MAKNA DAN PENGARUH TRADISI SYAWALAN BAGI …digilib.uin-suka.ac.id/11774/1/BAB I, V, DAFTAR...

46
MAKNA DAN PENGARUH TRADISI SYAWALAN BAGI MASYARAKAT MULTI-AGAMA DI KOMPLEK MANDALA ASRI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: SUPANDI NIM: 09520016 JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014

Transcript of MAKNA DAN PENGARUH TRADISI SYAWALAN BAGI …digilib.uin-suka.ac.id/11774/1/BAB I, V, DAFTAR...

MAKNA DAN PENGARUH TRADISI SYAWALAN

BAGI MASYARAKAT MULTI-AGAMA DI

KOMPLEK MANDALA ASRI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

SUPANDI NIM: 09520016

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-PMB-05-05/R0

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Supandi

NIM : 09520016

Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Jurusan/Prodi : Perbandingan Agama

Alamat Rumah : Jln. K.H Shadiqin Hasan No 03. RT 004/RW 002 Dusun

Burnih, Mandala, Rubaru, Sumenep, Jawa Timur

Alamat Yogyakarta : Gg. Jagung Masjid At-Taqwa, Semaki, Umbulharjo,

D.I Yogyakarta, Yogyakarta.

No. Telp/Hp : 081804263195

Judul skripsi : MAKNA DAN PENGARUH TRADISI SYAWALAN

BAGI MASYARAKAT MULTI-AGAMA DI KOMPLEK

MANDALA ASRI YOGYAKARTA

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis sendiri.

2. Bilamana skripsi telah dimunaqosahkan dan diwajibkan revisi, maka saya

bersedia merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal

munaqosah, jika lebih dari 2 (dua) bulan maka saya dinyatakan gugur dan

bersedia munaqosah kembali.

3. Apabila dikemudian hari ternyata diketahui bahwa karya tersebut bukan karya

ilmiah saya, maka saya bersedia menanggung sanksi untuk dibatalkan gelar

kesarjanaan saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta,24 Desember 2013

Yang menyusun

SUPANDI

NOTA DINAS

PENGESAHAN

v

MOTTO

(5) Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (6) Sesungguhnya

beserta kesulitan itu ada kemudahan (7) Maka apabila engkau telah selesai

(dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) (8)

Dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap.

Q.S. Asy-Syarh 5-8

vi

Persembahan

Almahumah Ummi-Ami

Almarhum Abi-Ali

Adik Tercinta Maryana

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada

Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Pendidikan, dan Menteri

Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

や Alif Tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ゆ Ba’ B Be

れ Ta’ T Te

ゐ S|a>’ S\ es titik di atas

Jim J Je ج

H{a>’ H} ح ha titik di bawah

Kha>’ Kh ka dan ha خ

Dal D De د

ク Z|al Z\ zet titik di atas

ケ Ra>’ R Er

コ Zai Z Zet

Si>n S Es س

ス Syi>n Sy es dan ye

ソ S{a>d S} es titik di bawah

D{a>d D} ض de titik di bawah

viii

{T|a>’ T ط te titik di bawah

ド Za>’ Z} zet titik di bawah

Ayn …‘… koma terbalik (di atas)„ ع

パ Gayn G Ge

Fa>’ F Ef ف

ベ Qa>f Q Qi

ポ Ka>f K Ka

メ La>m L El

ュ Mi>m M Em

ラ Nu>n N En

Waw W We و

ロ Ha>’ H Ha

Hamzah …’… Apostrof ء

ヵ Ya> Y Ye

B. Konsonan rangkap karena tasydi>d ditulis rangkap

ギّバわョ دة عギّة

ditulis

ditulis

muta„addidah

„iddah

C. Ta>’ marbu>t}ah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h:

るヨムح

るヤع

ditulis

ditulis

hikmah

„illah

ix

(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap

dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila

dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila diikuti dengan kata sandang „al’ serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis dengan h atau t:

るョやゲء كゅΒャأوや ditulis kara>mah al-auliya>’ atau kara>matul-

auliya>’

コ ゲトヘャやكゅة ditulis zaka>h al-fi ţri atau zaka>tul-fit}ri

D. Vokal pendek

-- َ--

モバف -- َ--

ヶジル -- َ--

ょهグΑ

fath}ah

kasrah

d}ammah

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

a

fa’ala

i

nasia

u

yaz\habu

E. Vokal panjang

1

2

3

4

fath}ah + alif

るΒヤهゅج

fath}ah + alif maqs}u>rah

ヴジレت kasrah + ya>’ mati

ユΑゲكـ d}ammah + wau mati

فゲوض

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

a>

ja>hiliyyah

a>

tansa>

i>

kari>m

u>

furu>d}

x

F. Vokal rangkap

1

2

fath}ah + ya>’ mati ユムレΒよ

fath}ah + wau mati

メقو

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan

apostrof

ユわルぺぺ

れギعぺ ユتゲムش リゃャ

ditulis

ditulis

ditulis

a’antum

u„iddat

la’in syakartum

H. Kata sandang alif + lam

1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.

ラآゲボャや

ゅΒボャやس

ditulis

ditulis

al-Qur’a>n

al-Qiya>s

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyyah.

べヨジャやء ヨゼャやس

ditulis

ditulis

al-sama>’

al-Syams

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Ditulis menurut penulisannya.

ヵوク وضゲヘャや

モهぺ るレジャや

ditulis

ditulis

z\awi> al-furu>d}

ahl al-sunnah

xi

ABSTRAK

Pulang kampung untuk merayakan hari besar Islam setelah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan bersama keluarga besar di kampung mereka, adalah merupakan rutinitas yang membudaya bagi sebagian masyarakat Indonesia. moment Idul Fitri merupakan hari yang tepat untuk saling meminta maaf antar sesama dan mengunjungi kerabat yang jauh. Syawalan yang laksanakan di komplek Mandala Asri Yogyakarta seperti yang lain juga mempunyai maksud dan tujuan. Dikomplek ini acara tersebut dilaksanakan dengan suka cita dan pelaksanaan tersebut juga di ikuti oleh warga dari berbagai macam Agama, Ras, Suku. Jauh-jauh hari mereka sudah menyiapkan acara tersebut sampai selesai dan tempat pelaksanaanyapun dilakukan di Masjid. Syawalan bagi warga komplek adalah acara yang membawa dampak yang positif bagi keberlangsungan hubungan mereka dalam bermasyarakat terciptanya sikap plural dengan agama lain dan kerukunan sehingga tertanam perasaan damai, tentram melingkupi masyarakat.

Jenis penilitian ini menggunakan pelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Dalam analisis data, penulis menggunakan teori sosiologi yaitu tentang hakikat dan sebab-sebab keteratuaran pola pikiran dan tindakan manusia secara berulang-ulang secara khusus, penulis akan menggunkan teorinya Emile Durkheim tentang kontrak sosial dalam menganalisis laku Syawalan di komplek Mandala Asri.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tradisi syawalan mempunyai peran yang cukup besar dalam menyatukan masyarakat komplek Mandala Asri. Bagi mereka yang muslim beranggapan bahwa tradisi syawalan merupakan awal untuk menjalani kehidupan yang selanjutnya. Syawalan juga sebagai penggerak dalam menyikapi masyarakat yang plural dan menciptakan sebauah kerukunan, Ikrar yang ada di acara syawalan adalah sebuah kontrak dimana satu sama lain saling menerima dan lapang untuk memberikan maaf kepada orang lain sehingga menjadikan mereka lebih mengenal satu sama lain. Dan saling berkomitmen untuk menumbuhkan sikap saling menghargai di tengah keragaman.

xii

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan, selain rasa syukur kehadirat Allah

SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, anugerah, hidayah, dan inayah-Nya

kepada setiap hamba-Nya. Sehingga berkat petunjuk dan bimbingan-Nya, penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “(Makna dan Pengaruh Tradisi

Syawalan bagi Masyarakat Komplek Mandala Asri, Rw 2 Sangrahan, Kelurahan

Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)” dengan baik. Shalawat serta salam

senantiasa penulis curahkan keharibaan sang baginda rasullah Muhammad SAW

yang telah membari petunjuk kepada umat menuju jalan yang benar (Islam, Iman,

Ihsan).

Pada kesempatan ini, ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya

penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu, baik secara

materi maupun moral, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Pihak-pihak

tersebut antara lain;

1. Almarhum ayahanda Ali dan Almarhumah bunda Ami tercinta yang luar

biasa dalam mendukung, memberikan semua kasih sayang, serta doa dan

berjuang sekuat tenaga demi tercapainya harapan penulis.

2. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’ari selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Bapak Dr. H. Syaifan Nur, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Pamikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

xiii

4. Bapak Ahmad Muttaqin, M.Ag.,M.A.,Ph.D. selaku Ketua Jurusan

Perbandingan Agama.

5. Bapak Khairullah Zikri S.Ag. MAStRel selaku dosen pembimbing akademik

dan dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya dan

memberikan pengarahan serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Para sesepuh warga masyarakat Komplek Mandala Asri, H.R Widagdo, Ir. H.

Setyo Hardjowisastro, H. Agus Wartopo, H. Sutrino serta Mbak Neik si

cewek paling manja dan beberapa orang yang tidak disebutkan namanya yang

telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

7. Saudara-saudaraku tersayang Mbak: Masyatun, Ruqoyyah, Masiyah, Diana

Maryana, serta keluarga besarku Kak: Harun, Ali Makki, Ali Nardi, yang

senantiasa memberi motivasi, dan mendoakanku dengan tulus, tidak

terlupakan semua keponakan-keponakanku: Ellisa M Sholeh, M Sidik,

Qonitatin, Zeiqiyah, Yana cimumut yang selalu ku rindukan dan menjadi

spirit terhebat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat komunitas Trio Ulat Bulu, Cong Ho si adem ayem tapi serius dan

pemikiranya yang melampaui orangnya, Hamdan si koboy modern (sok

cakep, sok pinter, dan sok segalanya, pinter ngapusi)hehehehe, komunitas oke

yang pernah saya punya. Dan para leluhurku, Syauqi, Hayat (aab), Imam S

Arizal, Mufidz, Lalu A Bahtiar, Sulaiman Tasyir, Mbak Eita yang paling

cantik di antara kita, sebab ceweknya dia seorang, kak Faiz yang doyan habis

klo makan bakso apalagi bakso pak Narto.

xiv

9. Sahabat/sahabati PMII Rayon Pembebasan’10 Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

10. Teman-teman Skyline Community; Rifi Hamdani, Cholil, Syarifah, Ilham,

Lutfi, Dafit, Fath, Ening, Dewi, Ainun, Bunga, Farha, Ulfa yang memberiku

banyak kenangan indah yang sulit untuk dilupakan.

11. Teman-teman seperjuanganku di rumah Tuhan; Galih El-riga, Ely Boy, Nur

Hammad, dan Si ceking Muhklis terima kasih yang menemaniku selama

hidup di Yogyakarta, susah senang kita hadapi bersama.

12. Semua pihak yang ikut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu-

persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangan dan kelemahan,

oleh karenanya penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca demi lebih

baiknya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat dan bisa memberi kontribusi bagi khasanah keilmuan, khususnya

untuk khasanah kepustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Yogyakarta, 23, Desember, 2013

SUPANDI

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii

HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

HALAMAN TRANSLITERASI ................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... xi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

E. Tinjauan pustaka .............................................................................. 6

F. Kerangka Teori ................................................................................ 10

G. Metode Penelitian ............................................................................ 13

H. Sistematika Pembahasan ................................................................. 18

BAB II GAMBARAN UMUM KOMPLEK MANDALA ASRI

JOGJAKARTA

A. Letak Geografis ............................................................................... 21

B. Kondisi Demografi dan Monografi ................................................. 22

C. Perekonomian ................................................................................. 23

D. Pendidikan ...................................................................................... 25

E. Kehidupan Keagamaan ................................................................... 26

F. Sistem Sosial dan Budaya ............................................................... 27

xiv

BAB III TRADISI SYAWALAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT

MULTIAGAMA DI KOMPLEK MANDALA ASRI YOGYAKARTA

A. Syawalan .......................................................................................... 31

1. Pengertian ................................................................................... 31

2. Sejarah Syawalan ........................................................................ 36

B. Syawalan sebagia Tradisi ................................................................ 39

1. Tradisi Syawalan ....................................................................... 39

2. Proses Pelaksanaan tradisi Syawalan di Komplek Manadala Asri 42

C. Makna tradisi bagi Masyarakat Komplek Mandala Asri ................. 44

1. Ikrar Syawalan sebagai Kontrak Sosial ...................................... 46

2. Kembali Kejalan yang Fitrah ...................................................... 53

BAB IV PENGARUH TRADISI SYAWALAN DALAM KEHIDUPAN

SOSIAL MASYARAKAT MULTIAGAMA DI KOMPLEK MANDALA

ASRI YOGYAKARTA

A. Cairnya Identitas Beragama............................................................. 57

1. Masjid Sebagai Simbol Pemersatu ............................................. 57

2. Suka Cita Tradisi Syawalan ........................................................ 61

B. Pergaulan yang Moderat (toleransi) ................................................ 65

C. Kesadaran Pluralitas Agama ........................................................... 68

D. Solidaritas Warga dalam Banyak Golongan .................................... 77

1. Pemersatu warga dalam Banyak Golongan ................................ 77

2. Solidaritas Keseharian ................................................................ 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 88

B. Saran ................................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 23

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................ 24

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ....................................... 25

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ............................................. 27

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan tradisi dan adat

istiadat. Sebagian tradisi tersebut ada yang masih murni dan ada yang sudah

mengalami perubahan bentuk, seperti dimasuki oleh unsur-unsur keagamaan.

Salah satu tradisi yang dimasuki adalah tradisi syawalan biasa dilakukan setelah

lebaran Idul Fitri. Syawalan merupakan tradisi yang menjadi kebiasaan bagi

mayarakat Indonesia, walaupun hakekatnya tradisi ini datang setelah muncul

inisiatif dari beberapa kalangan ulama terdahulu sebagai tradisi untuk

mengemban amanah keagamaan yaitu dalam bentuk silaturahmi. Tradisi

syawalan hadir sebagai konsep untuk membentuk masyarakat yang arif menjalani

kehidupan yang penuh dengan tantangan. Ibnu Djarir menegaskan bahwa tradisi

syawalan di Yogyakarta pada awalnya merupakan konsep yang ditawarkan oleh

pangeran Sumbernyawa dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan

biaya. Oleh karena itu, setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja

dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana dalam acara

tersebut. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib dan teratur melakukan

sungkeman kepada raja dan permasuri.1

1Agus Wibowo, “Kesalehan Kultural Tradisi ”Syawalan” ”. Dalam

http://aguswibowo82.blogspot.com/2008/10/kesalehan-kultural-tradisi-Syawalan.html. Diakses tanggal 23 Agustus 2013.

2

Tradisi syawalan sangat erat sekali kaitannya dengan budaya dan agama.

Pada awalnya tradisi ini lebih diarahkan pada media silaturahmi seiring dengan

perjalanan waktu, tradisi syawalan kemudian sering dijadikan ajang pertemuan

keluarga dalam kalangan masyarakat muslim khususnya di Jawa. Mereka

mengenal tradisi ini dengan sebutan yang bermacam-macam, di antaranya;

Syawalan, Ketupatan, Los Raksasa dan banyak nama lainnya di berbagai daerah.

Tradisi tersebut pada perkembangannya menjadi etika keagamaan yang

melahirkan kerukunan masyarakat dalam mewujudkan stabilitas bersosial.

Dengan demikian, kebijakan dalam menyikapi suatu masalah atau menjalani

kehidupan di tengah-tengah masyarakat akan tumbuh dalam setiap individu.

Kebijakan umum yang dimaksud meliputi hubungan-hubungan dalam keluarga.2

Serta pengutamaan kebenaran atau kejujuran.

Karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat sebelumnya, maka tradisi

tersebut kemudian turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa. Hal ini

menggambarkan hubungan yang sudah erat antara budaya dan agama. Di

berbagai daerah, hari dan tanggal pelaksanaan ditentukan masyarakat setempat

yang menjalankan tradisi syawalan sendiri. Tradisi syawalan bagi masyarakat

Indonesia nampaknya semakin populer. Tradisi yang sering dilaksanakan setelah

Shalat Idul Fitri ini semakin menjamur dan tidak hanya dihadirin oleh umat Islam,

melainkan juga masyarakat pada umumnya dalam bingkai kekeluargaan, ikatan

tertentu, kesamaan profesi, ataupun lembaga.3

2 Max Weber, Sosiologi Agama, terj. Yudi Santo (Yogyakarta: IRCiSoD,1995), hlm. 458.

3Blogger Gundul, Makna Syawalan. lihat http://www. Blogger gundul.com /2012/08/makna-tradisi-Syawalan.html. diakses pad tanggal 30-03-2013.

3

Tradisi sesudah lebaran menurut Umar Khayam adalah terobosan akulturasi

budaya Jawa dan Islam. Tradisi ini merupakan kearifan lokal para ulama di Jawa

yang mampu memadukan kedua budaya tersebut demi kerukunan dan

kesejahteraan masyarakat. Akhirnya, tradisi sesudah lebaran tersebut meluas ke

seluruh wilayah di Indonesia dan melibatkan penduduk dari berbagai pemeluk

agama. Di Timur Tengah, tempat di mana Islam pertama kali muncul tradisi

berjabat tangan yang dilakukan seusai shalat ‘ied jarang dilakukan. Sekalipun

terjadi, hal tersebut mempunyai makna yang berbeda dengan tradisi berjabat

tangan (syawalan) yang ada dalam masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa,

syawalan adalah simbol keakraban antara anggota masyarakat. Dengan

demikian, syawalan yang dilakukan dengan cara berjabat tangan secara massal

mempunyai makna yang luas, di antaranya adalah keinginan untuk saling

memaafkan demi membangun hubungan yang lebih harmonis.4 Oleh karena itu,

tidak heran jika tradisi jabat tangan (syawalan) dilakukan di berbagai daerah di

Indonesia dengan cara massal sebagai wujud dari upaya saling meminta maaaf

dan memaafkan.

Dalam perkembangannya tradisi syawalan terkesan mengikuti

perkembangan dan perubahan zaman sehingga muncul pergeseran tata cara ber-

syawalan. Jika dulunya dengan syawalan dilakukan dengan cara mendatangi

setiap rumah satu persatu untuk meminta maaf pada penghuninya, saat ini

syawalan dilakukan terpusat di suatu tempat sesuai kesepakatan masyarakat,

4Oleh Ibnu Djarir, Asal Usul Sejarah Halalbihalal lihat

http://tanbihun.com/sejarah/sejarah-asal-mula-halal-bihalal/.UVgAwNlld5A. di akses pada tanggal 31-04-2013.

4

seperti di kantor, balai desa dan lain sebagainya. Hal demikian juga terjadi di

komplek Mandala Asri, perumahan yang terletak di sebelah Timur stadion

Mandala Krida dan sebelah Utara Gor Amongrogo. Di komplek tersebut,

syawalan dilakukan di Masjid komplek sehingga Masjid dalam kontek ini dapat

memainkan peran sosial sebagai pemersatu keragaman masyarakat di sekitarnya.

Tradisi syawalan merupakan sinergi antara budaya dan agama ini senada

dengan yang diungkapkan oleh Geertz bahwa bentuk-bentuk simbolis, dalam

suatu kontek sosial yang khusus dapat mewujudkan suatu pola atau sistem yang

disebut suatu kebudayaan. karenanya menafsirkan suatu kebudayaan berarti

menafsirkan sistem bentuk simbolnya untuk bisa menurunkan makna yang

autenti.5 Pandangan ini sangat menekankan bentuk simbol, sedang syawalan

merupakan simbol yang dipakai untuk bentuk pola-pola keagamaan.dikomlek

Mandala Asri,

Syawalan yang dihadiri tidak hanya dari kalangan Muslim Jawa, Sumatra

dan Madura, akan tetapi berbagai macam keyakinan. Di tempat ini, acara

syawalan biasa diisi dengan pembacaan ikrar yang berisi dan permintaan maaf

antar anggota masyarakat dan kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah tanpa

ada siraman rohani (ceramah agama). Tradisi syawalan di komplek Mandala Asri

sejalan dengan praktik yang terjadi di masyarakat Yogyakarta lainnya. Acara

Syawalan di kota ini dihadiri individu yang berlainan keyakinan seperti Islam,

Kristen dan Budha. Bagi sebagian orang, hal ini dianggap keluar dari kebiasaan,

5 Di kutip. F.W. Dilistone, The Power Of Symbols, terj, A. Widyamartaya (Yogyakarta:

Kanisius,2002), hlm. 116.

5

karena adanya klaim bahwa orang di luar agama Islam seharusnya tidak hadir

dalam acara tersebut.

Dalam acara tersebut, masyarakat membaur satu sama lain tanpa membeda-

bedakan status agama, suku dan ras, baik itu dari Sumatra, Jawa, Madura,

maupun Cina dan dari suku atau ras lainnya. Dipilihnya Masjid sebagai Aula atau

tempat acara berlangsung, juga semakin menambah keterkarikan peneliti

bagaimana selanjutnya interaksi mereka. Karena itulah, peneliti bermaksud

mengkaji trasi syawalan di komplek Mandala Asri sebagai representasi syawalan

di Yogyakarta yang memiliki keunikan tersendiri.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana tradisi syawalan dalam pandangan masyarakat multiagama di

komplek Mandala Asri?

b. Bagaimana pengaruh tradisi syawalan dalam kehidupan sosial masyarakat

multiagama di komplek Mandala Asri Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pada dasarnya mempunyai beberapa tujuan yang dapat

dijadikan acuan untuk memperkuat analisis. Adapun penelitian ini mempunyai

beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang makna tradisi syawalan

yang terjadi di masyarakat komplek Mandala Asri.

6

b. Untuk mengetahui pengaruh tradisi syawalan dalam kehidupan sosial

masyarakat komplek Mandala Asri.

D. Manfaat Penelitian

a. Hasil dari Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dan

dorongan bagi mahasiswa dan masyarakat untuk memahami konstruksi

budaya dan tridisi yang dibangun oleh kalangan Muslim Indonesia.

b. Penelitian ini juga diharapkan bisa membangun dan mengembangkan

khazanah keilmuan di bidang keagamaaan baik hubungan budaya, sosial

dan agama serta implimentasinya pada konteks saat ini.

c. Secara akademis hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi keilmuan

dan literatur baru dalam pendidikan Kerukunan Umat beragama di Jurusan

Ilmu Perbandingan Agama.

E. Tinjauan pustaka

Sejauh pengetahuan peneliti, belum banyak karya ilmiah yang

mengangkat masalah tradisi syawalan atau halal-bihalal, kecuali hanya beberapa

jurnal dan website yang menjelaskan tentang sejarah syawalan dan ritual-ritual

yang terdapat dalam syawalan, di mana yang membedakan dari daerah satu

dengan yang lainnya hanya berputar pada makna dan tujuanya seperti yang akan

dikupas selanjutnya.

Waryono Abdul Ghafur, dalam bukunya Tafsir Sosial Mendialogkan teks

dengan konteks, mengklarifikasi tentang ayat-ayat Al -Qura’an dengan kontek

7

kekinian. Didalamnya mengupayakan, penekanannya dan menuntut upaya untuk

rekonsiliasi, halal bihalal dan maaf-memaafkan untuk kemudian membangun

hidup bersama secara harmonis, sehingga pekerjaan dan problem seberat apapun

bisa diselesaikan. Oleh sebab itu Waryono menyimpulkan bahwa halal bihalal

harus dijadikan momentum dalam menjalin persaudaraan dan persatuaan. Meski

demikian Waryono tidak menyinggung beberapa keyakinan dan agama suku dan

ras sehingga bisa saja hal ini dianggap sebagai acuan untuk orang Islam semata.

Dengan begitu ada tiga dari silaturahmi yang menonjol setelah ramadhan.

Pertama bahwa silaturahmi merupakan salah satu cara untuk mendekati surga dan

menjauhi bara api neraka. Kedua tiada kebaikan cepat mendapat pahala selain

silaturami dan tiada kejahatan cepat mendatang azab dari Allah kecuali

memutuskan silaturahmi. Ketiga tiada yang dapat mengubah takdir selain do’a

dan tiada yang dapat menambah umur selain kebaikan kepada sesama(melalui

silaturahmi).6 Dari silaturahim tersebut maka, akan muncul beberapa hal yang

kemudian seseorang akan menjadikannya arif dalam menjalani kehidupan

selanjutnya sebagai orang muslim yang bertaqwa dituntut untuk melakukan

sesuatu yang meminimalisir problem dalam keluarga atau bersosial dalam

bermasyarakat.

Dengan demikian maksud silaturahmi, seseorang harus bisa menjaga hal

yang bisa dikerjakan untuk menahan diri diantaranya: Menahan Amarah

mengisyaratkan bahwa perasaan tidak bersahabat masih memenuhi hati yang

bersangkutan, pikirannya masih menuntut balas, tetapi ia tidak memperturutkan

6 Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks (Yogyakarta:

eLSAQ Press, 2005), hlm236

8

ajakan hati dan pikirannya, Memaafkan berarti menghapus bekas-bekas luka di

hati yang bersangkutan, seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu kesalahan

apapun, dan Berbuat Baik Terhadapnya melakukan sesuatu yang bermamfaat

bagi orang lain dengan dasar keihklasan. Itulah semangat dari syawal yang terus

harus dipelihara, yakni memperbaiki prilaku pribadi, hubungan dengan orang lain

dan hubungan dengan Allah.7

Fatikhah dalam tulisannya Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan

menjelaskan sejarah singkat tentang syalawan dan kandungan yang terdapat

dalam tradisi ini. Syawalan menurutnya tidak terlepas dari faktor intern dan

ekstern dalam Islam yang mengajarkan untuk menggunakan akal dalam

mengarungi kehidupan. Selain itu, syawalan tercipta dari kegiatan yang

merupakan tradisi masyarakat yang sebelumnya sudah ada dan dijadikan media

untuk mengingat jasa para sesepuh dan para kiai. Dalam syawalan sendiri

mengandung tiga nilai, pertama nilai Agama yang mengajurkan untuk selalu

silaturahmi kapada saudara-saudara terdekat. Kedua nilai sejarah, keluarga dan

sanak famili, syawalan dijadikan ajang ziarah ke kuburan K. H. Abdullah Siraj

yang memperjuangkan pekalongan dari tangan penjajah. Ketiga, nilai sosial

budaya. Peneliti di atas hanya memfokuskan diri pada ranah sejarah, tidak pada

implikasi sosialnya. Inilah kemudian yang membedakan dengan apa yang peneliti

teliti.

Nanang Nasruddin yang ditulis pada tahun 2009 dengan skiripnya yang

berjudul, Perubahan Silaturrahmi Dalam Tradisi Halal Bihalal Di Dusun

7 Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks, hlm. 231.

9

Melikan Desa Ngawis Kecamatan Karangmojo Gunung Kidul, menjelaskan

tentang perubahan cara silatur-rahmi, karena penyesuaian-penyusuaian dari

masyarakat yang semakin berkembang. Masyarakat merasa tidak puas dengan

halal bihalal cara lama yang dianggap tidak praktis. Halal bihalal cara lama juga

tidak dapat mengumpulkan seluruh warga Dusun Melikan sehingga tidak seluruh

warga dapat berpartisipasi dalam acara tesebut. Adapun perbedaan cara lama

dengan cara baru, cara lama yaitu sungkeman yang memberi kebebasan pada

individu-individu untuk silatur-rahmi kepada keluarga terdekatnya. Sedangkan

cara baru dilakukan secara massal dan kolektif yang merupakan ciri solidaritas

mekanis. Penelitian Nanang hanya tertuang pada pergeseran tata cara syawalan

atau ritual-ritual yang ada pada syawalan itu sendiri. Sedang sisi sosialnya belum

dibahas secara terperinci.8

Perbedaan fokus penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah pada

upaya peneliti mencoba menganalisis faktor sosialnya yang dilatar belakangi oleh

tradisi syawalan. Ini mungkin akan memberikan kejelasan dari jurnal pertama

yang lebih fokus pada sejarah, dan kajian yang di paparkan oleh Nanang dalam

menjelaskan pergeseran ritual. Peneliti juga ingin menjabarkan sejauh mana

pengalaman keagamaan (tradisi syawalan) mempengaruhi kontek sosial yang

berlokasi di Komplek Mandala Asri Yogyakarta. Dalam pandangan Geertz,

“masyarakat kadang-kala berada dalam posisi yang kelihatannya menentang

sistem makna yang dianut oleh kebudayaan mereka sendiri, atau lebih tepat lagi,

8 Nanang Nasruddin,” Perubahan Cara Silaturahmi dalam Tradisi Halal-bihalal di

Dusun Melikan”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Yogyakarta, 2007 , hlm. 56.

10

sistem kebudayaan kadang-kadang menyajikan pola-pola yang beraneka ragam

dan penuh konflik dalam rangkaian tindakan mereka”.9

Dari asumsi-asumsi di atas dan kenyataan yang demikian, penelitian ini

dirasa layak dan sangat penting untuk dikaji, terutama pada aspek makna dan

pengaruh tradisi syawalan bagi masyarakat multi-agama di komplek Mandala

Asri Yogyakarta yang akan menjadi fokus dari penelitian ini.

F. Kerangka Teori

Masyarakat, dengan segala pranata sosialnya, akan mempengaruhi bahkan

membentuk prilaku manusia itu sendiri. Dari ini dapat dikatakan bahwa

masyarakat diserap kembali oleh manusia melalui hubungan internal.10 Berkaitan

dengan masyarakat sosial, Durkheim membahas dalam buku Division of Labour,

tentang kontrak sosial (Social Contract) menjelaskan bahwa kehidupan sosial

telah membentuk corak-corak paling mendasar dalam kebudayaan manusia, yang

menyatakan bahwa masyarakat tercipta pertama kali dari dua individu yang

sepakat untuk bekerja sama. Seseorang mengatakan, ”saya akan melakukan ini,

jika anda melakukan itu”. Bila seorang yang menjadi lawan bicara sepakat, maka

lahirlah sebuah masyarakat. Sebagai contoh, kontrak sosial masyarakat Purba

selalu terikat dengan sumpah-sumpah sakral keagamaan yang memperlihatkan

bahwa setiap kesepakatan yang terbentuk antara mereka bukan hanya ikatan

9 Dikutip. Daniel L. Pals, Seven Theories Of Religion Tujuh Teori Agama Paling

Komprehensif terj. Inyiak Ridwan Muzir (Yogyakarta:IRCiSod, 2011), hlm. 339.

10 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 54.

11

kedua belah pihak, tetapi juga melibatkan campur tangan Tuhan di dalamnya.

Sebab yang akan merasakan akibat dari kesepakatan tersebut adalah seluruh

anggota masyarakat.11

Bagaimanapun juga hal ini sangat kompleks melihat realitas di lapangan

Komplek Mandala Asri yang sebagian dari mereka tidak hanya beda suku

melainkan juga beda keyakinan. Kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan oleh

mereka merupakan kerjasama yang dilakukan oleh kedua belah pihak, namun

peneliti tidak bisa memastikan hal tersebut, disebabkan mungkin jadi berlainan

dengan keadaan yang di lapangan.

Durkheim menyatakan bahwa masyarakat itu tercipta dari dua individu

yang sepakat untuk bekerja sama, kesepakatan itu disebut Durkheim sebagai

kontrak sosial. Namun yang terpenting bagi Durkheim, suatu masyarakat

terbentuk dengan adanya unsur-unsur yang mengatur terjadinya sebuah kontrak

sosial. Antara lain anggota masyarakat yang mengikat kontrak tersebut dan

menentukan atau menyepakati sah stidaknya sebuah kontrak sosial. Masyarakat

terbentuk atas kesadaran kelompok. Dalam hal ini, Durkheim membaginya

menjadi dua bagian. Pertama kesadaran eksterior, yaitu merupakan kesadaran

yang berada diluar individu, yang sudah mengalami proses internalisasi kedalam

individu dalam wujud aturan-aturan moral, agama, nilai (baik-buruk, luhur-

mulai), dan lain sebagainya. Kedua, adalah kesadaran kolektif yang memiliki

11Daniel L. Pals, Seven Theories Of Religion Tujuh Teori Agama Paling Komprehensif,

hlm. 137.

12

daya paksa terhadap individu, dan akan mendapat sangsi tertentu jika hal itu

dilanggar.12

Kemudian tentang solidaritas sosial. Durkheim membagi perbedaan yang

paling mendasar antara masyarakat purba dengan masyarakat modern adalah

usaha masyarakat purba untuk selalu mewujudkan kesatuan. Hal inilah yang akan

menjadi pisau analisis peneliti, mengukur pengaruh tradisi Syawalan di komplek

Mandala Asri. Dilihat dari masyarakatanya sebagai masyarakat pendatang baru,

bagaimana tradisi ini bisa menjadi mengawal mereka dalam bersosial selanjutnya.

Bagi masyarakat modern ”solidariatas mekanik” ini mengalami perubahan

bentuk, karena dalam masyarakat modern terdapat pembagian kerja, lain orang

lain pula pekerjaannya. Pandangan terhadap aturan moral juga berkembang

dengan cara yang lain. Moral tidak muncul di bawah bayang-bayang hukuman,

tapi dari kenyataan bahwa setiap orang selalu tergantung kepada orang lain. Di

sini, kekuatan penegak hukum muncul dari dalam (internal). Perbuatan salah yang

dilakukan seseorang harus dipandang sebagai sesuatu yang mengganggu orang

lain tempat di mana kebutuhannya bergantung”.13

Dengan demikian eksistensi suatu agama dapat di potret dari serangkaian

aturan-aturan atau norma yang termuat dalam pedoman suci mereka (yang tertulis

maupun yang tidak tertulis) yang menjadi pedoman hidup yang bersifat abstrak,

dan juga dapat dipotret dari perilaku empiris umat agama dalam kehidupan

12 Tari Lembayung. “Anatomi Teori Emile Durkheim” Dalam http://tarilembayung.

blogspot.com/2013/05/anatomi-teori-emile-durkheim.html. Di Akses pada tanggal 23 Agustus 2013.

13Daniel L. Pals, Seven Theories Of Religion Tujuh Teori Agama Paling Komprehensif ,

hlm. 138.

13

sosial.14 Dimungkinkan dapat diketahui pola kehidupan keagamaan di masyarakat

Komplek Mandala Asri. Dari teori sosial dan fenomenologis diharapkan bisa

menjelaskan pola-pola yang dijalankan dalam bermasyarakat.

G. Metode Penelitian

Metode adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulan data. Metode menyangkut masalah cara kerja: yaitu cara untuk

memahami fokus kajian yang menjadi sasaran dari ilmu yang bersangkutan.

Metode adalah suatu cara kerja atau mekanisme tindakan menurut kaidah tertentu

dalam konteks ilmu pengetahuan tertentu. Metodologi menerjemahkan suatu

paradigma dalam bahasa penelitian, dan menunjukkan bagaimana keberadaan

dunia nyata dapat dijelaskan, ditangani, dipelajari.15

Dalam hal tersebut peneliti menggunakan pendekatan sosiologi agama,

yaitu memahami agama sebagai fakta sosial par-excellence. Keyakinan bahwa

agama akan dapat dipahami secara tepat hanya jika dilihat dari sudut fungsi

sosialnya. Cara memahami bentuk-bentuk yang digunakan manusia untuk

menyatukan diri dalam kelompok bukanlah dengan menganalisis pemikiran-

pemikiran perorangan tetapi melalui cara yang cermat terhadap kelompok itu

sendiri.16 Dengan demikian peniliti akan mengukur pengaruh tradisi syawalan

14 Moh. Soehadha, Metode Penilitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama, (Yoyakarta:

SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga) hlm. 23.

15 Moh. Soehadha, Metode Penilitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama, hlm. 63.

16 Burhanuddin Daja (dkk.), Ilmu Perbandingan Agama (Yogyakarta Pokja Akademik, 2012), hlm. 153.

14

dengan mengumpul beberapa informen untuk diwawancarai sehingga akan

nampak jelas sejauh mana pengaruh tradisi ini menjadi acuan dalam masyarakat

komplek Mandala Asri.

Studi sosiologi terhadap agama tidak hanya memberi perhatian pada

dependensi keyakinan dan komonuitas keagamaan terhadap kekuatan dan proses

sosial, melainkan juga kekuatan penggerak organisasi dan doktrin keagamaan

dalam dunia sosial, termasuk pada bentuk dan karakteristik yang khas dalam

kehidupan yang muncul oleh komonitas-komonitas religius, baik dalam

masyarakat primitif maupun modern.17

Penelitian ini difokuskan pada hal-hal yang berupa kata-kata dan tindakan

dari objek Penelitian yang diamati, sedangkan dari dua hal tersebut juga data-data

tambahan seperti dokumen, jurnal, skripsi dan lain sebagainya. Peneliti berusaha

manggali informasi tentang pengaruh keagamaan dalam berbudaya yang

dilakukan oleh masyarakat komplek Mandala Asri.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian skiripsi ini adalah penelitian kualitatif, dalam konteks

tersebut terlihat adanya pengaruh suatu variabel dengan dengan variabel yang

lain ( yaitu hubungan sebab-akibat).

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan salah satu rangkaian dalam penelitian yang

mempunyai tujuan untuk memperoleh data yang akurat guna membuktikan

17 Peter Connolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Yudi Santo ( Yogyakarta: LkiS, 2002), hlm. 273.

15

benar tidaknya hipotesa, serta untuk memperoleh sejumlah data yang cukup

mampu menerangkan gejala atau objek yang diteliti.

Adapun jenis yang dilakukan oleh Peneliti meliputi dalam dua hal, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh

dari masyarakat. Data sekunder adalah data-data yang di peroleh secara tidak

langsung. Misalnya, dari literartur dan dokumen-dokumen yang ada di

masyarakat.18

Dalam pengumpulan data, penelitian ini dilakukan dengan tehnik

pengumpulan sebagai berikut:

a) Observasi

Teknik obervasi adalah metode pengamatan sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang akan diteliti.19 Dalam observasi,

peneliti mencoba mengamati perilaku kehidupan sehari-hari

masyarakat komplek Mandala Asri. Observasi yang dilakukan

oleh peneliti, ini dilakukan untuk mengetahui apakah sasaran

yang akan diteliti cukup untuk memenuhi kebutuhan data yang

diperlukan. Selain sebagai partisipan dalam acara tradisi

Syawalan, peniliti merupakan salah satu dari warga yang tinggal

dalam komplek, hingga mempermudah peneliti melihat realita

yang terjadi di komplek Mandala Asri.

18 Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2004), hlm. 193.

19 Sudarman Damin, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 138.

16

b) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pokok dalam penelitian

kualitatif. Jadi wawancara pada hakikatnya merupakan produk

dari pemahaman situasi lapangan dalam sebuah interaksi yang

khas. Untuk menjadikan keabsahan dalam mewawancara, yang

bertujuan untuk mendapatkan keterangan dan informasi yang

jelas. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur dan tidak

tersturuktur yaitu wawancara dengan tidak menggunakan angket

atau pertanyaan yang tidak tersusun dengan skema permasalahan

yang menjadi bahan pokok. Teknik wawancara tersebut juga akan

dilakukan secara mendalam oleh peneliti guna mendapatkan

keterangan dan informasi secara detail dari informan. Dalam

teknik wawancara ini, pertanyaan dan jawaban diberikan secara

verbal dan menghindari prasangka-prasangka sehingga dapat

menemukan sesuatu yang dianggap penting untuk mendapat hasil

yang sempurna.20 Peneliti mewawancara diantaranya dengan

tokoh masyarakat, dan warga masyarakat komplek Mandala Asri

sebagai pendatang baru dalam msyarakat komplek terebut.

3. Pendekatan Penelitian

20 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar penelitian Kualitatif, terj. Djunaidi

Ghony, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997). hlm. 12.

17

Tidak mudah untuk menguraikan persoalan yang dikaji dalam penelitian ini.

Karena itu, memerlukan metode sebagai salah satu upaya untuk

memperoleh apa yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

sosiologis, yaitu berusaha mengadakan penelitian yang mendalam tentang

hakikat dan sebab-sebab keteratuaran pola pikiran dan tindakan manusia

secara berulang-ulang.21 Suatu pola yang sudah berjalan dalam masyarakat

yang kemudian hal ini melahirkan pengaruh positif dan negatif. Pendekatan

sosiologis sering dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya, karena

fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Menurut

Durkheim, fokus dari sosiologi adalah fungsi yang dimainkan agama dalam

menghasilkan solidaritas sosial. 22

4. Analisis

Dari langkah analisis di atas, melalui pendekatan diskriptif

interpretatif, yaitu menjelaskan suatu permasalahan atau persoalan secara

terperinci dan mendetail dengan mengunakan penafsiran-penafsiran atau

perkiraan. Proses yang Peneliti lakukan untuk menganalisa data dalam

penelitian yang akan dilakukan diantaranya. mereduksi data, memilih hal

yang pokok dan memfokuskan hal yang penting. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang telah jelas dan

mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.

21 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 9.

22 Peter Conolly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, hlm. 271.

18

Dengan demikian peneliti harus selalu menguji rumusan hipotesis dengan

apa yang ditemukan di lapangan.

H. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan dibuat untuk mempermudahkan pemetaan-

pemetaan terhadap data atau kumpulan fakta yang kadang tidak terbilang

banyaknya, disamping memperjelas alur pemikiran yang akan dibangun.

Sistematika juga mempermudahkan pembaca menelusuri bagian-bagian atau bab

yang ingin dibacanya,

BAB I pendahuluan yang meliputi; latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,

metode penelitian dan sistematika pembahasan. ini merupakan pintu masuk untuk

memahami keseluruhan pembahasan yang ada dalam skripsi ini.

BAB II berisi tentang gambaran umum komplek Mandala Asri Yogyakarta

meliputi, letak geografis wilayah, keadaan demografi, mata pencaharian

masyarakat, tingkat pendididkan masyarakat, kehidupan agama masyarakat,

sistem budaya dalam masyarakat. Pembahasan ini dimaksudkan untuk

mengetahui keadaaan dan situasi yang ada di masyarakat tersebut serta untuk

memperoleh pemahaman tentang kehidupan masyarakat seperti kerukunan

masyarakat termasuk interaksi yang dibangun olehnya.

BAB III sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu memulai untuk

menguraikan tentang makna syawalan yang menjadi pembahasan inti sesuai

19

dengan fokus permasalahan yang peneliti rancang yaitu memulai untuk

menguraikan tentang bagaimana masyarakat memaknai Tradisi syawalan dalam

multi-agama dengan konteks kekinian bagi masyarakat komplek Mandala Asri

Yogyakarta. Mengurainya dengan tanggapan warga masyarakat komplek dalam

merespon tradisi syawalan hingga mengaplikasikan dalam bentuk nyata.

BAB IV dalam bab ini akan menguraikan dan berisi tentang peran Tradisi

syawalan dalam kehidupan bersosial di masyarakat multi-agama di komplek

Mandala Asri, dalam bab ini direncanakan dengan empat sub bab utama. Yaitu:

pertama, Cairnya identitas beragama. Kedua, Pergaulan yang moderat (toleransi).

Ketiga, Kesadaran pluralitas agama, dan Empat, solidaritas warga dalam banyak

golongan. Peneliti akan menjelaskan sejauh mana tradisi syawalan bisa

memberikan hal yang positif bagi masyarakat dan beberapa faktor lainnya yang

mempengaruhi dalam bersosial. rancangan ini bisa berubah sewaktu-waktu sesuai

dengan dinamika data yang peneliti temukan dilapangan

BAB V adalah penutup yang berisi temuan-temuan studi dan saran-saran

terkait dengan tradisi syawalan di komplek Mandala Asri Yogyakarta.

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tradisi Syawalan merupakan jembatan penghubung untuk

berinteraksi dari warga yang satu dengan warga yang lain. meminjam

pemikiran Emile Durkheim, sebagai pendatang baru di komplek mereka

menjadikan Syawalan sebagai kontrak media sosial dan hal ini terlihat dalam

keseharian mereka membangun solidaritas antara yang satu dengan yang lain.

Dengan demikian tradisi ini dijadikan sebagai bingkai dalam pola relasi

mereka terutama dalam berinteraksi anatara dengan yang lainnya, sehingga

sikap saling menghormati keyakinan orang lain dapat dibina.

Dengan cara-cara tersebut sangat membantu kesejahteraan mereka

menuju kedamaian dan ketentraman tanpa harus ada yang terintimidasi

dikarenakan oleh faktor berbedaan agama, suku, dan ras. Tradisi Syawalan

hadir sebagai media membangun sturuktur sosial yang harmonis. Tradisi

Syawalan sebagai budaya lokal dapat menjamin terlaksananya prinsip atau

aturan yang sudah di bangun dalam komplek Mandala Asri.

Terkait dengan peran Syawalan, tradisi ini jelas mempunyai andil

yang cukup besar dalam ranah sosial yang berlaku di komplek Mandala Asri,

dalam mengatur hubungan yang selalu berkesinambungan antara yang satu

dengan yang lain. Tradisi Syawalan mampu menjadi perekat hubungan Sosial

masyarakat komplek Mandala Asri, membangun sikap toleransi dan

89

kerukunan beragama. Sikap lainnya seperti sikap rendah hati terhadap

tetangga sekitar mereka, dan tidak memaksakan kehendak pribadi atas

kelomplok dan lebih mengutamakan kepentingan bersama demi terjalinnya

hubungan yang baik. Dengan sikap-sikap tersebut masyarakat komplek

Mandala Asri dapat mengembangkan pola pikir yang pluralis demi

tercapainya masyarakat yang aman, tentram dan sejahtera.

B. Saran

Setelah melihat beberapa situasi yang terjadi di komplek Mandala

Asri, belum cukup rasanya peneliti memahami banyak model atau pola

tentang mengatasi permecahan yang mengatasnamakan agama, ras, dan suku

serta lain-lainnya, maka peniliti ingin mengajukan beberapa saran-saran

diantaranya sebagai berikut:

1. Kepada pembaca yang budiman, bahwa penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna sebab dalam penelitin hanya fokus pada satu komplek

perumahan yang sudah mapan.oleh karena itu peneliti selanjutnya dapat

memilih sampel yang lebih berskala besar, dengan variasi masyarakat

yang lebih beragam mulai dari miskin hingga kaya dan begitu seterusnya.

2. Kepada masyarakat komplek Mandala Asri, agar selalu menjaga tradisi

Syawalan ini jangan sampai hilang. Tradisi ini akan memberi manfaat

yang sangat besar untuk menjalin hubungan yang harmonis, damai, dan

sejahtera dalam masyarakat yang multiagama. Hendaknya juga selalu

menjaga kerukunan yang sudah terjalin, seperti halnya toleransi,

90

pluralisme agama dan paham-paham yang lainnya. Jangan lupa untuk

selalu memberikan motivasi kepada anak-anak agar paham tentang hal

menghormati pemeluk agama lain. Tentunnya dengan membantu

memberikan dorongan untuk selalu berbuat baik kepada orang lain

walaupun beda agama, ras dan suku yang pada akhirnya hal tersebut

merekat dalam diri mereka untuk menjaga kerukunan antar umat beragama

dan sebagai warga negara yang baik.

3. Saya sebagai peneliti tentunya banyak kesalahan dalam memberikan

pembahasan dan kesimpulan yang belum sempurna untuk para membaca

yang budiman. Maka dari itu peniliti mengharap ada penelitian lain yang

melanjutkan penelitian ini hingga dapat menjadi baha acuan yang autentik

dalam banyak hal seperti sebagai acuan resolusi konflik di berbagai daerah

khususnya daerah yang rawan perang suku,ras dan konflik berdarah yang

mengatasnamakan agama.

DAFTAR PUSTAKA

A’isyah, Siti. Konsep Memaafkan Dalam Islam Untuk Penyelesaian Kejahatan

Masa Lalu. makalah, Jakarta.2009.

Adi, Rianto. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit, 2004.

Admin, Syawalan dan Halal bi Halal, Dengan Kupat, Syariat jadi Adat. dalam

internet. website: http//Syawalan dan Halal bi Halal, Dengan Kupat,

Syariat jadi Adat _ emka.web.id.htm diakses pada tanggal 12

September 2013

Bahri, Media Zainul. Satu Tuhan Banyak Agama Pandangan Sufistik Ibn ‘Arobi,

Rumi Dan Al-Jili. Yogyakarta: Mizan, 2011.

Bahtiar, Asep Purnama. The Power of Religion. Yogyakarta: Pondok Edukasi,

2005.

Connolly, Peter. (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama. Yogyakarta: LkiS, 2002.

Daja, Burhanuddin. (dkk.). Ilmu Perbandingan Agama. Yogyakarta Pokja

Akademik, 2012.

Damin, Sudarman. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Data monografi Kelurahan Semaki Yogyakarta 2012.

Dilistone, F.W. The Power Of Symbols. terj. A. Widyamartaya. Yogyakarta:

Kanisius,2002.

Djarir, Ibnu. Asal Usul Sejarah Halalbihalal. dalam http:// tanbihun.com/

sejarah/sejarah-asal-mula-halal-bihalal/.UVgAwNlld5A. diakses pada

tanggal 31 April 2013.

Ensiklopedia Khazanah Islam Dunia. dalam https://idid.

facebook.com/permalink.php? story_fbid =609713639042386&id=

567426959937721. diakses pada tanggal 13 Augustus 2013.

Ghafur, Waryono Abdul. Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks.

Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005.

Gundul, Blogger. Makna Syawalan. dalam internet. website: http://www.blogger

gundul.com /2012/08/makna-tradisi-syawalan.html. diakses pada

tanggal 30 Maret 2013

Handayani, Christina S dan Ardian Novianto. Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta:

LkiS, 2004.

Isnawati, Pinawan Ary. “Tradisi Kenduri pada Peringatan Hari Kematian di

Pedukuhan Bandung, Desa Bandung, Kecamatan Playen, Kabupaten

Gunungkidul”, Skiripsi Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2008.

Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Kuntowijoyo. Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: Tiara Wacana. 2006. 131.

Lembayung, Tari. “Anatomi Teori Emile Durkheim” Dalam http://tarilembayung.

blogspot.com/2013/05/anatomi-teori-emile-durkheim.html. Di Akses

pada tanggal 23 Agustus 2013.

Masduqi, Irwan. Berislam Secara Toleran Teologi Kerukunan Umat Beragama.

Bandung: Mizan, 2011.

Muhammad. Tinjauan Umum Tentang Toleransi Antar Umat Beragama. dalam

http://jtptiain-gdl-s1-2006-muhammadpu-1378-bab2_410-9.pdf. hlm

13. diakses pada tanggal 23 Agustus 2013

Nasruddin, Nanang. ”Perubahan Cara Silaturahmi dalam Tradisi Halal-bihalal di

Dusun Melikan”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,

Yogyakarta, 2007.

Pals, Daniel L. Seven Theories Of Religion Tujuh Teori Agama Paling

Komprehensif terj. Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta:IRCiSod, 2011.

Purwantoro, Widodo Hesti.” Dari Syawalan UII: Prof. Moh. Mahfud MD Ajak

Warga UII Banyak Bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW”. Dalam

http://fpscs.uii.ac.id/ fpsb-news/dari-syawalan-uii-prof-moh-mahfud-

md-ajak-warga-uii-banyak-bersalawat-kepada-nabi-muhammad-

sawkompasiana. diakses pada tanggal 12 Oktober 2013.

Soehadha, Moh. Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama.

Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar penelitian Kualitatif, terj.

Djunaidi Ghony, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997. 12.

Syam, Nur. Madzhab-Madzhab Antropologi. Yogyakarta: LkIS, 2012.

Turner, Bryan S. Relasi Agama Dan Teori Sosial Kontemporer. terj. Inyiak

Ridwan Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.

Wahyuninto, Liza dan Abd. Qadir Muslim, Memburu Akar Pluralisme Agama.

Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010.

Weber, Max. Sosiologi Agama. terj. Yudi Santo. Yogyakarta: IRCiSoD, 1995.

Wibowo, Agus. Kesalehan Kultural Tradisi Syawalan. Dalam http://aguswibowo

82.blogspot.com/2008/10/kesalehan-kultural-tradisi-syawalan.html.

diakses tanggal 23 Agustus 2013.

Yusuf, Mundzirin. dkk. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Pokja Akademik

UIN Sunan Kalijaga, 2005.

Zahroh, Siti Fathimatuz.” Kearifan Lokal Tradisi Syawalan”. dalam http://m.suara

merdeka. com. diakses pada tanggal 12 Oktober 2013.

DAFTAR INFORMAN

A. Agama Islam

No. Nama Pekerjaan 1. H. R Widagdo PNS 2. Bambang Wahyudi Pensiunan 3. Sutrisno Pensiunan 4. Setyoso Hardjowisastro Pensiunan 5. Mulyani PNS 6. Suwondo Pensiunan 7. Nur hammad Takmir 8. Mukhlis Takmir 9 Mbak Ummi Pembantu

B. Agama Katolik

No. Nama Pekerjaan 1. Budi Alamsyah Pengusaha 2. Himawan PNS

C. Agama Protestan

No. Nama Pekerjaan 1. Danar Adi Ati Pensiunan 2. Mogono Pensiunan 3 Merry Handayani

D. Agama Budha

No. Nama Pekerjaan 1. Adi Alamsyah Pengusaha 2. Sri Hartati IRT

INTERVIEW GUIDE

Bapak atau Ibu tinggal disini sudah berapa lama?

Sudah berapa kali Bapak/Ibu mengikuti tradisi Syawalan?

Dari pandangan Bapak/Ibu bagaimana Bapak/Ibu melihat syawalan?

Apa arti syawalan menurut Bapak/Ibu?

Perlu tidak tradisi syawalan itu di lanjutkan?

Apa yang Bapak/Ibu rasakan ketika syawalan?

Sepengatahuan Bapak/Ibu apa itu syawalan?

Apa yang Bapak/Ibu rasakan ketika membaca Ikrar bersama?

Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pelaksanaan syawalan?

Dalam pandangan Bapak/ibu masjid itu apa dan bagaimana?

Inikan seluruh warga baik yang beragama Islam, Kristen dan Budha ikut dalam tradisi syawalan, pendapat Bapak/Ibu bagaimana?

Menurut Bapak/Ibu ada tidak dampak tradisi syawalan dalam kehidupan sehari-hari kaitannya dengan masyarakat komplek mandala asri?

Bapak/Ibu apa yang anda harapkan dari tradisi syawalan kedepannya?

Sebagai penganuk agama yang baik, apa yang anda pahami tentang kerukunan berbagama?

Bagaimana pendapat anda jika yang mengikuti tradisi syawalan tidak hanya lain etnis, akan tetapi juga lain keyakinan?

Pendapat Bapak/Ibu mengenai masyarakat komplek Mandala Asri?

100

CURRICULUM VITAE

A. Data Pribadi

Nama : Supandi

TTL : Sumenep, 12 Agustus 1989

Alamat : Jln. K.H Shadiqin Hasan No 03. RT 004/RW 002 Dusun

Burnih, Mandala, Rubaru, Sumenep, Jawa Timur

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Nama Ayah : Ali

Nama Ibu : Ami

B. Pendidikan

a. MI Nurul Ulum, Mandala, Rubaru, lulus tahun 2002

b. SD Negeri Mandala I, Rubaru, Sumenep, lulus tahun 2002

c. MTs Islamiyah, Pakondang, Sumenep, lulus tahun 2005

d. MA Nurul Ulum, Mandala, Rubaru, lulus tahun 2007

e. MA Manmbaul Hikmah, Banasare, Sumenep lulus tahun 2008

f. Masuk Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta tahun 2009

C. Pengalaman Organisasi

a. Tenaga pengajar di LKM Qur’an Insani Yogyakarta

b. Takmir Masjid At-Taqwa Komplek Mandala Asri