makalak pempfigus

26
PEMPHIGUS VULGARIS A. PENGERTIAN Pemfigus adalah kumpulan penyakit kulit autoimun terbuka kronik, menyerang kulit dan membran mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula intra spidermal akibat proses ukontolisis (pemisahan sel-sel intra sel) dan secara imunopatologi ditemukan antibody terhadap komponen dermosom pada permukaan keratinosis jenis Ig I, baik terikat mupun beredar dalam sirkulasi darah ( Djuanda:2001, hal :186) Pemfigus adalah penyakit kulit yang ditandai dengan timbulnya sebaran gelembung secara berturut-turut yang mengering dengan meninggalkan bercak-bercak berwarna gelap, dapat diiringi dengan rasa gatal atau tidak dan umumnya mempengaruhi keadaan umum si penderita. (Laksman: 1999, hal:261). B. ETIOLOGI (Smeltzer dan Bars, 2002, hal:1879) 1. Genetik 2. penyakit autoimun 3. obat-obatan (Penisilin dan kaptopril) 4. sebagai penyakit penyerta seperti neoplasma C. MANIFESTASI KLINIK Tanda dan gejala pemfigus : 1. Pemfigus Vulgaris a. Kulit berlepuh, Ø 1-10 cm, bula kendur, mudah pecah, nyeri pada kulit yang terkelupas, erosi b. Krusta bertahan lama, hiperpigmentasi c. Tanda nikolsky ada d. Kelamin, mukosa mulut 60% 1 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

description

makalak

Transcript of makalak pempfigus

Page 1: makalak pempfigus

PEMPHIGUS VULGARISA. PENGERTIAN

Pemfigus adalah kumpulan penyakit kulit autoimun terbuka kronik, menyerang kulit dan membran mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula intra spidermal akibat proses ukontolisis (pemisahan sel-sel intra sel) dan secara imunopatologi ditemukan antibody terhadap komponen dermosom pada permukaan keratinosis jenis Ig I, baik terikat mupun beredar dalam sirkulasi darah ( Djuanda:2001, hal :186)

Pemfigus adalah penyakit kulit yang ditandai dengan timbulnya sebaran gelembung secara berturut-turut yang mengering dengan meninggalkan bercak-bercak berwarna gelap, dapat diiringi dengan rasa gatal atau tidak dan umumnya mempengaruhi keadaan umum si penderita. (Laksman: 1999, hal:261).

B. ETIOLOGI (Smeltzer dan Bars, 2002, hal:1879)1. Genetik2. penyakit autoimun3. obat-obatan (Penisilin dan kaptopril)4. sebagai penyakit penyerta seperti neoplasma

C. MANIFESTASI KLINIKTanda dan gejala pemfigus :1. Pemfigus Vulgaris

a. Kulit berlepuh, Ø 1-10 cm, bula kendur, mudah pecah, nyeri pada kulit yang terkelupas, erosib. Krusta bertahan lama, hiperpigmentasic. Tanda nikolsky adad. Kelamin, mukosa mulut 60%e. Biasanya usia 30-60 tahunf. Bau specific

2. pemfigus eritematosusa. Biasanya pada usia 60-70 tahunb. Lesi awal : daerah wajah, kulit kepala, punggung, seluruh tubuh berupa bercak, eritematosa batas tegas ( seperti kupu-kupu pada wajah) , krusta sifatnya kronis residifc. Dinding bula kendur, mudah pecah, erosif yang dikelilingi dasar eritematosa, krusta dan skuama krusta basah, bau khasd. Tanda nikolsky ada

1 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 2: makalak pempfigus

e. Mukosa mulut terkena

3. pemfigus bullosaa. Biasanya usia 50-70 tahunb. Dinding bula tegang berisi cairan jernih/ hemoragic diatas kulit yang tampak normal atau eritemac. Diameter bula bervariasid. Lesi mulut / genitalis ( 20 – 40 %)e. Tidak ada tanda nikolsky

4. pemfigus vegetansa. pada usia lebih muda dibandingkan dengan pemfigus vulgarisb. lesi awal dimukosa mulut berbulan-bulanc. lesi kulit : lokasi inter triginose, wajah, kepala, hidung, extremitas, selluruh tubuh berupa bula kendur, mudah pecah, erosi vegetans, bau amis, hiperpigmentasid. tanda nikolsky ada

D. PATOFISIOLOGISemua proses pemfigus sifat yang khas yaitu:1. Poses akontolisis]2. adanya antibody Ig G terhadap antigen diterminan yang ada pada permukaan keratinosis yang sedang berdeferensiasi

Sebagian besar pasien, pada mulanya ditemukan dengan testoral yang tampak sebagai erosi – erosi yang bentuknya ireguler yang terasa nyeri, mudah berdarah dan sembuh lambat. Bula pada kulit akan membesar, pecah dan meninggalkan daerah daerah erosi yang lebar serta nyeri disertai dengan pembentukan krusta dan pembesaran cairan.

Bau yang menususk dan khas akan memancar dari bula dan yang merembes keluar. Kalau dilakukan penekanan yang meminimalkan terjadinya pembentukan lepuh/ pengelupasan kulit yang normal ( tanda nikolsky ). Kulit yang erosi sembuh dengan lambah sehingga akhirnya daerah tubuh yang terkena sangat luas. Sekunder infeksi disertai dengan terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sering terjadi akibat kehilangan cairan dan protein ketika bula mengalami ruptur. Hipoalbuminemia sering dijumpai kalau proses penyakit mencakup daerah permukaan kulit tubuh dan membran mukosa yang luas. ( smeltzer dan Bars:2002, hal 1880)

E. PENGKAJIAN FOKUS1. Biodata

2 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 3: makalak pempfigus

Umur : biasanya pada usia pertengahan sampai dewasa muda

2. Riwayat kesehatanKeluhan utama : nyeri karena adanya pembentukan bula dan erosiRiwayat penyakit dahulu : Riwayat alergi obat, riwayat penyakit keganasan ( neoplasma ), riwayat penyakit lain, Riwayat hipertensi

3. pola kesehatan fungsional Gordon yang terkaita. Pola Nutrisi dan MetabolikKehilangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan dan protein ketika bula mengalami rupturb. Pola persepsi sensori dan kognitifNyri akibat pembentukan bula dan erosic. Pola hubungan dengan orang lainTerjadinya perubahan dalam berhubungan dengan orang lain karena adanya bula atau bekas pecahan bula yang meninggalkan erosi yang lebard. Pola persepsi dan konsep diriTerjadinya gangguan body image karena adanya bula/ bula pecah meninggalkan erosi yang lebar serta bau yang menusuk

4. Pemeriksaan Fisik- Keadaan Umum : Baik- Tingkat kesadaran : Composmentis- Tanda – tanda vital :

o TD : Dapat meningkat/ menuruno N : Dapat meningkat/ menuruno RR : Dapat meningkat/ menuruno S : Dapat meningkat/ menurun

- Kepala : Kadang ditemukan bula- Dada : Kadang ditemukan bula- Punggung : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus- Ekstremitas : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus

5. Pemeriksaan penunjanga. Klinis anamnesis dan pemeriksaan kulit : ditemukan bulab. Laborat darah : hipoalbuminc. Biopsi kulit : mengetahui kemungkinan maligna

3 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 4: makalak pempfigus

d. Test imunofluorssen : didapat penurunan imunoglobulin

F. PENATALAKSANAAN1. Pemfigus vulgarisa. Umum- Perbaiki keadaan umum- Atasi keseimbangan cairan ( input atau output ), elektrolit, tanda-tanda vital

b. Sistemik- Kortikosteroid : Prednison 60-150 mg/hr ( tergantung berat ringannya penyakit- Tapering off disesuaikan dengan kondisi klinis dan kadar IgG dalam darah sampai dosis pemeliharaan- Dapat dikombinasikan kortikosteroid dan sitostatika (Azotlapin 1-3 mg/kg BB ) untuk sparing efek.- Antibiotika bila ada infeksi sekunder- KCL 3x500 mg/ hari- Anabolik ( Anabolene 1x1 tablet/ hari )

c. Topikal- Eksudatif : kompres- Darah erosif : - Silver sulfadiazine- Krim antibiotik bila ada infeksi- Kortikosteroid lemah untuk lesi yang tidah eksudatif

2. pemfigus eritematosusa. umum- Pengawasan keadaan umum, tanda vital, input atau output cairan dan elektrolit- Diet lunak, TKTP, rendah garam

b. Sistemik- Kortikosteroid : prednison 60-100 mg/hr ( tergantung berat ringannya penyakit)- Kombinasi kortikosteroid dan azatioprin (1-2 mg/kg BB)- Antibiotik : bila terdapat infeksi sekunder- Anbolik ( anabolene 1x1 tb/ hari)

c. Topikal- Untuk lesi basah : kompres- Untuk lesi erosif : mupirocin

4 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 5: makalak pempfigus

- Untuk lesi berskuama : kompres hidrokortison 2,5 %, lanalcin 10 %, vaselin albumin 100

3. Pemfigus bulosaa. umum- Pengawasan keadaan umum, tanda vital- Diet TKTP- Hindari infeksi sekunder (K/P) infus untuk mengantisipasi gangguan cairan dan elektrolit

d. Sistemik- Prednison 40-80 mg/hr, bila tampak perbaikan tapering off- DDS 200-300 mg/hari- Dapat diberikan gabungan prednison dengan imunosupresan lain- MTX 20-30 mg/ minggu interval 12 jam diberikan saat prednison dosis 400 mg- Azatioprin 50-150 mg/hr setelah 3-4 minggu kemudian dilakukan alternate day- Anbolik bila ada infeksi sekunder- CTM 3x1 tablet sehari ( bila gatal)

e. Topikal- Untuk lesi basah : kompres rivanol- Untuk lesi erosi kering : kortikosteroid topikal- Antibiotik topikal- Bula besar : aspirasi

4. pemfigus vegetansa. umum- Pengawasan keadaan umum, tanda vital, input output cairan dan elektrolit- Diet lunak, TKTP, rendah garam

f. Sistemik- Prednison 60-150 mg/hr, tapering off sesuai dengan kondisi klinis sampai dosis pemeliharaan- Antibiotik bila ada infeksi sekunder- Alternate dapseon 100-200 mg/hari- KCL 2x500 mg (k/p)- Anabolik (anabolene 1x1 tablet sehari)

g. Topikal- Betadine gargle untuk kumur- Bibir kenalog in arabase- Garamicin krim atau fucidine krim 2xsehari untuk daerah erosif- Untuk krusta : kompres salep antibiotik- Mandi PK / 10.000

5 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 6: makalak pempfigus

G. WOC PEMFIGUS VULGARIS KLIK UNTUK DOWNLOAD

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN2. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan protein3. gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan lesi pada kulit, pecahnya bula4. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit dan membran mukosa5. gangguan atau kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rupture bula dan daerah kulit yang terbuka6. intoleransi aktfitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kekakuan sendi7. ganguan body image berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

I. FOKUS INTERVENSI1. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan proteinTujuan : Pemenuhan volume cairan yang optimal dan elektrolit seimbang

Intervensia. Pantau TTV, haluaran cairan urine dan waspada terhadap tanda-tanda hipovolemiaR: hipovolemia merupakan resiko utama yang harus segera ditangani

b. Pantau haluaran urine setiap 1 jam sekali dan menimbang BB setiap hariR: dapat memberikan informasi tentang status cairan

c. Pertahankan pemberian cainan infus dan atur tetesan sesuai dengan programR: pemberian cairan yang adekuat guna mempertahankan keseimbangan cairan

d. Naikkan kepala dan tinggikan ekstremitasR: peninggian akan meningkatkan aliran darah vena

e. Hitung balance cairanR: dapat memberikan informasi tentang input-output cairan.

2. gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan lesi pada kulit, pecahnya bulaTujuan : Nyeri berkurang atau hilang

6 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 7: makalak pempfigus

Intervensia. Periksa daerah yang terkena dan terlibatR: pemahaman tentang luasnya dan karakteristik kulit untuk memudahkan menyusun intervensi

b. Kendalikan faktor-faktor iritan ( kelembaban, suhu, sabun ringan, batasi pakaian, cuci linen)R: rasa nyeri diperburuk ileh panas, bahan kimia dan fisik

c. Kaji skala nyeriR: mengetahui perkembangan penyakit

d. Berikan tindakan kenyamanan dasar, seperti pijatan daerah atau area yang tidak sakit dan perubahan posisi sesering mungkinR: meningkatkan relaksasi, menurunkan ketegangan otot dan kelelahan umum

e. Ajarkan manajemen stres seperti relaksasi nafas dalam dan distraksiR: meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa kontrol yang menurunkan ketergantungan pada obat

f. Kolaburasi pemberian analgetikR: untuk mengurangi nyeri

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit dan membran mukosa

Tujuan : Tidak terjadi infeksiIntervensia. Implementasi teknik isolasi yang tepat sesuai indikasiR: menurunkan resiko terkontaminasi silang atau terpajan pada flora bakteri multiple

b. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua individu yang kontak dengan pasienR: mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi

c. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu dan jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perluR: mencegah kontamiasi silang dari pengunjung

d. Periksa luka setiap hari, perhatikan atau catat perubahan penampakan bau atau kuntitasR: mengidentifikasi adanya penyembuhan dan memberikan deteksi dini adanya infeksi.

7 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 8: makalak pempfigus

e. Rawat luka dengan teknik aseptikR: menurunkan resiko infeksi

4. gangguan atau kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rupture bula dan daerah kulit yang terbukaTujuan : Pemeliharaan integritas kulit

Intervensia. Kompres yang basah dan sejuk atau therapi rendamanR : dapat mengurangi rasa nyeri

b. Setelah dimandikan kulit segera dikeringkan dengan hati-hati dan taburi dengan bedah yang tidak mengiritasiR : jumlah bedak yang cukup banyak mungkin diperlukan untuk menjaga agar kulit pasien tidak lengket dengan sprei

c. Jangan menggunakan plesterR: dapat menimbulkan pecahnya bula sehingga perlu diberikan perban.

5. Intoleransi aktfitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kekakuan sendiTujuan: Toleran terhadap aktifitas

Intervensia. Kaji tingkat aktifitas pasienR: untuk mengetahui tingkat ADL pasien

b. Anjurkan pasien untuk menghemat energiR: untuk mengurangi energi

c. Bantu pemenuhan ADLR: agar tidak terjadi ADL

d. Monitor TTVR: aktifitas banyak dapat meningkatkan nadi

e. Anjurkan pasien untuk banyak istirahatR: istirahat dapat memulihkan energi

6. Ganguan body image berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

8 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 9: makalak pempfigus

Tujuan : Pengembangan penerimaan diri

Intervensia. Kaji adanya gangguan citra diri ( menghindar, kontak mata kurang)R: gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit yang tampak nyata

b. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan emosiR: pasien butuh pengalaman didengarkan dan dipahami

c. Motivasi pasien untuk bersosialisasi dengan orang lainR: meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi

d. Motivasi supaya pasien memperbaiki citra tubuhR: meningkatkan kepercayaan diri

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes Marilynn, 1999; Rencana Asuhan Keperawatan , EGC, Jakarta2. Smelltzer and bars, 2002, hal 1883. Harnowo, 2002, hal: 294. Brunner and suddath, 2001; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

5. Mansjoer, Arif, Dkk, 1999; Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Medikal Aesculapis

AsKep Akne VulgarisKonsep Dasar Gangguan Integumen (Akne Vulgaris)I. Definisi/pengertianA. Akne vulgaris ( jerawat ) penyakit kulit akibat perdangan kronik folikel pilosebasea yang umunya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya ( Arif Mansjoer, dkk. 2000)B. Akne vulgaris ( jerawat ) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai pilosebasea ( polikel rambut ) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan komedo tertutup ( white head ), komedo terbuka ( black head ), papula, pustul, nodus, dan kista ( Brunner & Suddarth, 2001, hlm 1857)

II. Epidemiologi/ insiden kasusAkne vulgaris biasanya terjadi pada seseorang antara usia 40 dan 60 tahun.

9 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 10: makalak pempfigus

Akne vulgaris sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan akan dengan sendirinya pada usia sekitar 20 – 30 tahun. Walaupun demikian ada banyak juga orang setengah baya yang mengalami serangan akne. Akne tidak terdapat pada laki – laki yang dikastrasi sebelum puberitas atau pada perempuan yang sudah diooforektomi.

III. Etiologi/penyebabAkne biasanya disebabkan oleh tingginya sekresi sebum. Androgen telah diketahui sebagai perangsang sekresi sebum, estrogen mengurangi produksi sebum. Penyebab eksternal acne vulgaris jarang teridentifikasi.* Beberapa kosmetik dan minyak rambut (hair pomades) dapat memperburuk akne.

* Obat-obatan pemicu timbulnya akne antara lain: steroid, lithium, beberapa antiepilepsi, dan iodides.

* Congenital adrenal hyperplasia, polycystic ovary syndrome, dan kelainan endokrin lainnya (dengan kadar androgen yang berlebihan) dapat memicu perkembangan acne vulgaris.

* Acne vulgaris dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik.

IV. Faktor Predisposisiselain faktor dari dalam ada juga faktor lain yang mempengaruhi akne yaitu faktor – faktor mekanik seperti mengusap, menggesek tekanan, dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebasea dapat memperburuk akne yag sudah ada. Selain itu obat – obatan juga dapat mencetuskan akne sperti kortikosteroid oral kronik yang dipakai untuk mengobati penyakit lain ( seperti lupus eritematosus sistemik atau transplantasi ginjal ), dapat menimbulkan vistula dipermukaan kulit wajah. Dada dan punggung, kontrasepsi juga dapat memperburuk akne.Akne pada perempuan yang berusia sekitar 20 an, 30-an dan 40-an sering kali disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang dasarnya dari minyak dan menimbulkan komedo.V. Patofisiologi

VI. Klasifikasi Akne VulgarisAkne diklasifikasikan sebagai berikut:1. Komedonal ( komedo hitam dan komedo putih )2. Papulopustular ( papula dan Postula )3. Kistik

Macam – macam akne:1. Ekskoriata terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat secara obsesif, dengan demikian dapat menimbulkan jaringan parut yang banyak sekali.2. Akne konglobata merupakan bentuk akne kistik yang paling berat dengan kista profunda,

10 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 11: makalak pempfigus

komedo multiple dan jaringan parut yang nyata. Keadaan ini dapat disertai demam, dan mungkin pasien perlu dirawat dirumah sakit.3. Akne koloidalis memiliki jaringan parut dan keloid multiple di tempat – tempat terdapat lesi akne.

VII. Gejala Klinis* Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh (tenderness).* Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris.* Akne yang berat (severe acne) disertai dengan tanda dan gejala sistemik disebut sebagai acne fulminans.* Acne dapat muncul pada pasien apapun sebagai dampak psikologis, tanpa melihat tingkat keparahan penyakitnya.*Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustule,nodus atau kusta dapat disertai rasa gatal. Isi komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kkista biasanya berupa pus dan darah. Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas.

VIII. Pemeriksaan FisikAcne vulgaris bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi sebaceous.

Komedo dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo terbuka) tanpa disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apapun.

Papula dan pustula terangkat membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang nyata.

Wajah dapat menjadi satu-satunya permukaan kulit yang terserang jerawat; namun dada, punggung, dan lengan atas juga sering terkena jerawat.

* Pada akne komedo (comedonal acne), tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo (comedonal lesions) merupakan lesi akne yang paling awal, sedangkan komedo tertutup (closed comedones) merupakan lesi precursor dari lesi peradangan (inflammatory lesions)

* Akne peradangan yang ringan (mild inflammatory acne) bercirikan adanya komedo dan papula peradangan.

* Akne peradangan yang sedang (moderate inflammatory acne) memiliki komedo, papula peradangan, dan pustula. Akne ini memiliki lebih banyak lesi dibandingkan dengan akne peradangan yang lebih ringan.

* Acne nodulocystic bercirikan komedo, lesi-lesi peradangan, dan nodul besar yang

11 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 12: makalak pempfigus

berdiameter lenih dari 5 mm. Seringkali tampak jaringan parut (scarring).

IX. Pemeriksaan DiagnostikA. Pemeriksaan LaboratoriumPenegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis.

* Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah diukur kadar testosteron totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadar free testosterone, DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating hormone (FSH).

* Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat diperlukan ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai.

B. Pemeriksaan Histopatologis Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding follicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas, dengan atau tanpa follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a foreign body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring).

X. Prognosis

* Pada pria, akne biasanya menghilang pada usia dewasa muda. Lima persen pria masih memiliki akne pada usia 25 tahun.

* Pada wanita, 12% masih memiliki akne di usia 25 tahun, sedangkan 5% masih memiliki akne di usia 45 tahun.

* Rata-rata prognosis orang dengan akne adalah baik.

XI. TherapyPengobatan akne meliputi penghentian pemakaian semua faktor yang dapat mmperberat akne seperti pemakaian make up dan krim pelembab yang bahan dasarnya terbuat dari minyak. Pembersihan dan penggosokan wajah dengan sabun dapat melenyapkan minyak diperlukan kulit dan melepaskan beberapa komedo. Dianjurkan dengan memakai sabun seperti dial, pernox, postek, neutrogenadan desquam-X wash dan benzoil peroksidaAntibiotic topical yang dihgunakan untuk mengobati akne, papula dan pustula superpisial

12 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 13: makalak pempfigus

adalah klindamisin dan ertromisin.

Antibiotik sistemik merupakan therapy utama untuk akne popular dan pustular ropunda. Pasien biasanya diberi tetrasiklin, eritromisin dan minosiklin.

Farmakoterapi JerawatTujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk mencegah komplikasi.

Secara umum ada dua golongan:1. Retinoid, misalnya: 1.1. isotretinoin, 1.2. tretinoin, 1.3. adapalene, 1.4. tazarotene.2. Antibiotik, misalnya: 2.1. minocycline,2.2. doxycycline,2.3. tetracycline, 2.4. trimethoprim/sulfamethoxazole.

Berikut ini sedikit uraian tentang farmakoterapi jerawat beserta nama dagangnya di Amerika:1. Retinoid1.1. Isotretinoin (Accutane)

Mekanisme KerjaPengobatan (medication) secara oral yang paling efektif mengobati berbagai kondisi dermatologis yang serius.Isotretinoin merupakan bentuk isomer 13-cis sintetis dari tretinoin yang terjadi secara alami (trans-retinoic acid). Struktur kedua agen tersebut berhubungan dengan vitamin A. Menurunkan ukuran kelenjar sebaseus dan produksi sebum. Juga menghambat diferensiasi kelenjar sebaseus dan keratinisasi abnormal.Pasien wanita haruslah memberikan informed consent secara tertulis (dan menandatanganinya), yang menyatakan bahwa mereka akan menggunakan kontrasepsi selama menjalani terapi dan untuk 30 hari paskaterapi.

DosisTotal dosis kumulatif yang direkomendasikan sebesar 120-150 mg/kg berat badan, dosis awal (starting dose) sebaiknya <0.5 mg/kg berat badan/hari PO, kemudian dosis dapat dinaikkan hingga 1 mg/kg berat badan/hari.

1.2. Tretinoin (Retin-A, Retin-A Micro, Avita)

13 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 14: makalak pempfigus

Mekanisme KerjaMenghambat pembentukan microcomedo. Menormalkan diferensiasi epidermis folikuler dan menunjukkan (meng-exhibit) anti-inflammatory properties. Tersedia dalam krem 0.025%, 0.05%, dan 0.1%. Juga tersedia dalam bentuk gels 0.01% dan 0.025%.

DosisDimulai dengan formulasi tretinoin dosis terendah dan dapat ditingkatkan sesuai toleransi tubuh. Berikan hs (sebelum tidur) atau qod. Turunkan dosis bila terjadi iritasi.

1.3. Adapalene (Differin)

Mekanisme KerjaTurunan (derivative) asam naptoat (naphthoic acid) yang mampu mengikat reseptor asam retinoat (retinoic acid). Menormalkan diferensiasi epidermis folikuler dan menunjukkan (meng-exhibit) anti-inflammatory properties. Tersedia dalam sediaan (formulation) krem, gel, solution, dan pledget.

DosisBerikan sedikit pada kulit yang berjerawat, diberikan: qd.

1.4. Tazarotene (Tazorac, AVAGE)Mekanisme KerjaProdrug retinoid yang memiliki active metabolite modulates differentiation dan proliferation of epithelial tissue; juga memiliki efek antiperadangan (anti-inflammatory) dan immunomodulatory properties. Tersedia preparat krem dan gel 0.05% dan 0.1%.

DosisBerikan sedikit saja pada area yang berjerawat, diberikan: qd.

2. Antibiotik

2.1. Minocycline (Dynacin, Minocin)

Mekanisme KerjaMengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme gram-negatif dan gram-positif. Juga infeksi yang disebabkan oleh organisme klamidia (chlamydial), riketsia (rickettsial), dan mikoplasma (mycoplasmal).

Tersedia dalam preparat 50mg, 75mg, dan 100mg.

Dosis dewasa

14 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 15: makalak pempfigus

50-100 mg PO bid.

Dosis anak-anak<8 tahun: tidak direkomendasikan.>8 tahun: mula-mula 4 mg/kg berat badan PO, diikuti dengan 2 mg/kg berat badan q12h.

2.2. Doxycycline (Bio-Tab, Doryx, Vibramycin)

Mekanisme KerjaAgen antibakteri yang efektif melawan organisme gram-positive dan gram-negative.

Tersedia dalam preparat 20mg, 50mg, dan 100mg.

Dosis dewasa100 mg PO bid.

Dosis anak-anak<8 tahun: tidak direkomendasikan.>8 tahun: 2-5 mg/kg berat badan/hari PO/IV dalam 1-2 dosis terbagi; sebaiknya tidak melebihi 200 mg/hari.

2.3. Tetracycline (Sumycin)

Mekanisme KerjaAgen antibakteri yang efektif melawan organisme gram-positive dan gram-negative.

Dosis dewasa250-500 mg PO q6hUntuk infeksi ringan sampai sedang: 500 mg PO bid atau 250 mg PO qid untuk 7-14 hari.

Dosis anak-anak<8 tahun: : tidak direkomendasikan.>8 tahun: 25-50 mg/kg/hari (10-20 mg/lb) PO dibagi qid

2.4. Trimethoprim/sulfamethoxazole (Bactrim, Bactrim DS, Septra, Septra DS).

Mekanisme KerjaAntibiotik dengan aktivitas melawan banyak organisme gram-positive dan gram-negative. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihidrofolat (dihydrofolic acid). Tersedia dosis 80 mg trimethoprim dan 400 mg sulfamethoxazole atau

15 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 16: makalak pempfigus

160 mg trimethoprim dan 800 mg sulfamethoxazole (kekuatan ganda).

Dosis dewasa 160 mg TMP/800 mg SMZ PO q12h.

Dosis anak-anak8 mg/kg berat badan/hari TMP/40 mg/kg berat badan/hari SMZ PO/IV dibagi q12h.

XII. Penatalaksanaan Saat digunakan antibiotik sistemik atau topikal, sebaiknya digunakan bersama dengan benzoyl peroxide untuk mengurangi risiko terjadinya resistance.

1. Topical treatments Topical retinoids bersifat comedolytic dan anti-inflammatory.Topical retinoids yang paling banyak diresepkan termasuk adapalene, tazarotene, dan tretinoin.

Topical retinoids menipiskan stratum corneum, dan berkaitan erat dengan sun sensitivity. Nasihatilah pasien untuk berlindung dari sinar matahari (sun protection), misalnya dengan memakai topi, tabir surya, dll.

Antibiotik topikal yang yang umum diresepkan termasuk erythromycin dan clindamycin dosis tunggal atau dikombinasikan dengan benzoyl peroxide.

2. Systemic treatments

Antibiotik sistemik merupakan terapi mainstay untuk jerawat.

Antibiotik kelompok tetracycline umumnya diresepkan untuk akne. Semakin antibiotik bersifat lebih lipofilik, seperti doxycycline dan minocycline, biasanya lebih efektif daripada tetracycline.

Antibiotik lainnya, seperti: trimethoprim, dosis tunggal atau dikombinasi dengan sulfamethoxazole, dan azithromycin, dilaporkan bermanfaat.

XIII. DiitNasi

XIV. Komplikasi* Lesi akne dapat berlanjut menjadi permanent scarring.

16 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 17: makalak pempfigus

Asuhan KeperawatanI. PengkajianA. Data Subjektif1. Pasien mengeluh gatal pada wajah2. Pasien mengeluh nyeri bila disentuh3. Pasien mengeluh tentang bagian tubuhnya yang terdapat jerawat4. Pasien mengatakan takut tentang bekas jerawatnya5. Pasien mengatakan tidak tahu tentang cara mengatasi jerawatnya

B. Data Objektif1. Terdapat komedo pada wajah, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas2. Terdapat pus3. Terdapat darah4. Pasien tampak cemas5. Pasien tampak bertanya-tanya tentang wajahnya6. Pasien tampak sering menggaruk-garuk wajahnya

II. Diagnosa Keperawatan1. Resiko terjadi penyebaran infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat2. Nyeri b/d proses peradangan3. Gangguan perubahan citra tubuh b/d keadaan luka4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakitnya5. Ansientas b/d kecacatan6. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulitIII. Rencana KeperawatanA. Dx 1Intervensi:1. Observasi keadaan luka pasien2. Gunakan tehnik septic dan aseptic selama perawatan luka3. Tekankan tehnik cuci tangan yang baik untuk setiap individu yang kontak dengan pasien4. Kolaborasi pemberian antibioticRasional: 1. Mengetahui keadaan luka pasien2. Mencegah terpajan organism infeksius3. Mencegah kontaminasi silang dan menurunkan resiko penyebaran infeksi4. Antibiotic dapat membantu mengurangi penyebaran infeksiB. Dx 2Intervensi1. Observasi tingkat nyeri pasien(skala 0-10)2. Ajarkan pasien tehnik distraksi,relaksasi

17 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 18: makalak pempfigus

3. Beri posisi yang nyaman4. Kolaborasi pemberian analgetikRasional1. Mengetahui derajat nyeri pasien2. Distraksi relaksasi dapat membantu meringankan nyeri3. Memberikan kenyamanan pada pasien sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan4. Pemberian analgetik dapat membantu meringankan derajat nyeri pasienC. Dx 3Intevensi1. Observasi makna perubahan yang dialami oleh pasien2. Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan3. Catat perilaku menarik diri : peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatanRasional1. Mengetahui perasaan pasien tentang keadaannya dan control emosinya2. Dukung keluarga dan orang terdekat dapat mempercepat proses penyembuhan3. Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketatD. Dx 4Intervensi1. Diskusikan tentang perawatan kulit,contoh :penggunaan pelembab dan pelindung sinar matahari2. Berikan HE tentang Higiene,pencegahan dan pengobatan penyakitnya3. Tekankan pentingnya mengevaluasi perawatanRasional1. Meningkatkan perawatan diri setelah pulang dan kemandirian2. Meningkatkan pengetahuan pasien3. Dukungan jangka panjang continue dan perubahan terapi dibutuhkan untuk mencapai penyembuhan optimalE. Dx 5Intervensi :1. Observasi derajat ansietas pasien2. Informasikan pasien bahwa perasaannya normal3. Berkan kenyaman fisik, lingkungan tenag dan istirahatRasional:1. Mengetahui tingkat ansietas pasien sehingga dapat memberikan HE yang tepat 2. Pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu pasien meningkatkan beberapa perasaan kontrol emosi3. Rasa nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan ansietasF. Dx 6Intervensi :1. Obeservasi atau catat ukuran, warnadan keadaan kulit di ara sekitar luka

18 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com

Page 19: makalak pempfigus

2. Ubah posisi dengan sering 3. Beri perawatan kulit sering agar tidak terjadi kering atau lembabRasional :1. Mengetahui perkembangan luka pasien dan kulit di sekitarnya2. Memperbaiki sirkulasi darah3. Terjadi kering / lembab dapat merusak kulit dan mempercepat kerusakan

IV. EvaluasiA. Dx 1“tidak terjadi penyebaran infeksi akibat luka jerawat”B. Dx 2“ Nyeri pasien dapat diatasi”C. Dx 3“ pasien tidak lagi mengalami gangguan perubahan citra tubuh”D. Dx 4“ Pasien mengetahui tentang hygiene, pencengahan dan pengobatan bekas jerawatnya”E. Dx 5“ Ansietas pasien dapat diatasi”F. Dx 6 “ Tidak terjadi kerusakan integritas kuli

Daftar Pustaka

1. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.2. Djuanda, A . 2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . FKUI : Jakarta.3. Phipet.blog.friendster.com/2008/04/pengaruh – menstruasi terhadap/jerawat – akne – vulgaris4. Http=//mariasonhaji.wordpress.com/2008/12/02/antibiotika – topical/5. Luknanrohimin.bog spot.com/2008/03/asuhan – keperawatan – aknevulgaris6. Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga. Media Aesculapius: Jakarta

19 http://akperppni.ac.id http://askep-akper.blogspot.com http://akperppnisolojateng.blogspot.com http://askep-u.blogspot.com