MAKALAH REGULASI PEMILU

download MAKALAH REGULASI PEMILU

of 19

Transcript of MAKALAH REGULASI PEMILU

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    1/19

    i

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ........................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3

    C. Tujuan Pembahasan .................................................................... 3

    BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 5

    A. Permasalahan .............................................................................. 5

    B. Regulasi ........................................................................................ 6

    C. Analisis ......................................................................................... 11

    BAB III PENUTUP ............................................................................... 16

    A. Kesimpulan ................................................................................... 16

    B. Saran ............................................................................................ 16

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    2/19

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

    segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .

    Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari

    pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik

    materi maupun pikirannya.

    Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

    dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat

    memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih

    baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,

    kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu

    kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

    pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

    Jakarta, Maret 2015

    Penyusun

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    3/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Berdasarkan UU nomor 8 tahun 2015 pemungutan suara

    serentak nasional dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

    Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota di seluruh

    wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan pada

    tanggal dan bulan yang sama pada tahun 2027. Tahun 2015 menjadi

    gerbang awal dilaksanakannya pemilihan kepala daerah secara

    serentak. Daerah yang diikut sertakan dalam gelombang pertama

    adalah yang akhir masa jabatan Kepala Daerahnya berakhir pada

    tahun 2015 sampai dengan semester awal tahun 2016 atau sampai

    bulan juni. Jumlah daerah yang menyelenggarakan pilkada pada

    tahun 2015 adalah sebanyak 269 yang terdiri atas 9 provinsi, 36 kota,

    dan 224 kabupaten.

    Sebagai awal dilaksanakannya pemilihan kepala daerah secara

    serentak maka diperlukan persiapan dan perencanaan yang baik

    sehingga seluruh aspek penunjang dalam penyelenggaraan dapat

    terpenuhi secara proporsional demi tercapainya pemilihan kepala

    daerah yang demokratis. Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2015 pasal

    10A KPU memegang tanggung jawab akhir dari keseluruhan proses

    pelaksanaan pilkada, sehingga dalam penyusunan regulasi harus

    dilakukan secara rigid dan detailagar tidak menimbulkan tafsir yang

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    4/19

    2

    berbeda dari peserta maupun penyelenggara seperti KPU dan

    Bawaslu.

    Dalam sebuah penyelenggaraan pemilihan hal terpenting yang

    perlu dipersiapkan secara baik adalah regulasi yang menjadi tuntunan

    dan pedoman dalam melaksanakan setiap tahapan dan program.

    Salah satu tahapan yang sering terjadi konflik atau sengketa yaitu

    tahapan pencalonan. Tahapan ini menjadi penting sebab menjadi

    sarana untuk menyalurkan hak politik dari setiap warga negara untuk

    dipilih dan memilih.

    Terkait pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak pada

    tahun 2015 ditemukan permasalahan yang ternyata tidak diatur secara

    eksplisit dalam UU Nomor 8 Tahun 2015 maupun Peraturan KPU.

    Payung hukum yang seharusnya memuat tentang antisipasi terhadap

    calon tunggal dalam pemilihan kepala daerah menuai kritik dari

    berbagai lapisan masyarakat. Pertanyaan yang timbul kemudian

    apakah dalam pembuatan regulasi tersebut tidak dilakukan kajian

    secara mendalam terhadap pasal-pasal yang mengatur tentang setiap

    tahapan dalam hal ini tahapan pencalonan.

    UU Nomor 8 Tahun 2015 hanya mengatur apabila dalam

    tahapan pencalonan terdapat kurang dari dua pasangan calon maka

    dilakukan penundaan tahapan, demikian pula dalam Peraturan KPU

    nomor 12 yang merupakan perubahan Peraturan KPU nomor 9 tahun

    2015 pada pasal 89 yang berbunyi :

    Dalam hal sampai dengan berakhirnya perpanjangan

    masa pendaftaran hanya terdapat 1 (satu) Pasangan

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    5/19

    3

    Calon atau tidak ada Pasangan Calon yang mendaftarsebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPU Provinsi/KIPAceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menetapkankeputusan penundaan seluruh tahapan dan Pemilihan

    diselenggarakan pada Pemilihan serentak berikutnya.

    Akan tetapi regulasi tersebut kemudian digugat untuk dilakukan

    pengujian terhadap pasal 27 ayat (1) dan pasal 28D ayat (1) UUD

    1945.

    Pengujian UU terhadap UUD 1945 merupakan kewenangan

    MK (Mahkamah Konstitusi) yang dalam putusannya mengabulkan

    permohonan pemohon. Ini artinya MK telah mensahkan calon tunggal

    untuk tetap dilakukan pemilihan dengan memperhadapkan pemilih

    pada pilihan setuju dan tidak setuju.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apakah calon tunggal dalam pemilihan kepala daerah telah

    memenuhi prinsip-prinsip demokrasi?

    2. Penyusunan regulasi yang belum mampu untuk memberikan

    jawaban pada setiap permasalahan yang mungkin hadir dalam

    sebuah penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

    C. Tujuan Pembahasan

    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

    1. Untuk mengetahui dan memahami konsep demokrasi dengan

    lebih baik.

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    6/19

    4

    2. Untuk mengetahui permasalahan yang mungkin timbul dengan

    adanya putusan Mahkamah Konstitusi tentang calon tunggal

    dalam pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015.

    3. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Regulasi

    Pemilu.

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    7/19

    5

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Permasalahan

    Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan

    pasangan calon tunggal bisa mengikuti Pilkada Serentak 2015

    dianggap sebagai solusi atas permasalahan terhadap terjadinya calon

    tunggal di beberapa daerah. Berikut pendapat beberapa tokoh negeri

    ini terkait putusan Mahkamah Konstitusi, antara lain :

    1. Irman Putra Sidin (pakar hukum tata negara) yang mengatakan

    bahwa putusan MK terkait calon tunggal akan membuat

    pelaksanaan Pilkada semakin efisien karena tidak akan ada upaya

    pemaksaan untuk menghadirkan calon pesaing, dimana justru ini

    menyuburkan munculnya calon boneka.

    2. Zainal Arifin Mochtar (pakar hukum tata negara UGM) dalam

    penilaiannya putusan MK yang memperbolehkan daerah dengan

    calon tunggal mengikuti pemilihan kepala daerah tidak solutif jika

    tidak berlaku surut.

    3. Yusril Izha Mahendra (pakar hukum tata negara), memberikan

    penilaian jika Mahkamah Konstitusi memutuskan pilkada tetap

    berlanjut meski dengan calon tunggal, maka KPU harus segera

    menindak lanjuti hal tersebut sebab putusan MK bersifat final dan

    mengikat. Tindak lanjut atas putusan tersebut dapat melalui Perpu

    atau Perpres yang bisa segera dieksekusi.

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    8/19

    6

    Mengacu pada putusan Mahkamah Konstitusi ini berarti tugas

    KPU untuk melaksanakan putusan tersebut dihadapkan pada jadwal

    tahapan yang semakin sempit. Hal-hal yang perlu dipersiapkan KPU

    adalah penyesuaian jadwal tahapan, melakukan revisi terhadap

    peraturan KPU, menyusun regulasi khusus tentang calon tunggal,

    selain itu pelaksanaan bimtek dan penyuluhan kepada jajaran KPU di

    tingkat bawah, serta sosialisasi terkait regulasi dan mekanisme

    pemungutan dan penghitungan suara bagi calon tunggal kepada

    stakeholder, Partai Politik, dan masyarakat.

    Pertanyaan yang kemudian muncul apakah dalam waktu yang

    sudah semakin sempit ini putusan tersebut dapat dilaksanakan secara

    simultan dan tidak mempengaruhi kualitas dari pemilihan tersebut.

    Selain itu apakah hal ini tidak melanggar atau mengesampingkan

    prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan esensi dasar dari sebuah

    penyelenggaraan pemilihan.

    B. Regulasi

    1. UUD 1945

    a. Pasal 27 ayat (1) Segala warga negara bersamaan

    kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

    menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

    kecualinya.

    b. Pasal 28D ayat (1) Setiap orang berhak atas pengakuan,

    jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

    perlakuan yang sama di hadapan hukum.

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    9/19

    7

    2. UU Nomor 8 Tahun 2015

    a. Pasal 49 ayat (8) Dalam hal hasil penelitian sebagaimana

    dimaksud pada ayat (7) menghasilkan pasangan calon yang

    memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua) pasangan calon,

    tahapan pelaksanaan Pemilihan ditunda paling lama 10

    (sepuluh) hari. Ayat (9) KPU Provinsi membuka kembali

    pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil

    Gubernur paling lama 3 (tiga) hari setelah penundaan tahapan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (8).

    b. Pasal 50 ayat (8) Dalam hal hasil penelitian sebagaimana

    dimaksud pada ayat (7) menghasilkan pasangan calon yang

    memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua) pasangan calon,

    tahapan pelaksanaan pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil

    Bupati serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil

    Walikota pemilihan ditunda paling lama 10 (sepuluh) hari.Ayat

    (9) KPU Kabupaten/Kota membuka kembali pendaftaran

    pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta

    pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota paling

    lama 3 (tiga) hari setelah penundaan tahapan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (8).

    c. Pasal 51 ayat (2) Berdasarkan Berita Acara Penetapan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPU Provinsi

    menetapkan paling sedikit 2 (dua) pasangan Calon Gubernur

    dan Calon Wakil Gubernur dengan Keputusan KPU Provinsi.

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    10/19

    8

    d. Pasal 52 ayat (2) Berdasarkan Berita Acara Penetapan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPU Kabupaten/Kota

    menetapkan paling sedikit 2 (dua) pasangan Calon Bupati dan

    Calon Wakil Bupati serta pasangan Calon Walikota dan Calon

    Wakil Walikota dengan Keputusan KPU Kabupaten/Kota.

    e. Pasal 54 ayat (4) Dalam hal pasangan berhalangan tetap

    sejak penetapan pasangan calon sampai pada saat dimulainya

    hari Kampanye sehingga jumlah pasangan calon kurang dari 2

    (dua) orang, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota membuka

    kembali pendaftaran pengajuan pasangan calon paling lama 7

    (tujuh) hari.Ayat (5) Dalam hal pasangan calon berhalangan

    tetap pada saat dimulainya Kampanye sampai hari

    pemungutan suara dan terdapat 2 (dua) pasangan calon atau

    lebih, tahapan pelaksanaan Pemilihan dilanjutkan dan

    pasangan calon yang berhalangan tetap tidak dapat diganti

    serta dinyatakan gugur. Ayat (6) Dalam hal pasangan calon

    berhalangan tetap pada saat dimulainya Kampanye sampai

    hari pemungutan suara pasangan calon kurang dari 2 (dua)

    orang, tahapan pelaksanaan Pemilihan ditunda paling lama 14

    (empat belas) hari.

    3. Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah

    dengan Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2015

    a. Pasal 89 ayat (1) Dalam hal sampai dengan akhir masa

    pendaftaran Pasangan Calon hanya terdapat 1 (satu)

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    11/19

    9

    Pasangan Calon atau tidak ada Pasangan Calon yang

    mendaftar, KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

    Kabupaten/Kota memperpanjang masa pendaftaran Pasangan

    Calon paling lama 3 (tiga) hari. Ayat (4) Dalam hal sampai

    dengan berakhirnya perpanjangan masa pendaftaran hanya

    terdapat 1 (satu) Pasangan Calon atau tidak ada Pasangan

    Calon yang mendaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota

    menetapkan keputusan penundaan seluruh tahapan dan

    Pemilihan diselenggarakan pada Pemilihan serentak

    berikutnya.

    b. Pasal 89A ayat (1) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian

    perbaikan persyaratan pencalonan dan persyaratan calon tidak

    ada atau hanya 1 (satu) Pasangan Calon yang memenuhi

    persyaratan, KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

    Kabupaten/Kota membuka kembali pendaftaran Pasangan

    Calon paling lama 3 (tiga) hari. Ayat (3) Dalam hal sampai

    dengan berakhirnya pembukaan kembali masa pendaftaran

    hanya terdapat 1 (satu) Pasangan Calon atau tidak ada

    Pasangan Calon yang mendaftar sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1), KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

    Kabupaten/Kota menetapkan keputusan penundaan seluruh

    tahapan dan Pemilihan diselenggarakan pada Pemilihan

    serentak berikutnya.

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    12/19

    10

    c. Pasal 91 ayat (1) Dalam hal pembatalan Pasangan Calon

    sebagai peserta Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 88 ayat (1) mengakibatkan jumlah Pasangan Calon

    kurang dari 2 (dua) pasangan, KPU Provinsi/KIP Aceh atau

    KPU/KIP Kabupaten/Kota menunda pelaksanaan penetapan

    Pasangan Calon peserta Pemilihan. Ayat (4) Dalam hal

    penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    mengakibatkan tahapan pemungutan suara tidak dapat

    dilaksanakan secara serentak pada hari yang sama, KPU

    Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menetapkan

    keputusan penundaan seluruh tahapan dan Pemilihan

    diselenggarakan pada Pemilihan serentak berikutnya.

    d. Pasal 92 ayat (1) Dalam hal terdapat calon atau Pasangan

    Calon yang berhalangan tetap yang mengakibatkan tahapan

    pemungutan suara tidak dapat dilaksanakan pada hari

    pemungutan suara yang telah ditentukan, KPU Provinsi/KIP

    Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menunda pelaksanaan

    seluruh tahapan Pemilihan. Ayat (4) KPU Provinsi/KIP Aceh

    atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menetapkan keputusan

    penundaan seluruh tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) dan Pemilihan diselenggarakan pada Pemilihan serentak

    berikutnya.

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    13/19

    11

    4. Keputusan Mahkamah konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015

    tertanggal 28 September 2015 dalam putusannya mengabulkan

    permohonan pemohon untuk sebagian.

    C. Analisis

    Jika kita melihat pemilihan kepala daerah pada periode

    sebelumnya tidak pernah kita temui permasalahan calon tunggal,

    akan tetapi hari ini kita temui terdapat 3 (tiga) daerah yang hanya

    memiliki calon tunggal yaitu Blitar di Jawa Timur, Timor Tengah Utara,

    di Nusa Tenggara Timur dan Tasikmalaya di Jawa Barat serta ada 83

    (delapan puluh tiga) daerah yang memiliki potensi menjadi calon

    tunggal karena calon yang berkompetisi hanya 2 (dua) pasangan

    calon.

    Terkait putusan Mahkamah Konstitusi yang dalam putusannya

    membolehkan pemilihan pada daerah yang hanya memiliki calon

    tunggal maka pembahasan selanjutnya apakah pemilihan dengan

    calon tunggal telah memenuhi prinsip demokrasi. Mengacu pada UU

    nomor 8 tahun 2015 di jelaskan bahwa pemilihan Gubernur dan Wakil

    Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota

    yang selanjutnya disebut pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan

    rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih Gubernur

    dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan

    Wakil Walikota secara langsung dan demokratis.

    Merujuk kepada kata Demokrasi secara etimologi demokrasi

    berasal dari bahasa Yunani tepatnya dari kata demos dan

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    14/19

    12

    kratos/kratein. Demos berarti rakyat dan kratos/kratein berarti

    pemerintahan. Jadi pengertian demokrasi adalah suatu negara yang

    pemerintahannya dipegang oleh rakyat atau rakyatlah yang memiliki

    kedaulatan tertinggi. Selain itu terdapat pengertian oleh para ahli,

    antara lain :

    1. Abraham Lincoln : Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,

    oleh rakyat, dan untuk rakyat.

    2. Henry B. Mayo : Demokrasi adalah menunjukkan kebijakan

    umum ditentukan atas dasar mayoritas wakil-wakil yang diawasi

    oleh rakyat, dan didasarkan atas kesamaan politik dalam suasana

    terjaminnya kebebasan politik.

    3. F. Strong : Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan pada

    mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas

    dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah

    akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan pada mayoritas.

    Selain istilah demokrasi terdapat pula kata pemilihan atau

    election yang termuat dalam Blacks Law Dictionarydimaknai sebagai

    pemilihan terhadap individu yang dipilih berdasarkan asas-asas

    pemilu dalam ruang lingkup suatu pemilihan yang dilakukan oleh

    pemilih yang memenuhi persyaratan untuk memilih.

    Mengacu pada pengertian di atas dapat kita maknai bahwa

    sebuah pemilihan kepala daerah semestinya memilih pasangan calon

    bukan justru dihadapkan pada pilihan setuju atau tidak setuju

    terhadap satu pasangan calon. Akan tetapi dalam sebuah negara

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    15/19

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    16/19

    14

    yang waktunya lebih dari satu tahun, dan selama itu pula PLT

    tersebut tidak bisa mengeluarkan kebijakan-kebijakan strategis

    untuk daerah.

    Dengan demikian, putusan MK sudah berhasil meminimalisir

    dua persoalan tersebut dengan cara menjamin hak konsititusional

    warga negara untuk memilih dan dipilih serta memberikan ruang dan

    kewenangan secara langsung bagi masyarakat di daerah untuk

    menentukan sendiri proses suksesi kepemimpinan di daerahnya.

    Maksudnya ialah, jika calon tunggal kepala daerah tersebut

    dinyatakan tidak dikehendaki oleh masyarakat dan sebagian besar

    masyarakat memilih tidak setuju, maka penundaan pilkada tersebut

    ditentukan atas pilihan masyarakat itu sendiri bukan ditentukan oleh

    tafsir KPU melalui PKPU No. 12 Tahun 2015 tentang pencalonan

    kepala daerah, akibat tidak adanya ketentutan khusus yang mengatur

    calon tunggal dalam UU No. 8 Tahun 2015 mengenai pilkada.

    Sehingga putusan MK mampu menjamin adanya kedaulatan sekaligus

    legilitmasi masyarakat untuk menentukan sendiri kepala daerahnya.

    Terbitnya putusan Mahkamah Konstitusi tentang permasalahan

    calon tunggal dalam pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015

    menghadirkan pertanyaan apakah regulasi dalam hal ini UU yang

    disusun untuk mengatur pemilihan kepala daerah tidak melalui kajian

    secara mendalam terkait potensi-potensi masalah yang dapat timbul

    dalam setiap tahapan pemilihan kepala daerah. Apabila kita

    membandingkan persyaratan calon yang ditetapkan oleh UU

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    17/19

    15

    sebelumnya syarat dukungan pasangan calon yang diusung oleh

    partai politik atau gabungan partai politik adalah 15% perolehan kursi

    atau 15% perolehan suara partai sementara saat ini persyaratannya

    dinaikkan menjadi minimal 20% kursi DPRD atau 25% suara pemilu.

    Calon perseorangan yang sebelumnya komposisi 3%, 4%, 5% dan

    6,5% dan saat ini dinaikkan menjadi 6,5%, 7,5%, 8,5% dan 10%.

    Dengan persyaratan tersebut tentu hanya sedikit partai politik atau

    gabungan partai politik yang dapat mengusung pasangan calon serta

    hanya calon perseorangan yang memiliki grass root yang kuat dan

    masif yang mampu untuk memenuhi persyaratan tersebut.

    Merujuk pada pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

    dalam penyusunan regulasi yang sejatinya ditujukan untuk menjadi

    pedoman dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah

    seharusnya melalui kajian secara mendalam sehingga permasalahan

    yang sifatnya sangat mendasar dalam sebuah penyelenggaraan

    pemilihan kepala daerah dapat diminimalisir. Selain itu unsur

    penyelenggara yang memiliki pengalaman teknis di lapangan juga

    perlu dilibatkan dalam penyusunan UU tentang pemilihan kepala

    daerah sehingga dapat memberikan kontribusinya dalam

    meminimalisir permasalahan yang mungkin hadir dalam

    implementasinya. Serta Peraturan KPU yang merupakan turunan UU

    Nomor 8 Tahun 2015 tidak lagi melakukan tafsir atas UU yang

    menjadi dasar penyusunannya.

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    18/19

    16

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan

    bahwa sebuah pemilihan idealnya dilaksanakan dengan

    mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi. Mahkamah Konstitusi

    telah mengambil keputusan untuk memperbolehkan pemilihan pada

    daerah yang hanya memiliki calon tunggal dengan

    mempertimbangkan berbagai ekses yang dapat terjadi apabila

    pemilihan pada daerah tersebut ditunda sampai dengan gelombang

    kedua yang dilaksanakan pada 2017. Keputusan tersebut dengan

    mempertimbangkan hak politik rakyat untuk dipilih dan memilih

    sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945.

    B. Saran

    Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat

    bagi pembaca. Apabila terdapat saran dan kritik yang sifatnya

    membangun penulis akan jadikan sebagai motivasi demi perbaikan

    dalam penulisan makalah berikutnya.

  • 7/24/2019 MAKALAH REGULASI PEMILU

    19/19

    17

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.

    Gramedia Pustaka Utama;

    2. UUD 1945;

    3. Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015;

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008;

    5. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2015sebagaimana diubah dengan Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2015;

    6. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 tertanggal28 September 2015;

    7. http://www.perludem.org/index.php?option=com_k2&view=item&id=2168:siaran-pers-calon-tunggal-pasca-putusan-mk&Itemid=128;

    8. http://nasional.sindonews.com/read/1049165/12/10-persoalan-putusan-mk-terkait-calon-tunggal-pilkada-1443588310;

    9. http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/15/10/01/nvim6s

    354-putusan-mk-terkait-calon-tunggal-membuat-pilkada-lebih-efisien;

    10. http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/15/10/02/nvktje328-tidak-berlaku-surut-putusan-calon-tunggal-mk-percuma