Makalah Stroke Hemmoragik
-
Upload
muhamad-syaiful -
Category
Documents
-
view
105 -
download
2
description
Transcript of Makalah Stroke Hemmoragik
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
1/25
Stroke Hemmoragik
Muhamad Syaiful Bin Samingan 10 2008 301
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
MARET 2014
Pendahuluan
Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah kumpulan gejala klinis
yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak baik fokal atau global secara tiba-tiba, disertai
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain selain gangguan vaskuler.3-6
Stroke termasuk penyakit serebrovaskular (pembuluh darah otak) yang ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah
dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya
sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Stroke terjadi ketika pasokan darah
ke bagian otak terganggu atau sangat berkurang, sehingga kurangnya oksigen dan makanan
untuk jaringan otak. Dalam waktu beberapa menit, sel-sel otak mulai mati.3,6
Anamnesis
1. Identitas pasien2. Keluhan utama: Kelemahan / suara pelo / kesemutan / pandangan kabur.3. Riwayat penyakit sekarang:
Adakah riwayat: demam / trauma kepala / keganasan (terjadinya berulang danprogresif) / penyakit lain (metabolik)? (mencari apakah stroke / stroke like
syndrome)
Apakah sebelumnya pernah mengalami gejala yang sama? Pertama kali / berulang. Permulaan serangan terjadinya stroke? Sangat mendadak (1-2 menit) / mendadak
(menit-jam)/ perlahan.
Apakah sempat membaik dengan istirahat? Membaik / tetap / memburuk
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
2/25
Aktifitas waktu serangannya kapan? waktu kerja / waktu istirahat (duduk, tidur-tiduran) / bangun tidur
Sakit kepala waktu serangan? Ada (sangat hebat / hebat / ringan) / Tidak ada.
Waktu timbulnya nyeri kepala dari mulainya serangan?
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
3/25
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi2. Pemeriksaan integumen
Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangancairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik
harus bed rest 2-3 minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : bentuk normocephalik Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
4. Pemeriksaan dadaPada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun
suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan
menelan.
5. Pemeriksaan abdomenDidapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anusKadang terdapat incontinensia atau retensio urine
7. Pemeriksaan ekstremitasSering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan neurologiUmumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
9. Pola gangguan neurlogis pada penderita stroke akut, sesuai dengan letak lesinya,adalah sebagai berikut;
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
4/25
Lesi di hemisfer kiri (dominan), dengan gejala-gejala; afasi, hemiparesis kanan,hemiastesia kanan, hemianopsia homonymous kanan,dan gangguan gerakan bola
mata kanan
Lesi di hemisfer kanan (nondominan), dengan gejala-gejala; hemiparesis kiri,hemiastesia kiri, hemianopsia homonymous kiri, dan gangguan gerakan bola mata
kiri
Lesi di subkortikal atau batang otak, dengan gejala-gejala; hemiplegia berat danhemiastesis berat, disartria, termasuk dysarhtria-clumsy hand, hemiparesis-ataksia,
dan tidak ada gangguan kognisi, bahasa dan penglihatan
Lesi di batang otak, dengan gejala-gejala; tetrapelgia dan tetraastesia total, crossedsigns (signs on same side of face and other side of body), dysconjugate gaze,
nygstagmus, ataxia, disartria, dan disphagia
Lesi di serebelum, dengan gejala-gejala ataksia tungkai ipsilateral dan ataksia gait.Siriraj skore:
(2,5 x kesadaran) +(2 x muntah) + (2 x sakit kepala) + (0,1 x diastol)(3xfaktor ateroma)
12
Kesadaran= Koma-2; mengantuk/somnolen-1; sadar-0.
Muntah/skt kepala = ya-1; tidak-0.
Ateroma(DM/ser. Jantung)= ya-1; tidak-0
Skor siriraj
>1 = stroke hemoragik;
< 1 = stroke iskemik;
-1 < x < 1 = butuh evaluasi CT Scan
Pemeriksaan penunjang
Untuk membedakan jenis patologis stroke (perdarahan atau iskemik atau infark), dapat
dilakukan segera mungkin pemeriksaan CT-Scan kepala (sebagai pemeriksaan baku emas).
Apabila pemeriksaan CT-Scan tidak memungkin dengan berbagai alasan, dapat dipakai
Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) yang telah diuji reliabilitas dan validitasnya (grade
I).5 ASGM terdiri dari 3 variabel, yaitu, nyeri kepala pada waktu saat serangan, penurunan
kesadaran pada waktu saat serangan dan refelks Babinski. Apabila ada tiga atau dua variable
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
5/25
tersebut, maka jenis patologis stroke adalah stroke perdarahan. Apabila ada ada nyeri kepala
atau penurunan kesadaran pada saat serangan, maka jenis patologis stroke adalah stroke
perdarahan. Stroke iskemik atau infark, apabila tidak ada ketiga variable tersebut pada saat
serangan.
Pemeriksaan CT-Scan adalah mutlak dilakukan apabila akan dilakukan pengobatan dengan
pengobata trombolitik (rtPA intravenus).2 Kalau keadaan memungkinkan dapat dilakukan
pemeriksaan MRI. Dengan pemeriksaan MRI dapat dilihat lesi kecil (yang tidak terlihat
dengan pemeriksaan CT-Scan) di kortikal, subkortikal, batang otak dan serebelum. Juga dapat
terlihat lesi teritori vaskuler dan iskemik akut lebih awal.
Setelah dilakukan pemeriksaan CT-Scan atau ASGM, untuk mengetahui severitas stroke dan
prognosis stroke dilakukan pemeriksaan Skala Stroke Gadjah Mada (SSGM), yang diuji
reliabilitas dan validitasnya (grade I).5
Pemeriksaan-pemeriksaan lain
1. Pemeriksaan jantungPemeriksaan kardiovaskuler klinis dan pemeriksaan 12-lead ECG harus dikerjakan
pada semua penderita stroke. Biasanya dilakukan selama 48 jam sejak kejadian stroke.Kelainan jantung sering terjadi pada penderita stroke dan penderita dengan kondisi gangguan
jantung akut harus segera ditanggulangi. Sebagai contoh penderita infark miokard akut dapat
menyebabkan stroke, sebaliknya stroke dapat pula menyebabkan infark miokard akut. Sebagai
tambahan, aritmia kordis dapat terjadi pada penderita-penderita stroke iskemik akut. Fibrilasi
atrial, sangat potensial untuk terjadi stroke, dapat terdeteksi awal. Monitor jantung sering
dilakukan setelah terjadi stroke untuk menapis aritmia jantung serius.
2. Pemeriksaan tekanan darahPemeriksaan tekanan darah adalah wajib dilakukan rutin setiap hari, karena hipertensi
adalah faktor resiko utama terjadi stroke.
3. Pemeriksaan paruPemeriksaan klinis paru dan foto rontgen thorak adalah pemeriksaan rutin yang harus
dikerjakan.
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
6/25
4. Pemeriksaan laboratorium darahBeberapa pemeriksaan rutin darah dikerjakan untuk mengindetifikasi kelainan sistemik yang
dapat menyebabkan terjadi stroke atau untuk melakukan pengobatan spesifik pada stroke.
Pemeriksaan tersebut adalah kadar gula darah, elektrolit, haemoglobin, angka eritosit, angka
leukosit, KED, angka platelet, waktu protrombin, activated partial thrombopalstin time, fungsi
hepar dan fungsi ginjal. Pemeriksaan analisis gas darah dilakukan apabila dicurigai ada
hipoksia. Pemeriksaan cairan otak dilakukan apabila dicurigai stroke perdarahan
subarakhnoid dan pada pemeriksaan CT-Scan tidak terlihat ada perdarahan subarakhnoid.
Pada penderita tertentu dilakukan pemeriksaan tambahan, sbagai berikut; protein C,
cardiolipin antibodies, homocystein dan vasculitis-screening (ANA, lupus AC).
5. Pemeriksaan EEGPemeriksaan EEG dilakukan apabila terjadi kejang, dan kejang pada penderita stroke
adalah kontraindikasi pemberian rtPA.
6. Vascular imagingDoppler-and duplexsonography of extracranial and intracranial arteries digunakan
untuk mengidentifikasi oklusi atau stenosis arteria. Juga dipakai untuk monitor efek
pengobatan thrombolitik dan dapat menolong menentukan prognosis. Kalau memungkinkan
dapat juga dilakukan pemeriksaan magnetic resonance angiography dan CT angiography
untuk memeriksa oklusi atau stenosis arteria. Untuk memonitor kardioemboli dilakukan
pemeriksaan transthoracic and transoesophageal echocardiography. Biasanya dilakukan
setelah 24 jam serangan stroke.
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
7/25
Working Diagnosis
Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70 % kasus
stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan,
dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat
mengganggu jaringan otak, sehingga menyebabkan pembengkakkan, atau mengumpul
menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada
otak dan menekan tulang tengkorak.7,8
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO
(Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit
ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi
darah terjadi di daerah otak dan/atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya
akan tergeser dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer
otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya
akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di sekitar tempat
bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis.
Klasifikasi dan patofisiologiStroke hemoragik dikelompokkan menurut kausanya :
1. Intracerebral hemoragikDalam jenis stroke ini, pembuluh darah di otak pecah dan masuk ke dalam jaringan otak
di sekitarnya, mengakibatkan sel-sel otak rusak. Sel-sel otak mengalami kebocoran
sehingga akibatnya terjadi kekurangan darah dan juga rusaknya sel otak itu
sendiri. Tekanan darah tinggi adalah penyebab paling umum dari jenis stroke
hemoragik. Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan arteri kecil di dalam
otak menjadi rapuh dan rentan terhadap retak dan pecah.
2. Subarachnoid hemoragikDalam jenis stroke ini, pendarahan dimulai dalam arteri yang terdapat atau dekat
permukaan otak dan tumpahan ke dalam ruang antara permukaan otak dan
tengkorak. Perdarahan ini sering ditandai oleh perasaan sakit kepala tiba-tiba yang
parah. Jenis stroke ini biasanya disebabkan oleh pecahnya aneurisma, yang dapat timbul
seiring dengan usia atau hadir sejak lahir. Setelah perdarahan, pembuluh darah di otak
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
8/25
dapat diperluas dan sempit tak menentu (vasospasme), menyebabkan kerusakan sel otak
dengan lebih membatasi aliran darah ke bagian otak. Stroke hemoragik paling sering
disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang menekankan dinding arteri sampai pecah.
Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
Berry aneurysm akibat hipertensi tidak terkontrol yang membuat titik lemah dalamdinding arteri, mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak
karena kelainan kongenital pada pembuluh darah otak.
Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara,
kulit, dan tiroid.
Cerebral amyloid angiopathy,yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri diotak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.
Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin), overdosis narkoba, seperti kokain
http://en.wikipedia.org/wiki/Cerebral_amyloid_angiopathyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Cerebral_amyloid_angiopathyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Cerebral_amyloid_angiopathy -
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
9/25
Diagnosis Banding
Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemorhagik
Gejala Klinis Stroke Hemoragik Stroke Non
HemoragikPIS PSA
Gejala defisit lokal Berat Ringan Berat/ringan
SIS sebelumnya Amat jarang - +/ biasa
Permulaan (onset) Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/ tak ada
Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak, kecuali lesi di
batang otak
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali
Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang sebentar Dapat hilang
Kaku kuduk Jarang Bisa pada permulaan Tidak ada
Hemiparesis Sering sejak awal Tidak ada Sering dari awal
Deviasi mata Bisa ada Tidak ada mungkin ada
Gangguan bicara Sering Jarang Sering
Likuor Sering berdarah Selalu berdarah Jernih
Perdarahan Subhialoid Tak ada Bisa ada Tak ada
Paresis/gangguan N III - Mungkin (+) -
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
10/25
Etiologi
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu:6
Perdarahan intraserebral primer (hipertensif) Ruptur kantung aneurisma Ruptur malformasi arteri dan vena Trauma (termasuk apopleksi tertunda paska trauma) Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP, gangguan fungsi hati,
komplikasi obat trombolitik atau anti koagulan, hipofibrinogenemia, dan hemofilia.
Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak. Septik embolisme, myotik aneurisma Penyakit inflamasi pada arteri dan vena Amiloidosis arteri Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri vertebral, dan
acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.
Patofisiologi
A. Perdarahan IntraserebralPerdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis melemahkan
arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan kokain atau amfetamin dapat
menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi sangat tinggi. Pada beberapa
orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak.
Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan
perdarahan.7
Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat lahir, luka,
tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan
antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Pendarahan gangguan dan penggunaan
antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan intraserebral.7
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
11/25
B. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan karena cedera
kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap sebagai stroke.7
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan yaitu, ketika
perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau jatuh.
Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di sebuah
arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah dari dinding
arteri itu.7
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat
kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana
tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah
hasil dari aneurisma kongenital.7
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari pecahnya
koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau di sekitar otak.
Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya hanya
diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah pada katup
jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok otak, dan
menyebabkan arteri menjadi meradang. arteri kemudian dapat melemah dan pecah.7
Epidemiologi
Stroke Non Hemoragik adalah masalah neurologik primer di AS dan di dunia. Meskipun
upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden beberapa tahun terakhir,stroke
adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju mortalitas 18 % sampai 37% untuk
stroke pertama dan sebesr 62 % untuk stroke selanjutnya. Terdapat kira-kira 2juta orang bertahan hidup
dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan; dari angka ini,40% memerlukan bantuan
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari .Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab
kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada
usia antara 75 85 tahun.
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
12/25
Gejala Klinis
Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan perdarahan
intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik, hipertensi
biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih umum pada stroke
hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan
tekanan intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel.2
Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat. Jika
belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari hemiparesis kanan,
kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi, bidang visual kana terpotong,
dan aphasia mungkin terjadi. Jika belahan nondominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah
sindrom hemiparesis kiri, kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan
memotong bidang visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan
pengabaian dan kekurangan perhatian pada sisi kiri.2
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan kompresi
batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat kesadaran, apnea, dan
kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau batang otak antara lain:
ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah, hemiparesis atau quadriparesis,
hemisensori atau kehilangan sensori dari semua empat anggota, gerakan mata yangmengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah
ipsilateral dan kontralateral tubuh.2,9
A. Perdarahan IntraserebralSebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari jumlah penderita,
serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas. Namun, pada orang tua,
sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi otak menggambarkan
perkembangan yang terus memburuk sebagai perdarahan. Beberapa gejala, seperti
kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu
sisi tubuh. Orang mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu
atau hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual,
muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam beberapa detik
untuk menit.2,9
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
13/25
B. Perdarahan SubaraknoidSebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali menekan pada
saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah besar (yang menyebabkan
sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan, seperti berikut:2,9
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang disebutsakit kepala halilintar)
Sakit pada mata atau daerah fasial Penglihatan ganda Kehilangan penglihatan tepi
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya aneurisma. Individu
harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke dokter segera.2,9
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan
mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan kehilangan kesadaran
singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit.
Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun,
merasa bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin
menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan.2,9
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi lapisan
jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher kaku serta sakit kepala terus,
sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang.2
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan
kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: 2,9
Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum) Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa menit atau
jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah perdarahan
subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius lainnya, seperti:2,9
Hydrocephalus: Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapatmembeku. Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan
serebrospinal) dari pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah terakumulasi
dalam otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak. Hydrocephalus mungkin akan
menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, kebingungan, mual, dan
muntah-muntah dan dapat meningkatkan risiko koma dan kematian.
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
14/25
Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak dapatkontrak (kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak
mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke iskemik.
Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik, seperti kelemahan
atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau
memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi terganggu.
Pecah kedua: Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.
Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
2. Terapi umum (suportif)
a. stabilisai jalan napas dan pernapasanb. stabilisasi hemodinamik/sirkulasic. pemeriksaan awal fisik umumd. pengendalian peninggian TIKe. penanganan transformasi hemoragikf.
pengendalian kejang
g. pengendalian suhu tubuhh. pemeriksaan penunjang
B. Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Terapi medik pada PIS akut:
a. Terapi hemostatik 1 Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat haemostasis
yang dianjurkan untuk pasien hemofilia yang resisten terhadap pengobatan faktor
VIII replacement dan juga bermanfaat untuk penderita dengan fungsi koagulasi
yang normal.
Aminocaproic acid terbuktitidak mempunyai efek menguntungkan. Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly-significant,
tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah lebih dari 3 jam.
b.Reversal of anticoagulation1
Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan fresh frozenplasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
15/25
Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K dependentcoagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR lebih cepat dibandingkan
FFP dan dengan jumlah volume lebih rendah sehingga aman untuk jantung dan
ginjal.
Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90g/kg pada pasien PIS yang memakaiwarfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit. Pemberian obat ini harus
tetap diikuti dengan coagulation-factor replacement dan vitamin K karena efeknya
hanya beberapa jam.
Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer weight heparindiberikan Protamine Sulfat, dan pasien dengan trombositopenia atau adanya
gangguan fungsi platelet dapat diberikan dosis tunggal Desmopressin, transfusi
platelet, atau keduanya.
Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka pemberian obatdapat dimulai pada hari ke-7-14 setelah erjadinya perdarahan.
c. Tindakan bedah pada PIS berdasarkan EBM
Keputusan mengenai apakah dioperasi dan kapan dioperasi masih tetapkontroversial.
Tidak dioperasi bila: 1 Pasien dengan perdarahan kecil (
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
16/25
B. Penatalaksanaan Perdarahan Sub Arakhnoid
1. Pedoman Tatalaksana 1
a. Perdarahan dengan tanda-tanda Grade I atau II (H&H PSA): Identifikasi yang dini dari nyeri kepala hebat merupakan petunjuk untuk upaya
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
Bed rest total dengan posisi kepala ditinggikan 30dalam ruangan denganlingkungan yang tenang dan nyaman, bila perlu diberikan O2 2-3 L/menit.
Hati-hati pemakaian obat-obat sedatif. Pasang infus IV di ruang gawat darurat dan monitor ketat kelainan-kelainan
neurologi yang timbul.
b. Penderita dengan grade III, IV, atau V (H&H PSA), perawatan harus lebih intensif: 1 Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protocol pasien di ruang gawat
darurat.
Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalang nafasyang adekuat.
Bila ada tanda-tanda herniasi maka dilakukan intubasi. Hindari pemakaian sedatif yang berlebhan karena aan menyulitkan penilaian
status neurologi.
2. Tindakan untuk mencegah perdarahan ulang setelah PSA 1
a. Istirahat di tempat tidur secara teratur atau pengobatan dengan antihipertensi saja tidakdirekomendasikan untuk mencegah perdarahan ulang setelah terjadi PSA, namun
kedua hal tersebut sering dipakai dalam pengobatan pasien dengan PSA.
b. Terapi antifibrinolitik untuk mencegah perdarahan ulang direkomendasikan padakeadaan klinis tertentu. Contohnya pasien dengan resiko rendah untuk terjadinya
vasospasme atau memberikan efek yang bermanfaat pada operasi yang ditunda.
c. Pengikatan karotis tidak bermanfaat pada pencegahan perdarahan ulang.d. Penggunaan koil intra luminal dan balon masih uji coba.
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
17/25
3. Operasi pada aneurisma yang rupture 1
a. Operasi clipping sangat direkomendasikan untuk mengurangi perdarahan ulang setelahrupture aneurisma pada PSA.
b. Walaupun operasi yang segera mengurangi resiko perdarahan ulang setelah PSA,banyak penelitian memperlihatkan bahwa secara keseluruhan hasil akhir tidak berbeda
dengan operasi yang ditunda. Operasi yang segera dianjurkan pada pasien dengan
grade yang lebih baik serta lokasi aneurisma yang tidak rumit. Untuk keadaan klinis
lain, operasi yang segera atau ditunda direkomendasikan tergantung pada situasi klinik
khusus.
c. Aneurisma yang incompletely clipped mempunyai resiko yang tinggi untukperdarahan ulang.
4. Tatalaksana pencegahan vasospasme 1
a. Pemberian nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke-3 atau secaraoral 60 mg setiap 6 jam selama 21 hari. Pemakaian nimodipin oral terbukti
memperbaiki deficit neurologi yang ditimbulkan oleh vasospasme. Calcium antagonist
lainnya yang diberikan secara oral atau intravena tidak bermakna.
b. Pengobatan dengan hyperdinamic therapy yang dikenal dengan triple H yaituhypervolemic-hypertensive-hemodilution, dengan tujuan mempertahankan cerebral
perfusion pressure sehingga dapat mengurangi terjadinya iskemia serebral akibat
vasospasme. Hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan ulang pada pasien
yang tidak dilakukan embolisasi atau clipping.
c. Fibrinolitik intracisternal, antioksidan, dan anti-inflamasi tidak begitu bermakna.d. Angioplasty transluminal dianjurkan untuk pengobatan vasospasme pada pasien-
pasien yang gagal dengan terapi konvensional.
e. Cara lain untuk manajemen vasospasme adalah sebagai berikut: Pencegahan vasospasme:
Nimodipine 60 mg per oral 4 kali sehari. 3% NaCl IV 50 mL 3 kali sehari. Jaga keseimbangan cairan.
Delayed vasospasm: Stop Nimodipine, antihipertensi, dan diuretika. Berikan 5% Albumin 250 mL IV.
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
18/25
Pasang Swan-Ganz (bila memungkinkan), usahakan wedge pressure 12-14mmHg.
Jaga cardiac index sekitar 4 L/menit/m2.
Berikan Dobutamine 2-15 g/kg/menit.5. Antifibrinolitik
Obat-obat anti-fibrinolitik dapat mencegah perdarahan ulang. Obat-obat yang sering dipakai
adalah epsilon aminocaproic acid dengan dosis 36 g/hari atau tranexamid acid dengan dosis 6-
12 g/hari.1
6. Antihipertensi 1
a. Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau tekanan darah sistolik(TDS) tidak lebih dari 160 dan tekanan darah diastolic (TDD) 90 mmHg (sebelum
tindakan operasi aneurisma clipping).
b. Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg dan TDD lebih dari90 mmHg atau MAP diatas 130 mmHg.
c. Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2 mg/menit sampaimencapai maksimal 20 mg/jam atau esmolol infuse dosisnya 50-200 mcg/kg/menit.
Pemakaian nitroprussid tidak danjurkan karena menyebabkan vasodilatasi dan
memberikan efek takikardi.
d. Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat diberikanvasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan iskemik penumbra yang
mungkin terjadi akibat vasospasme.
7. Hiponatremi
Bila Natrium di bawah 120 mEq/L berikan NaCl 0,9% IV 2-3 L/hari. Bila perlu diberikan
NaCl hipertonik 3% 50 mL, 3 kali sehari. Diharapkan dapat terkoreksi 0,5-1 mEq/L/jam dan
tidak melebihi 130 mEq/L dalam 48 jam pertama.1
Ada yang menambahkan fludrokortison dengan dosis 0,4 mg/hari oral atau 0,4 mg
dalam 200 mL glukosa 5% IV 2 kali sehari. Cairan hipotonis sebaiknya dihindari karena
menyebabkan hiponatremi. Pembatasan cairan tidak dianjurkan untuk pengobatan
hiponatremi.1
8. Kejang
Resiko kejang pada PSA tidak selalu terjadi, sehingga pemberian antikonvulsan tidak
direkomendasikan secara rutin, hanya dipertimbangkan pada pasien-pasien yang mungkin
timbul kejang, umpamanya pada hematom yang luas, aneurisma arteri serebri media,
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
19/25
kesadaran yang tidak membaik. Akan tetapi untuk menghindari risiko perdarahan ulang yang
disebabkan kejang, diberikan anti konvulsan sebagai profilaksis.1
Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau IV. Initial dosis
100 mg oral atau IV 3 kali/hari. Dosis maintenance 300-400 mg/oral/hari dengan dosis
terbagi. Benzodiazepine dapat dipakai hanya untuk menghentikan kejang.1
Penggunaan antikonvulsan jangka lama tidak rutin dianjurkan pada penderita yang
tidak kejang dan harus dipertimbangkan hanya diberikan pada penderita yang mempunyai
faktor-faktor risiko seperti kejang sebelumnya, hematom, infark, atau aneurisma pada arteri
serebri media.1
9. Hidrosefalus 1
a. Akut (obstruksi)Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari pertama.
Kejadiannya kira-kira 20% dari kasus, dianjurkan untuk ventrikulostomi (atau drainase
eksternal ventrikuler), walaupun kemungkinan risikonya dapat terjadi perdarahan ulang
dan infeksi.
b. Kronik (komunikan)Sering terjadi setelah PSA. Dilakukan pengaliran cairan serebrospinal secara temporer
atau permanen seperti ventriculo-peritoneal shunt.
10. Terapi Tambahan 1
a. Laksansia (pencahar) iperlukan untuk melembekkan feses secara regular. Mencegahtrombosis vena dalam, dengan memakai stocking atau pneumatic compression
devices.
b. Analgesik: Asetaminofen -1 g/4-6 jam dengan dosis maksimal 4 g/hari. Kodein fosfat 30-60 mg oral atau IM per 4-6 jam. Tylanol dengan kodein. Hindari asetosal. Pada pasien dengan sangat gelisah dapat diberikan:
Haloperidol IM 1-10 mg tiap 6 jam. Petidin IM 50-100 mg atau morfin SC atau IV 5-10 mg/4-6 jam. Midazolam 0,06-1,1 mg/kg/jam. Propofol 3-10 mg/kg/jam.
Cegah terjadinya stress ulcer dengan memberikan:
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
20/25
Antagonis H2 Antasida Inhibitor pompa proton selama beberapa hari.
Pepsid 20 mg IV 2 kali sehari atau zantac 50 mg IV 2 kali sehari. Sucralfate 1 g dalam 20 mL air 3 kali sehari.
Komplikasi
Selama menjalani perawatan di RS, pasien stroke dapat mengalami komplikasi akibat
penyakitnya. Komplikasi yang umum terjadi adalah bengkak otak (edema) yang terjadi pada
24 jam sampai 48 jam pertama setelah stroke. Berbagai komplikasi lain yang dapat terjadi
adalah sebagai berikut:
Kejang. Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke perdarahan. Kejadiankejang umumnya memperberat defisit neurologic
Nyeri kepala: walaupun hebat, umumnya tidak menetap. Penatalaksanaanmembutuhkan analgetik dan kadang antiemetic
Hiccup: penyebabnya adalah kontraksi otot-otot diafragma. Sering terjadi pada strokebatang otak, bila menetap cari penyebab lain seperti uremia dan iritasi diafragma.
Selain itu harus diwaspadai adanya:- Transformasi hemoragik dari infark
- Hidrosefalus obstruktif
- Peninggian tekanan darah. Sering terjadi pada awal kejadian dan turun beberapa hari
kemudian.
- Demam dan infeksi. Demam berhubungan dengan prognosa yang tidak baik. Bila
ada infeksi umumnya adalah infeksi paru dan traktus urinarius.
- Emboli pulmonal. Sering bersifat letal namun dapat tanpa gejala. Selain itu, pasien
menderita juga trombosis vena dalam (DVT).
- Abnormalitas jantung. Disfungsi jantung dapat menjadi penyebab, timbul bersama
atau akibat stroke. Sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita komplikasi
gangguan ritme jantung.
- Gangguan fungsi menelan, aspirasi dan pneumonia. Dengan fluoroskopi ditemukan
64% penderita stroke menderita gangguan fungsi menelan. Penyebab terjadi
pneumonia kemungkinan tumpang tindih dengan keadaan lain seperti imobilitas,
hipersekresi dll.
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
21/25
- Kelainan metabolik dan nutrisi. Keadaan undernutrisi yang berlarut-larut terutama
terjadi pada pasien umur lanjut. Keadaan malnutrisi dapat menjadi penyebab
menurunnya fungsi neurologis, disfungsi kardiak dan gastrointestinal dan abnormalitas
metabolisme tulang.
- Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia. Akibat pemasangan kateter dauer, atau
gangguan fungsi kandung kencing atau sfingter uretra eksternum akibat stroke.
- Perdarahan gastrointestinal. Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat
merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke. Dianjurkan untuk
memberikan antagonis H2 pada pasien stroke ini.
- Dehidrasi. Penyebabnya dapat gangguan menelan, imobilitas, gangguan komunikasi
dll.
- Hiponatremi. Mungkin karena kehilangan garam yang berlebihan.
-Hiperglikemia. Pada 50% penderita tidak berhubungan dengan adanya diabetes
melitus sebelumnya. Umumnya berhubungan dengan prognosa yang tidak baik.
- Hipoglikemia. Dapat karena kurangnya intake makanan dan obat-obatan.
Gejala sisa:
80% pasien stroke mengalami penurunan parsial atau total gerakan dan kekuatan lengandan atau tungkai di salah satu sisi tubuh (kelumpuhan persiat disebut paresis, kelumpuhan
total disebut paralisis).
80-90% menderita kebingungan masalah dengan kemampuan berpikir dan mengingat 30% mengalami satu atau lebih masalah komunikasi. Mereka mungkin tidak mampu
berbicara atau memahami bahasa lisan (disebut afasia atau disfasia), gejalanya mencakup
kesulitan memilih kata-kata yang tepat untuk diucapkan atau ditulis, kesulitan memahami
tulisan, pemakaian kata-kata tanpa makna, dan masalah memahami lelucon. Atau mereka
mungkin mereka mengalami kesulitan berbicara, berbicara pelo, atau sama sekali tidak
mampu bersuara meskipun tetap mengerti bahasa lisan (disartria).
30% mengalami kesulitan menelan (disfagia) 10% mengalami masalah melihat benda-benda di satu sisi (hemianopia) dan 10%
memiliki kelipatan ganda (diplopia)
Kurang dari 10% mengalami gangguan koordinasi saat duduk, berdiri atau berjalan(ataksia)
30% mengalami masalah orientasi kiri-kanan dan mungkin tidak menyadari masalahnya. Hingga 70% mengalami gangguan suasana hati, termasukdepresi
http://depresi.net/http://depresi.net/ -
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
22/25
20% merasakan nyeri di daerah bahu Kurang dari 10% mengalami kejang atauepilepsi (ayan). Hal ini paling besar
kemungkinannya terjadi pada mereka yang mengalami perdarahan intraserebrum
Banyak pasien stroke menderitasakit kepala Tanpa pencegahan yang memadai, 20% mengalami infeksi dalam satu bulan pertama
setelah stroke, dan ini merupakan salah satu sebab utama kematian. Infeksi ini sering
disebabkan oleh terhirupnya makanan atau minuman.
Tanpa pencegahan yang memadai 10-20% pasien mengalami dekubitus (luka akibatterlalu lama berbaring/tidur) dengan atau tanpa disertai infeksi dalam bulan pertama.
Dekubitus adalah salah satu sebab utama kematian setelah stroke.
Kurang dari 10% mengalami masalah dalam pengendalian buang air kecil dan atau buangair besar ataukonstipasi (sembelit). Hal ini paling besar kemungkinannya terjadi pada
orang yang mengalami stroke berulang atau mengidap demensia.
5% mengalami infeksi saluran kemih pada bulan pertama, salah satu penyebab utamakematian setelah stroke.
Hingga 10% mengalami deep vena thrombosis (DVT) dalam bulan pertama. 5% mengalami embolisme paru, di mana bekuan darah terlepas dari tungkai dan
menyumbat sebuah arteri utama di paru, dalam bulan pertama. Hal ini mematikan pada
sekitar 25% kasus.
Kurang dari 1% mengalami infark miokardium dalam bulan pertama. ini terjadi jiak suatubekuan darah menyumbat salah satu arteri di jantung, menyebabkan kematian otot-otot
jantung yang terkena. Namun penyakit ini lebih sering terjadi pada tahap-tahap lanjut,
terjadi pada sekitar 30-50% pasien stroke dalam 3 tahun setelah stroke.
30% mengalami cacat sendi dan kontraktur (sendi yang tidak dapat ditekuk ataudiluruskan) dalam tahun pertama setelah stroke. Hal ini terutama terjadi pada pasien
hemiplegik-pasien yang saa sekali tidak mampu menggerakan salah satu sisi tubuhnya
Sekitar 40% pasien terjatuh dalam tahun pertama setelah stroke, dan para pasien ini 4 kalilebih mungkin mengalami patah tulang panggul dibandingkan dengam mereka yang tidak
pernah mengalami stroke.
http://penyakitepilepsi.com/http://obatsakitkepala.org/http://konstipasi.org/http://konstipasi.org/http://obatsakitkepala.org/http://penyakitepilepsi.com/ -
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
23/25
Faktor resiko
Faktor risiko penyakit stroke terbagi menjadi dua, yakni yang dapat dimodifikasi (faktor yang
dapat diubah atau diperbaiki) dan tidak dapat dimodifikasi (faktor yang tidak dapat diubah).
Faktor risiko yang dapat diubah yang terpenting adalah merokok,hipertensi,
ateriosklerosis, penyakit jantung,diabetes,aneurisma intrakranium yang belum pecah,
kelebihan alkohol, makanan yang tidak sehat, kelebihan berat badan, kurang aktivitas fisik,
stres kronis, dan depresi.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain adalah pertambahan usia, jenis kelamin, suku
bangsa tertentu (orang keturunana Afrika, Afro-Karibia, Asia, Maori dan Kepulauan Pasifik),
dan faktor genetis termasuk riwayat stroke dalam keluarga.
Pencegahan
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan mengatasi
berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun kelompok risiko tinggi
yang berlum pernah terserang stroke. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan adalah:1
Mengatur pola makan yang sehat Melakukan olah raga yang teratur Menghentikan rokok Menhindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat Memelihara berat badan yang layak Perhatikan pemakaian kontrasepsi oral bagi yang beresiko tinggi Penanganan stres dan beristirahat yang cukup Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat advis dokter dalam hal diet dan obat Pemakaian antiplatelet
Pada pencehagan sekunder stroke, yang harus dilakukan adalah pengendalian faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi
seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA, dislipidemia, dan sebagainya.1
Prognosis
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkap keparahan stroke dan lokasi serta ukuran dari
perdarahan. Skor dari Skala Koma Glasgow yang rendah berhubungan dengan prognosis yang
lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi. Apabila terdapat volume darah yang besar dan
http://penyakithipertensi.org/http://penyakit-jantung.com/http://penyakit-diabetes.com/http://penyakit-diabetes.com/http://penyakit-jantung.com/http://penyakithipertensi.org/ -
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
24/25
pertumbuhan dari volume hematoma, prognosis biasanya buruk dan outcome fungsionalnya
juga sangat buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Adanya darah dalam ventrikel bisa
meningkatkan resiko kematian dua kali lipat. Pasien yang menggunakan antikoagulasi oral
yang berhubungan dengan perdarahan intraserebral juga memiliki outcome fungsional yang
buruk dan tingkat mortilitas yang tinggi.2
Kesimpulan
Definisi stroke berdasarkan WHO adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat
akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke
dalam jaringan otak.
Dari keseluruhan kasus stroke, mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih
berat dari pada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan
kembali kemandirian fungsionalnya.Selain itu, ada sekitar 40-80% yang akhirnya meninggal
pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada 48 jam pertama.3
Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain hemiparesis,
gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo, afasia,
disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya terjadi
secara mendadak. Diagnosis stroke hemoragik dapat ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium, CT scan, dan MRI. 1
Penatalaksanaan stroke hemoragik berbeda berdasarkan manifestasi perdarahan yang
terjadi. Pada stroke hemoragik dengan perdarahan intraserebral, penatalaksanaan yang
diberikan berupa terapi hemostatik, penghentian pemberian antikoagulan, dan
penatalaksanaan bedah bila terdapat indikasi. Pada stroke hemoragik dengan perdarahan
subarakhnoid, penatalaksanaan yang diberikan berupa penatalaksanaan dini di ruang gawat
darurat, pencegahan perdarahan ulang, pencegahan vasospasme, pengobatan antifibrinolitik,
antihipertensi, hiponatremi, kejang, hidrosefalus, dan terapi tambahan berupa terapi
simtomatik dan terapi suportif
-
5/28/2018 Makalah Stroke Hemmoragik
25/25
Daftar Pustaka
1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. GuidelineStroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta,
2007.
2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010.[diunduh dari:http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
3. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3. NeurologicalSyndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.
4. Tsementzis, Sotirios. A Clinicians Pocket Guide: Differential Diagnosis in Neurologyand Neurosurgery. George Thieme Verlag: New York, 2000.
5. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4.Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill:
New York, 2005.
6. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New York.Thieme Stuttgart. 2000.
7. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC: Jakarta,2007.
9. MERCK, 2007. Hemorrhagic Stroke. Diperoleh dari:http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html [Tanggal: 22 Mac 2014].
11. Samino. Perjalanan Penyakit Peredaran Darah Otak. FK UI/RSCM, 2006.
Diunduh dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarah
Otak021.pdf/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahOtak021.html [Tanggal: 22 Mac
2014]
12. Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6. EGC,
Jakarta. 2006.
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overviewhttp://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.htmlhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahhttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PerjalananPenyakitPeredaranDarahhttp://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/793821-overview