Makalah sejarah seni rupa islam mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara non muslim
-
Upload
m-candra-mulyawan -
Category
Education
-
view
868 -
download
12
description
Transcript of Makalah sejarah seni rupa islam mengenal arsitektur mesjid-mesjid di negara non muslim
TUGAS MAKALAH
SEJARAH SENI RUPA ISLAM
ARSITEKTUR MESJID DI NEGARA NON
MUSLIM
TAHUN 2013/2014
(SEMESTER PENDEK)
Untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah semester pendek Sejarah seni Rupa Islam.
DI SUSUN OLEH
M CANDRA MULYAWAN
1307334
FAKULTAS BAHASA DAN SENI RUPA
JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA
2014
Kata Pengantar
Assalamua’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” SEJARAH SENI
RUPA ISLAM ARSITEKTUR MESJID DI NEGARA NON MUSLIM ”. Dalam
penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua
dan segenap keluarga besar penulis, yang telah memberikan dukungan, kasih, dan
kepercayaan yang begitu besar. penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Bandung, Juli 2014
Penyusun,
M Candra Mulyawan
NIM. 1307334
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................ 1
B. TUJUAN DAN MANFAAT MAKALAH ........................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
A. MESJID KOBE (JEPANG) ............................................................... 3
B. MESJID KORDOBA, GRANADA & ISTANA ALHAMBRA
(SPANYOL) ....................................................................................... 11
C. MESJID MERAH (SPANYOL) ........................................................ 16
BAB 3 KESIMPULAN ......................................................................................... 19
SUMBER ………………………………………………………………… ......... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
BAB 1: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni rupa
yang memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang dikenal pada
masa ini. Tetapi perannya sendiri cukup besar di dalam perkembangan seni rupa
modern. Antara lain dalam pemunculan unsur kontemporer seperti abstraksi dan
filsafat keindahan. Seni rupa Islam juga memunculkan inspirasi pengolahan
kaligrafi menjadi motif hias.
Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli medium
arsitektur daripada yang banyak ditemukan pada masa ini, perabotan. Dekorasi ini
dikenal dengan istilah arabesque.
B. TUJUAN DAN MANFAAT MAKALAH
Tersebarnya Ajaran agama Islam memasuki negara-negara eropa tidaklah
mudah, membutuhkan perjuangan yang besar. Oleh karena itu kita patut bersyukur
kepada Allah karena hanya ialah yang sanggup menundukan kerajaan eropa melalui
para hambanya yang sholeh. Makalah ini tercipta bertujuan untuk mengenal budaya
& perjuangan umat muslim memperjuangan agama Allah dan sekaligus menambah
keilmuan kita dalam mengenal sejarah seni rupa Islam, khususnya arsitektur.
BAB 2 PEMBAHASAN
Benua Eropa menyimpan cerita dan sejarah panjang tentang Islam. Ratusan
tahun lalu kekhalifahan Islam menguasai Benua Biru dan menancapkan pengaruhnya
yang sangat kuat. Kemajuan di berbagai bidang pun dicapai umat Islam kala itu.
Kini, setelah ratusan tahun berlalu, Islam kembali menancapkan pengaruhnya di
Eropa. Perkembangan Islam di benua ini menunjukkan tanda-tanda yang sangat
positif. Kegairahan masyarakat untuk memeluk Islam menjadi penanda positif
bangkitnya Islam di Eropa.
Sejumlah masjid agung dibangun. Arsitektur dan bangunannya megah. Selain
untuk ibadah, masjid ini juga digunakan untuk berbagai keperluan lain. Lokasi
pembangunannya pun berada di tempat yang strategis. Tentu, kita menjadi bangga
menyaksikan berdirinya masjid-masjid yang megah di Eropa.fungsi mesjid sebagai
sarana beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu’wataala serta selalu
memakmurkan mesjid, mesjid kecil di desa-desa atau mesjid agung di perkotaan.
A. MESJID KOBE (JEPANG)
Sejarah Pendirian Masjid
Masjid Kobe merupakan masjid pertama di Jepang,
dibangun tahun 1928 di kawasan paling terkenal di Kobe,
Nakayamate Dori, Chuo-ku. Masjid ini berdiri kokoh dan
anggun di antara bangunan-bangunan berarsitektur Eropa
lainnya, dengan dua buah menara kembar dan kubah
besarnya.
Siapakah yang mendirikan Masjid Kobe? Sejarah
pendirian masjid ini tidak dapat terlepas dari kedatangan
para pedagang Muslim yang berasal dari wilayah India dan Timur Tengah ke Kota
Kobe seabad lalu.
Jumlah para pedagang Muslim yang tinggal di Kobe pada awal 1900-an masih
terbilang sedikit. Mereka biasa melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan di
rumah-rumah atau aula hotel. Pada 1920-an jumlah komunitas Muslim di Kobe kian
meningkat.
Kobe Muslim Mosque
Selain jumlah kedatangan para pedagang beserta keluarganya dari India dan Timur
Tengah yang terus meningkat, hal ini disebabkan juga oleh kedatangan Muslim Tartar
yang berasal dari Rusia dan Asia Tengah. Mereka datang ke kota Kobe untuk
menghindari Revolusi Bolshevik pada saat Perang Dunia I. Tekanan dari rezim
komunis memaksa Muslim Tartar keluar dari negara asalnya.
Banyaknya jumlah komunitas Muslim Kobe pada saat itu, membuat mereka harus
segera memutuskan untuk mendirikan masjid sebagai tempat ibadah. Pada 1928
dibentuklah Komite Muslim Kobe. Para pedagang dari India dan Timur Tengah yang
sering bepergian keluar-masuk Jepang terus meminta donasi dari para pedagang
lainnya untuk biaya pembangunan Masjid. Enam tahun kemudian akhirnya komite ini
mengumpulkan dana sebesar 118.774,73 yen.
Sumbangan terbesar diberikan oleh perusahaan-perusahaan dari India, Konsulat
Mesir, Konsulat Afghanistan, serta sumbangan dari Asosiasi Muslim Tartar-Turki.
Pada Jumat, 30 November 1934, pembangunan masjid dimulai. Peletakan batu
pertama dilakukan oleh Mr Muhammad Bochia selaku penanggung jawab
pembangunan masjid.
Pembangunan dan Aktivitas Masjid
Beberapa sumber menyebutkan bahwa
perancang Masjid Muslim Kobe adalah
seorang arsitek asal Ceko bernama Jan Josef
Svagr yang telah merancang banyak bangunan
bergaya Barat di Jepang. Svagr merancang
masjid ini dengan gaya Turki tradisional.
Bergaya Turki tradisional
Struktur bangunan yang tinggi dan kubah utamanya yang besar merupakan gaya khas
Turki tradisional, tetapi bentuk jendelanya yang meruncing akan mengingatkan kita
pada bentuk jendela yang terdapat di masjid-masjid bergaya India atau Persia. Dua
buah menara kembar yang mengapit pintu utama masjid dan kubah utama tunggal
akan mengingatkan kita pada Masjid Sunitskaia di Vladikavkaz, Rusia.
Pengerjaan bangunan masjid dipercayakan kepada perusahaan konstruksi asal Jepang
Takenaka dan diawasi oleh Mr Vallynoor Mohamed. Biaya yang terpakai untuk
pembangunan masjid, sekolah, dan bangunan lainnya mencapai 87.302,25 yen. Sisa
dari biaya pembangunan digunakan untuk investasi. Mereka membeli properti berupa
beberapa bangunan di Yamato-dori, Ijinkan, dan Kitano-cho.
Setelah permohonan izin penggunaan masjid disetujui oleh Kekaisaran Jepang, pada
Jumat, 2 Agustus 1935 Masjid Kobe diresmikan oleh Mr Ferozuddin dan dihadiri
oleh umat Muslim dari berbagai negara seperti India, Rusia, Asia Tengah, Cina,
Jepang, Indonesia, Turki, Arab Saudi, Afghanistan, dan Mesir.
Setelah memberikan pidato pembukaan, Mr Ferozuddin kemudian membuka pintu
masjid dengan menggunakan kunci perak dan naik ke puncak menara untuk
mengumandangkan azan. Azan itu merupakan seruan pelaksanaan shalat Jumat yang
akan dilaksanakan pertama kalinya di masjid baru itu.
Shalat Jumat kemudian dipimpin oleh Mohamed Shamguni, Imam pertama Masjid
Kobe.
Selain sebagai tempat pelaksanaan shalat dan pembelajaran Islam, banyak kegiatan
keagamaan lainnya dilakukan di masjid ini. Pada bulan Ramadan contohnya, acara
berbuka puasa bersama (ifthar jama’i) dan beberapa perayaan selalu dilakukan di
basement masjid.
Berbagai jenis makanan dan minuman dari berbagai negeri selalu dihidangkan
sebagai menu berbuka puasa. Seluruh bagian masjid selalu penuh oleh jamaah ketika
shalat tarawih dilaksanakan. Begitu juga dengan pelaksanaan shalat Ied. Masjid Kobe
selalu menjadi pusat kegiatan keagamaan umat Islam yang tinggal Kobe pada saat itu.
Terkena Imbas Perang Dunia II
Kedamaian
beribadah yang
dinikmati oleh umat
Muslim Kobe tidak
berlangsung lama.
Pada 1939, Perang
Dunia II dimulai.
Para pedagang India
yang tinggal di
Kobe, dievakuasi
kembali ke negaranya. Begitu juga dengan Muslim Tartar dan yang lainnya. Mereka
menyelamatkan diri ke luar dari Jepang. Akibat evakuasi besar-besaran ini, hanya
sedikit umat Islam yang bertahan di Kobe. Dengan kondisi yang serba tak menentu,
dan sedikitnya umat Islam yang beribadah di masjid, akibatnya, Angkatan Laut
Kekaisaran Jepang mengambil alih masjid itu.
Pada 1943 mereka menjadikannya sebagai tempat penyimpanan senjata dan
persembunyian tentara. Akibatnya, umat Muslim yang tersisa di Kobe tidak bisa
beribadah di masjid tersebut.
Pada 1945 Jepang terlibat Perang Dunia II. Penyerangan tentara Jepang atas
pelabuhan Pearl Habour di Amerika telah membuat pemerintah Amerika memutuskan
untuk menjatuhkan bom atom pertama kali dalam sebuah peperangan. Dua kotanya,
Hiroshima dan Nagasaki dibom dengan bom atom oleh Amerika. Beberapa kota besar
lainnya juga tak luput dari gempuran tentara Amerika yang kalap. Setelah mengebom
Tokyo dan Yokohama, gempuran itu kian mendekati Kobe.
Akhirnya pada 17 Maret 1945, pesawat pengebom B-29 meluluhlantakkan hampir
seluruh bangunan di Kobe dan menewaskan 8.841 jiwa. Setelah itu Kobe kembali
dihujani serangan bom sebanyak enam kali sampai tanggal 30 Juli 1945. Akibat
serangan-serangan ini sebagian besar kota Kobe menjadi hancur lebur.
Mengapa Kobe Ikut Dibom?
Kota Kobe menjadi lokasi pemboman karena berbagai alasan. Pertama, Kober
menjadi salah satu dari enam kota besar di Jepang. Populasi kota Kobe yang berada di
tepi laut saat itu mencapai 1 juta penduduk dan menjadi pusat bisnis dan
perdagangan. Dan pelabuhan Kobe merupakan pelabuhan terbesar di Jepang.
Bagian dalam masjid
Akibat serangan itu, kota Kobe bisa
dibilang rata dengan tanah.
Sebagaian besar bangunan runtuh
berantakan. Namun keajaiban
terjadi, Masjid Kobe tetap berdiri
tegak. Masjid ini hanya mengalami
keretakan pada dinding luar dan
semua kaca jendelanya pecah. Bagian luar masjid menjadi agak hitam karena asap
serangan bom. Tentara Jepang yang berlindung di basement masjid selamat dari
ancaman bom, begitu juga dengan senjata-senjata yang disembunyikannya. Masjid ini
kemudian menjadi tempat pengungsian korban perang.
Rehabilitasi Masjid
Setelah perang berakhir, pada 1947, umat Muslim Tartar, India, dan lainnya
berangsur kembali ke Kota Kobe. Masjid Kobe dikembalikan oleh Angkatan Laut
Kekaisaran Jepang kepada komunitas Muslim. Renovasi besar-besaran kemudian
dilakukan pada masjid yang diselamatkan Allah SWT dari bencana perang ini.
Pemerintah Arab Saudi dan Kuwait menyumbang dana renovasi dalam jumlah yang
besar. Kaca-kaca jendela yang pecah diganti dengan kaca-kaca jendela baru yang
didatangkan langsung dari Jerman. Sebuah lampu hias baru digantungkan di tengah
ruang shalat utama. Sistem pengatur suhu ruangan lalu dipasang di masjid ini.
Sekolah yang hancur akibat perang kembali direnovasi dan beberapa bangunan
tambahan pun mulai dibangun. Umat Islam kembali menikmati kegiatan-kegiatan
keagamaan mereka di Masjid Kobe.
Krisis keuangan sering menghampiri kas komite masjid. Pajak bangunan yang tinggi
membuat komite masjid harus mengeluarkan cukup banyak biaya dari kasnya.
Beruntung, banyak donatur yang siap memberikan uluran tangannya untuk
menyelesaikan masalah keuangan pembangunan dan renovasi masjid ini. Donasinya
bahkan bisa membuat Masjid Kobe menjadi semakin berkembang.
Pada 1992 Masjid Kobe memiliki fasilitas Pusat Islam berupa bangunan kelas, ruang
resepsi, perpustakaan, kantor, dan bangunan apartemen.
Diuji Lagi untuk Kedua Kalinya
Ketahanan Masjid Kobe diuji lagi pada 17 Januari 1995. Kali ini dengan gempa
berkekuatan 7,2 skala Ritcher yang dinamakan Gempa Hanshin-Awaji. Meski hanya
berlangsung 20 detik, tapi gempa tersebut mengakibatkan kerusakan parah. Tak
hanya kota Kobe, namun daerah sekitarnya seperti Higashi Hyogo, Hyogo-ken,
Nambu ikut terkena imbasnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan besar sejauh 20
km dari pusat gempa dan menelan korban jiwa sebanyak 4.600 orang, sekitar 35 ribu
orang luka-luka, dan lebih dari 300.000 orang terpaksa harus kehilangan tempat
tinggal, serta tak kurang dari 180 ribu unit bangunan rusak berat.
Gempa dahsyat ini juga memusnahkan hampir keseluruhan sistem penghubungan
kota Kobe terutama Hanshin Expressway, Kobe Rapid Railway dan pelabuhan Kobe.
Pelabuhan Kobe yang dulunya adalah pelabuhan paling sibuk di Jepang telah hancur
lebur.
Walaupun kota Kobe saat itu hancur berantakan, akan tetapi Masjid Kobe tetap
berdiri kokoh di antara puing-puing bangunan di sekitarnya. Kuil Ikuta yang
merupakan kuil paling bersejarah di Kober rusak berat. Begitu juga dengan sebuah
gereja yang terletak berdekatan dengan masjid.
Pemandangan luar biasa ini menjadikan Masjid Kobe sebagai sorotan penting dalam
pemberitaan di media massa. Pada saat itu masjid ini menjadi tempat penyelamatan
para korban gempa dan sekali lagi menjadi tempat pengungsian.
Untuk kedua kalinya, Allah Azza Wajalla menunjukkan kekuasaan-Nya dan juga
rahmat-Nya di bumi Kobe. Sungguh ajaib menyaksikan bangunan masjid yang
berusia hampir tujuh dekade ini masih terpancang indah manakala bangunan modern
lain yang baru berusia satu dekade runtuh menyembah bumi.
Itulah kekuasaan Allah SWT terhadap rumah-Nya dari berbagai bencana dan
kerusakan. Subhanallah.
Masjid Kobe Saat Ini
Masjid Kobe kini tetap berdiri
kokoh. Basement masjid tetap
digunakan untuk kegiatan-
kegiatan keagamaan. Lantai
pertama masjid digunakan untuk
ruang shalat pria, sedangkan lantai
kedua dipakai untuk jamaah
wanita. Lantai ketiga sering
dipakai untuk kegiatan keagamaan
lainnya dan juga sering dijadikan
sebagai ruang shalat tambahan.
Di samping masjid terdapat sebuah bangunan Pusat Islam dan lapangan parkir luas
yang juga sering dipakai sebagai tempat shalat tambahan pada waktu shalat Jumat
atau shalat Ied. Di sekitar masjid terdapat beberapa toko dan restoran yang menjual
makanan halal.
Seperti masjid lainnya, siapa pun dipersilakan untuk datang ke masjid ini, hanya saja
pengunjung harus berpakaian sopan, tidak mengeluarkan suara keras ketika berada di
dalam masjid, dan menjaga anak-anak supaya tidak berlarian.
Pada hari Sabtu dan Ahad, masjid ini menyelenggarakan kelas pembelajaran Islam
bagi anak-anak, wanita, dan pria. Masjid ini juga melayani acara pernikahan,
pemakaman, konferensi, dan bimbingan haji.
Sejak 75 tahun yang lalu sampai saat ini, Masjid Kobe tetap menjadi salah satu ikon
terpenting yang mencerminkan sejarah dan keberadaan umat Islam di Jepang.
B. MESJID KORDOBA, GRANADA & ISTANA
ALHAMBRA (SPANYOL)
Jejak kebesaran Islam di Eropa yang kini sangat dikenal sebagai salah satu destinasi wisata
Selama ini hampir sebagian besar umat muslim dunia mengenal jejak peninggalan Islam
sebagian besar ada di jazirah Arab. Padahal Islam pernah berjaya hingga daratan Eropa dan
meninggalkan jeka-jejaknya yang hingga kini masih terpelihara dengan megah dan indah
sebagai tempat wisata yang banyak dikunjungi.
Islam pernah mengalami kejayaan pada abad pertama hingga abad ke 7 Hijriah atau abad ke
VII hingga abad XIII Masehi. Daerah yang tunduk di sebelah Timur sampai ke Parsi dan ke
sebelah Barat, selain ke Afrika juga ke Konstantinopel (Turki) dan semenanjung Andalusia di
Eropa atau dikenal sebagai Spanyol sekarang ini.
Salah satu yang sangat dikenal adalah Spanyol yang memiliki dua jejak sejarah Islam yang
sangat terkenal dan patut dikunjungi, yakni The Alhambra istana yang dibangun kerajaan
Islam dan masjid Cardoba yang sekarang berubah menjadi gereja atau Kathedral Mez’quita.
Istana Alhambra
Cukup membayar 13 euro, kita bisa
masuk ke Alhambra di Granada melalui
Barcelona, melewati kota Valencia dan
Murcia, serta keluar nanti dari kota
Madrid. Alhambra dibangun pada tahun
1842 yang sekarang menjadi lokasi
kunjungan wisatawan mancanegara.
Masuk ke dalam istana peninggalan Kerajaan Islam itu bagaikan masuk ke dalam masjid.
Namun sekarang fungsinya tidak lagi digunakan sebagai masjid, melainkan pengunjung cuma
melihat-lihat keagungan ornamen Islam di sana.
Hampir seluruh dindingnya dipenuhi
tulisan kaligarfi Arab sehingga dari
jauh kelihatan seperti desain batik.
Istana ini cukup unik dengan
arsitektur bergaya kuno yang
sekarang masih terus dipelihara
dengan baik. Buktinya, jalan menuju
keluar dari Alhambra di bawah
reruntuhan daun-daun yang
menguning dari jajaran pohon rindang di sepanjang jalan.
Mesjid Kordoba
Dari Alhambra, kita melihat peninggalan Islam masjid Cordoba (Kathedral Mez’quita),
terletak sekitar 166 km di sebelah tenggara Madrid (ibukota Spanyol), di kaki bukit Siera de
Montena pada sisi barat Sungai Guadalquiver.
Cordoba adalah kota yang dikuasai bangsa Phoenisia dan kemudian Cartagana. Terakhir pada
dua tahun sebelum masehi menjadi salah satu negara jajahan Romawi. Pada abad ke 6
masehi, bangsa Moor, yaitu kaum muslimin dari Afrika Utara, menyeberang selat Gibraltar
dan menguasai semenanjung Andalusia ini termasuk Cordoba.
Abdurahman I pada puncak kejayaan Islam, mendirikan masjid Cordoba pada tahun 936
masehi. Masa Raja Abdurahman III sekira 8 km dari lokasi masjid ini didirikan pusat
administrasi yang dinamakan kota Medina-Azahra yang sangat indah dan mewah.
Taman istana Alhambra demikian menakjubkan. Di dalam taman ini banyak sekali dijumpai
kolam-kolam dengan air mancur di sana sini. Bahkan sejumlah arsitek taman terkemuka
dunia mengakui bahwa taman istana Versailles di Perancis dan juga taman-taman di istana
Inggris terinsiprasi oleh General Life Alhambra.
Sebaliknya terlihat jelas bahwa para pemimpin dan raja-raja Islam di masa lalu, membangun
taman-taman indah dengan kolam-kolamnya, air mancur dan sungai yang gemericik suaranya
serta tanaman yang beraneka ragam buah dan bunganya karena terinspirasi ayat-ayat Al-
Quran.
“Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman).
mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian
pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan
bagi orang-orang kafir ialah neraka)”.( QS. Ar-rad (13): 35).
Alhambra merupakan bukti akan kejayaan Islam pada masa lampau di semenanjung Iberia.
Di kawasan Andalusia ini pula lahir banyak ilmuwan muslim, sebut saja Al Zahrawi
(Abulcasis, ahli bedah modern), Ibn Rushd (Averroes, filsafat), Al Idris (pembuat globe atau
bola peta dunia), Al Zarqali (Arzachel, astronom, penemu kalender almanak), dan Ibn Firnas
(pembuat cikal bakal pesawat terbang dan parasut, dengan mencoba pertama kali terbang
dengan bulu-bulu yang menyerupai sayap).
Alhambra juga sekaligus menjadi simbol dan benteng terakhir kekalahan Islam di Spanyol.
Banyak yang mensinyalir bahwa kekalahan ini akibat dari sang penguasa sibuk dengan tahta,
wanita dan kemewahannya, serta lalai akan umat dan agamanya.
Masjid Granada
Masjid Granada merupakan masjid pertama yang dibangun di Granada setelah masa
pemerintahan kerajaan Islam Granada di Spanyol habis dengan diusirnya Sultan
Muslim terakhir di sana, Muhammad XII (Boabdil). Raja Ferdinand dan Ratu Isabella
mengusir sultan Arab itu tahun 1492, yang mengakhiri pemerintahan Muslim selama
800 tahun di Spanyol Selatan. Kompleks masjid itu terletak di satu puncak bukit yang
menghadap Pegunungan Sierra Nevada dan istana Alhambra.
Masjid ini diresmikan tanggal 10 Juli 2003 setelah masa pembangunan selama
20 tahun, pembangunannya menyedot dana sebesar 4,5 juta dollar dan didanai oleh
Emir dari Sharjah, negara Maroko, Brunei dan Malaysia. Pembangunan masjid itu
menjadi sangat lama karena sempat menemui halangan antara lain diantaranya
kematian penyandang dananya Raja Maroko Hassan dan ditemukannya peninggalan
arkeologi yang menghentikan pembangunan.
Kemudian masjid Cordoba ini mengalami perluasan selama beberapa orang khalifah (raja)
yaitu Abdurahman II, Abdurahman III sehingga pada akhirnya luas masjid menjadi 2,4 hektar
lebih. Hanya saja mihrab masjid ini tidak mengarah ke Makkah, akan tetapi mengarah ke
Syria (Damaskus) yang diperkirakan mihrab ini hanya sekadar untuk mengenang ibu negara
tempat mereka tunduk (Damaskus). Namun jika shalat, mereka tetap berkiblat ke Makkah.
Bangunan masjid ini sangat kokoh dan tahan gempa, bahkan pada gempa keras yang pernah
terjadi tahun 1793 (gempa bumi Lisabon), tidak ada sedikitpun keretakan yang terjadi.
Sedangkan bangunan Kathedral dalam bagian masjid didirikan pada awal abad ke-13 masehi,
telah mengalami keretakan. Bangunan masjid ditopang dengan ribuan tiang-tiang (kolom)
yang beronamen Arab (muslim) dan ditutup dengan kubah-kubah yang menyebabkan masjid
ini tidak memerlukan sound system.
Bagian dalam masjid penuh dengan ukiran motif Arab, dilengkapi dengan khat (huruf
AlQur’an) yang sangat indah, sehingga tidak kalah indahnya dengan arsitektur masjid
Nabawi di Madinah. Tiang-tiang penopang bagian masjid ini terdiri dari batu-batu granit
gunung yang kilat dan saling memantulkan cahaya sehingga dengan cahaya matahari yang
sedikitpun cukup menerangi ruangan masjid.
Pada awal abad ke-13, bangsa Moor Spanyol yang muslim tidak dapat mengatasi
serbuan bangsa Eropa yang datang dari Utara (non-muslim), maka Cordoba ditaklukkan,
termasuk masjid ini ikut diduduki.
Kemudian beberapa tiang (kolom) dihancurkan dan di dalam masjid bangunan masjid
didirikan kathedral yang diberi nama Cathedral Mez’quita. Pada beberapa dinding masjid
saat ini terlihat lambang-lambang non muslim. Sampai saat ini masih berdentang lonceng
gereja tiap beberapa menit sekali.
Namun tidak terlihat para pelayan berjubah seperti pakaian suster pada agama Katolik.
Bahkan terkesan tempat ini lebih banyak untuk kunjungan wisawatan daripada untuk berdo’a
dan sembahyang. Namun beberapa kegiatan misa ritual agama Katolik tiap hari dilakukan
hingga sekarang, dan fungsi masjid ini tidak ada lagi. Untuk masuk ke masjid yang sekarang
berubah menjadi gereja Katolik ini seharga 12 euro.
C. MESJID MERAH (KOLOMBIA)
Masjid Merah di Jantung Kolombo
Masjid Jamiul Alfar adalah salah satu masjid
tertua di kota Kolombo dan merupakan ikon
pariwisata di ibukota Sri Lanka ini. Ciri khas desain
arsitektur masjid ini adalah ornamen atau dekoratif
dinding belang merah dan putih yang menghiasi
bagian luar bangunan masjid.
Namun dibandingkan warna putih, warna merah
tampak lebih mendominasi. Karenanya, ada yang
menyebut masjid ini dengan nama Samman Kottu
Palli (dalam bahasa Tamil asli) atau Rathu Palliya
(dalam bahasa Sinhala), dan Masjid Merah (dalam bahasa Inggris).
Masjid ini berada di daerah sentra bisnis kota
Kolombo, Pettah. Tepatnya di perempatan jalan
Puraokottai, yang merupakan jalanan kedua terbesar di
Kolombo. Mulai dibangun pada tahun 1908 dan selesai
tahun 1909. Bangunan masjid dirancang oleh HL Saibo
Lebbe.
Menurut website resmi yang dikelola oleh Masjid
Jamiul Alfar, redmasjid.com, disebutkan bahwa
keberadaan masjid ini bermula dari para saudagar
Muslim asal India yang melakukan perjalanan bisnis dan singgah di wilayah ibu kota
Sri Lanka saat ini. Karena seringnya mereka singgah di wilayah tersebut, maka
keberadaan bangunan tempat ibadah menjadi persoalan serius kala itu.
Kemudian atas inisiatif para pedagang Muslim ini, maka kemudian dibangunlah
sebuah masjid di sana. Keberadaan bangunan masjid ini, pada akhirnya mendorong
beberapa di antara mereka untuk tinggal dan menetap di wilayah tersebut. Para
keturunan pedagang Muslim asal India inilah yang saat ini menjadi bagian dari
kelompok minoritas Muslim Sri Lanka.
Masjid Jamiul Alfar merupakan salah satu bangunan berarsitektur unik yang terdapat
di Sri Lanka. Arsitektur yang terdapat pada bangunannya memperlihatkan kekayaan
akan nilai kebudayaan Islam yang dipadu dengan kemegahan bangunan kastil di
Inggris.
Sementara detil struktur bagian
luar masjid yang didominasi
warna merah dan putih
menampilkan efek 'kue lapis'.
Namun, penggunaan warna
merah tersebut tidak
menghilangkan nilai spiritual
yang terdapat pada bangunan
megah ini. Justru warna merah mencolok ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan dan para pelaku bisnis yang berkunjung ke Kolombo. Sedangkan dinding
bagian dalam didominasi oleh warna hijau toska.
Tidak hanya menampilkan efek kue lapis berwarna merah-putih, sang arsitek juga
berupaya mengedepankan pola lengkungan (archway) pada bagian atap dinding. Pola
archway ini digunakan hampir pada setiap pintu masuk yang menghubungkan bagian
halaman dalam masjid dengan ruang tempat shalat di lantai dasar.
Seperti lazimnya bangunan sebuah masjid, Masjid Jamiul Alfar juga memliki menara.
Jumlah keseluruhan menara yang terdapat pada bangunan masjid ini sebanyak empat
belas buah, terdiri dari dua menara berukuran sedang dan sisanya berukuran kecil.
Lokasinya yang berada tepat di tengah pusat keramaian, membuat di setiap sudut
pada bagian atap masjid terdapat sebuah pengeras suara yang di waktu-waktu tertentu
mengumandangkan suara adzan.
Pada saat awal dibangun tahun 1908, masjid ini memiliki kapasitas 1500 orang
jamaah. Namun seiring dengan perkembangan Islam di Sri Lanka, jumlah jamaah
shalat Masjid Jamiul Alfar terus bertambah. Maka di tahun 1975, dilakukan perluasan
terhadap bangunan masjid, yakni dengan membangun gedung tambahan yang
berdekatan dengan bangunan lama masjid.
Dengan perluasan tersebut, kini kapasitas keseluruhan bangunan masjid mampu
menampung sekitar 5.000 jamaah secara bersamaan dan menjadikan Masjid Jamiul
Alfar sebagai masjid terbesar di Sri Lanka. Pada hari biasa, jumlah jamaah shalat di
masjid ini mencapai 2 ribu orang. Sedangkan di bulan Ramadhan tercatat lebih dari 3
ribu jamaah memadati masjid ini pada saat waktu shalat tiba.
Red: Budi Raharjo
Rep: Nidia Zuraya
BAB 3 KESIMPULAN
Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran. Dari
segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat,
serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan
kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang
paling nyata dari makna-makna di atas. itulah sebabnya mengapa bangunan yang
dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya "tempat
bersujud." Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat
kaum Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh,
hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan
kepada Allah semata. Fungsi masjid paling tidak dinyatakan oleh hadis Rasulullah Saw.
ketika menegur seseorang yang membuang air kecil (di samping) masjid: Masjid-masjid
tidak wajar untuk tempat kencing atau (membuang sampah).
Ia hanya untuk (dijadikan tempat) berzikir kepada Allah Ta'ala, dan membaca (belajar)
Al-Quran (HR Muslim).
Dengan kata lain, masjid adalah tempat ibadah dan pendidikan dalam
pengertiannya yang luas. Bukankah Al-Quran berbicara tentang segala aspek kehidupan
manusia? Sebagai manusia yang berkesenimanan kita bukan hanya mengamati keindahan
ornamen dan segi arsitektur mesjid tetapi kita juga harus mengetahui fungsi mesjid
sebagai sarana beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu’wataala serta
selalu memakmurkan mesjid, mesjid kecil di desa-desa atau mesjid agung di perkotaan.
SUMBER
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/01/18/masjid-kobe-selamat-dari-dua-bencana-
dahsyat-520739.html
http://mazkurb.blogspot.com/2013/02/spanyol-dengan-istana-alhambra-dan.html
http://myblog4blog.blogspot.com/2010/08/masjid-merah-di-jantung-kolombo.html
DAFTAR PUSTAKA
Mulyawan, Candra, Muhamad. 2014. Mengenal Arsitektur Mesjid-Mesjid Di
Eropa..: FPBS UPI BANDUNG, Bandung.