makalah.docx

23
EKONOMI REGIONAL DAN PEDESAAN ARDIANSYAH 089104080 B PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2011

description

farmasetik

Transcript of makalah.docx

EKONOMI REGIONAL DAN PEDESAAN

ARDIANSYAH089104080B

PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASIUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2011

KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahim,Assalamu alaikum WRB.

Puji syukur kita penjatkan kepangkuan Allah SWT dan segala puji-pujian bagi-Nya yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan makalah tentang Ekonomi Regional Dan Pedesaan, dapat diselasaikan dengan baik dan tentunya tepat pada waktunya.. Saya sangat mengharapkan semoga apa yang saya tuliskan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Penulis menyadari bahwa dari apa yang telah dituliskan ini masih banyak kekurangan didalamnya untuk itu kami sangat mengharapkan saran-saran dan pendapat dari para pembaca untuk mendekati kesempurnaan.Semoga apa yang tuliskan ini bisa menjadi bahan referensi bagi para pembaca, akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih.Wassalam.

Makassar, 18 Oktober 2011 Penyusun,

ARDIANSYAH (089104080)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN1. Latar belakang2. Rumusan masalah3. Tujuan pembahasan

BAB II : PEMBAHASANA. Pengertian wilayahB. Teori Von ThunenC. Teori Alfred WeberD. Teori Walter ChristallerE. Teori PerrouxF. Teori Walter IsardG. teori FridmanBAB III : PENUTUPA. KesimpulanB. Saran - saran

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangKomponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentukbentuk kelembagaan.Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu. Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey,1977 dalam Rustiadi et al., 2006) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) wilayah homogeny (uniform/homogenous region); (2) wilayah nodal (nodal region); dan (3) wilayah perencanaan (planning region atau programming region).

2. Rumusan Masalah1. Apa pengertian wilayah itu?2. Apa dan Bagaimana teori Von Thunen itu?3. Bagaimana teori Alfred Weber?4. Bagaimanateori Walter Christaller itu?5. Bagaimanateori Perroux itu?6. Bagaimanateori Walter Isard itu?7. Bagaimanateori Fridman itu?3. Tujuan Pembahasan1. Memahamipengertian wilayah2. Memahami teori Von Thunen 3. Memahami teori Alfred Weber4. Memahami teori Walter Christaller5. Memahami teori Perroux6. Memahami teori Walter Isard 7. Memahami teori Fridman

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Wilayah

Menurut Saefulhakim, dkk (2002) wilayah adalah satu kesatuan unit geografis yang antar bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional. Wilayah berasal dari bahasa Arab wala-yuwali-wilayah yang mengandung arti dasar saling tolong menolong, saling berdekatan baik secara geometris maupun similarity.Contohnya: antara supply dan demand, hulu-hilir. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pewilayahan (penyusunan wilayah) adalah pendelineasian unit geografis berdasarkan kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan fungsional (tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi) antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Wilayah Pengembangan adalah pewilayahan untuk tujuan pengembangan/pembangunan/development.Tujuan-tujuan pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu: (1) pertumbuhan; (2) penguatan keterkaitan; (3) keberimbangan; (4) kemandirian; dan (5) keberlanjutan. Sedangkan konsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah tersebut yang bisa bersifat alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa sehingga perlu direncanakan dalam kesatuan wilayah perencanaan.

Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik.

B. Teori Von ThunenDalam Teorinya, Von Thunen Menggunakan Lahan Pertanian Sebagai Contoh Kasusnya , Jadi Dalam Teori Van Thunen Ini Mengemukakan Tentang Alokasi Lahan Untuk Kegiatan Pertanian. Van Thunen Mengemukakan Teori Ini Dengan Pertimbangan Bahwa Berbeda Dengan Kegiatan Lain, Kegiatan Pertanian Memerlukan Lahan Yang Cukup Besar (Land Intensive), Kegiatan Pertanian Selalu Mempunyai Pasar Di Luar Wilayah Pertaniannya Sendiri , Lahan Yang Struktur Tanah, Tingkat Kesuburan, Tekstur, Dan Morfologinya Berbeda Karakteristiknya.

Menurut Von Thunen Jenis Pemanfaatan Lahan Dipengaruhi Oleh Tingkat Sewa Lahan Dan Didasarkan Pula Pada Aksesibilitas Relatif. Lokasi Berbagai Jenis Produksi Pertanian (Seperti Menghasilkan Tanaman Pangan, Perkebunan, Dan Sebagainya) Ditentukan Oleh Kaitan Antara Harga Barang-Barang Hasil Dalam Pasar Dan Jarak Antara Daerah Produksi Dengan Pasar Penjualan. Kegiatan Yang Mampu Menghasilkan Panen Fisik Tertinggi Per Hektar Akan Ditempatkan Pada Kawasan Konsentris Yang Pertama Di Sekitar Kota, Karena Keuntungan Yang Tinggi Per Hektar Memungkinkan Untuk Membayar Sewa Lahan Yang Tinggi. Kawasan Produksi Berikutnya Kurang Intensif Dibandingkan Dengan Kawasan Produksi Yang Pertama, Demikian Seterusnya.

Menurut Von Thunen Tingkat Sewa Lahan Adalah Paling Mahal Di Pusat Pasar Dan Makin Rendah Apabila Makin Jauh Dari Pasar. Von Thunen Menentukan Hubungan Sewa Lahan Dengan Jarak Ke Pasar Dengan Menggunakan Kurva Permintaan. Berdasarkan Perbandingan (Selisih) Antara Harga Jual Dengan Biaya Produksi, Masing-Masing Jenis Produksi Memiliki Kemampuan Yang Berbeda Untuk Membayar Sewa Lahan. Makin Tinggi Kemampuannya Untuk Membayar Sewa Lahan, Makin Besar Kemungkinan Kegiatan Itu Berlokasi Dekat Ke Pusat Pasar.Hasilnya Adalah Suatu Pola Penggunaan Lahan Berupa Diagram Cincin. Perkembangan Dari Teori Von Thunen Adalah Selain Harga Lahan Tinggi Di Pusat Kota Dan Akan Makin Menurun Apabila Makin Jauh Dari Pusat Kota.

C. Teori Lokasi Alfred WeberJika Von Thunen menganalisis lokasi kegiatan pertanian maka Weber menganalisis lokasi kegiatan industri.Weber mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Dalam perumusan modelnya, Weber titik tolak pada asumsi bahwa:1. Bidang bahasan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang homogen, konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna.2. sumber daya alam seperti air, pasir, dan batu-bata tersedia dimana-mana (ubiquitous) dalam jumlah yang memadai.3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara sporadis dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.4. Tenaga kerja tidak ubiquitous (tidak menyebar secara merata) tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas.Berdasarkan asumsi itu, ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu :i. Biaya transportasi;ii. Upah tenaga kerja;iii. Dampak aglomerasi dan deaglomerasi. Dampak aglomerasi atau deaglomerasi merupakan kekuatan lokal yang berpengaruh menciptakan konsentrasi atau pemencaran berbagai kegiatan dalam ruang. Biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan lokasi sedangkan kedua faktor lainnya merupakan faktor yang memodifikasi lokasi.Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak. Jadi titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional.Berat Lokasional adalah berat total semua barang berupa input yang harus diangkut ketempat produksi untuk menghasilkan satu satuan output ditambah berat output yang akan dibawa ke pasar.Berat total itu terdiri dari satu satuan produk akhir ditambah semua berat input yang harus diangkut ke lokasi pabrik seperti bahan mentah, bahan setengah jadi, bahan penolong, dan lain-lain yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan output .Aglomerasi adalah pengelompokkan beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk daerah khusus industri. .Beberapa sebab yang memicu terjadinya aglomerasi :1. Tenaga kerja tersedia banyak dan banyak yang memiliki kemampuan dan keahlian yang lebih baik dibanding di luar daerah tersebut.2.Suatu perusahaan menjadi daya tarik bagi perusahaan lain.3. Berkembangnya suatu perusahaan dari kecil menjadi besar, sehingga menimbulkan perusahaan lain untuk menunjang perusahaan yang membesar tersebut.4. Perpindahan suatu kegiatan produksi dari satu tempat ke beberapa tempat lain.5. Perusahaan lain mendekati sumber bahan untuk aktifitas produksi yang dihasilkan oleh perusahaan yang sudah ada untuk saling menunjang satu sama lain.Deglomerasi adalah suatu kecenderungan perusahaan untuk memilih lokasi usaha yang terpisah dari kelompok lokasi perusahaan lain.Beberapa sebab yang memicu terjadinya deglomerasi :1. Harga buruh yang semakin meningkat di daerah padat industri2. Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah banyak dipakai untuk perumahan dan kantor pemerintah.3. Harga tanah yang semakin tinggi di daerah yang telah padat.4. Sarana dan Prasarana di daerah lain semakin baik namun harga tanah dan upah buruh masih rendah.

D. TEORI CHRISTALLERWalter Christaller pada tahun 1933 menulis buku yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Central Places In Southern Germany (diterjemahkan oleh C.W. Baski pada tahun 1966). Dalam buku ini Christaller mencoba menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem geometri dimana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti. Itulah sebabnya disebut sistem K=3 dari Christaller.Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri berikut: Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua adalah datar dan sama. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface). Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.Luas pemasaran minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk pada wilayah asumsi.Makin tinggi kepadatan penduduk makin kecil wilayah pemasaran minimal, begitu sebaliknya.Dalam hal ini misalnya wilayah pemasaran minimal itu adalah dengan radius 4 km. Wilayah pemasaran minimal disebut thereshold. Tidak boleh ada produsen untuk komoditas yang sama dalam ruang threshold .Model Chistaller tentang terjadinya model area perdagangan heksagonal sebagai berikut:1. Mula-mula terbentuk areal perdagangan satu komoditas berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran memiliki pusat dan menggambarkan threshold dari komoditas tersebut.2. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari komoditas tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih.3. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh daratan yang tidak lagi tumpang tindih.Christaller menyatakan bahwa produsen berbagai jenis barang untuk orde yang sama cenderung berlokasi pada titik sentral di wilayahnya dan hal ini mendorong terciptannya kota.

Uraian tentang range dan thereshold dapat menjelaskan mengapa terjadi konsentrasi dari berbagai jenis usaha pada satu lokasi tetapi konsep itu tidak dapat menjelaskan mengapa dipasar juga ada kecenderungan bahwa pedagang dari komoditas sejenis juga memilih untuk berlokasi secara berkonsentrasi/berdekatan. Konsep thereshold tidak memungkinkan produsen/pedagang sejenis berada berdekatan karena pada satu ruang threshold hanya boleh ada satu produsen/pedagang. Apabila berdekatan harus ada yang gulung tikar dan yang tersisa hanya satu produsen/pedagang.Jadi kemungkinan penjesalannya adalah hanya mungkin lewat penelaahan sikap manusia.Adalah menjadi sifat manusia untuk berusaha mendapatkan barang yang diinginkan dalam batas waktu tertentu dengan harga yang semurah mungkin.Apabila pembeli hanya berhadapan dengan seorang penjual, harga yang ditawarkan penjual menjadi tidak jelas bagi pembeli, apakah harga itu adalah harga terendah yang dapat dia peroleh atau tidak. Dengan berkumpulnya banyak penjual barang sejenis pada lokasi yang sama, pembeli mendapat kesempatan untuk membandingkan harga di antara para penjual dan akan membeli pada penjual yang menawarkan harga terendah (pembeli butuh informasi untuk membuat keputusan). Hal ini membuat lokasi yang memiliki banyak penjual barang sejenis, lebih memiliki daya tarik bagi pembeli ketimbang lokasi yang hanya memiliki sedikit penjual.

E. TEORI PERROUXMenurut Perroux (1955 dan 1964) telah mendefinisikan kutub pertumbuhan regional sebagai seperangkat industri-industri sedang mengembang yang berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan lanjutan dari kegiatan ekonomi daerah pengaruhnya. Kutub pertumbuhan regional terdiri dari satu kumpulan industri-industri yang mengalami kemajuan dan saling berhubungan, serta cenderung menimbulkan aglomerasi yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor ekonomi eksternal. Faktor-faktor eksternal itu seperti turunnya biaya produksi, pembangunan pasar bagi pekerja urban dan akses pasar yang lebih besar.Menurut Arsyad (1999: 148) bahwa inti dari teori Perroux ini adalah sebagai berikut :1. dalam proses pembangunan akan muncul industri unggulan yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah karena keterkaitan antara industri (forward linkage dan backward linkage), maka perkembangan industri unggulan akan mempengaruhi perkembangan industri lainnya yang berhubungan erat dengan industri unggulan tersebut;2. pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antardaerah sehingga perkembangan industri di daerah akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainnya;3. perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif (industri unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri unggulan atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif. Diharapkan dari ide ini adalah munculnya trickle down effect dan spread effect.

Dalam bahasa lain bahwa kutub pertumbuhan dapat diartikan :1. arti fungsional, growth pole digambarkan sebagai suatu kelompok perusahaan cabang industri atau unsur-unsur dinamis yang merangsang kehidupan ekonomi. Hal terpenting di sini adalah adanya permulaan dari serangkaian perkembangan dengan efek multipliernya;2. arti geografis, diartikan sebagai suatu pole atraction yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berkumpul disuatu tempat tanpa adanya hubungan antara usaha-usaha tersebut.

F. TEORI WALTER ISARDkarya Isard, dianggap secara luas, telah berpengaruh terhadap perkembangan geografi transportasi melalui tiga jaringan utama. Pertama, pendekatan umum spasial ilmu pengetahuan yang dipelopori Isard merupakan sumber penting dari timbulnya geografi transportasi modern pada 1950-an. Kedua, Tema transportasi khusus dalam karyanya, biaya transportasi, model gravitasi, dan pengoptimalan masalah transportasi - menyediakan beberapa konsep dan metodologi blok bangunan untuk geografi transportasi. Ketiga, lembaga ilmu pengetahuan wilayah yang didirikan Isard, termasuk jurnal dan asosiasi profesional, adalah forum penting bagi geografi transportasi di awal penelitian.Bagian ini memberikan beberapa latar belakang pada masing-masing dimensi karya Isard.

Dalam penunjuk Methods of Regional Analysis (1960), Isard menggambarkan peran biaya transportasi di lokasi industri melalui analisis biaya komparatif.Perbedaan biaya transportasi diperlihatkan untuk menjadi faktor utama dalam mencari petrokimia tanaman, karena tidak ada perbedaan biaya yang signifikan antara daerah dari skala ekonomis.Sebaliknya, di industri aluminium, perbedaan regional dalam biaya tenaga listrik mendominasi perbedaan biaya transportasi.Model gravitasi diwakili pembangunan yang lain terutama relevan dengan geografi transportasi. Walaupun sekarang sudah biasa, model gravitasi di tahun 1950-an sering dipandang dengan kecurigaan. Ini kekurangan teoritis kokoh berdasarkan penjelasan.Isard mengklaim bahwa ilmu wilayah adalah "ilmu social pertama untuk melegitimasi gravitasi dan interaksi ruang yang terkait dengan model.''(Isard 1990, hal 296) Dalam Methods of Regional Analysis, kelurga mo0del ini diperkanalkan dengan pertanyaan yang terkait dengan aglomerasi ekonomi dan disekonomis, dengan ide bahwa kekuatan-kekuatan ini dibatasi perjalanan dan mengalir antar daerah.

Tema transportasi pada karya Isard juga menyediakan beberapa pengertian dan metodelogis blok bangunan untuk geografi transportasi Selain itu, dalam karyanya Isard menyebutkan dua catatan kaki, satu yang memperhatikan definisi aglomerasi ekonomi dan yang lain menunjukkan kelemahan dari model gravitasi.Metode Analisis Wilayah sebagai "faktor utama" sumber. Akhirnya, bidang tentang model Namun, pemeriksaan lebih dekat menunjukkan garis lebih jelas pengaruh.

G. TEORI FRIEDMANPendekatan pembangunan perdesaan melalui konsep agropolitan dikembangkan oleh Friedman dan Douglas (1975).Keduanya bahkan menekankanpentingnya pendekatan agropolitan dalam pengembangkan perdesaan di kawasanAsia dan Afrika. Pendekatan agropolitan menggambarkan bahwa pembangunanperdesaan secara beriringan dapat dilakukan dengan pembangunan wilayah perkotaan pada tingkat lokal. Dalam konteks pengembangan agropolitan terdapattiga issu utama yang perlu mendapat perhatian, yaitu: (1) akses terhadap lahanpertanian dan penyediaan pengairan, (2). desentralisasi politik dan wewenangadministrasi dari tingkat pusat dan tingkat lokal, dan (3) perubahan paradigma ataukebijakan pembangunan nasional untuk lebih mendukung diversifikasi produkpertanian. Melihat kota-kota sebagai site utama untuk fungsi-fungsi politik danadministrasi, pendekatan pengembangan agropolitan di banyak negara lebih cocokdilakukan pada skala kabupaten (Douglass, 1998).

Menurut Friedman dan douglass (1975), tujuan pembangunan agropolitan adalah menciptakan cities in the field dengan memasukkan beberapa unsurpenting dari gaya hidup kota ke dalam daerah perdesaan yang berpenduduk dengankepadatan tertentu. Agropolitan distric merupakan satuan yang tepat untukmembuat suatu kebijaksanaan pembangunan ruang, melalui desentralisasiperencanaan dan pengambilan keputusan (decentralized). Agropolitan district sdapat dikembangkan didaerah perdesaan dengan kepadatan penduduk tinggi atauperi-urban untuk meningkatkan standart hidup , meningkatkan kesempatan bekerjadan mengurangi tingkat migrasi ke kota (Friedman, 1996).

Friedman menekankan pentingnya pendekatanagropolitan dalam pengembangan perdesaan di kawasan Asia dan Afrika.Perdesaan (Rural Development) secara beriringan dapat dilakukan denganpembangunan wilayah perkotaan pada tingkat lokal. Dalam konteks pengembangan agropolitan terdapat tiga isue utama yang perlu mendapat perhatian :1. Akses terhadap lahan pertanian dan air2. Desentralisasi politik dan wewenang administrasi dari tingkat pusat ke tingkat local3. Perubahan paradigma pembangunan nasional untuk lebih mendukungdiversifikasi produk pertanian

BAB IIIPENUTUP1. KesimpulanDalam pemetaan strategic development region, satu wilayah pengembangan mempunyai unsur-unsur strategis antara lain berupa sumberdaya alam, sumber daya manusia dan infrastruktur yang saling berkaitan dan melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan sifat sinergisme di antaranya.Penggemnangan wilayah dapat dilakukan dengan menggunakan teori teori Von Thunen, teori Alfred Weber, teori Walter Christaller, teori Perroux, teori Walter Isard dan teori Fridman2. SaranDalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar harus juga menjadi prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Http://Www.Pustaka.Ut.Ac.Id/Puslata/Online.Php?Menu=Bmpshort_Detail2&ID=430Lloyd, Peter E.And Peter Dicken. 1990. Location In Space :Theoritical Approach To Economic Geography. New York : Harper And Row. Http://Www.Wiyarsih.Staff.Ugm.Ac.Id/Wp/?M=200805