Makalah Pterigium FIX
-
Upload
ageng-budiananti -
Category
Documents
-
view
60 -
download
6
description
Transcript of Makalah Pterigium FIX
MODUL MTHT
SEORANG PASIEN LAKI-LAKI DENGAN KELUHAN MATA MERAH
KELOMPOK I
Ageng Budiananti 030.09.002
Agita Maryalda 030.09.003
Agung Alit Dwijakangka 030.09.004
Agustina Marielsa 030.09.005
Ahmad Fatahillah 030.09.006
Ali Aufar H. 030.09.008
Alvian Reza Muhammad 030.09.009
Amelia Lesmana 030.09.011
Amira Danila 030.09.012
Andika Billy 030.09.013
Andika Widyatama 030.09.014
Andreas Ronald 030.09.016
Andreas Surya 030.09.017
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 12 MARET 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kesakitan penyakit mata pterigium merupakan penyakit mata tersering nomor
dua di Indonesia setelah penyakit katarak. Departemen Kesehatan RI mencatat, jumlah
pengidap penyakit pterigium di Indonesia mencapai 13,9 %. Dan dari tahun 2000 sampai
tahun 2007, pasien pterigium menunjukan kecenderungan meningkat sebanyak 576 kasus.
Pterigium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular subepitel konjungtiva
bulbi berbentuk segitiga yang melewatilimbus terus menjalar ke kornea. Timbunan berbentuk
segitiga tersebut akan membuat mata penderita kurang nyaman, karena biasanya akan
berkembang kearah kornea. Sinar ultraviolet terutama sinar UVB beserta polutannya
merupakan pencetus terjadinya inflamasi kronik sebagai penyebab pertumbuhan jaringan
pterigium, selain itu kekeringan okular dan polusi lingkungan dapat berperan serta dalam
progresivitas pterigium dan rekurensinya.1
1
BAB II
LAPORAN KASUS
SEORANG PRIA DENGAN KELUHAN MATA MERAH
Hari I
- Lembar 1
Seorang pria bernama Tn. A berumur 35 tahun bekerja sebagai tukang ojek datang ke Poli
Mata dengan keluhan mata merah.
- Lembar 2
Anamnesis tambahan :
Kedua mata merah sejak 1 hari yang lalu. Merah tampak hanya sebagian. Disertai rasa
mengganjal dan mata berair. Penglihatan buram disangkal, nyeri disangkal, fotofobia
disangkal. Sebelumnya mata pasien sering merah terutama jika terkena debu, hilang timbul
selama 4 tahun. Riwayat operasi mata isangkal. Riwayat trauma mata disangkal.
Hari II
Hasil pemeriksaan didapatkan:
Status generalis : dalam batas normal
Status oftalmologis :
OD OSVisus 6/ 10 C -0.75 aksis 135
derajat6/6
Gerak bola mata Normal ke segala arah Normal ke segala arahTIO n/ p (normal/ palpasi) n/ p (normal/ palpasi)Palpebra Normal NormalKonjungtiva bulbi Massa/ jaringan
fibrovaskuler (bagian nasal) berbentuk segitiga dengan
puncak di kornea, hiperemis
Massa/ jaringan fibrovaskuler (bagian nasal) berbentuk segitiga dengan
puncak di kornea, hiperemisKornea Jernih JernihCOA Dalam DalamIris/ pupil Normal NormalLensa Jernih JernihVitreus Jernih JernihFundus Normal Normal
2
Status Lokalis:
3
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
- Identitas Pasien:
Nama : Tn. X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Tukang ojek
Alamat : -
Agama : -
Status Pernikahan: -
Pendidikan : -
- Anamnesis:
Keluhan Utama:
Mata merah sejak satu hari yang lalu.
Keluhan tambahan:
Rasa mengganjal pada mata
Mata berair
Berdasarkan keluhan utama dan keluhan tambahan, didapatkan hipotesis:
- Konjungtivitis
- Pterygium
- Pseudopterygium
- Pinguekula
- Skleritis
- Trauma
Riwayat Penyakit Sekarang:
Apakah pasien mengalami gangguan dalam beraktivitas yang disebabkan oleh
penurunan kejelasan penglihatan?
Jika terdapat gangguan dalam melihat, apakah hal tersebut terjadi perlahan-lahan
atau mendadak?
Apakah pasien pernah mengalami trauma yang mengenai mata sebelumnya?
Apakah saat mengendarai motor, pasien menggunakan helm yang melindungi
seluruh wajah atau tidak?
4
Bagian mata yang mana saja yang merah? Apakah kedua mata atau salah satu
saja?
Bagaimana perkembangan penyakit pasien? Apakah semakin parah dalam waktu
yang lambat atau cepat?
Adakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit pasien? Baik yang
memperburuk atau yang membuat penyakit pasien membaik?
Apakah terdapat keluhan-keluhan lain seperti mata terasa kering, mengganjal,
banyak mengeluarkan air mata, berlendir atau nyeri?
Apakah pasien sedang menderita penyakit tertentu? Seperti diabetes mellitus atau
hipertensi?
Apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat atau lainnya?
Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya?
Apakah pasien pernah menderita penyakit mata lainnya?
Apakah pasien memiliki riwayat penyakit sistemik lain seperti DM, hipertensi
atau penyakit infeksi tertentu?
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama?
Riwayat Pengobatan
Apakah pasien sudah memberi obat untuk penyakit yang sudah dialami?
Apakah dengan obat tersebut, pasien mengalami perbaikkan atau perburukkan?
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa keluhan pada pasien, yaitu mata merah
sebagian didapatkan sejak satu hari yang lalu, disebabkan oleh karena terkena debu,
disertai berair. Pasien merasa ada sesuatu yang mengganjal. Dan penyakit ini hilang
timbul sejak empat tahun yang lalu.
- Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: dalam batas normal. Status generalis mencakup pemeriksaan
keadaan umum,tekanan darah,suhu,frekuensi pernafasan dan denyut nadi. Hal ini
dilakukan untuk :
1. Mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat merupakan
penyebab penyakit mata yang diderita
5
2. Kemungkinan pemakaian obat yang akan memberikan akibat tertentu pada
penderita. Garamisin dapat mengakibatkan sitotoksik pada ginjal. Demikian
pula asetazolamid dapat memberikan gangguan pada keseimbangan
elektrolit tubuh selain dapat membentuk batu ginjal.
Tanda Vital: untuk melihat apakah terdapat penyakit sistemik atau tidak
Tekanan darah : -
Suhu : -
Nadi : -
Respiratory rate : -
- Pemeriksaan Mata
PEMERIKSAAN OD OS INTERPRETASI
Visus 6/10 C – 0,75 aksis 1350 6/6
6/6 Pada okuli sinistra visus 6/6 menunjukkan visus yang normal. Pada okuli dextra visus 6/10 menunjukkan terjadinya kelainan pada visus,bila orang normal dapat melihat huruf pada optotipi Snellen pada jarak 10 meter,namun pada pasien ini baru dapat terlihat pada jarak 6 meter. Pada okuli dextra juga terdapat astigmat yang disebabkan oleh pterigium yang ada,yang menyebabkan cahaya jatuh pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus pada retina. Dapat dikoreksi dengan lensa cilindris dengan kekuatan lensa -0,75 dioptri.
Gerak bola mata
(Normal ke segala arah)
(Normal ke segala arah)
Bola mata digerakkan oleh 6 buah otot penggerak bola mata yang dipersarafi oleh 3 buah nervus (III,IV,VI). Pada kelumpuhan saraf penggerak mata,bila dilakukan pemeriksaan terhadap gerakan bola mata akan terlihat otot yang sukar atau tidak dapat digerakkan karena sarafnya lumpuh. Kelainan pada saraf ini dapat diakibatkan oleh tumor,trauma ataupun radang. Gerak bola mata yang normal pada pasien ini menunjukkan tidak adanya
6
kelainan saraf maupun otot penggerak bola mata.
TIO n/p
(normal/palpasi)
n/p
(normal/palpasi)
Pemeriksaan tekanan intraokuler dapat dilakukan dengan pemeriksaan perabaan,menggunakan tonometer Schiotz atau tonometer aplanasi. Tekanan bola mata normal adalah 14-20mg. Tekanan bola mata yang rendah akan mengakibatkan berlanjutnya degenerasi bola mata atau menunjukkan terjadinya kerusakan badan siliar yang berat. Sedangkan bila terjadi peningkatan tekanan bola mata ini berarti adanya glaukoma yang dapat mengakibatkan kerusakan berat pada saraf mata. Pada pasien ini tekanan bola mata adalah normal,menunjukkan tidak adanya kelainan.
Palpebral Normal Normal Pemeriksaan palpebral baik palpebral superior dan inferior meliputi pemeriksaan objektif pada mata. Pemeriksa mencoba menemukan kelainan pada palpebral dengan cara inspeksi,dicatat bila terdapat bengkak,ekimosis,entropion,sikatriks, ptosis,dan lain-lain. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan fungsi kelopak. Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan normal.
Konjungtiva bulbi
Massa / jaringan fibrovaskular (bagian nasal) berbentuk segitiga dengan puncak di kornea, hiperemis
Massa / jaringan fibrovaskular (bagian nasal) berbentuk segitiga dengan puncak di kornea, hiperemis
Adanya jaringan fibrovaskular di bagian nasal berbentuk segitiga menunjukkan pasien ini menderita pterigium. Puncak di kornea menunjukkan pterigium ini sudah berlangsung lama dan bila mencapai pupil dapat menganggu penglihatan. Terlihat hiperemis karena jaringan ini kaya akan pembuluh darah.
Kornea Jernih Jernih Pemeriksaan kornea meliputi ukuran kornea,ada atau tidaknya ulkus,erosi,pannus,infiltrat,fistel dan lain-lain. Kornea yang jernih menunjukkan mata yang normal dan tidak adanya infiltrat pada kornea.
COA Dalam Dalam COA yang dalam dapat ditemukan pada afakia,miopia,glaukoma kongenital,dan resesi sudut. Pada pasien ini pterigium yang terjadi
7
mungkin menyebabkan resesi sudut dan mengakibatkan COA menjadi dalam.
Iris / pupil Normal Normal Pemeriksaan pupil meliputi: refleks pupil,ukuran pupil antara okuli dextra dan sinistra. Pemeriksaan iris dilihat apakah terdapat atrofi ataupun pembuluh darah. Pada pasien ini iris dan pupil dalam batas normal.
Lensa Jernih Jernih Pemeriksaan lensa dilakukan dengan uji bayangan iris dengan sentolop. Semakin sedikit lensa keruh semakin besar bayangan iris pada lensa yang keruh. Pada pasien ini didapatkan lensa jernih yang berarti normal.
Vitreus Jernih Jernih Vitreus yang jernih terdapat pada normal,apabila terdapat kekeruhan pada vitreus,akan menyebabkan gangguan pengliahatan.
Fundus Normal Normal Dilakukan refleks fundus,apabila refleks fundus terlihat merah menunjukkan gambaran yang normal. Apabila refleks fundus tidak terlihat dapat dicurigai adanya kekeruhan darah atau jaringan fibrosis. Pada pasien ini fundus terlihat normal.
Status Lokalis:
Terdapat massa / jaringan fibrovaskular (bagian nasal) berbentuk segitiga dengan puncak di kornea, hiperemis. Pada okuli dextra pterigium tampak sudah mencapai limbus.
8
Iritasi kronis oleh sinar uv terpajan angin dan debu
Pertumbuhan jaringan fibrovaskular
invasifdegeneratif
Menyebabkan pelepasan mediator peradangan
hiperemis gatalberair
Merusak epitel kornea dan membrane bowman
Degenerasi hialin dalam stroma kornea
Menyebabkan visus turun dan astigmatisme
Pekerjaan tukang ojek
- Patofisiologi
Faktor pemicu yang menjadi penyebab terbentuknya jaringan fibrovaskuler pada
pasien ini adalah riwayat pekerjaanya sebagai tukang ojek yang sangat beresiko terpajan
oleh sinar UV, debu, dan angin. Sinar UV, debu ,dan angin diduga dapat mengiritasi
konjungtiva menyebabkan terbentuknya jaringan fibrovaskuler. Jaringan tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dari epitel kornea dan membrane bowman. Hal ini
menyebabkan gangguan dari fungsi kornea dalam meneruskan cahaya karena efek dari
terbemtuknya jaringan fibrovaskuler ini adalah kornea menjadi tertarik sehingga makin
cembung sehingga bayangan akan difokuskan di depan retina(penurunan visus) dan
difokuskan pada lebih dari 1 titik. Jaringan fibrovaskuler tersebut juga dapat
menyebabkan reaksi peradangan, konjungtiva akan melepaskan mediator- mediator
seperti histamine, leukotrien, prostaglandin radangan sebagai respons terhadap
keberadaan jaringan tersebut yang menyebabkan gejala seperti mata merah atau
hiperemis, gatal, dan mata berair.
9
- Diagnosis
Pada pterigium, terdapat grade untuk menentukkan diagnosis, yaitu:
Grade 0—tidak ada pterigium
Grade 1—puncak pterigium ada pada limbus
Grade 2—puncak pterigium terdapat diantara limbus dan margin pupil yang tidak
sedang dilatasi
Grade 3—puncak pterigium terdapat pada margin pupil
Grade 4—puncak pterigium terdapat didalam margin pupil
Berdasarkan grade diatas, maka diagnosisnya adalah:
OD : 6/10 C -0,75 aksis 1350 6/6 dan Pterygium Simpleks Grade III
OS : Pterygium Simpleks Grade I
- Diagnosis Banding
Pseudopterygium tetapi pada pseudopterygium terletak pada celah atau
kelopak atau fisura palpebra sehingga dapat diselipkan sonde dibawahnya, serta
biasanya terdapat riwayat kelainan kornea sebelumnya.
Pinguekulitis pada pinguekulitis, jaringan yang tumbuh merupakan degenerasi
hialin jaringan submukosa konjungtiva, bukan jaringan fibrovaskular.
- Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa:
Edukasi:
Pasien disarankan untuk menggunakan helm yang melindungi mata.
Pasien disarankan untuk menggunakan kacamata pelindung.
Pasien disarankan untuk tidak terlalu sering terpajan debu atau sinar
matahari.
Medikamentosa:
Apabila meradang, diberikan air mata buatan, dan bila doperlukan diberikan
steroid atau tetes mata dekongestan.
Apabila terdapat lekukan kornea, diberikan air mata buatan dalam bentuk
salep.
Terapi Konservatif
Dirujuk ke dokter spesialis mata apabila pasien menghendaki untuk dilakukan
tindakan operatif untuk mengangkat jaringan fibrovaskular agar prognosis ad
10
komestikum pasien dapat menjadi baik. Pembedahan dilakukan apabila terdapat
gangguan penglihatan karena astigmatisme ireguler atau pterygium yang sudah
menutupi media penglihatan. Jenis operasi yang dapat dilakukan diantara lain
adalah; Bare Sklera, Subkonjungtiva, dan Graf. Pascaoperasi, pasien diberikan
obat tetes mata atau salep mata antibiotika atau antiinflamasi serta peningkatan
pemberian steroid topikal perlahan-lahan untuk menghindari permasalahan
tekanan intraokular dan katarak.2
- Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita pterygium adalah:
Gangguan penglihatan apabila terjadi invasi ke kornea dan berlanjut ke pupil.
Rasa mengganjal pada saat pergerakkan bola mata dan juga gangguan
pergerakkan bola mata apabila terjadi pelebaran jaringan sampai ke otot-otot
eksternal bola mata.
- Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad komestikum : Dubia ad bonam
Prognosis diatas didapatkan apabila pasien memilih untuk dilakukan tindakan
pembedahan atau operatif dan apabila pasien mengikuti saran/edukasi serta
penatalaksanaan yang diberikan.
11
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Mata
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari
luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan
siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan
kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan),
lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior
mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung
pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam dibawah
koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di sebelah luar dan
sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor
yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.4
Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
- Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian
anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa
dan tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata
oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika
tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang
menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
12
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu
vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas
limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya
yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama
dengan: (1) epitel kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel
konjungtiva. (2) substansia propria, terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina
limitans posterior dan (4) endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan
aqueous humour.
- Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas
lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke
belakang bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi
perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris
(adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya
yaitu pupil) iris membagi ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior
dan posterior, serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat
sirkuler dan radier.
- Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya.
Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak
dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ reseptornya.
Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah
jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri
atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina
ini menutupi procesus ciliaris dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula
lutea, merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya
berlekuk disebut fovea sentralis.
13
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula
lutea melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya
yaitu tempat dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali
tidak ditemui coni dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut
sebagai bintik buta. Pada pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak
berwarna merah muda pucat, jauh lebih pucat dari retina di sekitarnya.
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous.
Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi
menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan).
Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada
pigmen melanin di lapisan anterior iris (banyak pigmen = coklat, sedikit pigmen =
biru, tidak ada pigmen = merah / pada albino).
- Media Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca),
dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media
penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda
setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang
normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat
di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat
jauh.
Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi
bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
1. Epitel
• Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
• Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
14
depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran
air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
• Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
• Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
• Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
• Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
• Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea
yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
trauma.
4. Membran Descement
• Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
• Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.
5. Endotel
• Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel
melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden.
Aqueous Humor (Cairan Mata)
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya
tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan
mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan
kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus
lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea
dan akhirnya masuk ke darah.
15
Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan
terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat
menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat
dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat
serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak
di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan
dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras
dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat
zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.
Badan Vitreous (Badan Kaca)
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen,
dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung
sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Peranannya mengisi
ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous
disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak
terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada
pemeriksaan oftalmoskopi.
Pterigium
Pterygium berasal dari bahasa Yunani yang berarti sayap. Pterygium merupakan suatu
pertumbuhan jaringan konjungtiva yang bersifat degeneratif. Pertumbuhan ini biasanya
terletak pada celah kelopak mata bagian dalam ataupun luar konjungtiva yang meluas sampai
daerah kornea. Pterygium berbentuk segitiga dengan puncak di daerah sentral atau kornea.
16
Pterygium dapat mengenai kedua mata. Penyakit ini mudah meradang dan bila terjadi iritasi
maka bagian pterygium tersebut akan berwarna merah.
Pterigium diduga disebakan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara
yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma,
radang, dan degenerasi.
Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata iritatif,
merah dan mungkin menimbulkan astigmat yang akan memberikan keluhan gangguan
penglihatan. Pterigium dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen (penipisan kornea
akibat kering), dan garis besi (iron line dari Stocker) yang terletak di ujung pterigium.
Diagnosis banding pterigium adalah pseudopterigium, panus, dan kista dermoid. Tidak
diperlukan pengobatan karena sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda
( < 40 tahun ) tingkat kekambuhan dapat mencapai 50%. Bila pterigium meradang dapat
diberikan steroid atau tetes mata dekongestan.
Pengobatan pterigium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan bila
terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau pterigium yang
telah menutupi media penglihatan. Jika sudah mengganggu visus dan tidak dilakukan
pembedahan, maka biasanya akan memperburuk penurunan visus.
Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari, debu, dan udara kering dengan
kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang beri air mata buatan bila perlu dapat diberi
steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep.
Pemberian vasokonstriktor perlu kontrol dalam 2 minggu dan pengobatan dihentikan, jika
sudah ada perbaikan. Pterigium dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea atau bola
mata.
Tindakan pembedahan kombinasi autograf konjungtiva dan eksisi adalah suatu tindakan
bedah plastik yang dilakukan bila pterigium telah mengganggu penglihatan dan mengurangi
resiko kekambuhan.3
Pseudopterigium
Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering pseudopterigium
ini terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea.
Letak pseudopterigium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea
sebelumnya.
Beda dengan pterigium adalah selain letaknya, pseudopterigium tidak harus pada celah
kelopak atau fisura palpebra juga pada pseudopterigium ini dapat diselipkan sonde
17
dibawahnya. Pada anamnesis pseudopterigium ditanyakan adanya kelainan kornea
sebelumnya, seperti tukak kornea.3
Pseudopterigium
Pinguekula
Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang
tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin
panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal.
Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan mukosa subkonjungtiva. Pembuluh darah
tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi, maka sekitar
bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar.
Pada pinguekula tidak perlu diberikan pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya tanda
Peradangan (penguekulitis), dapat diberikan obat-obat antiradang.
18
BAB V
KESIMPULAN
Keadaan pterigium diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet,
pengeringan dan lingkungan dengan angin banyak, karena sering terdapat pada orang yang
sebagian besar hidupnya berada pada di lingkungan berangin, penuh sinar matahari, berdebu
dan berpasir. Pterygium dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan
mata iritatif, merah, dan mungkin menimbulkan astigmatisme yang akan memberikan
gangguan tajam penglihatan.5 Pengobatan tidak diperlukan karena sering bersifat
rekuren/kambuh, tetapi karena pada pasien ini sudah terjadi gangguan penglihatan
(penurunan visus) maka pasien ini sudah termasuk salah satu indikasi tindakan operasi.
19
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Penderita Pterigium di Indonesia, Terbanyak Setelah Katarak. Universitas Padjadjaran.
Available at: http://www.unpad.ac.id/archives/28777. Accessed on March, 11th 2012.
2. Medscape. Pterygium. Jerome P. Fisher, MD, FACS. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview Accessed on: March 11th,
2012.
3. Ilyas S., Yulianti S. R. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta: FKUI: 2011. P. 116-7.
4. Sherwood L. Sistem Saraf Perifer: Divisi Afefren; Indera. In: Santoso BI, Editor. Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. p. 160-
1.
5. Medline Plus. Pterygium. Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001011.htm. Accessed on March 11,
2012.
20