereka inilah yang dianggap

memiliki data yang akurat dan valid tentang ritual yang

menjadi objek penelitian ini

c. Dokumentasi

Penelitian living Qur’an tentang fenomena ritual

keagamaan yang terjadi di masyarakat akan semakin kuat jika

disertai dengan dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan

suatu cara pengumpulan data dengan menghimpun dan

menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik.5.

5. Metode Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model

analisis interaktif (interactive model of analysis) yang meliputi

tiga tahapan yaitu data reduction (reduksi data), data display

(penyajian data), dan conclusion drawing (penarikan

kesimpulan). Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan.Penyajian data, yaitu

penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk

yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana

serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

data dan pengambilan tindakan

6. Validitas Data

Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan yaitu

triangulasi metode dan triangulasi sumber data sampai data

lengkap kemudian divalidasi dari berbagai sumber sehingga

dapat menjadi dasar untuk penarikan kesimpulan. Dengan

5 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), 221.

Page 7: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

111 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

teknik ini diharapkan data yang dikumpulkan memenuhi

konstruk penarikan kesimpulan. Kombinasi triangulasi ini

dilakukan bersamaan dengan kegiatan di lapangan, sehingga

peneliti bisa melakukan pencatatan data secara lengkap.

Dengan demikian, diharapkan data yang dikumpulkan layak

untuk dimanfaatkan.

HASIL DAN DISKUSI

Sejarah dan Pelaksanan Khatm Al-Quran

Menurut Ahmad Alawi dan Muhammad Kholil seorang

pemuka agama yang ada dikecamatan Proppo kabupaten Pamekasan

dan masih keturunan dan keluarga dengan para masyayikh Batu

Ampar serta diperkuat oleh pemaparan Abdul Halim seorang

pengurus asrama dan juru kunci makam batu ampar dan termuat juga

di dalam buku Manaqib Buju’ Batu Ampar yang bersumber pada Kiai

Haji Jakfar Shodiq Fauzi, di jelaskan bahwasanya pasarean Batu

Ampar merupakan komplek makam para ulama yang disegani oleh

masyarakat setempat, setiap harinya tempat ini tak pernah sepi dari

para peziarah lebih-lebih pada malam jum’at dan hari raya umat

islam. Salah satunya makam keramat yang ada di Batu Ampar yakni

makam sayyid Suadi atau Syekh Abu Syamsuddin (Bujuk Lathong)

Batu Ampar. Beliau merupakan pejuang atau penyebar syariah agama

islam di nusantara khususnya Madura.

Dikatakan Bujuk Lathong karena menurut riwayat yang sama

bahwasanya sayyid Suadi atau Syekh Abu Syamsuddin memiliki

lafadz jalalah di dadanya yang bersinar dengan cahaya yang sangat

menyilaukan. lalu Kiai Su’adi mendapatkan ilham petunjuk kepada

Allah agar menutupi sinar tersebut dengan calatthong (kotoran sapi)

untuk menghindar dari pandangan orang lain. Salah satu karomah

sayyid Suadi atau Syekh Abu Syamsuddin yang masih bisa disaksikan

hingga kini yaitu Aeng Nyono’. yakni air mengalir dari bawah ke atas.

Masyarakat setempat biasa menyebut air unik tersebut dengan

nama Aeng Nyono’. Pada musim hujan, aliran air tersebut harus

ditutup, karena jika tidak ditutup, maka akan terjadi banjir. Jika

musim kemarau, air tersebut tidak mengalir. Namun dengan ritual

Khatm Al-Qur’an air akan mengalir lagi ke atas. Khatm Al-Qur’an

juga merupakan kesukaan sekaligus riyadlahnya para Buju’ Batu

Page 8: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

112 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

Ampar semasa hidupnya. Bahkan di riwayatkan oleh nara sumber

diatas bahwa Buju’ Lathong sebelum wafatnya pernah berpesan:

“Siapa yang memiliki hajat, lalu ia mengkhatm kan Al-

Quran secara ikhlas lillahi ta’ala di pusaraku, insyaAllah

akan terkabulkan hajatnya. Jika sudah tiga kali khatm tapi

hajatnya tidak terkabul, robohkan nisanku”.

Pelaksanaan Khatm Al-Qur’an di Asta Batu Ampar desa

Bangpatok kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan dilakukan oleh

ratusan hingga ribuan warga berziarah di makam Syekh Abu

Syamsudin. Pelaksanaan Khatm Al-Qur’an ini tidak hanya dilakukan

oleh masyarakat setempat tapi juga banyak dilakukan oleh masyarakat

diluar provinsi salah satunya peziarah yang sempat melakukan

wawancara dengan peneliti yaitu peziarah yang berasal dari Provinsi

Jawa Barat dan Jawa Tengah. Mereka datang secara rombongan

menggunakan bus untuk menghatamkan Alquran di lokasi. Skema

pelaksanaan Khatm Al-Qur’ansendiri tergantung individu atau

kelompok pengamalnya. Ada yang melakukan Khatm Al-Qur’an

secara individu ada yang melakukan secara berkelompok/ berjama’ah

atau skema pembagian per-juz. Kemudian setelah selesai meng-

Khatm Al-Qur’an biasanya para peziarah mengakhiri kegiatan

tersebut dengan doa khatmil Quran sekaligus memohon kepada Allah

SWT agar terkabul hajat yang sedang dimohonkan.

Makna Tradisi Khatm Al-Quran Setelah mengadakan wawancara dan observasi kepada para peng-

Khatm Al-Quran maka di dapatkan beberapa kesimpulan terkait motif

bagi pengamalnya diataranya yaitu:

1. Sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqurrub

ilallah).

Taqarrub secara bahasa berasal dari kata qurbun, dalam Kamus

Arab al-Munawwir berarti dekat, mendekati. Istilah Taqarrub ini

berasal dari nash-nash syariah yang membicarakan upaya

pendekatan diri kepada Allah SWT, Dan menurut arti istilah

adalah upaya seseorang melakukan suluk untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT dengan melalui ibadah, amal saleh, tadabbur

dan tafakkur. Termasuk juga salah satunya dengan dengan cara

Page 9: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

113 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

meng- Khatm Al-Quran. Berikut sebuah hadist yang diriwayatkan

oleh Sunan Tirmidzi6:

؟ قال : أي العمل أحب إلى الل عن ابن عباس قال : قال رجل يا رسول الل

ل القرآن إلى آخره -الحال المرتحل قال : وما الحال المرتحل؟ قال الذي يضرب من أو

باب ما جاء أن القرآن -سنن الترمذي – 2782ل .)رواه الترمذي : كلما حل ارتح

(212صفحة : – 01الجزء : –أنزل على سبعة أحرف Artinya: Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang

yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah,

amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab,

“Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal

wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang

membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia

mengulanginya lagi dari awal.”

2. Sebagai sarana untuk menghaturkan hadiah pahala kepada auliya’

Batu Ampar. Terkait bahasan apakah menghaturkan hadiah pahala

kepada orang yang sudah meninggal sampai atau tidak, peneliti

menggaris bawahi bahwa penelitian ini bukan focus mengkaji hal

tersebut. Para peziarah yang mengamalkan tradisi tersebut

berkeyakinan bahwa menghaturkan hadiah pahala berupa Khatm

Al-quran dengan berwasilah kepada para auliya’ merupakan

sebuah iktiar untuk mengharap ridho Allah karena para auliya

merupakan hamba hamba pilihan Allah. Menurut para pengamal

kegiatan ziarah dan menghadiahkan pahala kepada orang yang

sudah meninggal merupakan salah satu ajaran agama islam yang

secara tegas dianjurkan oleh syariat. Terkait hal ini peneliti

mencoba mengutip pendapat dari Imam Al-Ghazali7:

زيارة القبور مستحبة على الجملة للتذكر والاعتبار وزيارة قبور الصالحين مستحبة

لأجل التبرك مع الاعتبار

Artinya: Ziarah kubur disunnahkan secara umum dengan tujuan

untuk mengingat (kematian) dan mengambil pelajaran, dan

menziarahi kuburan orang-orang shalih disunnahkan dengan

tujuan untuk tabarruk (mendapatkan barakah) serta pelajaran.

Dalil yang paling tegas tentang perintah mendoakan

kebaikan kepada yang sudah wafat disebutkan dalam Al-Qur'an:

ن و لا تجعل يم ننا ٱلذين سبقونا بٱل خو وٱلذين جاءو من بعدهم يقولون ربنا ٱغفر لنا ول

حيم لذين ءامنوا ربنا إنك رءوف ر فى قلوبنا غلا ل

6 HR. Tirmidzi:2872, Sunan Tirmidzi, Bab maa jaa-a annal-Qur’an unzila ‘alaa sab’ati ahruf,

juz 10, hal.202 7 Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Dien, juz 4, hal. 521

Page 10: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

114 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

Artinya: "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka

(Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami,

ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman

lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan

kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.

Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha

Penyayang".8

Nabi صلى الله عليه وسلم juga diperintahkan dengan ayat Al-Qur'an:

واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات

Artinya: "Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)

orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan".9

3. Khatm Al-Quran dimaknai sebagai solusi sebuah masalah.

Khatm al-quran yang diamalkan oleh peziarah sebagai bentuk

dzikir kepada Allah dalam menenangkan hati dan memohon

kelapangan hidup serta bebas dari masalah yang mereka hadapi.

Peneliti meyakini bahwa setiap individu pasti mempunyai

masalah, baik masalah yang menyangkut pribadi maupun

kelompok. Dan setiap individu punya cara sendiri untuk

bertawakkal kepada allah dalam menemukan jalan ketenangan

dalam hidupnya. Beberapa dalil Al-Qur’an dan hadist yang

menguatkan pendapat ini diantaranya:

Firman Allah dalam QS. An Nahl ayat 89;

لنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء وهدى ورحمة وبشرى للمسلمين ونز

Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an)

untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi

orang-orang yang berserah diri”.10

ل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين وننز

Artinya: “Dan kami turunkan Alquran sebagai penawar dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman”.11

Ayat diatas menjelaskan bahwa membaca Al-Quran tak hanya

bernilai ibadah, tetapi juga dapat menjadi obat penawar jiwa yang

8 QS. Al-Hasyr, Ayat 10. 9 QS. Muhammad, Ayat 19. 10 QS. An Nahl, Ayat 89. 11 QS al-Isra , Ayat 82.

Page 11: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

115 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

gelisah, pikiran yang tak menentu, dan jasmani yang kurang sehat.

Pertama, Alquran dapat menjadi terapi bagi jiwa seseorang yang

dalam kondisi kebodohan dan keraguan. Kedua, Alquran

membuka jiwa seseorang yang tertutup dan menyembuhkan jiwa

yang rapuh. Ketiga, membaca Alquran juga menjadi terapi untuk

menyembuhkan penyakit jasmani.

Implikasi Sosial Tradisi Khatm Al-Quran

Kehidupan social keagamaan adalah kehidupan yang di dalamnya

terdapat unsur unsur social masyarakat dan agama. 12 Sebuah

kehidupan disebut kehidupan social apabila terjadi interaksi antar

individu lainnya dan terjadi komunikasi yang kemudian berkembang

menjadi saling membutuhkan kepada sesama. Implikasi adalah

sebuah akibat atau dampak langsung yang timbul karena suatu

fenomena/keadaan. fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini

yaitu tradisi Khatm al-quran di Asta Batu Ampar. Jika diatas peneliti

sudah memaparkan makna dan dampak Khatm al-quran terhadap para

pengamalnya, maka di bahasan ini peneliti ingin mengkaji implikasi

tradisi Khatm Al-Quran ini terhadap kehidupan social keagamaan

masyarakat sekitar. Dari hasil penelitian di simpulkan sebagai berikut:

1. Terjadinya kegiatan Muamalah

Praktek muamalah di astana bhuju’ Batu Ampar dapat di lihat

dari begitu banyaknya para pengunjung setiap hari. Banyaknya

pengunjung ke tempat tersebut sangat potensial bagi masyarakat

untuk bermuamalah. Salah satu contohnya pengelola ditempat

tersebut menyusun buku sederhana yang berisi tentang sejarah

bhuju’ Batu Ampar yang kemudian dijual kepada pengunjung.

Ada juga pedagang batik yang berjualan batik Madura di tempat

tersebut dan diikuti pedagang pedagang asongan lainnya. Mereka

berpendapat bahwa dengan banyaknya peziarah yang berkunjung

dengan tujuan Khatm al-quran dari berbagai daerah membuat

tempat ini sangat stategis untuk melakukan muamalah.

2. Terjadinya kegiatan Ijarah

Ada Tiga Bentuk ijarah yang ditemukan dilapangan penelitian

diantaranya: (1) Yang pertama ijarah yang bersifat sewa-menyewa

seperti halnya yang dikatakan pengelola pasarean batu ampar

12 Yunika Wulandari, skripsi: Tradisi ziarah kubr paying dan implikainya terhadap

kehidupan social keagamaan di desa Sukabanjar kecamatan Muaradua kabupaten Ogan

Komering ulu Selatan, 2018, Lampung: UIN Raden Intan, h. 99

Page 12: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

116 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

bahwa salah satu upaya dalam perawatan serta pelestarian sarana

prasarana salah satunya adalah menyewakan lahan yang ada di

area astana bhuju’ Batu ampar kepada para pedagang. (2) yang

kedua adalah ijarah yang bersifat pekerjaan ialah mempekerjakan

seseorang untuk merawat serta menjaga kebersihan lingkungan

astana bhuju’ Batu Ampar dengan di bayar dengan upah yang

relevan. (3) ijarah yang bersifat jasa salah satunya penyewaan

kendaraan bermotor (ojek) untuk mempermudah para peziarah

menempuh lokasi astana bhuju’ Batu Ampar tanpa berjalan kaki.

3. Sodaqoh Suka Rela Dan Waqof

Jenis muamalah berupa varian sodaqoh suka rela yang

dimaksudkan disini adalah pihak pengelola menerima sumbangan

uang yang biasa ditemukan sepanjang jalan astana bhuju’ Batu

Ampar berupa kotak amal. Kotak amal ini kemudian untuk

dijadikan sebagai biaya dalam perawatan serta pelestarian warisan

budaya leluhur astana bhuju’ Batu Ampar. Juga terkait dengan

upaya pelestarian serta pengadaan sarana prasarana astana bhuju’

batu Ampar pihak pengelola menerima sumbangan waqof dari

masyarakat dan peziarah. Kotak amal yang biasa ditemukan di

sepanjang jalan astana bhuju’ Batu Ampar

KESIMPULAN

Dari paparan yang telah dijelaskan dalam penelitian ini maka

di dapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat suatu tradisi yang dilakukan oleh sekelompok

masyarakat di dusun Batu Ampar desa Pangbatok kecamatan

Proppo kabupaten Pamekasan, yaitu Khatm al-Quran. Asta Batu

Ampar merupakan komplek pemakaman Auliya’ yang disucikan

oleh orang orang yang percaya akan kekaromahannya.

sekelompok masyarakat dalam hal ini peziarah yang melakukan

tradisi tersebut tidak hanya berasal dari daerah sekitar tapi

berasal dari luar daerah dan luar provinsi. Dalam prosesinya

diawali dengan tawasul kepada para auliya’ batu ampar, Khatm

Al-Qur’an ini skema pelaksanaan tergantung individu atau

kelompok pengamalnya. Ada yang melakukan Khatm Al-Qur’an

secara individu ada yang melakukan secara berkelompok/

berjama’ah atau skema pembagian per-juz. Kemudian setelah

selesai meng-Khatm Al-Qur’an para peziarah mengakhiri

Page 13: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

117 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

kegiatan tersebut dengan doa khatmil Quran sekaligus memohon

kepada Allah SWT agar terkabul hajat yang sedang dimohonkan

2. Makna dari tradisi Khatm al-Quran di Asta Batu Ampar yang

dilakukan para peziarah bertujuan (1) Sebagai sarana untuk

mendekatkan diri kepada Allah (taqurrub ilallah). Dengan

melakukan Khatm al-Quran seseorang berupaya untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan niat ibadah, amal

saleh, tadabbur dan tafakkur, (2) Sebagai sarana untuk

menghaturkan hadiah pahala kepada auliya’ Batu Ampar . Para

peziarah yang mengamalkan tradisi tersebut berkeyakinan bahwa

menghaturkan hadiah pahala berupa Khatm Al-Quran dengan

berwasilah kepada para auliya’ merupakan sebuah iktiar untuk

mengharap ridho Allah karena para auliya merupakan hamba

hamba pilihan Allah. (3) Khatm al-Quran dimaknai sebagai

solusi sebuah masalah, Khatm al-Quran yang diamalkan oleh

peziarah sebagai bentuk dzikir kepada Allah dalam menenangkan

hati dan memohon kelapangan hidup serta bebas dari masalah

yang mereka hadapi. Peneliti meyakini bahwa setiap individu

pasti mempunyai masalah, baik masalah yang menyangkut

pribadi maupun kelompok. Dan setiap individu punya cara

sendiri untuk bertawakkal kepada allah dalam menemukan jalan

ketenangan dalam hidupnya.

3. Implikasi Tradisi Khatm Al-Quran di Asta Batu Ampar terhadap

kehidupan social keagamaan masyarakat diantaranya terjadinya

kegiatan muamalah, kegiatan ijarah dan sodaqoh suka rela serta

waqof.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,

Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Al-Munjid, Al-Munjid Al-Abjadi, Cet. 37, Beirut: Dar al-Masyriq,

1998.

Agama Department RI, Al-qur’andan Terjemah, Madinah

munawaroh: Mujamma’ khadim alharamain, malik fahd 1411.

H.

Dheny Irwan Saputra, Lima Sarana Taqarrub kepada Allah, Artikel :

BanjarmasinPost.co.id

Page 14: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

118 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

Didi Junaedi, Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian

Al-qur’an(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-

Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon), IAIN

Syekh Nurjati Cirebon: Journal of Qur’an and Hadist Studies,

2015.

Damanhuri fauzy ahmad, Buku Sejarah Selayang Pandang Makam

Batu Ampar, Sumenep: TP, 1988.

Hamzah Ya‘qub, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin;

Tasawuf dan Taqarrub, CV. Atisa: Jakarta, 1992.

Ismail aep usman, Apakah Wali itu ada?, Jakarta:Rajawali press,

2005.

Kartono kartini, Pengantar Metodologi Riset Social, Bandung:

Bandar Maju, 1996.

Koentjaraningrat, Metode Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:

Gramedia, 1997.

Maleong, Lexi, J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda

Karya, 2001.

M Natsir Arsyad, Seputar Al-qur’an, Hadist dan Ilmu, cetakan III

Bandung: Al-bayan, 1995.

Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama,2007.

Nazir, Moh., Metode Penelitian , Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam., Jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru

van Hoeve, 2005.

PEMKAB PAMEKASAN. Ensiklopedi Pamekasan,( Alam,

Masyarakat dan Budaya), Vol.1, Klaten; PT Intan Sejati,

2010.

Rahmat Safi’i, Fiqih Muamalah, CV Pustaka Setia, 2001.

Risty Bulqies Hamdani, Musyahadah Cinta, Yogyakarta: al-Manar,

2011.

Suhandi Irwan, Jejak para wali dan ziarah spiritual, Jakarta:

Kompas, 2006.

Sutopo, H.B. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan

Terapannya Dalam Penelitian, Surakarta; UNS Press, 1987.

Page 15: MAKNA TRADISI KHATM AL-QURAN DI ASTA BATU AMPAR DAN ...

Wasilatul Ibad & Samsul Arifin Makna Tradisi Khatm Al Quran

119 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman

Volume IV Nomor 1 Maret 2021 e-ISSN 2620-5122

Taimiyah ibnu, Tawasul dan Wasilah, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006.

Tirmidzi, Bab ‘maa jaa-a annal-qur’anunzila’ alaa sab’ati ahruf juz

10, Sunan al-tirmidzi, jilid II, Beirut: Dar Al-fikr, 1384 H/

1964.