Makalah Terapi Oksigen (2)

25
Terapi Oksigen Ivone veronica (406081045) ______________________________________________________________________________ MAKALAH TERAPI OKSIGEN IVONE VERONICA*, dr. Donny Indra Kusuma SpAn, Msi.Med* RSUD Kota Semarang Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oksigen (O 2 ) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O 2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O 2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam ______________________________________________________________________________ Kepaniteraan Klinik Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 02 Maret – 04 April 2009 1

description

Makalah Terapi Oksigen (2)

Transcript of Makalah Terapi Oksigen (2)

Terapi Oksigen

Ivone veronica (406081045)

______________________________________________________________________________

MAKALAH

TERAPI OKSIGEN

IVONE VERONICA*, dr. Donny Indra Kusuma SpAn, Msi.Med*

RSUD Kota Semarang

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.

Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.

Selain itu oksigen juga dapat dipergunakan untuk mengatasi beberapa keadaan yang patologis dalam tubuh. Sehingga dalam hal ini oksigen bertindak sebagai obat. Oleh karena itu pengetahuan tentang fisiologis oksigen dalam tubuh, cara pemberian oksigen sebagai obat dan efek samping dari oksigen sebagai obat harus diketahui.Terapi oksigen modern pertama kali dilakukan oleh J.S Haldane (1860 1936). Tujuan pokok terapi oksigen adalah untuk memperbaiki tekanan oksigen jaringan ke arah normal. Meningkatnya presentasi oksigen pada gas inhalasi menghasilkan peningkatan konsentrasi di dalam alveolus dan kenaikan tekanan oksigen di dalam darah yang meninggalkan paru paru.

B. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan pengetahuan tentang hal-hal mendasar serta memahami dan mengerti lebih lanjut mengenai Terapi Oksigen.

C. Manfaat

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi rekan- rekan co-ass yang lain agar lebih memahami mengenai Terapi OksigenBAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiologi oksigen dalam tubuh

Dalam udara bebas terdapat beberapa macam gas, antara lain oksigen (O2), gas asam arang (CO2), gas nitrogen (N2) dan uap air (H2O). Kadar gas oksigen di dalam udara kamar dimana manusia menghirup/bernafas setiap hari adalah 21% dengan tekanan parsial sekitar 159 mmHg (159torr). Gas oksigen yang dihirup tersebut akan sampai di alveoli dan mempunyai tekanan parsiel sebesar 104 mmHg. Selanjutnya gas oksigen dalam alveoli tersebut akan berdifusi ke kapiler darah yang menempel di dinding alveoli dan seterusnya ikut aliran darah ke seluruh tubuh untuk dibagikan pada sel-sel. Dalam keadaan normal oksigen yang ada di dalam darah ini mempunyai tekanan parsiel (PaO2 = tekanan parsiel oksigen dalam darah arteri) sebesar 100 mmHg.

Oksigen yang ada di dalam darah terdiri dari dua bentuk, yaitu :

1. Larut dalam plasma darah.

Banyaknya oksigen yang terlarut dalam plasma darah tergantung dengan tekanan parsial oksigen. Dalam 100 cc darah maka yang terlarutadalah sebesar 0,003 ml per 1 mmHg tekanan parsial oksigen.

2. Terikat dengan hemoglobin (Hb)

Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihemoglobin (HbO2). Kemampuan Hb mengikat O2 ditunjukkan sebagai derajat kejenuhan (saturasi = SaO2). Saturasi yang paling tinggi (jenuh) adalah 100%, artinya seluruh tangan Hb mengikat 02.Sebaliknya saturasi yang paling rendah adalah 0%, artinya tidak ada oksigen sedikitpun yang terikat oleh Hb. Dan Hb yang tidak berikatan dengan 02 disebut reduced Hb. Bila kadar reduced Hb 5 gr% akan terlihat sebagai

sianosis. Bila saturasi Hb adalah jenuh, maka dalam 100 cc darah tiap gram Hb dapat mengikat 1,34 ml 02.

Kurva disosiasi oksihemoglobin

Bila hubungan antara saturasi Hb (S02) dan tekanan parsiel 02 dalam darah arteri (Pa02) kita buat grafik dimana SO2 sebagai ordinat dan Pa02 sebagai absis maka akan terbentuklah suatu grafik seperti huruf S yang disebut sebagai kurva disosiasi koksihemoglobin Dalam kurva disosiasi oksihemoglobin yang normal akan terlihat bahwa :

pada PaO2 100 torr maka SO2 adalah 97%

pada PaO2 27 torr maka SO2 adalah 50%

PaO2 dimana SaO2 sebesar 50% disebut P50 artinya tekanan parsiel oksigen dalam darah sehingga saturasi Hb sebesar 50 %. Dalam keadaan normal maka P50 adalah 27 torr. Bila P50 lebih besar dari 27 torr, kurva disosiasi oksihemoglobin disebut bergeser ke kanan. Berarti agar Hb dapat mengikat 02 lebih banyak perlu Pa02 yang lebih tinggi dari biasanya. Dengan perkataan lain pada keadaan dimana kurva bergeser ke kanan maka Hb lebih sulit mengikat 02. Bila P50 lebih kecil dari 27 torr maka kurva disosiasi oksihemoglobin disebut bergeser ke kiri. Berarti Hb lebih mudah mengikat 02 tetapi agak sukar melepaskan ke jaringan/sel.

Hal-hal yang mempengaruhi kurva disosiasi oksishemoglobin.

1. Yang menyebabkan kurva bergeser ke kanan

a. Asidosis (yaitu pH tubuh < 7,4)

b. Hipertemia

c. Kadar 2,3 DPG (2,3 diphosphoglycerate) yang tinggi

2. Yang menyebabkan kurva bergeser ke kiri

a. Alkalosis (yaitu pH tubuh > 7,4)

b. Hipotermia

c. Kadar 2,3 DPG yang rendah

HipoksiaHipoksia adalah suatu keadaan dimana sel/jaringan tubuh kekurangan oksigen. Penyebab dari hipoksia :1. Berkurangnya 02 yang dilepaskan ke jaringana. Hipoksia yang menyeluruh (global hipoxia)

1. Hipoksia arterial

Kadar 02 dalam udara yang rendah

Terganggunya oksigenasi dalam paru

Shunting darah vena ke arteri

2. Hipoksia anemia

Kadar Hb yang rendah

Gangguan pada Hb

3. Hipoksia sirkulasi

b. Hipoksia pada organ/daerah tertentu (regional hipoxia)

2. Kebutuhan 02 yang meningkat

a. Tiroktoksikosis

b. Latihan yang berlebihan

3. Gangguan pada penggunaan 02 oleh jaringan/selSecara praktis hipoksia dengan berbagai penyebab tersebut dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu :

a) Hipoksia hipoksemia

Pada keadaan ini hipoksia yang terjadi pada jaringan adalah akibat dari berkurangnya kandungan 02 dalam darah (hipoksemia) sehingga tidak cukup 02 yang dapat dilepaskan ke jaringan/sel/organ. Berkurangnya kandungan 02 dalam darah adalah sebagai akibat dari kurang cukupnya oksigenasi darah oleh paru.

b) Hipoksia anemia

Pada keadaan ini oksigenasi darah cukup baik tetapi zat pembawa 02 dalam darah (yaitu Hb) kurang jumlahnya.

c) Hipoksia stagnasiPada keadaan ini oksigenasi dan pembawa 02 tidak banyak terganggu, tetapi aliran darah dimana Hb berada di dalamnya mengalami kelambatan.

d) Hipoksia histotoksik

Pada keadaan ini gangguan terletak di jaringan/sel itu sendiri, dimana jaringan/sel mengalami kerusakan sehingga tidak dapat mengambil 02 yang disediakan oleh Hb/darah.

Berdasarkan gradasinya hipoksia terbagi menjadi :

1. Derajat ringan

Mungkin terbatas setempat saja sehingga gejala sistemik tidak nampak jelas. Kalau disebabkan hippoksemia maka Pa02 biasanya kurang dari 80 torr.

2. Derajat sedang

Pada keadaan ini sudah terjadi kompensasi dari sistem aliran darah dan jantung (nadi cepat) dan sistem pernafasan (nafas yang cepat dan terengah-engah) dan gejala sistemik (cepat capai dan lemah, kurang konsentrasi, kurang koordinasi dalam gerakan, lamban). Dan bila akibat hipoksemia maka Pa02 kurang dari 60 torr.

3. Derajat berat

Gejala yang timbul lebih jelas dan yang mencolok adalah terganggunya kesadaran akibat berkurangnya 02 dalam susunan saraf. Dan bila terjadi hipoksemia maka Pa02 kurang dari 40 torr.

A. Tujuan Terapi Oksigen

Secara klinis tujuan utama pemberian O2 :

(1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah

Mengatasi hipoksia atau mencegah agar tidak terjadi hipoksia dengan jalan mencukupi kandungan 02 dalam darah dengan harapan agar 02 yang dilepaskan ke sel/jaringan cukup. Tidak semua hipoksia dapat diatasi atau dicegah hanya dengan memberikan O2, sebab tidak semua hipoksia selalu hipoksemia. Pemberian O2 akan mencapai sasaran kalau disertai dengan menangani penyebab hipoksia.

(2) untuk menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard.

Syarat agar sel/jaringan mendapatkan 02 dengan cukup ialah :

1. Kadar 02 yang dihirup (Fi02 = fraksi inspirasi 02) cukup

2. Fungsi respirasi adekuat

Jalan nafas lancar/bebas

Volume tidal cukup

Frekuensi nafas cukup (sesuai dengan umur)

Irama nafas teratur

Alveoli yang baik

3. Pengangkut 02 yang baik

Kadar Hb cukup

Bentuk dan sifat Hb yang baik

Suasana dimana Hb berfungsi baik

4. Fungsi sirkulasi adekuat

Volume cairan intra vaskuler cukup (preload).

Kontraktilitas otot jantung baik

Keadaan pembuluh darah baik (afterload)

Frekuensi dan irama denyut jantung baik

5. Sel/jaringan masih baik

Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan Humidification. Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.

D. Indikasi Terapi Oksigen

Berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 yang telah disebutkan, maka adapun indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut : (1) Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah

(2) Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan

(3) Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.

Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 dindikasikan kepada klien dengan gejala :

(1) sianosis

(2) hipovolemi

(3) perdarahan

(4) anemia berat

(5) keracunan CO

(6) asidosis

(7) selama dan sesudah pembedahan

(8) klien dengan keadaan tidak sadar.E. Teknik dan Cara Pemberian Oksigen

1. Nasal kanula

Biasanya tidak memerlukan humidifikasi pada gas 02 yang dialirkan, sebab humidifikasi dari nasopharing masih cukup baik (tidak terganggu). Kejelekannya adalah apabila aliran gas lebih dari 3 L/mnt akan mengakibatkan iritasi selaput lendir daerah hidung.

2. Nasal kateter

Yaitu dengan menggunakan kateter hidung yang dipasang sampai daerah pharing. Biasanya digunakan untuk penderita yang gelisah sehingga tidak bisa dipasang nasal kanula atau masker.

Perlu disertai dengan humidifikasi dan juga sering menyebabkan iritasi selaput lendir pharing.

3. Masker sederhana

Konsentrasi 02 yang terhirup tergantung dengan pola pernafasan dan aliran gas 02

4. Masker dengan kantong simpan

Seperti masker sederhana hanya ditambahkan kantong yang bisa menampung aliran gas baik dari sumber gas atau yang dari udara kamar dan udara nafas.

Ada dua macam yaitu :

a. Yang tanpa disertai katup ekspirasi, jadi terjadi rebreathing

b. Yang disertai katup ekspirasi sehingga tidak terjadi rebreathing

5. Masker venturi

Dengan alat ini maka konsentrasi gas 02 yang dihirup dapat diatur sesuai dengan kehendak kita dan sesuai dengan kebutuhan penderita.

6. Tenda oksigen

Semacam tenda kecil yang melingkup bagian wajah penderita sehingga penderita dapat bernafas dari udara yang berada dalam tenda tersebut.

7. Alat bantu nafas

Selain memberikan 02, dengan alat ini sekaligus mengatasi persoalan yang mengganggu ventilasi paru. Apapun teknik dan cara yang kita gunakan yang mutlak harus diperhatikan adalah kita harus mengetahui dan mengerti berapa persen konsentrasi 02 yang terhirup pasien dengan cara tersebut (Fi02). Jadi bukan secara otomatis biasanya begitu. Oleh karena itu untuk menentukan berapa Fi02 yang harus diberikan adalah dengan memantau apakah target/sasaran terapi 02 tercapai atau belum yaitu dengan oksimeter (Sa02) atau dengan menganalisa gas darah secara terus menerus.

Untuk itu dapat dipergunakan tabel seperti di bawah ini :

CaraAliran 02 (L/mnt)Konsentrasi (Fi02)%

Nasal kateter

1 2

3 4

5 - 624 28

30 35

38 44

Masker sederhana5 6

6 7

7 - 840

50

60

Masker dengan kantong simpan6

7

8

9 - 1060

70

80

90 99

Masker venturiAliran tetap24 35

Tenda oksigen8 - 1040

Alat bantu nafas (ventilator)Sesuai dengan aturan alat0 100

F. Bahaya dan Efek Samping Terapi Oksigen

1. Kebakaran

Walaupun 02 sendiri tidak terbakar tetapi dengan adanya 02 yang berlebihan dalam udara kamar akan mempercepat proses kebakaran bila ada sumber api.

2. Hipoksia

Hal ini dapat terjadi bila pemberian 02 secara mendadak dengan tekanan yang tinggi. Dapat dihindari dengan jalan memberikan secara bertahap.

3. Hipoventilasi

Hal ini sering terjadi pada penderita dengan kelainan paru yaitu penyakit paru obstruksi menahun (PPOM). Pada penderita demikian pengendalian pusat nafas disebabkan oleh kadar 02 dalam darah yang rendah (hipoksemia). Sehingga apabila keadaan hipoksemia dihilangkan maka pusat nafas tidak ada yang merangsang yang akan berakibat hipoventilasi bahkan sampai henti nafas (apneu). Oleh karena itu pemberian 02 pada penderita demikian harus hati-hati yaitu dengan memberikan secara bertahap. Mulai dari konsentrasi rendah yang dinaikkan secara pelan dan bertahap sambil memantau keadaan penderita dengan pegangan bahwa keadaan umum penderita membaik tetapi masih tetap bernafas seperti biasanya.

4. Atelektasis paru

Hal ini terjadi apabila konsentrasi 02 yang diberikan sangat tinggi (hampir 100%) dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya gas N2 akan terusir dari alveoli sehingga dinding alveoli tidak dapat teregang lagi dan akhirnya kolap. Pencegahannya ialah jangan memberikan 02 dengan konsentrasi 100% lebih dari 24 jam.

5. Keracunan oksigen

Ada dua macam yaitu :

a. Keracunan yang menyeluruh

Yaitu disebabkan karena Pa02 yang lebih dari 100 torr dalam jangka waktu yang lama (bervariasi untuk tiap individu). Pada yang akut bisa terjadi kejang-kejang. Pada yang kronis gejalanya berupa nyeri dibelakang tulang dada, nyeri sendi, kesemutan, mual muntah, nafsu makan menurun. Pada bayi prematur dapat terjadi kebutaan yang disebut retrolental fibroplasia, yaitu terjadi penyempitan pembuluh darah di retina mata sehingga retina mengalami fibrosis.

b. Keracunan setempat

Sel epitel kapiler paru akan mengalami kerusakan yang mengakibatkan gangguan difusi gas.

G. Pencegahan

1. Jangan memberikan 02 dengan konsentrasi > 50% lebih dari 48 jam.

2. Setiap pemberian 02 dengan konsentrasi tinggi harus disertai pemantauan Pa02.

BAB III

KESIMPULAN

Oksigen harus dipandang sebagai obat. Maka dosis yang tepat, cara pemberian yang tepat dan indikasi yang tepat harus diketahui. Untuk mengatasi hipoksia tidak cukup hanya dengan memberikan 02 saja, tetapi harus disertai dengan langkah-langkah mengatasi penyebab hipoksia.

Tujuan dari terapi oksigen adalah mengatasi hipoksia atau mencegah agar tidak terjadi hipoksia dengan jalan mencukupi kandungan 02 dalam darah dengan harapan agar 02 yang dilepaskan ke sel/jaringan cukup.

Sebelum memulai memberikan 02, kondisi jalan nafas dan ventilasi paru harus dalam keadaan baik.Pada setiap pemberian 02, harus selalu disertai pemantauan terhadap keadaan penderita. Ingat efek samping dari oksigen dan apa target pemberian 02.

Dengan mengenal cara-cara inhalasi dan pemilihan yang tepat akan dihasilkan terapi yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Atkinson RS, Rushman GB. Oxygen Therapy in A Synopsis of Anesthesia. 8th ed. London; Lee J.A (cont. ed.) John Wright & Sons Ltd.; 1977; 860-74.

2. Budiman I. Terapi Inhalasi pada Asma. Bidang Pulmonologi; Semarang;1989; 25-313. Marino PL. The ICU Book. 2nd ed. Philadelphia; Williams and Wilkins; 1998; 389-954. Miller RD. Anesthesia. 5th ed. Philadelphia ; Churchill Livingstone; 2000; 1255-65.

5. Morgan GE, Mikhail MS. Clinical Anethesiology. 2nd ed. London; Appleton-Lange; 1996 ; 423-40.

6. Oh T. Intensive Care Manual. 4th ed. Oxford; Butterworth-Heinemann; 1997; 209-157. Snow JC. Respiratory Therapy in Manual of Anesthesia. 2nd ed. Tokyo; Boston Medical Sciences International Ltd; 1982; 225-32______________________________________________________________________________

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

Periode 02 Maret 04 April 2009

17