Makalah Revisi Etika Profesi Keguruan

download Makalah Revisi Etika Profesi Keguruan

of 22

description

Makalah Revisi Etika Profesi Keguruan

Transcript of Makalah Revisi Etika Profesi Keguruan

18

ETIKA GURU PROFESIONAL

MAKALAH REVISIDipresentasikan dalam seminar Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan Tahun Akademik 2014/2015

Oleh,Jumadi NIM. 80100213169

Dosen Pemandu:

Prof. Dr. H.ABD RAHMAN GETTENG, MA.Dr. MISYKAT MALIK IBRAHIM, M.Si.

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN 2014/2015

BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangPendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai hal yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitupun dengan Indonesia, sebagaimana tercantum dalam isi Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka di Indonesia dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan yang merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis, dimana pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3.[footnoteRef:2] [2: Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.(Cet. 4;Jakarta:Sinar Garfika, 2011)., h. 7 ]

1Karena pentingnya fungsi pendidikan sehingga perlu diprioritaskan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, sebab tujuan pendidikan nasional berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan yang pada akhirnya dapat melahirkan pendidikan yang bermutu. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.[footnoteRef:3] [3: Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan. (Cet.1;Bandung:Refika Aditama,2010), h. 2 ]

Kehadiran guru di sekolah adalah untuk mengabadikan diri kepada umat manusia dalam hal ini peserta didik. Guru merupakan orang tua kedua bagi peserta didik. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dalam pendidikan formal karena bagi siswa pada umumnya, guru dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh indentifikasi diri. Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu perbuatan yang mudah, akan tetapi menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa dan tuntutan hati nurani tidaklah mudah.[footnoteRef:4] Karena guru yang mendasarkan pengabdiannya karena panggilan jiwanya akan merasakan kedekatan dengan peserta didiknya, guru dengan rela hati menyisihkan waktunya demi kepentingan peserta didiknya, dan akan melakukan tugasnya dengan ikhlas tanpa pamrih demi kepentingan peserta didiknya. [4: Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif:Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. (Cet.3; Jakarta:Rineka Cipta,2010), h. 2]

Wijaya dan Rusyan dalam Ondi Saondi dan Aris Suherman menyatakan kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat digantikan dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat digantikan oleh unsur lain.[footnoteRef:5] Sehingga guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina peserta didik. [5: Ondi Saondi dan Aris Suherman. Etika Profesi Keguruan. (Cet.1;Bandung:Refika Aditama,2010), h. 3 ]

Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan membahas bagaimana etika guru profesional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sesuai denga visi yang telah ditetapkan. Uraian dalam makalah ini di mulai bagaimana pengertian etika, guru, dan bagaimana etika guru profesional terhadap peraturan perundang-undangan, etika guru profesional terhadap peserta didik, etika guru profesional terhadap pekerjaan, dan diakhiri dengan menguraikan etika guru profesional terhadap tempat kerjanya.B. Rumusan MasalahBerdasarkan dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:1. Bagaimana pengertian etika, Guru dan profesi/profesional ?2. Bagaimana etika guru profesional terhadap perundang-undangan, peserta didik, pekerjaan, dan tempat kerjanya ?

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian etika, guru, profesi/professional1. Pengertian etikaDalam agama Islam mengajarkan umat manusia untuk selalu menjaga dan memelihara akhlakul karimah, dalam Al-qur,an Allah berfirman Q.S Al-Ahzab:21 sebagai berikut: Terjemahnya:Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)[footnoteRef:6]. [6: Departemen agama Ri, Al- qur,an dan terjemahya, (PT. Karya Toha Putra Semarang, 2002), hlm. 595]

Dari ayat di atas Allah menjelaskan bahwa betapa pentingnya memiliki akhlakul karimah, terutama sebagai guru profesinal seyogiyanya memiliki akhlakul karimah, Karena dia adalah contoh dan panutan terutama bagi anak didiknya. Jadi kalau seorang guru tidak memiliki akhlakul karimah maka hilang jati gelarnya sebagai guru professional.

Kata etik (atau etika) berasal dari kataethos(bahasa Yunani) yang berarti karakter,watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai the discpline which can act as the performance index or reference for our control system.Kata etik (atau etika) berasal dari kataethos(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atauadat. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.[footnoteRef:7] Sedangkan jika ditinjau dari bahasa latinetikaadalahethnic, yang berarti kebiasaan, serta dalam bahasa Greec Ethikos yang berartia body of moral principles or values.[footnoteRef:8] [7: Burhanuddin Salam, M. M,Etika Individual Pola Dasar Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.3] [8: Susi Herawati, Etika dan Profesi Keguruan, (Batusangkar: STAIN Press, 2009), h.1]

Secara bahasa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat.[footnoteRef:9] Etika dapat diapakai dalam arti niali yang menjadi sesorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya atau lazim dikenal dengan kode etik, misalnya kode etik guru, pegawai negeri, kode etik jurnalistik, dll.[footnoteRef:10] [9: Burhanuddin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat, h.3] [10: Getteng, Abd.Rahman. Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika, (Cet.2;Yogyakarta: Grha Guru, 2009), hlm. 55]

Etika menurut berbagai literatur sama juga dengan akhlak, moral, serta budi pekerti, dimana akhlak berarti perbuatan manusia (bahasa arab), moral berasal dari kata mores yang berarti perbuatan manusia, sedangkan budi adalah berasal dari dalam jiwa, ketika menjadi perbuatan yang berupa manifestasi dari dalam jiwa menjadi pekerti ( bahasa sanskerta ).[footnoteRef:11] [11: Susi Herawati, Etika dan Profesi Keguruan, h.1]

Jadi kata etika, moral, akhlaq, serta budi pekerti secara bahasa adalah sama, yaitu perbuatan atau tingkah laku manusia. Dimana objek etika itu sendiri adalah perbuatan manusia sehingga menjadi pembahasan yang sampai saat ini terus diperbincangkan.

2. Pengertian GuruPengertian guru yang dikenal pada umumnya adalah guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru.[footnoteRef:12] Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru mempunyai seperangkat ilmu yang memadai yang karenanya guru memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan dan dikatakan ditiru (diikuti) karena guru mempunyai kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya. [12: H. Hamzah B.Uno, Profesi Kependidikan : Problem, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. (Cet.6;Jakarta:Bumi Aksara, 2010), h. 15 ]

Syarifuddin Nurdin berpendapat bahwa guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.[footnoteRef:13] Sedangkan Syaiful Bahri Djamara memberikan pengertian yang sederhana bahwa, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.[footnoteRef:14] Dari kedua pengertian tersebut menunjukkan bahwa guru adalah orang yang memberikan pelajaran dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas. [13: H. Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. (Cet.2;Jakarta:Ciputat Press,t.th), h. 7 ] [14: Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif:Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. (Cet.3; Jakarta:Rineka Cipta,2010), h. 31]

Dari pengertian tersebut, maka yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.Defenisi guru tidak termuat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, akan tetapi guru sebagai sebuah profesi dimasukkan ke dalam rumpun pendidik. Sebagaimana terdapat dalam pasal 39 ayat 2 ;Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.[footnoteRef:15] [15: Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, op cit., h. 27 ]

Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa pengertian guru adalah sebagai pendidik yang merupakan tenaga profesional yang merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus sehingga dapat meyakinkan untuk memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya.Pengertian guru sebagai tenaga profesional juga dikemukan oleh Zakiah Daradjat bahwa guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.[footnoteRef:16] Hal ini menunjukkan bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan pendidikan anaknya kepada sembarang orang . [16: Zakiah Derajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. (Cet.10;Jakarta:Bumi Aksara, 2012), h. 39 ]

Dalam pengertian yang lazim digunakan, maka pengertian guru dalam hal pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah swt. dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.[footnoteRef:17] [17: Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. (Cet.1; Jakarta:Prenada Media, 2006), h. 87 ]

Sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.[footnoteRef:18] [18: Republik Indonesia, Undang-Undang R.I. Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. (Jakarta:Cemerlang, t.th ), h. 3 ]

Terlepas dari bermacam interprestasi tersebut, maka dapat diambil sebuah konklusi bahwa yang dimaksud dengan pengertian guru dalam pembahasan ini adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru juga merupakan aktor utama yang merancang, merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, di tangan para gurulah kegagalan dan kesuksesan sebuah kegiatan pendidikan. Karena guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling menentukan. Andaikata komponen pendidikan yang lain belum tersedia, namun komponen guru sudah tersedia, maka pendidikan masih akan tetap berjalan.3. Pengertian profesi/profesional

Secara epistemologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaituprofession atau bahasa latin,profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual ( Danin, 2002 ). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.[footnoteRef:19] [19: Susi Herawati, Etika dan Profesi Keguruan, h. 4]

Secara bahasa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian, keterampilan, kejuruan, dan sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah profesionalisasi ditemukan sebagai berikut :Profesi adalah bg5.bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.Profesional adalah:a.Bersangkutan dengan profesi.b.Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.c.Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.Pengertian profesi menurut Dr. Sikun Pribadi adalah profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.[footnoteRef:20] [20: Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm.1]

Selanjutnya, Volmel dan Mills dalam Soecipto (2005), mendefenisikan profesi sebagai suatu spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi dan training yang bertujuan untuk mensuplai keterampilan melalui pelayanan dan bimbingan pada orang lain.Menurutde Georgeprofesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.Profesionaladalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi.Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu kepandaian khusus yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh melalui pendidikan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan tersebut.Dalam berbagai istilah, terdapat istilah profesi dan professional, berikut kami ingin mengklasifikasi perbedaan antara profesi dan professional sebagai bahan penjelas atas makalah kami:Ada perbedaan antara profesi dan professional :Profesi : Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu) Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam

Profesional: Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya Hidup dari situ Bangga akan pekerjaannyaB. Etika Guru Profesional 1. Terhadap Peraturan Perundang-UndanganPada butir kesembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Dengan jelas bahwa dalam kode etik tersebut diatur bahwa guru di Indonesia harus taat akan peraturan perundang-undangan yang di buat oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasonal.Guru merupakan aparatur negara dan abdi negara dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, guru mutlak harus mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan dan melaksanakannya sebagaimana aturan yang berlaku. Sebagai contoh pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu mengubah kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi dan kemudian diubah lagi menjadi KTSP dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.Dalam kurikulum tersebut, secara eksplisit bahwa hendaknya guru menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya. Seorang guru yang profesional taat akan peraturan yang berlaku dengan cara menerapkan kebijakan pendidikan yang baru tersebut dan akan menerima tantangan baru tersebut, yang nantinya diharapkan akan dapat memacu produktivitas guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.2. Terhadap Anak DidikDalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dalam membimbing anak didiknya Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-kalimat tersebut mempunyai makna yang sesuai dalam konteks ini.Pertama, guru hendaknya memberi contoh yang baik bagi anak didiknya. Ada pepatah Sunda yang akrab ditelinga kita yaitu Guru digugu dan Ditiru (diikuti dan diteladani). Pepatah ini harus diperhatikan oleh guru sebagai tenaga pendidik. Guru adalah contoh nyata bagi anak didiknya. Semua tingkah laku guru hendaknya jadi teladan. Keteladanan seorang guru merupakan perwujudan realisasi kegiatan belajr mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat mempengaruhi sikap siswa. Sebaliknya, seorang guru yang bersikap premanisme akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa. Disamping itu, dalam memberikan contoh kepada peserta didik guru harus dapat mencontohkan bagaimana bersifat objektif, terbuka akan kritikan, dan menghargai pendapat orang lain[footnoteRef:21]. [21: Nurzaman. Tingkatkan Mutu Siswa Lewat Profesional Guru. Diakses Tanggal 3 Desember 2007 tersedia pada http://www.Pikiran-rakyat.com/index.php?option=com.conten&task=view&id=162&itemid36. (2005) hlm. 3 ]

Kedua, guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini, prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku peserta didik. Sekarang, guru bukanlah sebagai orang yang harus ditakuti, tetapi hendaknya menjadi teman bagi peserta didik tanpa menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru. Dengan hal itu guru dapat mempengaruhi dan mampu mengendalikan peserta didik.Ketiga, hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa. Bagi seorang guru, keberagaman siswa yang dihadapinya adalah sebuah wahana layanan profesional yang diembannya. Layanan profesional guru akan tampil dalam kemahiran memahami keberagaman potensi dan perkembangan peserta didik, kemahiran mengintervensi perkembangan peserta didik dan kemahiran mengakses perkembangan peserta didik[footnoteRef:22]. [22: Kartadinata, Senja Kala Profesi Guru. Diakses Tanggal 3 Desember 2007 tersedia pada http://www.Pikiran.com/cetak/1104/24/0802.htm (2004). hlm. 4]

Semua kemahiran tersebut perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh dan sistematis, secara akademik, tidak bisa secara alamiah, dan semua harus terinternalisasi dan teraktualisasi dalam perilaku mendidik.Sementara itu, prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani. Peserta didik tidak hanya dituntut berlimu pengetahuan tinggi, tetapi harus bermoral tinggi juga. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan halkikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh pada kehendak dan kemauan guru.4 Etika Guru Profesional terhadap pekerjaanPekerjaan guru adalah pekerjaan yang mulia. Sebagai seorang yang profesional , guru harus melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dengan profesional juga. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat. Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.Secara profesional, guru tidak boleh dilanda wabah completism, merasa diri sudah sempurna dengan ilmu yang dimilikinya, melainkan harus belajar terus menerus[footnoteRef:23]. Bagi seorang guru, belajar terus menerus adalah hal yang mutlak. Hal ini karena yang dihadapi adalah peserta didik yang sedang berkembang dengan segala dinamikanya yang memerlukan pemahaman dan kearifan dalam bertindak dan menanganinya. [23: Kartadinata, Senja Kala Profesi Guru. Diakses Tanggal 3 Desember 2007 tersedia pada http://www.Pikiran.com/cetak/1104/24/0802.htm (2004). hlm. 1]

Untuk meningkatkan mutu profesinya, menurut Soejipto dan kosasi ada ua cara yaitu cara formal dan cara informal. Secara formal artinya guru mengikuti pendidikan lanjutan dan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Secara informal dapat dilakukan melalui televisi, radio, koran, dan sebagainya.5 . Etika Guru Profesional terhadap tempat kerjaSudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Ketidakoptimalan kinerja guru antara lain disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak menjamin pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa pemerintah berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara merata dan bermutu diseluruh jenjang pendidikan. Jika ini terpenuhi, guru yang profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional[footnoteRef:24]. [24: Undang-undang 20 tahun 2003, Tentang Sistem pendidikan Nasional, hlm. 23]

Disisi lain, jika kita dihadapkan dengan tempat kerja yang tidak mempunyai fasilitas yang memadai bahkan buku pelajaran saja sangat minim. Bagaimana sikap kita sebagai seorang guru? Ternyata, keprofesionalan guru sangat diuji disini. Tanpa fasilitas yang memadai guru dituntut untuk tetap profesional dalam membimbing anak didik. Kreatifitas guru harus dikembangkan dalam situasi seperti ini.Berkaitan dengan ini, pendekatan pembelajaran kontekstual dapat menjadi pemikiran para guru untuk lebih kreatif. Dalam pendekatan ini, diartikan strategi belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya drngan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Sementara itu, sikap profesional guru terhadap tempat kerja juga dengan cara menciptakan hubungan harmonis di lingkungan tempat kerja, baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun dengan orang tua peserta didik.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Etika profesional seorang guru sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Seorang guru baru dapat disebut profesional jika telah menaati Kode Etik Keguruan yang telah ditetapkan. pengertian guru dalam pembahasan ini adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik2. Seorang guru yang profesional taat akan peraturan yang berlaku dengan cara menerapkan kebijakan pendidikan yang baru tersebut dan akan menerima tantangan baru tersebut, yang nantinya diharapkan akan dapat memacu produktivitas guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan halkikat pendidikanB. Implikasi Semoga guru Indonesia benar-benar menjadi guru yang bisa memposisikan dirinya sebagai agen pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan, dapat sebagai pelaku propaganda yang bijak dan dapat menuju ke arah yang positif bagi perkembangan peserta didik di sekolah maupun di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKADerajat, Zakiah. dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Cet.10;Jakarta:Bumi Aksara, 2012.Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif;Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Cet.3;Jakarta: Rineka Cipta, 2010.Getteng, Abd.Rahman. Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika. Cet.2;Yogyakarta: Grha Guru, 2009.Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Cet.1;Jakarta: Rineka Cipta, 1997.Jurnal Pendidikan Penabur, Konsep Pendidikan Formal dengan Muatan Budaya Multikultural. No.04/Th.IV/Juli, 2010.Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. (Cet.2;Jakarta:Ciputat Press,t.th)Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. Cet.1;Jakarta:Prenada Media, 2006.Republik Indonesia. Undang-Undang RI, Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Cet.4;Jakarta: Sinar Grafika, 2011.Republik Indonesia. Undang-Undang RI, Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Cemerlang,t.th.Saondi, Ondi dan Aris Suherman. Etika Profesi Keguruan. Cet.1;Bandung: Refika Aditama, 2010.Tirtarahardja,Umar dan S.L.La Sulo. Pengantar Pendidikan. Cet.1;Jakarta:Rineka Cipta, 2005.Uno,H.Hamzah B. Profesi Kependidikan:Problem,Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Cet.6;Jakarta:Bumi Aksara, 2010.Kartadinata. 2004. Senja Kala Profesi Guru. Diakses Tanggal 3 Desember 2007 tersedia pada http://www.Pikiran.com/cetak/1104/24/0802.htm

.