Makalahreva Rubin
-
Upload
ferisca-maya-kurnia-wardhani -
Category
Documents
-
view
84 -
download
0
description
Transcript of Makalahreva Rubin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bidan adalah seorang profesional yang sudah dilatih dengan pengetahuan
khusus dalam bantuan kepada wanita agar tetap sehat selama hamil dan menolongnya
pada waktu melahirkan, ahli dalam memberikan asuhan, penyuluhan, konseling dan
dukungan secara individu kepada wanita dan bayinya dalam siklus kehamilan dan
persalinan.
Ruang lingkup praktek kebidanan meliputi :
Menolong persalinan.
Konseling.
Penyuluhan.
Asuhan pada waktu hamil, melahirkan, nifas, dan bayi baru lahir.
Deteksi dini penyakit.
Pengobatan terbatas ginekologi.
Pertolongan gawat darurat.
Pengawasan tumbuh kembang.
Supervisi.
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian
yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan prakteknya. Dalam melaksanakan
praktek, bidan sering dihadapkan pada pertanyaan “apa yang dikerjakan bidan dan
bagaimana ia berkarya” untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu ditegaskan adanya
model dan teori - teori yang berhubungan dengan praktek kebidanan.
Untuk itu bidan dalam memberikan pelayanan terdapat model asuhan
kebidanan yang berdasarkan pada pernyataan bahwa kehamilan, persalinan, dan
kelahiran merupakan suatu proses kehidupan yang normal, yang didalamnya
termasuk :
1
Memonitor kesejahteraan ibu baik fisik, psikologis maupun sosial dalam
siklus kehamilan dan persalinan.
Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan, konseling, asuhan
prenatal, dalam proses persalinan dan melahirkan, dan bantuan pada masa post
partum.
Intervensi teknologi seminimal mungkin.
Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetri yang dibutuhkan.
Melakukan rujukan yang membutuhkan penanganan spesialis obstetrik atau
tenaga kesehatan lain.
Praktek kebidanan merupakan manajemen kesehatan wanita secara mandiri
berfokus pada kehamilan, persalinan, periode post partum, asuhan terhadap bayi baru
lahir, keluarga berencana, dan kesehatan reproduksi wanita. Adapun teori - teori yang
berhubungan dengan praktek kebidanan mencakup enam teori. Teori adalah
seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat secara jelas menguraikan fenomena
yang penting dalam sebuah disiplin. Teori yang diuraikan dalam praktek kebidanan
adalah :
1. Teori Reva Rubin.
2. Teori Ramona Mercer.
3. Teori Esnestine Wiedenbach.
4. Teori Ela Joy Lerhman.
5. Teori Jean Ball.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Teori apa sajakah yang menjadi landasan dalam Praktik Kebidanan ?
1.3 TUJUAN MASALAH
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Teori-teori dari
beberapa ahli yang menjadi landasan dan digunakan dalam Praktik Kebidanan.
Sebagai acuan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TEORI REVA RUBIN
Reva Rubin merupakan perawat kebidanan yang hasil penelitiannya telah
digunakan secara luas di Amerika Serikat. Tujuan penelitian teori ini adalah
mengidentifikasi bagaimana seorang wanita melaksanakan perannya sebagai ibu
dan hal apa sajakah yang memengaruhinya, baik yang bersifat positif maupun
negatif.
Metode penelitian pada teori ini adalah data dikumpulkan oleh siswa
bidan yang merawat wanita di klinik antenatal dan postnatal melalui wawancara
secara langsung atau via telepon yang berlangsung selama 1-4 jam pada sekitar
6000 wanita (yang terus dikembangkan selama 20 tahun). Hasil dari penelitian
pada teori ini adalah proses pelaksanaan peran ibu terjadi saat kehamilan sampai
6 bulan setelah melahirkan.
Tiga elemen penting dalam proses pelaksanaan peran ibu, yaitu:
1. Ideal image, sebuah gambaran ideal/positif mengenai wanita yang berhasil
melaksanakan perannya sebagai ibu dengan baik.
2. Self image, gambaran mengenai dirinya sendiri yang dihasilkan melalui
pengalamannya.
3. Body image, perubahan yang terjadi pada tubuh wanita selama proses
kehamilan.
Proses pelaksanaan peran seorang ibu, melalui tahap:
1. Mimicry (peniruan). Wanita meniru perilaku wanita lain (yang pernah
hamil) dengan melihat, mendengar, dan merasakan pengalaman menjadi
seorang ibu. Misalnya, apa yang dilakukan saat persalinan, bagaimana
pertumbuhan bayi pada hari-hari pertama, dan sebagainya.
2. Role play (mencoba bermain peran). Menciptakan kondisi di masa yang
akan datang dengan sengaja. Misalnya berlatih merawat bayi dengan
3
menjadi babysitter (pengasuh anak) untuk anak temannya, mencoba
menyuapi anak kecil, dan sebagainya.
3. Fantasy (menghayal). Wanita menghayalkan dirinya di masa yang akan
datang. Misalnya, akan seperti apa proses persalinannya nanti, baju apa yang
akan dikenakan bayinya nanti, dan sebagainya.
4. Introjection-projection-rejection (pengolahan pesan). Wanita mencoba
mengolah pesan dan membandingkan gambaran ideal tentang seorang ibu
dengan keadaan dirinya sendiri. Dalam fase ini dapat terjadi proses
penerimaan dan penolakan. Misalnya, saat ibu memandikan bayinya di
rumah berdasarkan apa yang dipelajarinya di rumah sakit atau di tempat
lainnya.
5. Grief-work (evaluasi). Wanita tersebut mengevaluasi hasil tindakannya di
masa lalu dan menghilangkan tindakan yang ia anggap sudah tidak tepat
lagi.
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini
seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau
latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari
peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam
kehamilan dan setelah persalinan. Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak
hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain:
a) Kesejahteraan ibu dan bayi
b) Penerimaan dari masyarakat
c) Penentuan identitas diri
d) Mengetahui tentang arti memberi dan menerima perubahan umum pada
perempuan hamil:
Ketergantungan dan butuh perhatian
Membutuhkan sosialisasi
4
Tahap-tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai
perannya:
a) Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi
dengan anak yang lain.
b) Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada
tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c) Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada
tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian
melanjutkan sendiri.
d) Disengagement
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.
Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran
tentang idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah
pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman
dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik
yang tejadi selama kehamilan.
Arti dan efek kehamilan pada pasangan :
1. Pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8
(delapan) bulan sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.
2. Lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita
hamil.
3. Anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam
perbedaan:
a. Hubungan ibu dengan pasangan
b. Hubungan ibu dengan janin yang berkembang
c. Hubungan ibu dengan individu yang unik
5
4. Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri
5. Tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:
a. Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu
tubuh
b. Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
c. Penyelesaiaan dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi.
6. Reaksi yang umum pada kehamilan:
a. Trimester satu : ambivalen, takut, fantasi, khawatir.
b. Trimester dua : perasaan enak memenuhi kebutuhan untuk
mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik,
pasif, introvent, egosentrik dan self centered.
c. Trimester tiga : berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert,
merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.
Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu :
a. Gambaran tentang idaman bayi sehat.
b. Gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan.
c. Gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang ibu :
1. Taking on (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya dengan
meniru dan melakukan peran seorang ibu.
2. Taking in
Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya .
introjektion, projection dan rejection merupakan tahap di mana wanita
membedakan model-model yang sesuai dengan keinginannya.
3. Letting go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di lakukannya.
Pada tahap ini seorang akan meninggalkan perannya di masa lalu.
Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu :
6
A. Periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan
a. Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain.
b. Perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya.
c. Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan.
d. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal.
e. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses
pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
B. Periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)
a. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan
tanggung jawab akan bayinya.
b. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,
BAB dan daya tahan tubuh.
c. Ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi.
d. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
e. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak
mampu membesarkan bayinya.
C. Periode letting go
a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan
serta perhatian keluarga.
b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam
kebebasan dan hubungan sosial.
2.2 TEORI RAMONA MARCER
7
Teori ini lebih menekankan pada stress antepartum (sebelum melahirkan)
dan pencapaiaan peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok
bahasan:
A. Efek stres Anterpartum
Stres Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan
pengalaman negative tentang peristiwa kehidupan. Keluarga digambarkan
sebagai suatu sistem yang dinamik yang meliputi subsistem-individu (bapak,
ibu, janin/bayi) dan pasangan (ibu-bapak, ibu-bayi dan bapak bayi). Tujuan
asuhan yang di berikan adalah memberikan dukungan selama hamil untuk
mengurangi ketidak percayaan ibu.
Riset Mercer dkk menjelaskan tentang efek stres antepartum terhadap
fungsi keluarga sebagai satu keutuhan, fungsi pasangan individual
(hubungan timbal balik ibu-ayah, ibu-bayi, ayah-bayi) dalam keluarga, dan
status kesehatan sebagai variabel dependen atau bebas.
Penilitian mercer menunjukkan, ada enam variabel independen yang
berhubungan dengan status kesehatan yaitu :
1. Hubungan Interpersonal
2. Peran keluarga
3. Stress anterpartum
4. Dukungan social
5. Rasa percaya diri
6. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
Mercer kemudian mempresentasikan 3 model yang mendukung
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen diatas,
yaitu :
1. Hubungan stres antepartum dengan individu
2. Hubungan stres antepartum dengan pasangan individual
3. Hubungan stres antepartum dengan fungsi keluarga
Status kesehatan adalah persepsi ayah dan ibu dari kesehatan mereka
sebelumnya, kesehatan sekarang, harapan sehat, ketahanan-kerentanan
8
terhadap penyakit, keprihatinan terhadap kesehatan, orientasi penyakit, dan
penolakan akan peran sakit.
Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu
mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran
yang lengkap dengan dirinya sendiri.
B. Pencapaian peran ibu
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya
termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut
mercer menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga,
baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif maka
ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko
kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan
dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi
stress anterpartum.
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan
(Trisemester I, II dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi
asuhan kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse
merupakan hal yang fisiologis.
Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat
menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan
kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis
(normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain :
a. ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian
sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan
perkembangan bayinya.
b. Ibu memerlukan sosialisasi
c. ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada
tubuhnya
9
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan
kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menuru Mercer :
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan
penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajri segala
sesuatuyang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di
butuhkan sesuai dengan kondisi system social
c. Informal
Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya
d. Personal
Merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan
perannya sebagai ibu.
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu
telah di mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah
melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi
bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.
Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor
sebagai berikut :
Faktor ibu
1. Umur ibu pada saat melahirkan
2. Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
3. Stress social
4. Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
5. Dukungan social
6. Konsep diri
10
7. Sifat pribadi
8. Sikap terhadap membesarkan anak
Faktor bayi
1. Temperament
2. Kesehatan bayi
Faktor-faktor lainnya
1. Latar belakang etnik
2. Status pekawinan
3. Status ekonomi
Faktor dalam masa adaptasi :
a. Physical recovery phase/ fase pemulihan fisik (lahir-
1bln)
b. Achivement phase/ fase pencapaian (2- 4/5 bln)
c. Disruption phase/ fase gangguan (6- 8 bln)
d. Reorganization phase/ fase pembentukan kembali (8- 12
bln)
Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat
factor pendukung :
a. Emotional support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
b. Informational support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga
dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri
c. Physical support
Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan
dana
d. Appraisal support
Ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan
pencapaiaan peran ibu
11
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status
perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat
berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di harapkanoleh
mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas
dan adaptsi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.
2.3 TEORI ERNESTINE WIEDENBACH
Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris di bidang
keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai perawat pada tahun 1925, dan
menjadi nurse-midwife pada tahun 1946. Salah satu karya besarnya adalah
kolaborasi dengan filsuf Dickoff dan James tahun 1960 ( Dickoff et al.,1992 a
dan b ) ketika ia menjadi mahasiswa di Yale University School of Nursing.
Ernestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang
mempersiapkan persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read.
Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif berdasarkan pengalaman
dan observasi dalam praktik.
Konsep Model Kebidanan Menurut Teori Ernestine Wiedenbach
konsep model kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu :
The Agents
Empat elemen dalam ”clinical nursing” yaitu: filosofi, tujuan, praktik
dan seni. ( Raleigh, 1989 dan Wiedenbach, 1964 ). Selain itu juga
dikemukakan tiga poin dasar dalam filosofi keperawatan/kebidanan, yaitu:
a. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
b. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi dan
individualisme pada setiap orang
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain ( Raleigh,
1989 )
12
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi
yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu
kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
The Recipient
Perawat/bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan
dengan situasi dan kebutuhan masing-masing ( Raleigh, 1989 ). Recipient
meliputi wanita, keluarga, dan masyarakat. Perempuan menurut masyarakat
oleh masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach
sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan
mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat memberi
pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya sendiri.
The Goal/Purpose
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang
membutuhkan pertolongan. Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari perawatan “
sebuah ukuran atau tindakan yang diperlukan dan diinginkan seseorang dan
berpotensi untuk merubah atau memperpanjang kemampuan seseorang
tersebut untuk mengatasi keterbatasan “ ( Danko et al., 1989 cite
Wiedenbach’s ( 1964 ).
Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui
sebelum menemukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat
diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku
fisik, emosional atau psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan
tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi
kebutuhan pasien, bidan/perawat harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta
pikirannya.
13
The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach
menentukan beberapa tahap yaitu :
a. Identifikasi kebutuhan klien
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian
pertolongan yang dibutuhkan
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan
bantuan yang dibutuhkan
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien
Untuk bisa membantu pasien, perawat/bidan harus mempunyai
pengetahuan, untuk bisa memahami kebutuhan pasien dan penilaian,
kemampuan pengambilan keputusan, ketrampilan, kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien
Framework
Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi,
dan profesional.
Tahap-tahap untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan dalam pencapaian
tujuan, seseorang bidan memerlukan pengetahuan, keadilan, dan ketrampilan.
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, Wiedenbach menentukan
beberapa tahap, yaitu :
a. Identifikasi kebutuhan klien
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan
yang dibutuhkan
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan
bantuan yang dibutuhkan
14
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien
2.4 TEORI ELA JOY LEHRMAN dan MORTEN
Teori ini menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktek
kebidanan dalam memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan
pertolongan pada persalinan, teori ini juga menjelaskan perbedaan antara
pengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan
konsep kebidanan dalam praktek.
Lehrman mempelajari pelayanan yang diberikan oleh bidan di klinik yang
di pimpin oleh bidan di Amerika. Lehrman menemukan adanya delapan konsep
dari falsafah yang menggaris bawahi pelayanan antenatal yang diberikan
oleh bidan di Amerika, yaitu :
Asuhan yang berkesinambungan
Keluarga sebagai pusat asuhan
Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
Tidak ada intervensi dalam asuhan
Keterlibatan dalam asuhan
Advokasi dari klien
Waktu
15
Asuhan partisipatif :
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil bagian dalam pelayanan
antenatal.
Dalam pemeriksaan fisik, misalnya klien ikut melakukan palpasi pada
tempat tertentu atau ikut mendengarkan detak jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat oleh Lehrman ini, kemudian
diujicobakan oleh Morten (1991) pada klien post partum. Selanjutnya Morten
menambahkan 3 komponen.
Konsep morten :
1. Teknik komunikasi terapeutik
Proses komunikasi sangat penting dalam perkembangan dan
penyembuhan. Misalnya, mendengarkan aktif, mengkaji, klarifikasi, humor,
sikap yang tidak menuduh, pengakuan, fasilitasi, pemberian izin.
2. Pemberdayaan (empowerment)
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan dalam
penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien
dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.
3. Hubungan sesama (lateral relationship)
Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan
dengan klien, sehingga antara bidan dan kliennya tampak akrab. Misalnya :
sikap empati atau berbagi pengalaman.
2.5 TEORI JEAN BALL
Teori ini menjelaskan mengenai kebutuhan wanita pada masa postpartum,
dan konsekuensinya bagi wanita yang mendapat asuhan dari berbagai unit
pelayanan. Teori Jean Ball bertujuan untuk membantu seorang wanita agar
berhasil menjadi ibu, dan keberhasilan ini tidak hanya melibatkan proses fisiologi
16
saja tapi juga psikologis dan emosional yang memotivasi keinginan untuk
menjadi orang tua serta pencapaiannya.
Jean Ball menyatakan bahwa dalam praktik diberbagai institusi, jenis
pelayanan yang diberikan mungkin lebih dekat ke model obstetric/medical
dimana interest terhadap postnatal care minimal karena kelahiran sudah tercapai.
Bila menggunakan pendekatan midwife, maka kehamilan dan postnatal dianggap
sebagai saat adopsi terhadap peran baru yaitu menjadi ibu.
Teori kursi goyang
Keseimbangan emosional ibu, baik fisik maupun psikologis
Psikologis dalam hal ini agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan menjadi
orang tua terpenuhi
Kehamilan, persalinan dan masa post partum adalah masa untuk
mengadopsi yang baru
Dalam teori kursi goyang, kursi dibentuk dalam 3 elemen yang
memengaruhi keadaan ibu saat postpartum :
1. Pelayanan kebidanan
2. Dukungan dari keluarga/lingkungan sosial
3. Kepribadian wanita
Ketiga elemen tersebut yang digambarkan dengan kursi goyang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Dasar kursi dibentuk oleh pelayanan kebidanan yang berpijak pada
pandangan masyarakat tentang keluarga
2. Topangan kanan kiri adalah kepribadian wanita, pengalaman hidup
3. Topangan tengah (yang menyangga kursi dari belakang kanan-kiri ) adalah
keluarga dan support system
4. Tempat duduk menggambarkan kesejahteraan maternal, yang tergantung
pada efektifitas elemen-elemen sebagai berikut.
Jika deck chair tidak ditegakkan dengan benar, maka ia akan
kolaps/jatuh saat diduduki.
17
Jika kursi tidak di letakkan pada lantai yang kuat maka kursi akan
jatuh.
Jika bagian-bagiannya tidak cocok satu sama lain mungkin dapat
saja menyangga, namun yang menduduki tidak nyaman dan
mengalami ketegangan.
Bila semua elemen di atas positif, maka derajat keadaan emosi baik, dan
berlaku sebaliknya. Meski demikian, setiap elemen saling berinteraksi satu
sama lain. Jika kekurangan satu elemen diimbangi dengan kelebihan elemen
yang lainnya, keadaan emosi ibu akan menjadi baik.
Hipotesa Ball
Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan
dengan kelahiran anak, dipengaruhi oleh personality/kepribadian
Persiapan yang harus diantisipasi oleh bidan dalam masa post natal
akan dipengaruhi oleh respon emosional wanita dalam perubahan yang
dialaminya pada proses kelahiran anak
Kesimpulan Hipotesa Ball
Wanita yang boleh dikatakan sejahtera setelah melahirkan sangat
bergantung kepada kepribadiannya, sistem dukungan pribadi, dan dukungan
yang dipersiapkan pelayanan kebidanan.
Faktor yg pengaruhi keseimbangan emosional menurut Jean Ball :
1. Perasaan rendah diri sehubungan dengan pandangan negativ terhadap
akibat menyusui.
2. Seseorang tidur selama di rumah sakit
3. Nasehat bila terjadi konflik.
Faktor yg mempengaruhi kebahagiaan ibu menurut Jean Ball :
1. Persepsi dan dukungan keluarga pada hari kelahiran.
Sebagian dari ibu merasa rendah diri sehubungan dengan
pandangan negatif akibat menyusuui sehingga memerlukan dukungan
keluarga terutama suami. Keluarga juga harus membantu si ibu untuk
merawat bayinya setelah pulang ke rumah serta si ibu juga
18
memerlukan nasihat-nasihat yang berkenaan dengan mengurusi
bayinya/pada saat terjadi konflik antara suami dan istri.
2. Rasa percaya diri ibu.
Lingkungan, keluarga, status sosial, dan status perkawinan
dapat berpengaruh pada rasa percaya diri seorang perempuan untuk
menjadi seorang ibu.
3. Tingkat kecemasan yaitu pemilihan dan kelas sosial mimicry.
Yaitu tingkat kecemasan ibu yang dihadapkan pada pilihan-
pilihan kelas sosial mana yang dapat ditiru.
4. Mendukung pemberian ASI.
Bidan memberikan pengertian pada ibu agar memberikan ASI
eksklusif, memberitahu ibu agar tidak perlu khawatir payudaranya
akan menjadi tidak kencang, memberitahu manfaat ASI eksklusif bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
5. Semua lingkungan mendukung.
Hubungan dengan suami dan keluarga atas dasar kepercayaan,
asuhan terkoordinasi, wanita memiliki keunikan sehingga
memungkinkan untuk berinteraksi secara fleksibel.
6. Rencana asuhan ibu.
Bidan memberikan asuhan post natal pada ibu misalnya
memberikan informasi tentang cara menyusui dan merawat bayi
dengan benar.
7. Pemantauan ibu pada tingkat perkembangan bayi.
Seorang ibu akan merasa bahagia apabila melihat tumbuh
kembang anaknya berjalan dengan baik dan normal. Contohnya ibu
akan merasa bahagia dan bangga apabila anaknya mulai bisa berjalan
merambat pada kisaran usia 11 bulan.
8. Tanggapan terhadap diri ibu pada hari ke 7 PP dalam menyusui.
19
Seorang ibu menganggap bahwa setelah melahirkan,
payudaranya akan menjadi tidak kencang dan al itu akan
mempengaruhi kesejahteraan ibu.
9. Memberi ASI dalam 1 jam PP.
Memberikan ASI kepada bayi 1 jam setelah lahir akan
memberikan kepuasan menjadi seorang ibu merasa bahagia karena
bayinya kahir dengan selamat.
10. Kala IV persalinan
Yaitu kondisi letak rahim ibu sudah kembali normal (rahim di
bawah pusat).
Aplikasi dari teori Jean Ball dalam kehidupan sehari-hari :
1. Dahulu posisi ibu saat melahirkan terlentang tetapi sekarang ini posisi
ibu saat melahirkan senyaman ibu. Agar memberikan rasa kenyamanan
psikologis bagi Ibu.
2. Keluarga memberikan dukungan terutama ibu yang pertama kali
melahirkan agar siap secara mental menjadi seorang Ibu dan
membantu ibu menyesuaikan diri dengan rutinitas baru pasca
melahirkan
3. Bidan memberikan asuhan pada Ibu selama masa postnatal
4. Bidan memberi dukungan mengenai rasa percaya diri ibu terhadap
menyusui pada 7 hari pertama
5. Bidan memberikan pengertian pada ibu agar ibu jangan takut atau
khawatir dengan perubahan fisik pada tubuh ibu
6. Bidan mendukung dan membantu ibu agar yakin menjalankan peran
sebagai seorang ibu.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari teori-teori yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa :
3.1.1 Teori Reva Rubin, menjelaskan bagaimana seorang wanita melaksanakan
perannya sebagai ibu dan hal apa sajakah yang memengaruhinya, baik
yang bersifat positif maupun negatif.
3.1.2 Teori Ramona Marcer, menekankan pada stress antepartum (sebelum
melahirkan) dan pencapaiaan peran ibu.
3.1.3 Teori Ernestine Wiedenbach, menjelaskan tentang konsep model
kebidanan yang meliputi : The Agent, The Recipient, The Goal/Purpose,
The Means dan Framework.
3.1.4 Teori Ela Joy Lehrman dan Morten, bidan harus mampu melihat semua
aspek praktek kebidanan dalam memberikan asuhan pada wanita hamil
dan memberikan pertolongan pada persalinan.
3.1.5 Teori Jean Ball, menjelaskan mengenai kebutuhan wanita pada masa
postpartum, dan konsekuensinya bagi wanita yang mendapat asuhan dari
berbagai unit pelayanan.
21
Daftar Pustaka
Soepardan, Suryani. 2006. Konsep Kebidanan. Bandung: EGC.
Hidayat, Asri dan Mufdilah.2009.Catatan kuliah Konsep Kebidanan.
Yogyakarta:Mitra Cendekia Press.
Dikutip dari:
Dypta. 2009. Teori-teori yang Mempengaruhi Model Kebidanan.
http://dypta.wordpress.com/2009/01/21/teori-teori-yang-mempengaruhi-model-
kebidanan/
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/05/teori-yang-berhubungan-dengan-
praktik-kebidanan
http://emayamidwifery.blogspot.com/2012/04/teori-ernestine-wiedenbach.html
http://www.g-excess.com/157/pengertian-teori-ernestine-wiedenbach/
http://uswatunkaa.blogspot.com/2012/10/makalah-teori-ernestine-wiedenbach.html
http://merry-creations.blogspot.com/2012/02/teori-ernestine-wiedenbach.html
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2233347-teori-
kebidanan/
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/05/teori-yang-berhubungan-
dengan-praktik-kebidanan/
http://dypta.wordpress.com/2009/01/21/teori-teori-yang-mempengaruhi-model-
kebidanan/
http://rohmatusangadah.blogspot.com/2010/11/jean-ball.html
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/05/teori-yang-berhubungan-dengan
praktik-kebidanan/
22