Makalah Sumber Hukum Islam
-
Upload
anon371565923 -
Category
Documents
-
view
315 -
download
15
Transcript of Makalah Sumber Hukum Islam
MAKALAH
SUMBER HUKUM ISLAM
(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam)
Dosen Pengampu:
Ikhwanul Abrori S.A, M.A.
FISIKA / II B
Kelompok VI
1. Silvia Alifatul Fikri 11 421 041
2. Dyestia Avarini V. 11 421 053
3. Endang Suparningsih 11 421 066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
IKIP PGRI MADIUN
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT
melalui wahyu yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan
oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rosul-Nya melalui sunnah
beliau yang kini tersimpan baik dalam kitab-kitab hadist.
Hukum Islam juga memiliki beberapa tujuan, antara lain :
Untuk ditaati dan dijalankan oleh umat Islam
Sebagai pedoman hidup
Sumber Hukum Umat Islam menurut Mahmud Syaltuth dibagi menjadi 3 macam
yaitu :
1. Al Qur’an ( Sumber Hukum Pertama dan Utama )
2. Al Hadits ( Sumber Hukum ke Dua setelah Al Qur’an )
3. Ijtihad / Ra’yu / Akal
Dalam makalah ini kita akan membahas tentang Pengertian
Sumber Hukum Islam, Fungsi Hukum Islam dalam kehidupan
masyarakat dan Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan Sistem
hukum Nasional.
B. Tujuan
1. Untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah pendidikan
agama tentang Sumber Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam
di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengertian Hukum Islam.
3. Untuk mengetahui macam – macam Sumber Hukum Islam.
4. Untuk mengetahui fungsi Hukum Islam dalam kehidupan
masyarakat.
5. Untuk mengetahui kontibusi Umat Islam dalam Perumusan
Sistem Hukum Nasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SUMBER HUKUM ISLAM
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT
melalui wahyu yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan
oleh Nabi Muhammad SAWsebagai Rosul-Nya melalui sunnah
beliau yang kini tersimpan baik dalam kitab-kitab hadist.
Hukum Islam juga memiliki beberapa tujuan, antara lain :
Untuk ditaati dan dijalankan oleh umat Islam
Sebagai pedoman hidup
B. MACAM-MACAM SUMBER HUKUM ISLAM
Sumber hukum Islam menurut Mahmud Syaltuth di bagi
menjadi tiga macam, antara lain :
1. Al Qur’an ( Sumber hukum Pertama )
a. Pengertian Al Qur’an
Al Qur’an merupakan sumber hukum utama dan
menempati kedudukan pertama dari sumber – sumber
hukum yang lain dan merupakan aturan dasar yang paling
tinggi. Al Qur’an juga dapat dikatakan sebagai Kitab mu’jizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril yang datang kepada kita dengan jalan
mutawattir dan dipandang ibadah bagi yang membaca.
Sumber hukum maupun ketentuan norma yang ada tidak
boleh menyimpang dan bertentangan dengan isi Al Qur’an.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Al Qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada
manusia dan manusia wajib mengamalkan semua
3
perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Firman Allah
SWT dalam surat Al maidah ayat 49 :
Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di
antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang Telah
diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari
hukum yang Telah diturunkan Allah), Maka Ketahuilah bahwa
Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa
mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah
orang-orang yang fasik.”
b. Pedoman Al Qur’an dalam menetapkan hukum
Pedoman Al Qur’an dalam menetapkan hukum sesuai
dengan perkembangan dan kemampuan manusia, baik
secara fisik maupun rohani. Manusia selalu berawal dari
kelemahan dan ketidakmampuan. Untuk itu Al Qur’an
berpedoman kepada 3 hal, yaitu :
Tidak memberatkan
Meminimalisir beban
Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum
Kemaslahatan umat
Keadilan yang merata
4
c. Fungsi Al Qur’an
Al Huda Linnas yaitu Petunjuk bagi manusia. Al Qur’an
tidak hanya untuk umat Islam saja tetapi untuk semua
manusia.
Pedoman hidup
Al Furqon yaitu Pembeda antara yang hak dan yang
bathil, antara yang bebar dan yang salah, antara yang
halal dan yang harm.
Ad-Dziki yaitu untuk peringatan bagi muttaqin.
Munttaqin harus tetap diperingati karena ketakwaan
seseorang mengalami naik turun.
As-Syifa’u Linnas yaitu obat bagi jiwa manusia.
Mau’idhoh yaitu sebagai suri tauladan bagi manusia.
Bahan renungan atau pemikiran bagi orang –orang
yang mau berfikir untuk mendapat pelajaran berharga.
Sumber ilmu pengetahuan yang sangat menarik untuk
dikaji dan dipelajari sepanjang massa.
d. Isi Kandungan Al Qur’an
Akidah
Akhlak
Ibadah / mu’amalah
Janji dan ancaman
Kisah-kisah umat terdahulu
e. Keaslian Al Qur’an
Faktor – faktor yang mempengaruhi Al Qur’an sampai
saat ini tetap asli adalah :
5
Mempunyai Sejarah penulisan yang sangat gemilang.
Tiap ayat Al Qur’an turun, oleh Nabi disampaikan
kepada para sahabat. Sahabat yang mampu baca dan
tulis kemudian menulis ayat tersebut, sedang yang
tidak mampu mereka menghafalkannya. Setelah nabi
Muhammad SAW wafat, tulisan Al Qur’an diberbagai
media tulis disalin dalam suatu madzhab yang
dinamakan madzhab utsmani.
Ayat Al Qur’an selain ditulis juga dihafal oleh para
sahabat yang tidak mampu menulis
Al Qur’an tidak kehilangan bahasa aslinya karena Al
Qur’an tidak boleh diterjemahkan tanpa disertai
aslinya.
Allah berjanji menjaganya dengan menggerakan hati
manusia untuk menghafal (hafdl) Al Qur’an atau terus
menerus mempelajari baik secara formal maupun
informal. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Al Hijr : 9
Artinya:”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya (ayat Ini
memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran
selama-lamanya)”.
f. Kemu’jizatan Al Qur’an
Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW
dimana kemu’jizatannya terletak pada keindahan
bahasanya dan isi kandungan Al Qur’an yang sesuai
dengan Ilmu dan teknologi modern.
2. Al Hadist ( Sumber Hukum Islam Kedua )
6
a. Pengertian Hadits
Pengertian Al hadits menurut bahasa adalah sesuatu yang
baru, bekas dan bekas.
Sedangkan pengertian Hadits menurut istilah adalah semua
yang disandarkan pada Nabi baik berupa ucapan (qouliyah),
perbuaan (fi’liyah), ketetapan (taqririyah) dan cita–cita
(hammiyyah).
Al Qur’an dan Al Hadits merupakan dua sumber hukum
pokok syariat Islam yang tetap dan orang Islam tidak akan
mungkin bisa memahami syari’at Islam secara mendalam
dan lengkap tanpa kembali kepada kepada kedua sumber
Islam tersebut. Seorang mujtahid dan seorang Ulama pun
juga tidak doperbolehkan hanya mencukupkan diri dengan
mengambil salah satu dari keduanya.
Banyak kita jumpai ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits–hadits
yang memberikan pengertian bahwa hadist merupakan
sumber hukum Islam selain Al Qur’an yang wajib diikuti, dan
diamalkan baik dalam bentuk perintah maupun
larangannya.
b. Fungsi Al Hadits atau As-Sunnah terhadap Al Qur’an
Memperkuat hukum – hukum Al Qur’an
Tafsil yaitu merinci ayat Al Qur’an yang bersifat
mujmal
Bayan yaitu enjelaskan ayat – ayat yang bersifat global
Tasri’ yaitu menetapkan hukum yang belum ada dalam
Al Qur’an
Takhsis, yaitu menetapkan hukum yang belum
ditetapkan oleh Al-Qur’an
c. Macam – macam As Sunnah / Hadits :
1. Ditinjau dari kualitas :
7
Hadits Shahih adalah hadits yang sanadnya
sambung, tidak bertentangan riwayat orang banyak,
tidak cacat, rawi adil dan dapat dipercaya.
Hadits Hasan adalah hadits yang memenuhi
persyaratan hadits shahih tetapi ada salah satu
perowinya tidak kuat hafalannya (sama dengan
shahih tapi riwayatnya tidak mashur atau populer).
Hadits Dhoif adalah Hadits yang tidak memenuhi
syarat hadits Shahih dan Hasan.
Hadits Maudhu’ adalah Hadits yang tidak dibuat
oleh seseorang, tetapi dikatakan berasal diri nabi
Muhammad SAW.
2. Ditinjau dari jumlah perawinya :
Hadits Mutawatir adalah hadits yang sejak awal
diriwayatkan oleh orang banyak kepada orang
banyak yang tidak terhitung jumlahnya dan tidak
mungkin mereka sepakat berdusta.
Hadits mansyur adalah hadits yang sejak awal
diriwayatkan oleh beberapa orang kemudian oleh
orang banyak sehingga menjadi masyur.
Hadits Ahad adalah hadits yang sejak awal
diriwayatkan oleh satu orang kemudian beberapa
orang.
d. Istilah – istilah dalam Hadits
Sanad adalah urutan rawi dari awal sampai akhir
Matan adalah teks atau bunyi hadits
Rowi adalah orang yang meriwayatkan hadits
3. Ijtihad atau Ra’yu atau Akal
a. Pengertian Ijtihad
8
Menurut bahasa ijtihad berarti bersungguh-sungguh,
rajin dan giat. Menurut istilah ijtuhad berarti usaha yang
sungguh-sungguh dari seorang ahli hukum / fuqoha untuk
mengetahui hukum syari’at. Menurut Al-Ghozali Ijtihad
adalah mencurahkan seluruh kemampuan untuk
menetapkan hukum dengan jalan istilah (mengeluarkan
hukum dari kitab Al-Qur’an dan sunah).
b. Fungsi Ijtihad
Sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga
Untuk membuktikan bahwa ajaran Islam sesuai dengan
jaman, sampai hari kiamat
Sebagai bukti bahwa Islam memberi kebebasan
berfikir
c. Hukum melakukan Ijtihad :
Wajib ain (bila ditamya hukum suatu masalah, masalah
akan hilang sebelum hukum diketahui)
Wajib kijayah ( bila ditanya hukum suatu masalah,
masalah tidak akan hilang sebelum hukum diketahui
sedang selain dia ada mujtahid lain)
Sunnah (ijtihad suatu masalah yang belum terjadi)
d. Syarat-syarat Ijtihad (Mujtahid):
Mengetahui nash Al Qur’an dan Al Hadits
Mengetahui maksud dan rahasia hukum Islam
Mengetahui kaidah-kaidah kalliyah / umum syari’at
Mengetahui bahasa arab sebagai dasar memahami Al
Qur’an
Mengetahui Ilmu Ushul Fiqih
Mengetahui ilmu mantiq /pasti
9
Mengetahui taro’ah asliyah / pradyga tak bersalah /
mubah
Mengetahui ijma’
e. Macam-macam Ijtihad
1) Ijma’
Ijma’ adalah berkumpul / kesepakatan para
mustahid umat Nabi Muhammad setelah beliau wafat
pada satu masa tertentu tentang masalah tertentu.
Kesepakatan terjadi dengan 3 cara:
1. Dengan ucapan / qauli
2. Dengan perbuatan / fi’li
3. Dengan diam / sukuti
2) Qiyas
Qiyas adalah menyamakan hukum sesuatu yang
tidak disebut hukumnya dalam nash ( Al Qur’an dan Al
Hadits ) dengan sesuatu yang disebut hukumnya
dalam nash karena ada kesamaan ‘ilat atau sifat.
3) Istihsan
Istihsan adalah berpindahnya seorang mujtahid dari
hukum yang dikehendaki oleh Qiyas Khafy ( samar-
samar ), atau dari hukum kully ( umum ) kepada
hukum yang bersifat pengecualian.
4) Istishab
Istishab adalah mengambil hukum yang telah ada
atau ditetapkan pada masa lalu dan tetap dipakai
hingga masa-masa selanjutnya, sebelum ada hukum
yang mengubahnya. Misalnya seseorang ragu-ragu
apakah sudah wudhu atau belum? Dalam keadaan
seperti ini, ketentuan harusnya berpegang kepada
10
“belum wudhu”, karena hukum yang asal adalah
belum wudhu.
5) Mashalihul Mursalah
Mashalihul Mursalah adalah penetapan hukum
berdasarkan kepada kemaslahatan, yaitu manfaat
bagi manusia atau menolak kemadhorotan atas
mereka.
6) Al ‘Urf
Al ‘Urf adalah segala sesuatu yang sudah saling
dikenal dan dijalankan oleh suatu masyarakat dan
sudah menjadi adat istiadat, baik berupa perkataan
maupun perbuatan.
7) Syar’u Man Qablana
Syar’u Man Qablana adalah syari’at yang diturunkan
kepada orang-orang sebelum kita, yaitu ajaran agama
sebelum datangnya agama islam.
8) Saddudz Dzari’ah
Saddudz Dzari’ah adalah melarang perkara-perkara
yang lahirnya boleh, karena ia membuka jalan dan
menjadi pendorong kepada perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh agama.
9) Mazhab Shahaby
Mazhab Shahabi adalah fatwa-fatwa para sahabat
mengenai berbagai masalah yang dinyatakan setelah
Rasulullah SAW wafat.
C. FUNGSI HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Manusia membutuhkan pertolongan
satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam memperoleh
kemajuan dan dinamika kehidupannya. Setiap individu dan
kelompok sosial memiliki kepentingan. Namun demikan
11
kepentingan itu tidak selalu sama satu saama lain, bahkan
mungkin bertentangan. Hal itu mengandung potensi terjadinya
benturan dan konflik. Maka hal itu membutuhkan aturan main.
Agar kepentingan individu dapat dicapai secara adil, maka
dibutuhkan penegakkan aturan main tersebut. Aturan main itulah
yang kemudian disebut dengan hukum islam yang dan menjadi
pedomaan setiap pemeluknya.
Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:
a. Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi
sumber kebaikan,
b. Menegakkan keadilan (iqamat al-‘adl),
c. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah).
Oreintasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam
jangka pendek dalam kehidupan duniawi tetapi juga harus
menjamin kebahagiaan kehidupan di akherat yang kekal abadi,
baik yang berupa hukum-hukum untuk menggapai kebaikan dan
kesempurnaan hidup (jalbu al manafi’), maupun pencegahan
kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (dar’u al-mafasid).
Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara
Allah dengan makhluknya maupun kepentingan orientasi hukum
itu sendiri.
Ruang lingkup hukum Islam sangat luas. Yang diatur dalam
hukum Islam bukan hanya hubungan manusia dengan Tuhan,
tetapi juga hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan
benda, dan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Dalam Al
Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang terkait dengan masalah
pemenuhan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia serta
larangan bagi seorang muslim untuk melakukan pelanggaran hak
asasi manusia. Bagi tiap orang ada kewajiban untuk mentaati
hukum yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits. Peranan hukum
12
Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya cukup banyak,
tetapi peranan utamanya, yaitu:
1. Fungsi Ibadah
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada
Allah SWT. Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus
dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah
yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.
Dalam QS Adz-Dzariyaat:56, Allah SWT berfirman:
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
2. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk
mengatur hidup dan kehidupan umat manusia, jelas dalam
praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Sebagai
contoh, proses pengharaman riba dan khamar, jelas
menunjukkan adanya keterkaitan penetapan hukum (Allah)
dengan subyek dan obyek hukum (perbuatan mukallaf).
Penetap hukum tidak pernah mengubah atau memberikan
toleransi dalam hal proses pengharamannya. Riba atau khamar
tidak diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap. Ketika
suatu hukum lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar
hukum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran
penuh. Penetap hukum sangat mengetahui bahwa cukup riskan
kalau riba dan khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat
pecandu riba dan khamar. Berkaca dari episode dari
pengharaman riba dan khamar, akan tampak bahwa hukum
Islam berfungsi sebagai salah satu sarana pengendali sosial.
Hukum Islam juga memperhatikan kondisi masyarakat agar
13
hukum tidak dilecehkan dan tali kendali terlepas. Secara
langsung, akibat buruk riba dan khamar memang hanya
menimpa pelakunya. Namun secara tidak langsung,
lingkungannya ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena itu,
kita dapat memahami, fungsi kontrol yang dilakukan lewat
tahapan pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat
disebut amar ma’ruf nahi munkar. Dari fungsi inilah dapat
dicapai tujuan hukum Islam, yakni mendatangkan
kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, baik di dunia
maupun di akhirat kelak.
3. Fungsi Zawajir
Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan
berzina, yang disertai dengan ancaman hukum atau sanksi
hukum. Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana
terhadap jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu
(pencurian , perzinaan, qadhaf, hirabah, dan riddah), dan ta’zir
untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana
tersebut. Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum
Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga
masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang
membahayakan. Fungsi hukum Islam ini dapat dinamakan
dengan Zawajir.
4. Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah
Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana
untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses
interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang
harmonis, aman, dan sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hukum
Islam menetapkan aturan yang cukup rinci dan mendetail
sebagaimana terlihat dalam hukum yang berkenaan dengan
masalah yang lain, yakni masalah muamalah, yang pada
14
umumnya hukum Islam dalam masalah ini hanya menetapkan
aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya. Perinciannya diserahkan
kepada para ahli dan pihak-pihak yang berkompeten pada
bidang masing-masing, dengan tetap memperhatikan dan
berpegang teguh pada aturan pokok dan nilai dasar tersebut.
Fungsi ini disebut dengan Tanzim wa ishlah al-ummah.
Ke empat fungsi hukum Islam tersebut tidak dapat dipilah-pilah
begitu saja untuk bidang hukum tertentu, tetapi satu dengan
yang lain saling terkait.
D. KONTRIBUSI UMAT ISLAM DALAM PERUMUSAN SISTEM
HUKUM NASIONAL
1. Lahirnya UUD 1945
Umat Islam bagian dari warga negara Republik Indonesia
mereka terbiasa dengan peraturan, baik peraturan antara
manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia
dengan alam. Maka ketikaJepang yang menjajah Indonesia
memberi kesempatan membentuk BPUPKI (Badan Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia), umat Islam tidak menyia-
nyiakan kesempatan ini, mereka mengambil peran untuk
perumusan sistem perundang-undangan nasional yaitu baik
perumusan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Diantara
mereka adalah K.H Wahid Hasyim, Abi Kusno, Agus Salim, K.H
Kahar Mudzakir dan lain-lain.
2. Lahirnya UU Perkawinan
Ketentuan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974. Undang-Undang ini
dikuatkan dengan Lembaran Negara Republik Indonesia No.1
Tahun 1974 tentang Penjelasan terhadap UU No. 1 Tahun 1974.
Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 diatur dalam
Peraturan Pemerintah R.I. No. 9 Tahun 1975.
15
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal ( 1 )
disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam lembaran Negara RI No. 1 Tahun 1974 tentang
penjelasan atas undang-undang No. 1 Tahun 1974, disebutkan
bahwa bagi orang-orang Indonesia asli yang beragama Islam
berlaku hukum agama yang telah direalisir daerah, bagi orang
Islam berlaku hukum islam dan bagi orang Kristen berlaku
Huwelijks-ordonantie, bagi orang Cina menggunakan Undang-
Undang Hukum Perdata dengan sedikit perubahan, bagi orang
Timur Asing lainnya da warga Indonesia keturunan Timur Asing
lainnya berlaku Hukum Adat mereka, dan bagi orang Eropa dan
warga Indonesia Keturunan Eropa dan yang disamakan dengan
mereka berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
3. Lahirnya UU Peradilan Agama
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
penduduknya sangat beragam dari segi etnik, budaya dan
agama. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Hukum
agama datang ke Indonesia bersamaan dengan hadirnya
agama. Oleh karena itu sebagai mayoritas beragama Islam,
maka hukum Islam merupakan salah satu sistem yang berlaku
di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Ada beberapa peraturan baik berupa undang-undang
peraturan pemerintah, keputusan presiden yang didalamnya
berisi tentang hukum Islam, diataranya adalah :
a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Banyak pasal dalam undang-udang ini berasal dari hukum
Islam.
16
b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang
perwakafan dan tanah milik.
c. Instruksi presiden No 13 tahun 1980 tentang perjanjian bagi
hasil.
d. Undang-undang No 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama
merupakan salah satu perundang-undangan pelaksanaan
dari undang-undang No 14 tahun 1970 tentang pokok-pokok
kekuasaan hakim.
e. Instruksi Presiden No 1 tahun 1991 tentang Komplikasi
Hukum Islam (KHI). KHI berisi tentang himpunan hukum
Islam yang berkenaan dengan perkawinan, waris dan wakaf.
f. Undang-undang No 7 tahun 1992 dan peraturan pemerintah
No 70 dan 72 tentang Bagian bagi hasil.
g. Undang-undang No 38 tahun 1999 tentang penyelenggaran
ibadah haji.
4. Dalam Pengelolaan Zakat
Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam.
Bahkan Al Qur’an menjadikan zakat dan sholat sebagai lambang
dari keseluruhan ajaran Islam. Mengingat pentingnya
kedudukan zakat dalam ajaran Islam, maka hukum membayar
zakat adalah fardhu ‘ain bgi setiap muslim sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan agama. Di Indonesia sendiri ini
juga terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
pengelolaan zakat, diantaranya yang terdapat dalam UUD no 39
th 1999 pasal 1 yang menyatakan bahwa :
a. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan
zakat.
b. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang
muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai
17
dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya.
c. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang
muslim yang berkewajiban menunaikan zakat.
d. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima
zakat.
e. Agama adalah agama Islam.
f. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan
tanggungjawabnya meliputi bidang agama
18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT
melalui wahyu yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan
oleh Nabi Muhammad SAWsebagai Rosul-Nya melalui sunnah
beliau yang kini tersimpan baik dalam kitab-kitab hadist.
Sumber Hukum Umat Islam menurut Mahmud Syaltuth dibagi
menjadi 3 macam yaitu : Al Qur’an (Sumber Hukum Pertama dan
Utama), Al Hadits (Sumber Hukum ke Dua setelah Al Qur’an),
Ijtihad/ Ra’yu/Akal.
Peranan hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat
sebenarnya cukup banyak, tetapi peranan utamanya, yaitu :
Fungsi Ibadah, Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Fungsi Zawajir,
Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah.
Kontribusi umat Islam dalam perumusan sistem hukum nasional
antara lain: umat Islam ikut serta dalam penyusunan UUD 1945,
UU Perkawinan, UU Peradilan Agama, UU Zakat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 2004. Garis-garis Besar Program Pengajaran
Mata Pelajaran Faqih. Ditjen Bimbingan Islam.
Qosim Rizal. 2009. Pengamalan Fiqih untuk Kelas XI Madrsah Aliyah.
Yogyakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Tim Dosen Agama Islam Ikip Malang. 1999. Pendidikan Agama Islam I
untuk Mahasiswa. Malang:Penerbit IKIP Malang.
Siti dan Rifai. 2011. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN
TINGGI. Madiun: Penerbit IKIP PGRI Madiun.
20