MAKNA DAN PENGARUH TRADISI SYAWALAN BAGI …digilib.uin-suka.ac.id/11774/1/BAB I, V, DAFTAR...
Transcript of MAKNA DAN PENGARUH TRADISI SYAWALAN BAGI …digilib.uin-suka.ac.id/11774/1/BAB I, V, DAFTAR...
MAKNA DAN PENGARUH TRADISI SYAWALAN
BAGI MASYARAKAT MULTI-AGAMA DI
KOMPLEK MANDALA ASRI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
SUPANDI NIM: 09520016
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-PMB-05-05/R0
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : Supandi
NIM : 09520016
Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Jurusan/Prodi : Perbandingan Agama
Alamat Rumah : Jln. K.H Shadiqin Hasan No 03. RT 004/RW 002 Dusun
Burnih, Mandala, Rubaru, Sumenep, Jawa Timur
Alamat Yogyakarta : Gg. Jagung Masjid At-Taqwa, Semaki, Umbulharjo,
D.I Yogyakarta, Yogyakarta.
No. Telp/Hp : 081804263195
Judul skripsi : MAKNA DAN PENGARUH TRADISI SYAWALAN
BAGI MASYARAKAT MULTI-AGAMA DI KOMPLEK
MANDALA ASRI YOGYAKARTA
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:
1. Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis sendiri.
2. Bilamana skripsi telah dimunaqosahkan dan diwajibkan revisi, maka saya
bersedia merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal
munaqosah, jika lebih dari 2 (dua) bulan maka saya dinyatakan gugur dan
bersedia munaqosah kembali.
3. Apabila dikemudian hari ternyata diketahui bahwa karya tersebut bukan karya
ilmiah saya, maka saya bersedia menanggung sanksi untuk dibatalkan gelar
kesarjanaan saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta,24 Desember 2013
Yang menyusun
SUPANDI
v
MOTTO
(5) Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (6) Sesungguhnya
beserta kesulitan itu ada kemudahan (7) Maka apabila engkau telah selesai
(dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) (8)
Dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap.
Q.S. Asy-Syarh 5-8
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada
Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Pendidikan, dan Menteri
Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
や Alif Tidak dilambangkan tidak dilambangkan
ゆ Ba’ B Be
れ Ta’ T Te
ゐ S|a>’ S\ es titik di atas
Jim J Je ج
H{a>’ H} ح ha titik di bawah
Kha>’ Kh ka dan ha خ
Dal D De د
ク Z|al Z\ zet titik di atas
ケ Ra>’ R Er
コ Zai Z Zet
Si>n S Es س
ス Syi>n Sy es dan ye
ソ S{a>d S} es titik di bawah
D{a>d D} ض de titik di bawah
viii
{T|a>’ T ط te titik di bawah
ド Za>’ Z} zet titik di bawah
Ayn …‘… koma terbalik (di atas)„ ع
パ Gayn G Ge
Fa>’ F Ef ف
ベ Qa>f Q Qi
ポ Ka>f K Ka
メ La>m L El
ュ Mi>m M Em
ラ Nu>n N En
Waw W We و
ロ Ha>’ H Ha
Hamzah …’… Apostrof ء
ヵ Ya> Y Ye
B. Konsonan rangkap karena tasydi>d ditulis rangkap
ギّバわョ دة عギّة
ditulis
ditulis
muta„addidah
„iddah
C. Ta>’ marbu>t}ah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h:
るヨムح
るヤع
ditulis
ditulis
hikmah
„illah
ix
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap
dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila diikuti dengan kata sandang „al’ serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h atau t:
るョやゲء كゅΒャأوや ditulis kara>mah al-auliya>’ atau kara>matul-
auliya>’
コ ゲトヘャやكゅة ditulis zaka>h al-fi ţri atau zaka>tul-fit}ri
D. Vokal pendek
-- َ--
モバف -- َ--
ヶジル -- َ--
ょهグΑ
fath}ah
kasrah
d}ammah
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
a
fa’ala
i
nasia
u
yaz\habu
E. Vokal panjang
1
2
3
4
fath}ah + alif
るΒヤهゅج
fath}ah + alif maqs}u>rah
ヴジレت kasrah + ya>’ mati
ユΑゲكـ d}ammah + wau mati
فゲوض
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
a>
ja>hiliyyah
a>
tansa>
i>
kari>m
u>
furu>d}
x
F. Vokal rangkap
1
2
fath}ah + ya>’ mati ユムレΒよ
fath}ah + wau mati
メقو
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrof
ユわルぺぺ
れギعぺ ユتゲムش リゃャ
ditulis
ditulis
ditulis
a’antum
u„iddat
la’in syakartum
H. Kata sandang alif + lam
1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.
ラآゲボャや
ゅΒボャやس
ditulis
ditulis
al-Qur’a>n
al-Qiya>s
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyyah.
べヨジャやء ヨゼャやس
ditulis
ditulis
al-sama>’
al-Syams
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
ヵوク وضゲヘャや
モهぺ るレジャや
ditulis
ditulis
z\awi> al-furu>d}
ahl al-sunnah
xi
ABSTRAK
Pulang kampung untuk merayakan hari besar Islam setelah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan bersama keluarga besar di kampung mereka, adalah merupakan rutinitas yang membudaya bagi sebagian masyarakat Indonesia. moment Idul Fitri merupakan hari yang tepat untuk saling meminta maaf antar sesama dan mengunjungi kerabat yang jauh. Syawalan yang laksanakan di komplek Mandala Asri Yogyakarta seperti yang lain juga mempunyai maksud dan tujuan. Dikomplek ini acara tersebut dilaksanakan dengan suka cita dan pelaksanaan tersebut juga di ikuti oleh warga dari berbagai macam Agama, Ras, Suku. Jauh-jauh hari mereka sudah menyiapkan acara tersebut sampai selesai dan tempat pelaksanaanyapun dilakukan di Masjid. Syawalan bagi warga komplek adalah acara yang membawa dampak yang positif bagi keberlangsungan hubungan mereka dalam bermasyarakat terciptanya sikap plural dengan agama lain dan kerukunan sehingga tertanam perasaan damai, tentram melingkupi masyarakat.
Jenis penilitian ini menggunakan pelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Dalam analisis data, penulis menggunakan teori sosiologi yaitu tentang hakikat dan sebab-sebab keteratuaran pola pikiran dan tindakan manusia secara berulang-ulang secara khusus, penulis akan menggunkan teorinya Emile Durkheim tentang kontrak sosial dalam menganalisis laku Syawalan di komplek Mandala Asri.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tradisi syawalan mempunyai peran yang cukup besar dalam menyatukan masyarakat komplek Mandala Asri. Bagi mereka yang muslim beranggapan bahwa tradisi syawalan merupakan awal untuk menjalani kehidupan yang selanjutnya. Syawalan juga sebagai penggerak dalam menyikapi masyarakat yang plural dan menciptakan sebauah kerukunan, Ikrar yang ada di acara syawalan adalah sebuah kontrak dimana satu sama lain saling menerima dan lapang untuk memberikan maaf kepada orang lain sehingga menjadikan mereka lebih mengenal satu sama lain. Dan saling berkomitmen untuk menumbuhkan sikap saling menghargai di tengah keragaman.
xii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan, selain rasa syukur kehadirat Allah
SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, anugerah, hidayah, dan inayah-Nya
kepada setiap hamba-Nya. Sehingga berkat petunjuk dan bimbingan-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “(Makna dan Pengaruh Tradisi
Syawalan bagi Masyarakat Komplek Mandala Asri, Rw 2 Sangrahan, Kelurahan
Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)” dengan baik. Shalawat serta salam
senantiasa penulis curahkan keharibaan sang baginda rasullah Muhammad SAW
yang telah membari petunjuk kepada umat menuju jalan yang benar (Islam, Iman,
Ihsan).
Pada kesempatan ini, ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu, baik secara
materi maupun moral, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pihak-pihak
tersebut antara lain;
1. Almarhum ayahanda Ali dan Almarhumah bunda Ami tercinta yang luar
biasa dalam mendukung, memberikan semua kasih sayang, serta doa dan
berjuang sekuat tenaga demi tercapainya harapan penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’ari selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Dr. H. Syaifan Nur, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Pamikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
xiii
4. Bapak Ahmad Muttaqin, M.Ag.,M.A.,Ph.D. selaku Ketua Jurusan
Perbandingan Agama.
5. Bapak Khairullah Zikri S.Ag. MAStRel selaku dosen pembimbing akademik
dan dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya dan
memberikan pengarahan serta masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Para sesepuh warga masyarakat Komplek Mandala Asri, H.R Widagdo, Ir. H.
Setyo Hardjowisastro, H. Agus Wartopo, H. Sutrino serta Mbak Neik si
cewek paling manja dan beberapa orang yang tidak disebutkan namanya yang
telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
7. Saudara-saudaraku tersayang Mbak: Masyatun, Ruqoyyah, Masiyah, Diana
Maryana, serta keluarga besarku Kak: Harun, Ali Makki, Ali Nardi, yang
senantiasa memberi motivasi, dan mendoakanku dengan tulus, tidak
terlupakan semua keponakan-keponakanku: Ellisa M Sholeh, M Sidik,
Qonitatin, Zeiqiyah, Yana cimumut yang selalu ku rindukan dan menjadi
spirit terhebat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat komunitas Trio Ulat Bulu, Cong Ho si adem ayem tapi serius dan
pemikiranya yang melampaui orangnya, Hamdan si koboy modern (sok
cakep, sok pinter, dan sok segalanya, pinter ngapusi)hehehehe, komunitas oke
yang pernah saya punya. Dan para leluhurku, Syauqi, Hayat (aab), Imam S
Arizal, Mufidz, Lalu A Bahtiar, Sulaiman Tasyir, Mbak Eita yang paling
cantik di antara kita, sebab ceweknya dia seorang, kak Faiz yang doyan habis
klo makan bakso apalagi bakso pak Narto.
xiv
9. Sahabat/sahabati PMII Rayon Pembebasan’10 Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
10. Teman-teman Skyline Community; Rifi Hamdani, Cholil, Syarifah, Ilham,
Lutfi, Dafit, Fath, Ening, Dewi, Ainun, Bunga, Farha, Ulfa yang memberiku
banyak kenangan indah yang sulit untuk dilupakan.
11. Teman-teman seperjuanganku di rumah Tuhan; Galih El-riga, Ely Boy, Nur
Hammad, dan Si ceking Muhklis terima kasih yang menemaniku selama
hidup di Yogyakarta, susah senang kita hadapi bersama.
12. Semua pihak yang ikut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangan dan kelemahan,
oleh karenanya penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca demi lebih
baiknya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan bisa memberi kontribusi bagi khasanah keilmuan, khususnya
untuk khasanah kepustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Yogyakarta, 23, Desember, 2013
SUPANDI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
HALAMAN TRANSLITERASI ................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
E. Tinjauan pustaka .............................................................................. 6
F. Kerangka Teori ................................................................................ 10
G. Metode Penelitian ............................................................................ 13
H. Sistematika Pembahasan ................................................................. 18
BAB II GAMBARAN UMUM KOMPLEK MANDALA ASRI
JOGJAKARTA
A. Letak Geografis ............................................................................... 21
B. Kondisi Demografi dan Monografi ................................................. 22
C. Perekonomian ................................................................................. 23
D. Pendidikan ...................................................................................... 25
E. Kehidupan Keagamaan ................................................................... 26
F. Sistem Sosial dan Budaya ............................................................... 27
xiv
BAB III TRADISI SYAWALAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT
MULTIAGAMA DI KOMPLEK MANDALA ASRI YOGYAKARTA
A. Syawalan .......................................................................................... 31
1. Pengertian ................................................................................... 31
2. Sejarah Syawalan ........................................................................ 36
B. Syawalan sebagia Tradisi ................................................................ 39
1. Tradisi Syawalan ....................................................................... 39
2. Proses Pelaksanaan tradisi Syawalan di Komplek Manadala Asri 42
C. Makna tradisi bagi Masyarakat Komplek Mandala Asri ................. 44
1. Ikrar Syawalan sebagai Kontrak Sosial ...................................... 46
2. Kembali Kejalan yang Fitrah ...................................................... 53
BAB IV PENGARUH TRADISI SYAWALAN DALAM KEHIDUPAN
SOSIAL MASYARAKAT MULTIAGAMA DI KOMPLEK MANDALA
ASRI YOGYAKARTA
A. Cairnya Identitas Beragama............................................................. 57
1. Masjid Sebagai Simbol Pemersatu ............................................. 57
2. Suka Cita Tradisi Syawalan ........................................................ 61
B. Pergaulan yang Moderat (toleransi) ................................................ 65
C. Kesadaran Pluralitas Agama ........................................................... 68
D. Solidaritas Warga dalam Banyak Golongan .................................... 77
1. Pemersatu warga dalam Banyak Golongan ................................ 77
2. Solidaritas Keseharian ................................................................ 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 88
B. Saran ................................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 23
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................ 24
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ....................................... 25
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ............................................. 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan tradisi dan adat
istiadat. Sebagian tradisi tersebut ada yang masih murni dan ada yang sudah
mengalami perubahan bentuk, seperti dimasuki oleh unsur-unsur keagamaan.
Salah satu tradisi yang dimasuki adalah tradisi syawalan biasa dilakukan setelah
lebaran Idul Fitri. Syawalan merupakan tradisi yang menjadi kebiasaan bagi
mayarakat Indonesia, walaupun hakekatnya tradisi ini datang setelah muncul
inisiatif dari beberapa kalangan ulama terdahulu sebagai tradisi untuk
mengemban amanah keagamaan yaitu dalam bentuk silaturahmi. Tradisi
syawalan hadir sebagai konsep untuk membentuk masyarakat yang arif menjalani
kehidupan yang penuh dengan tantangan. Ibnu Djarir menegaskan bahwa tradisi
syawalan di Yogyakarta pada awalnya merupakan konsep yang ditawarkan oleh
pangeran Sumbernyawa dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan
biaya. Oleh karena itu, setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja
dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana dalam acara
tersebut. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib dan teratur melakukan
sungkeman kepada raja dan permasuri.1
1Agus Wibowo, “Kesalehan Kultural Tradisi ”Syawalan” ”. Dalam
http://aguswibowo82.blogspot.com/2008/10/kesalehan-kultural-tradisi-Syawalan.html. Diakses tanggal 23 Agustus 2013.
2
Tradisi syawalan sangat erat sekali kaitannya dengan budaya dan agama.
Pada awalnya tradisi ini lebih diarahkan pada media silaturahmi seiring dengan
perjalanan waktu, tradisi syawalan kemudian sering dijadikan ajang pertemuan
keluarga dalam kalangan masyarakat muslim khususnya di Jawa. Mereka
mengenal tradisi ini dengan sebutan yang bermacam-macam, di antaranya;
Syawalan, Ketupatan, Los Raksasa dan banyak nama lainnya di berbagai daerah.
Tradisi tersebut pada perkembangannya menjadi etika keagamaan yang
melahirkan kerukunan masyarakat dalam mewujudkan stabilitas bersosial.
Dengan demikian, kebijakan dalam menyikapi suatu masalah atau menjalani
kehidupan di tengah-tengah masyarakat akan tumbuh dalam setiap individu.
Kebijakan umum yang dimaksud meliputi hubungan-hubungan dalam keluarga.2
Serta pengutamaan kebenaran atau kejujuran.
Karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat sebelumnya, maka tradisi
tersebut kemudian turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa. Hal ini
menggambarkan hubungan yang sudah erat antara budaya dan agama. Di
berbagai daerah, hari dan tanggal pelaksanaan ditentukan masyarakat setempat
yang menjalankan tradisi syawalan sendiri. Tradisi syawalan bagi masyarakat
Indonesia nampaknya semakin populer. Tradisi yang sering dilaksanakan setelah
Shalat Idul Fitri ini semakin menjamur dan tidak hanya dihadirin oleh umat Islam,
melainkan juga masyarakat pada umumnya dalam bingkai kekeluargaan, ikatan
tertentu, kesamaan profesi, ataupun lembaga.3
2 Max Weber, Sosiologi Agama, terj. Yudi Santo (Yogyakarta: IRCiSoD,1995), hlm. 458.
3Blogger Gundul, Makna Syawalan. lihat http://www. Blogger gundul.com /2012/08/makna-tradisi-Syawalan.html. diakses pad tanggal 30-03-2013.
3
Tradisi sesudah lebaran menurut Umar Khayam adalah terobosan akulturasi
budaya Jawa dan Islam. Tradisi ini merupakan kearifan lokal para ulama di Jawa
yang mampu memadukan kedua budaya tersebut demi kerukunan dan
kesejahteraan masyarakat. Akhirnya, tradisi sesudah lebaran tersebut meluas ke
seluruh wilayah di Indonesia dan melibatkan penduduk dari berbagai pemeluk
agama. Di Timur Tengah, tempat di mana Islam pertama kali muncul tradisi
berjabat tangan yang dilakukan seusai shalat ‘ied jarang dilakukan. Sekalipun
terjadi, hal tersebut mempunyai makna yang berbeda dengan tradisi berjabat
tangan (syawalan) yang ada dalam masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa,
syawalan adalah simbol keakraban antara anggota masyarakat. Dengan
demikian, syawalan yang dilakukan dengan cara berjabat tangan secara massal
mempunyai makna yang luas, di antaranya adalah keinginan untuk saling
memaafkan demi membangun hubungan yang lebih harmonis.4 Oleh karena itu,
tidak heran jika tradisi jabat tangan (syawalan) dilakukan di berbagai daerah di
Indonesia dengan cara massal sebagai wujud dari upaya saling meminta maaaf
dan memaafkan.
Dalam perkembangannya tradisi syawalan terkesan mengikuti
perkembangan dan perubahan zaman sehingga muncul pergeseran tata cara ber-
syawalan. Jika dulunya dengan syawalan dilakukan dengan cara mendatangi
setiap rumah satu persatu untuk meminta maaf pada penghuninya, saat ini
syawalan dilakukan terpusat di suatu tempat sesuai kesepakatan masyarakat,
4Oleh Ibnu Djarir, Asal Usul Sejarah Halalbihalal lihat
http://tanbihun.com/sejarah/sejarah-asal-mula-halal-bihalal/.UVgAwNlld5A. di akses pada tanggal 31-04-2013.
4
seperti di kantor, balai desa dan lain sebagainya. Hal demikian juga terjadi di
komplek Mandala Asri, perumahan yang terletak di sebelah Timur stadion
Mandala Krida dan sebelah Utara Gor Amongrogo. Di komplek tersebut,
syawalan dilakukan di Masjid komplek sehingga Masjid dalam kontek ini dapat
memainkan peran sosial sebagai pemersatu keragaman masyarakat di sekitarnya.
Tradisi syawalan merupakan sinergi antara budaya dan agama ini senada
dengan yang diungkapkan oleh Geertz bahwa bentuk-bentuk simbolis, dalam
suatu kontek sosial yang khusus dapat mewujudkan suatu pola atau sistem yang
disebut suatu kebudayaan. karenanya menafsirkan suatu kebudayaan berarti
menafsirkan sistem bentuk simbolnya untuk bisa menurunkan makna yang
autenti.5 Pandangan ini sangat menekankan bentuk simbol, sedang syawalan
merupakan simbol yang dipakai untuk bentuk pola-pola keagamaan.dikomlek
Mandala Asri,
Syawalan yang dihadiri tidak hanya dari kalangan Muslim Jawa, Sumatra
dan Madura, akan tetapi berbagai macam keyakinan. Di tempat ini, acara
syawalan biasa diisi dengan pembacaan ikrar yang berisi dan permintaan maaf
antar anggota masyarakat dan kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah tanpa
ada siraman rohani (ceramah agama). Tradisi syawalan di komplek Mandala Asri
sejalan dengan praktik yang terjadi di masyarakat Yogyakarta lainnya. Acara
Syawalan di kota ini dihadiri individu yang berlainan keyakinan seperti Islam,
Kristen dan Budha. Bagi sebagian orang, hal ini dianggap keluar dari kebiasaan,
5 Di kutip. F.W. Dilistone, The Power Of Symbols, terj, A. Widyamartaya (Yogyakarta:
Kanisius,2002), hlm. 116.
5
karena adanya klaim bahwa orang di luar agama Islam seharusnya tidak hadir
dalam acara tersebut.
Dalam acara tersebut, masyarakat membaur satu sama lain tanpa membeda-
bedakan status agama, suku dan ras, baik itu dari Sumatra, Jawa, Madura,
maupun Cina dan dari suku atau ras lainnya. Dipilihnya Masjid sebagai Aula atau
tempat acara berlangsung, juga semakin menambah keterkarikan peneliti
bagaimana selanjutnya interaksi mereka. Karena itulah, peneliti bermaksud
mengkaji trasi syawalan di komplek Mandala Asri sebagai representasi syawalan
di Yogyakarta yang memiliki keunikan tersendiri.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana tradisi syawalan dalam pandangan masyarakat multiagama di
komplek Mandala Asri?
b. Bagaimana pengaruh tradisi syawalan dalam kehidupan sosial masyarakat
multiagama di komplek Mandala Asri Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pada dasarnya mempunyai beberapa tujuan yang dapat
dijadikan acuan untuk memperkuat analisis. Adapun penelitian ini mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang makna tradisi syawalan
yang terjadi di masyarakat komplek Mandala Asri.
6
b. Untuk mengetahui pengaruh tradisi syawalan dalam kehidupan sosial
masyarakat komplek Mandala Asri.
D. Manfaat Penelitian
a. Hasil dari Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dan
dorongan bagi mahasiswa dan masyarakat untuk memahami konstruksi
budaya dan tridisi yang dibangun oleh kalangan Muslim Indonesia.
b. Penelitian ini juga diharapkan bisa membangun dan mengembangkan
khazanah keilmuan di bidang keagamaaan baik hubungan budaya, sosial
dan agama serta implimentasinya pada konteks saat ini.
c. Secara akademis hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi keilmuan
dan literatur baru dalam pendidikan Kerukunan Umat beragama di Jurusan
Ilmu Perbandingan Agama.
E. Tinjauan pustaka
Sejauh pengetahuan peneliti, belum banyak karya ilmiah yang
mengangkat masalah tradisi syawalan atau halal-bihalal, kecuali hanya beberapa
jurnal dan website yang menjelaskan tentang sejarah syawalan dan ritual-ritual
yang terdapat dalam syawalan, di mana yang membedakan dari daerah satu
dengan yang lainnya hanya berputar pada makna dan tujuanya seperti yang akan
dikupas selanjutnya.
Waryono Abdul Ghafur, dalam bukunya Tafsir Sosial Mendialogkan teks
dengan konteks, mengklarifikasi tentang ayat-ayat Al -Qura’an dengan kontek
7
kekinian. Didalamnya mengupayakan, penekanannya dan menuntut upaya untuk
rekonsiliasi, halal bihalal dan maaf-memaafkan untuk kemudian membangun
hidup bersama secara harmonis, sehingga pekerjaan dan problem seberat apapun
bisa diselesaikan. Oleh sebab itu Waryono menyimpulkan bahwa halal bihalal
harus dijadikan momentum dalam menjalin persaudaraan dan persatuaan. Meski
demikian Waryono tidak menyinggung beberapa keyakinan dan agama suku dan
ras sehingga bisa saja hal ini dianggap sebagai acuan untuk orang Islam semata.
Dengan begitu ada tiga dari silaturahmi yang menonjol setelah ramadhan.
Pertama bahwa silaturahmi merupakan salah satu cara untuk mendekati surga dan
menjauhi bara api neraka. Kedua tiada kebaikan cepat mendapat pahala selain
silaturami dan tiada kejahatan cepat mendatang azab dari Allah kecuali
memutuskan silaturahmi. Ketiga tiada yang dapat mengubah takdir selain do’a
dan tiada yang dapat menambah umur selain kebaikan kepada sesama(melalui
silaturahmi).6 Dari silaturahim tersebut maka, akan muncul beberapa hal yang
kemudian seseorang akan menjadikannya arif dalam menjalani kehidupan
selanjutnya sebagai orang muslim yang bertaqwa dituntut untuk melakukan
sesuatu yang meminimalisir problem dalam keluarga atau bersosial dalam
bermasyarakat.
Dengan demikian maksud silaturahmi, seseorang harus bisa menjaga hal
yang bisa dikerjakan untuk menahan diri diantaranya: Menahan Amarah
mengisyaratkan bahwa perasaan tidak bersahabat masih memenuhi hati yang
bersangkutan, pikirannya masih menuntut balas, tetapi ia tidak memperturutkan
6 Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks (Yogyakarta:
eLSAQ Press, 2005), hlm236
8
ajakan hati dan pikirannya, Memaafkan berarti menghapus bekas-bekas luka di
hati yang bersangkutan, seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu kesalahan
apapun, dan Berbuat Baik Terhadapnya melakukan sesuatu yang bermamfaat
bagi orang lain dengan dasar keihklasan. Itulah semangat dari syawal yang terus
harus dipelihara, yakni memperbaiki prilaku pribadi, hubungan dengan orang lain
dan hubungan dengan Allah.7
Fatikhah dalam tulisannya Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan
menjelaskan sejarah singkat tentang syalawan dan kandungan yang terdapat
dalam tradisi ini. Syawalan menurutnya tidak terlepas dari faktor intern dan
ekstern dalam Islam yang mengajarkan untuk menggunakan akal dalam
mengarungi kehidupan. Selain itu, syawalan tercipta dari kegiatan yang
merupakan tradisi masyarakat yang sebelumnya sudah ada dan dijadikan media
untuk mengingat jasa para sesepuh dan para kiai. Dalam syawalan sendiri
mengandung tiga nilai, pertama nilai Agama yang mengajurkan untuk selalu
silaturahmi kapada saudara-saudara terdekat. Kedua nilai sejarah, keluarga dan
sanak famili, syawalan dijadikan ajang ziarah ke kuburan K. H. Abdullah Siraj
yang memperjuangkan pekalongan dari tangan penjajah. Ketiga, nilai sosial
budaya. Peneliti di atas hanya memfokuskan diri pada ranah sejarah, tidak pada
implikasi sosialnya. Inilah kemudian yang membedakan dengan apa yang peneliti
teliti.
Nanang Nasruddin yang ditulis pada tahun 2009 dengan skiripnya yang
berjudul, Perubahan Silaturrahmi Dalam Tradisi Halal Bihalal Di Dusun
7 Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks, hlm. 231.
9
Melikan Desa Ngawis Kecamatan Karangmojo Gunung Kidul, menjelaskan
tentang perubahan cara silatur-rahmi, karena penyesuaian-penyusuaian dari
masyarakat yang semakin berkembang. Masyarakat merasa tidak puas dengan
halal bihalal cara lama yang dianggap tidak praktis. Halal bihalal cara lama juga
tidak dapat mengumpulkan seluruh warga Dusun Melikan sehingga tidak seluruh
warga dapat berpartisipasi dalam acara tesebut. Adapun perbedaan cara lama
dengan cara baru, cara lama yaitu sungkeman yang memberi kebebasan pada
individu-individu untuk silatur-rahmi kepada keluarga terdekatnya. Sedangkan
cara baru dilakukan secara massal dan kolektif yang merupakan ciri solidaritas
mekanis. Penelitian Nanang hanya tertuang pada pergeseran tata cara syawalan
atau ritual-ritual yang ada pada syawalan itu sendiri. Sedang sisi sosialnya belum
dibahas secara terperinci.8
Perbedaan fokus penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah pada
upaya peneliti mencoba menganalisis faktor sosialnya yang dilatar belakangi oleh
tradisi syawalan. Ini mungkin akan memberikan kejelasan dari jurnal pertama
yang lebih fokus pada sejarah, dan kajian yang di paparkan oleh Nanang dalam
menjelaskan pergeseran ritual. Peneliti juga ingin menjabarkan sejauh mana
pengalaman keagamaan (tradisi syawalan) mempengaruhi kontek sosial yang
berlokasi di Komplek Mandala Asri Yogyakarta. Dalam pandangan Geertz,
“masyarakat kadang-kala berada dalam posisi yang kelihatannya menentang
sistem makna yang dianut oleh kebudayaan mereka sendiri, atau lebih tepat lagi,
8 Nanang Nasruddin,” Perubahan Cara Silaturahmi dalam Tradisi Halal-bihalal di
Dusun Melikan”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Yogyakarta, 2007 , hlm. 56.
10
sistem kebudayaan kadang-kadang menyajikan pola-pola yang beraneka ragam
dan penuh konflik dalam rangkaian tindakan mereka”.9
Dari asumsi-asumsi di atas dan kenyataan yang demikian, penelitian ini
dirasa layak dan sangat penting untuk dikaji, terutama pada aspek makna dan
pengaruh tradisi syawalan bagi masyarakat multi-agama di komplek Mandala
Asri Yogyakarta yang akan menjadi fokus dari penelitian ini.
F. Kerangka Teori
Masyarakat, dengan segala pranata sosialnya, akan mempengaruhi bahkan
membentuk prilaku manusia itu sendiri. Dari ini dapat dikatakan bahwa
masyarakat diserap kembali oleh manusia melalui hubungan internal.10 Berkaitan
dengan masyarakat sosial, Durkheim membahas dalam buku Division of Labour,
tentang kontrak sosial (Social Contract) menjelaskan bahwa kehidupan sosial
telah membentuk corak-corak paling mendasar dalam kebudayaan manusia, yang
menyatakan bahwa masyarakat tercipta pertama kali dari dua individu yang
sepakat untuk bekerja sama. Seseorang mengatakan, ”saya akan melakukan ini,
jika anda melakukan itu”. Bila seorang yang menjadi lawan bicara sepakat, maka
lahirlah sebuah masyarakat. Sebagai contoh, kontrak sosial masyarakat Purba
selalu terikat dengan sumpah-sumpah sakral keagamaan yang memperlihatkan
bahwa setiap kesepakatan yang terbentuk antara mereka bukan hanya ikatan
9 Dikutip. Daniel L. Pals, Seven Theories Of Religion Tujuh Teori Agama Paling
Komprehensif terj. Inyiak Ridwan Muzir (Yogyakarta:IRCiSod, 2011), hlm. 339.
10 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 54.
11
kedua belah pihak, tetapi juga melibatkan campur tangan Tuhan di dalamnya.
Sebab yang akan merasakan akibat dari kesepakatan tersebut adalah seluruh
anggota masyarakat.11
Bagaimanapun juga hal ini sangat kompleks melihat realitas di lapangan
Komplek Mandala Asri yang sebagian dari mereka tidak hanya beda suku
melainkan juga beda keyakinan. Kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh
mereka merupakan kerjasama yang dilakukan oleh kedua belah pihak, namun
peneliti tidak bisa memastikan hal tersebut, disebabkan mungkin jadi berlainan
dengan keadaan yang di lapangan.
Durkheim menyatakan bahwa masyarakat itu tercipta dari dua individu
yang sepakat untuk bekerja sama, kesepakatan itu disebut Durkheim sebagai
kontrak sosial. Namun yang terpenting bagi Durkheim, suatu masyarakat
terbentuk dengan adanya unsur-unsur yang mengatur terjadinya sebuah kontrak
sosial. Antara lain anggota masyarakat yang mengikat kontrak tersebut dan
menentukan atau menyepakati sah stidaknya sebuah kontrak sosial. Masyarakat
terbentuk atas kesadaran kelompok. Dalam hal ini, Durkheim membaginya
menjadi dua bagian. Pertama kesadaran eksterior, yaitu merupakan kesadaran
yang berada diluar individu, yang sudah mengalami proses internalisasi kedalam
individu dalam wujud aturan-aturan moral, agama, nilai (baik-buruk, luhur-
mulai), dan lain sebagainya. Kedua, adalah kesadaran kolektif yang memiliki
11Daniel L. Pals, Seven Theories Of Religion Tujuh Teori Agama Paling Komprehensif,
hlm. 137.
12
daya paksa terhadap individu, dan akan mendapat sangsi tertentu jika hal itu
dilanggar.12
Kemudian tentang solidaritas sosial. Durkheim membagi perbedaan yang
paling mendasar antara masyarakat purba dengan masyarakat modern adalah
usaha masyarakat purba untuk selalu mewujudkan kesatuan. Hal inilah yang akan
menjadi pisau analisis peneliti, mengukur pengaruh tradisi Syawalan di komplek
Mandala Asri. Dilihat dari masyarakatanya sebagai masyarakat pendatang baru,
bagaimana tradisi ini bisa menjadi mengawal mereka dalam bersosial selanjutnya.
Bagi masyarakat modern ”solidariatas mekanik” ini mengalami perubahan
bentuk, karena dalam masyarakat modern terdapat pembagian kerja, lain orang
lain pula pekerjaannya. Pandangan terhadap aturan moral juga berkembang
dengan cara yang lain. Moral tidak muncul di bawah bayang-bayang hukuman,
tapi dari kenyataan bahwa setiap orang selalu tergantung kepada orang lain. Di
sini, kekuatan penegak hukum muncul dari dalam (internal). Perbuatan salah yang
dilakukan seseorang harus dipandang sebagai sesuatu yang mengganggu orang
lain tempat di mana kebutuhannya bergantung”.13
Dengan demikian eksistensi suatu agama dapat di potret dari serangkaian
aturan-aturan atau norma yang termuat dalam pedoman suci mereka (yang tertulis
maupun yang tidak tertulis) yang menjadi pedoman hidup yang bersifat abstrak,
dan juga dapat dipotret dari perilaku empiris umat agama dalam kehidupan
12 Tari Lembayung. “Anatomi Teori Emile Durkheim” Dalam http://tarilembayung.
blogspot.com/2013/05/anatomi-teori-emile-durkheim.html. Di Akses pada tanggal 23 Agustus 2013.
13Daniel L. Pals, Seven Theories Of Religion Tujuh Teori Agama Paling Komprehensif ,
hlm. 138.
13
sosial.14 Dimungkinkan dapat diketahui pola kehidupan keagamaan di masyarakat
Komplek Mandala Asri. Dari teori sosial dan fenomenologis diharapkan bisa
menjelaskan pola-pola yang dijalankan dalam bermasyarakat.
G. Metode Penelitian
Metode adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulan data. Metode menyangkut masalah cara kerja: yaitu cara untuk
memahami fokus kajian yang menjadi sasaran dari ilmu yang bersangkutan.
Metode adalah suatu cara kerja atau mekanisme tindakan menurut kaidah tertentu
dalam konteks ilmu pengetahuan tertentu. Metodologi menerjemahkan suatu
paradigma dalam bahasa penelitian, dan menunjukkan bagaimana keberadaan
dunia nyata dapat dijelaskan, ditangani, dipelajari.15
Dalam hal tersebut peneliti menggunakan pendekatan sosiologi agama,
yaitu memahami agama sebagai fakta sosial par-excellence. Keyakinan bahwa
agama akan dapat dipahami secara tepat hanya jika dilihat dari sudut fungsi
sosialnya. Cara memahami bentuk-bentuk yang digunakan manusia untuk
menyatukan diri dalam kelompok bukanlah dengan menganalisis pemikiran-
pemikiran perorangan tetapi melalui cara yang cermat terhadap kelompok itu
sendiri.16 Dengan demikian peniliti akan mengukur pengaruh tradisi syawalan
14 Moh. Soehadha, Metode Penilitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama, (Yoyakarta:
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga) hlm. 23.
15 Moh. Soehadha, Metode Penilitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama, hlm. 63.
16 Burhanuddin Daja (dkk.), Ilmu Perbandingan Agama (Yogyakarta Pokja Akademik, 2012), hlm. 153.
14
dengan mengumpul beberapa informen untuk diwawancarai sehingga akan
nampak jelas sejauh mana pengaruh tradisi ini menjadi acuan dalam masyarakat
komplek Mandala Asri.
Studi sosiologi terhadap agama tidak hanya memberi perhatian pada
dependensi keyakinan dan komonuitas keagamaan terhadap kekuatan dan proses
sosial, melainkan juga kekuatan penggerak organisasi dan doktrin keagamaan
dalam dunia sosial, termasuk pada bentuk dan karakteristik yang khas dalam
kehidupan yang muncul oleh komonitas-komonitas religius, baik dalam
masyarakat primitif maupun modern.17
Penelitian ini difokuskan pada hal-hal yang berupa kata-kata dan tindakan
dari objek Penelitian yang diamati, sedangkan dari dua hal tersebut juga data-data
tambahan seperti dokumen, jurnal, skripsi dan lain sebagainya. Peneliti berusaha
manggali informasi tentang pengaruh keagamaan dalam berbudaya yang
dilakukan oleh masyarakat komplek Mandala Asri.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian skiripsi ini adalah penelitian kualitatif, dalam konteks
tersebut terlihat adanya pengaruh suatu variabel dengan dengan variabel yang
lain ( yaitu hubungan sebab-akibat).
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan salah satu rangkaian dalam penelitian yang
mempunyai tujuan untuk memperoleh data yang akurat guna membuktikan
17 Peter Connolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Yudi Santo ( Yogyakarta: LkiS, 2002), hlm. 273.
15
benar tidaknya hipotesa, serta untuk memperoleh sejumlah data yang cukup
mampu menerangkan gejala atau objek yang diteliti.
Adapun jenis yang dilakukan oleh Peneliti meliputi dalam dua hal, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh
dari masyarakat. Data sekunder adalah data-data yang di peroleh secara tidak
langsung. Misalnya, dari literartur dan dokumen-dokumen yang ada di
masyarakat.18
Dalam pengumpulan data, penelitian ini dilakukan dengan tehnik
pengumpulan sebagai berikut:
a) Observasi
Teknik obervasi adalah metode pengamatan sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang akan diteliti.19 Dalam observasi,
peneliti mencoba mengamati perilaku kehidupan sehari-hari
masyarakat komplek Mandala Asri. Observasi yang dilakukan
oleh peneliti, ini dilakukan untuk mengetahui apakah sasaran
yang akan diteliti cukup untuk memenuhi kebutuhan data yang
diperlukan. Selain sebagai partisipan dalam acara tradisi
Syawalan, peniliti merupakan salah satu dari warga yang tinggal
dalam komplek, hingga mempermudah peneliti melihat realita
yang terjadi di komplek Mandala Asri.
18 Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2004), hlm. 193.
19 Sudarman Damin, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 138.
16
b) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pokok dalam penelitian
kualitatif. Jadi wawancara pada hakikatnya merupakan produk
dari pemahaman situasi lapangan dalam sebuah interaksi yang
khas. Untuk menjadikan keabsahan dalam mewawancara, yang
bertujuan untuk mendapatkan keterangan dan informasi yang
jelas. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur dan tidak
tersturuktur yaitu wawancara dengan tidak menggunakan angket
atau pertanyaan yang tidak tersusun dengan skema permasalahan
yang menjadi bahan pokok. Teknik wawancara tersebut juga akan
dilakukan secara mendalam oleh peneliti guna mendapatkan
keterangan dan informasi secara detail dari informan. Dalam
teknik wawancara ini, pertanyaan dan jawaban diberikan secara
verbal dan menghindari prasangka-prasangka sehingga dapat
menemukan sesuatu yang dianggap penting untuk mendapat hasil
yang sempurna.20 Peneliti mewawancara diantaranya dengan
tokoh masyarakat, dan warga masyarakat komplek Mandala Asri
sebagai pendatang baru dalam msyarakat komplek terebut.
3. Pendekatan Penelitian
20 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar penelitian Kualitatif, terj. Djunaidi
Ghony, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997). hlm. 12.
17
Tidak mudah untuk menguraikan persoalan yang dikaji dalam penelitian ini.
Karena itu, memerlukan metode sebagai salah satu upaya untuk
memperoleh apa yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologis, yaitu berusaha mengadakan penelitian yang mendalam tentang
hakikat dan sebab-sebab keteratuaran pola pikiran dan tindakan manusia
secara berulang-ulang.21 Suatu pola yang sudah berjalan dalam masyarakat
yang kemudian hal ini melahirkan pengaruh positif dan negatif. Pendekatan
sosiologis sering dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya, karena
fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Menurut
Durkheim, fokus dari sosiologi adalah fungsi yang dimainkan agama dalam
menghasilkan solidaritas sosial. 22
4. Analisis
Dari langkah analisis di atas, melalui pendekatan diskriptif
interpretatif, yaitu menjelaskan suatu permasalahan atau persoalan secara
terperinci dan mendetail dengan mengunakan penafsiran-penafsiran atau
perkiraan. Proses yang Peneliti lakukan untuk menganalisa data dalam
penelitian yang akan dilakukan diantaranya. mereduksi data, memilih hal
yang pokok dan memfokuskan hal yang penting. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang telah jelas dan
mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.
21 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 9.
22 Peter Conolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, hlm. 271.
18
Dengan demikian peneliti harus selalu menguji rumusan hipotesis dengan
apa yang ditemukan di lapangan.
H. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahasan dibuat untuk mempermudahkan pemetaan-
pemetaan terhadap data atau kumpulan fakta yang kadang tidak terbilang
banyaknya, disamping memperjelas alur pemikiran yang akan dibangun.
Sistematika juga mempermudahkan pembaca menelusuri bagian-bagian atau bab
yang ingin dibacanya,
BAB I pendahuluan yang meliputi; latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,
metode penelitian dan sistematika pembahasan. ini merupakan pintu masuk untuk
memahami keseluruhan pembahasan yang ada dalam skripsi ini.
BAB II berisi tentang gambaran umum komplek Mandala Asri Yogyakarta
meliputi, letak geografis wilayah, keadaan demografi, mata pencaharian
masyarakat, tingkat pendididkan masyarakat, kehidupan agama masyarakat,
sistem budaya dalam masyarakat. Pembahasan ini dimaksudkan untuk
mengetahui keadaaan dan situasi yang ada di masyarakat tersebut serta untuk
memperoleh pemahaman tentang kehidupan masyarakat seperti kerukunan
masyarakat termasuk interaksi yang dibangun olehnya.
BAB III sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu memulai untuk
menguraikan tentang makna syawalan yang menjadi pembahasan inti sesuai
19
dengan fokus permasalahan yang peneliti rancang yaitu memulai untuk
menguraikan tentang bagaimana masyarakat memaknai Tradisi syawalan dalam
multi-agama dengan konteks kekinian bagi masyarakat komplek Mandala Asri
Yogyakarta. Mengurainya dengan tanggapan warga masyarakat komplek dalam
merespon tradisi syawalan hingga mengaplikasikan dalam bentuk nyata.
BAB IV dalam bab ini akan menguraikan dan berisi tentang peran Tradisi
syawalan dalam kehidupan bersosial di masyarakat multi-agama di komplek
Mandala Asri, dalam bab ini direncanakan dengan empat sub bab utama. Yaitu:
pertama, Cairnya identitas beragama. Kedua, Pergaulan yang moderat (toleransi).
Ketiga, Kesadaran pluralitas agama, dan Empat, solidaritas warga dalam banyak
golongan. Peneliti akan menjelaskan sejauh mana tradisi syawalan bisa
memberikan hal yang positif bagi masyarakat dan beberapa faktor lainnya yang
mempengaruhi dalam bersosial. rancangan ini bisa berubah sewaktu-waktu sesuai
dengan dinamika data yang peneliti temukan dilapangan
BAB V adalah penutup yang berisi temuan-temuan studi dan saran-saran
terkait dengan tradisi syawalan di komplek Mandala Asri Yogyakarta.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tradisi Syawalan merupakan jembatan penghubung untuk
berinteraksi dari warga yang satu dengan warga yang lain. meminjam
pemikiran Emile Durkheim, sebagai pendatang baru di komplek mereka
menjadikan Syawalan sebagai kontrak media sosial dan hal ini terlihat dalam
keseharian mereka membangun solidaritas antara yang satu dengan yang lain.
Dengan demikian tradisi ini dijadikan sebagai bingkai dalam pola relasi
mereka terutama dalam berinteraksi anatara dengan yang lainnya, sehingga
sikap saling menghormati keyakinan orang lain dapat dibina.
Dengan cara-cara tersebut sangat membantu kesejahteraan mereka
menuju kedamaian dan ketentraman tanpa harus ada yang terintimidasi
dikarenakan oleh faktor berbedaan agama, suku, dan ras. Tradisi Syawalan
hadir sebagai media membangun sturuktur sosial yang harmonis. Tradisi
Syawalan sebagai budaya lokal dapat menjamin terlaksananya prinsip atau
aturan yang sudah di bangun dalam komplek Mandala Asri.
Terkait dengan peran Syawalan, tradisi ini jelas mempunyai andil
yang cukup besar dalam ranah sosial yang berlaku di komplek Mandala Asri,
dalam mengatur hubungan yang selalu berkesinambungan antara yang satu
dengan yang lain. Tradisi Syawalan mampu menjadi perekat hubungan Sosial
masyarakat komplek Mandala Asri, membangun sikap toleransi dan
89
kerukunan beragama. Sikap lainnya seperti sikap rendah hati terhadap
tetangga sekitar mereka, dan tidak memaksakan kehendak pribadi atas
kelomplok dan lebih mengutamakan kepentingan bersama demi terjalinnya
hubungan yang baik. Dengan sikap-sikap tersebut masyarakat komplek
Mandala Asri dapat mengembangkan pola pikir yang pluralis demi
tercapainya masyarakat yang aman, tentram dan sejahtera.
B. Saran
Setelah melihat beberapa situasi yang terjadi di komplek Mandala
Asri, belum cukup rasanya peneliti memahami banyak model atau pola
tentang mengatasi permecahan yang mengatasnamakan agama, ras, dan suku
serta lain-lainnya, maka peniliti ingin mengajukan beberapa saran-saran
diantaranya sebagai berikut:
1. Kepada pembaca yang budiman, bahwa penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna sebab dalam penelitin hanya fokus pada satu komplek
perumahan yang sudah mapan.oleh karena itu peneliti selanjutnya dapat
memilih sampel yang lebih berskala besar, dengan variasi masyarakat
yang lebih beragam mulai dari miskin hingga kaya dan begitu seterusnya.
2. Kepada masyarakat komplek Mandala Asri, agar selalu menjaga tradisi
Syawalan ini jangan sampai hilang. Tradisi ini akan memberi manfaat
yang sangat besar untuk menjalin hubungan yang harmonis, damai, dan
sejahtera dalam masyarakat yang multiagama. Hendaknya juga selalu
menjaga kerukunan yang sudah terjalin, seperti halnya toleransi,
90
pluralisme agama dan paham-paham yang lainnya. Jangan lupa untuk
selalu memberikan motivasi kepada anak-anak agar paham tentang hal
menghormati pemeluk agama lain. Tentunnya dengan membantu
memberikan dorongan untuk selalu berbuat baik kepada orang lain
walaupun beda agama, ras dan suku yang pada akhirnya hal tersebut
merekat dalam diri mereka untuk menjaga kerukunan antar umat beragama
dan sebagai warga negara yang baik.
3. Saya sebagai peneliti tentunya banyak kesalahan dalam memberikan
pembahasan dan kesimpulan yang belum sempurna untuk para membaca
yang budiman. Maka dari itu peniliti mengharap ada penelitian lain yang
melanjutkan penelitian ini hingga dapat menjadi baha acuan yang autentik
dalam banyak hal seperti sebagai acuan resolusi konflik di berbagai daerah
khususnya daerah yang rawan perang suku,ras dan konflik berdarah yang
mengatasnamakan agama.
DAFTAR PUSTAKA
A’isyah, Siti. Konsep Memaafkan Dalam Islam Untuk Penyelesaian Kejahatan
Masa Lalu. makalah, Jakarta.2009.
Adi, Rianto. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit, 2004.
Admin, Syawalan dan Halal bi Halal, Dengan Kupat, Syariat jadi Adat. dalam
internet. website: http//Syawalan dan Halal bi Halal, Dengan Kupat,
Syariat jadi Adat _ emka.web.id.htm diakses pada tanggal 12
September 2013
Bahri, Media Zainul. Satu Tuhan Banyak Agama Pandangan Sufistik Ibn ‘Arobi,
Rumi Dan Al-Jili. Yogyakarta: Mizan, 2011.
Bahtiar, Asep Purnama. The Power of Religion. Yogyakarta: Pondok Edukasi,
2005.
Connolly, Peter. (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama. Yogyakarta: LkiS, 2002.
Daja, Burhanuddin. (dkk.). Ilmu Perbandingan Agama. Yogyakarta Pokja
Akademik, 2012.
Damin, Sudarman. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Data monografi Kelurahan Semaki Yogyakarta 2012.
Dilistone, F.W. The Power Of Symbols. terj. A. Widyamartaya. Yogyakarta:
Kanisius,2002.
Djarir, Ibnu. Asal Usul Sejarah Halalbihalal. dalam http:// tanbihun.com/
sejarah/sejarah-asal-mula-halal-bihalal/.UVgAwNlld5A. diakses pada
tanggal 31 April 2013.
Ensiklopedia Khazanah Islam Dunia. dalam https://idid.
facebook.com/permalink.php? story_fbid =609713639042386&id=
567426959937721. diakses pada tanggal 13 Augustus 2013.
Ghafur, Waryono Abdul. Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks.
Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005.
Gundul, Blogger. Makna Syawalan. dalam internet. website: http://www.blogger
gundul.com /2012/08/makna-tradisi-syawalan.html. diakses pada
tanggal 30 Maret 2013
Handayani, Christina S dan Ardian Novianto. Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta:
LkiS, 2004.
Isnawati, Pinawan Ary. “Tradisi Kenduri pada Peringatan Hari Kematian di
Pedukuhan Bandung, Desa Bandung, Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunungkidul”, Skiripsi Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2008.
Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: Tiara Wacana. 2006. 131.
Lembayung, Tari. “Anatomi Teori Emile Durkheim” Dalam http://tarilembayung.
blogspot.com/2013/05/anatomi-teori-emile-durkheim.html. Di Akses
pada tanggal 23 Agustus 2013.
Masduqi, Irwan. Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama.
Bandung: Mizan, 2011.
Muhammad. Tinjauan Umum Tentang Toleransi Antar Umat Beragama. dalam
http://jtptiain-gdl-s1-2006-muhammadpu-1378-bab2_410-9.pdf. hlm
13. diakses pada tanggal 23 Agustus 2013
Nasruddin, Nanang. ”Perubahan Cara Silaturahmi dalam Tradisi Halal-bihalal di
Dusun Melikan”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,
Yogyakarta, 2007.
Pals, Daniel L. Seven Theories Of Religion Tujuh Teori Agama Paling
Komprehensif terj. Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta:IRCiSod, 2011.
Purwantoro, Widodo Hesti.” Dari Syawalan UII: Prof. Moh. Mahfud MD Ajak
Warga UII Banyak Bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW”. Dalam
http://fpscs.uii.ac.id/ fpsb-news/dari-syawalan-uii-prof-moh-mahfud-
md-ajak-warga-uii-banyak-bersalawat-kepada-nabi-muhammad-
sawkompasiana. diakses pada tanggal 12 Oktober 2013.
Soehadha, Moh. Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama.
Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar penelitian Kualitatif, terj.
Djunaidi Ghony, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997. 12.
Syam, Nur. Madzhab-Madzhab Antropologi. Yogyakarta: LkIS, 2012.
Turner, Bryan S. Relasi Agama Dan Teori Sosial Kontemporer. terj. Inyiak
Ridwan Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.
Wahyuninto, Liza dan Abd. Qadir Muslim, Memburu Akar Pluralisme Agama.
Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010.
Weber, Max. Sosiologi Agama. terj. Yudi Santo. Yogyakarta: IRCiSoD, 1995.
Wibowo, Agus. Kesalehan Kultural Tradisi Syawalan. Dalam http://aguswibowo
82.blogspot.com/2008/10/kesalehan-kultural-tradisi-syawalan.html.
diakses tanggal 23 Agustus 2013.
Yusuf, Mundzirin. dkk. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Pokja Akademik
UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Zahroh, Siti Fathimatuz.” Kearifan Lokal Tradisi Syawalan”. dalam http://m.suara
merdeka. com. diakses pada tanggal 12 Oktober 2013.
DAFTAR INFORMAN
A. Agama Islam
No. Nama Pekerjaan 1. H. R Widagdo PNS 2. Bambang Wahyudi Pensiunan 3. Sutrisno Pensiunan 4. Setyoso Hardjowisastro Pensiunan 5. Mulyani PNS 6. Suwondo Pensiunan 7. Nur hammad Takmir 8. Mukhlis Takmir 9 Mbak Ummi Pembantu
B. Agama Katolik
No. Nama Pekerjaan 1. Budi Alamsyah Pengusaha 2. Himawan PNS
C. Agama Protestan
No. Nama Pekerjaan 1. Danar Adi Ati Pensiunan 2. Mogono Pensiunan 3 Merry Handayani
D. Agama Budha
No. Nama Pekerjaan 1. Adi Alamsyah Pengusaha 2. Sri Hartati IRT
INTERVIEW GUIDE
Bapak atau Ibu tinggal disini sudah berapa lama?
Sudah berapa kali Bapak/Ibu mengikuti tradisi Syawalan?
Dari pandangan Bapak/Ibu bagaimana Bapak/Ibu melihat syawalan?
Apa arti syawalan menurut Bapak/Ibu?
Perlu tidak tradisi syawalan itu di lanjutkan?
Apa yang Bapak/Ibu rasakan ketika syawalan?
Sepengatahuan Bapak/Ibu apa itu syawalan?
Apa yang Bapak/Ibu rasakan ketika membaca Ikrar bersama?
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pelaksanaan syawalan?
Dalam pandangan Bapak/ibu masjid itu apa dan bagaimana?
Inikan seluruh warga baik yang beragama Islam, Kristen dan Budha ikut dalam tradisi syawalan, pendapat Bapak/Ibu bagaimana?
Menurut Bapak/Ibu ada tidak dampak tradisi syawalan dalam kehidupan sehari-hari kaitannya dengan masyarakat komplek mandala asri?
Bapak/Ibu apa yang anda harapkan dari tradisi syawalan kedepannya?
Sebagai penganuk agama yang baik, apa yang anda pahami tentang kerukunan berbagama?
Bagaimana pendapat anda jika yang mengikuti tradisi syawalan tidak hanya lain etnis, akan tetapi juga lain keyakinan?
Pendapat Bapak/Ibu mengenai masyarakat komplek Mandala Asri?
100
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi
Nama : Supandi
TTL : Sumenep, 12 Agustus 1989
Alamat : Jln. K.H Shadiqin Hasan No 03. RT 004/RW 002 Dusun
Burnih, Mandala, Rubaru, Sumenep, Jawa Timur
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Ayah : Ali
Nama Ibu : Ami
B. Pendidikan
a. MI Nurul Ulum, Mandala, Rubaru, lulus tahun 2002
b. SD Negeri Mandala I, Rubaru, Sumenep, lulus tahun 2002
c. MTs Islamiyah, Pakondang, Sumenep, lulus tahun 2005
d. MA Nurul Ulum, Mandala, Rubaru, lulus tahun 2007
e. MA Manmbaul Hikmah, Banasare, Sumenep lulus tahun 2008
f. Masuk Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2009
C. Pengalaman Organisasi
a. Tenaga pengajar di LKM Qur’an Insani Yogyakarta
b. Takmir Masjid At-Taqwa Komplek Mandala Asri