Makalah Pseudoaneurisma

23
1 PSEUDOANEURISMA PADA PEMBULUH DARAH TUNGKAI DAN TEKNIK PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN DUPLEX SONOGRAFI OLEH : IRSYAM WAHIDI NIM : 1005033007 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KARDIOVASKULER JAKARTA 2012

Transcript of Makalah Pseudoaneurisma

1

PSEUDOANEURISMA PADA PEMBULUH DARAH TUNGKAI DAN

TEKNIK PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN DUPLEX SONOGRAFI

OLEH :

IRSYAM WAHIDI

NIM : 1005033007

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KARDIOVASKULER

JAKARTA

2012

2

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ PSEUDOANEURISMA

PADA PEMBULUH DARAH TUNGKAI DAN TEKNIK PEMERIKSAAN

MENGGUNAKAN DUPLEX SONOGRAFI “.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari

materi penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Ucapan terima penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing dan semua pihak yang ikut

serta memberi dukungan dan membantu dari awal sampai akhir penulisan makalah ini, semoga

mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT.

Demikian makalah yang sederhana ini penulis buat, semoga dapat menambah

pengetahuan kita dan bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 01 Januari 2013

Irsyam Wahidi

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..... i

DAFFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. ……. 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 1

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………………............ 2

1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………………………….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi pembuluh darah tungkai ……………………………………………...... 3

2.2 Pengertian Pseudoaneurisma ……………………………………………………... 6

2.2.1 Patofisiologi Pseudoaneurisma ……………………………………………... 6

2.2.2 Jenis-jenis Pseudoaneurisma ……………………………………………….. 7

2.2.3 Etiologi Pseudoaneurisma …………………………………………………. 8

2.2.4 Komplikasi Pseudoaneurisma ……………………………………………... 8

2.2.5 Tatalaksana Pseudoaneurisma ……………………………………………... 8

2.3 Duplex Sonografi ………………………………………………………………… 8

2.3.1 Pengertian Duplex Sonografi ………………………………………………. 8

2.3.2 Tiga Modalitas Duplex Sonografi …………………………………………... 9

2.4 Teknik Pemeriksaan Pseudoaneurisma dengan Duplex sonografi ……………….. 9

2.4.1 B – Mode ……………………………………………………………………. 10

2.4.2 Colour Doppler ……………………………………………………………… 10

2.4.3 Spektrum Doppler …………………………………………………………… 11

4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus ………...…………………………………………………………….. 12

3.1.1 Persiapan Mesin …………………………………………………………….. 12

3.1.2 Persiapan Alat Penunjang …………………………………………………… 12

3.1.3 Persiapan Pasien ……………………………………………………………... 12

3.1.4 Prosedur Pemeriksaan …………………………………………………….... 13

3.1.5 Merapihkan Pasien …………………………………………………………. 16

3.1.6 Merapihkan Alat ……………………………………………………………... 16

3.2 Interpretasi Hasil …………………………………………………………………... 17

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………. 18

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………… 19

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit degeneratif vaskuler merupakan salah satu penyebab kerusakan dan gangguan

fungsi organ tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian. Sekarang ini di Indonesia penyakit

degeneratif vaskuler semakin mengalami kenaikan yang signifikan, hal ini mungkin

dikarenakan pola hidup dan pola makanan yang kurang baik.

Penyakit degenerative vaskuler ini dapat dideteksi salah satunya adalah dengan

melakukan kateterisasi kardiovaskuler, yaitu memasukan kateter kedalam pembuluh darah.

Daerah yang paling sering menjadi lokasi penusukan awal untuk masuknya kateter adalah

daerah lipatan paha pada arteri atau vena femoralis.

Kesalahan pada penusukan awal dapat menyebabkan komplikasi salah satunya adalah

pseudoaneurisma. Terjadinya pseudoaneurisma akibat penusukan dari arteri femoralis

mencapai 0,2% - 0,5 % (Menurut Moscucci et al, 1994).

Dengan perkembangan pengetahuan dan teknoligi yang mumpuni pada saat ini, untuk

melakukan diagnosis pada kasus pseudoaneurisma dapat dilakukan dengan menggunakan

duplex sonografi, dimana Teknisi Kardiovakuler berperan penting dalam pencitraan dan

pengambilan data yang akurat pada pasien sesuai dengan permintaan Dokter.

Pada makalah ini penulis ingin membahas tentang pseudoaneurisma dan tekhnik

pemeriksaan menggunakan duplex sonografi, sehingga kita semua dapat belajar dan

menambah wawasan khususnya pada kasus pseudoaneurisma pada tungkai.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis lebih membahas tentang pseudoaneurisma dan teknik

pemeriksaan menggunakan duplex sonogrrafi disertai dengan contoh kasus pada pasien

pseudoaneurisma di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.

6

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan Umum penulisan makalah ini adalah untuk saling berbagi pengetahuan

tentang pseudoaneurisma dan teknik pemeriksaan menggunakan duplex sonografi

1.3.2 Tujuan Khusus :

- Mampu memahami apa yang dimaksud pseudoaneurisma beserta etiologi dan

komplikasi.

- Mampu memahami teknik pemerikasaan pada kasus pseudoaneurisma

menggunakan mesin duplex sonografi.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Institusi Pendidikan

Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa untuk dapat mengetahui tentang

pseudoaneurisma dan pemeriksaan menggunakan mesin duplex sonogrrafi.

1.4.2 Penulis

Untuk merealisasikan ilmu yang diperoleh saat perkuliahaan dan sebagai sarana

untuk menambah wawasan tentang pseudoaneurisma beserta teknik pemeriksaannya

menggunakan duplex sonografi.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi pembuluh darah tungkai

2.1.1 Arteri

Arteri merupakan pembuluh darah yang berfungsi sebagai transportasi sel-sel

darah yang mengandung oksigen (O2) dari jantung ke jaringan seluruh tubuh.

Pembuluh darah arteri memiliki tiga lapisan, yaitu tunika intima yang merupakan

lapisan pembuluh darah yang paling dalam yang terdiri dari sel – sel endotel, tunika

media yang merupakan lapisan pembuluh darah bagian tengah yang terdiri dari otot

polos dan jaringan elastik, tunika adventitia merupakan lapisan pembuluh darah

paling luar. Lapisan ini terdiri dari jaringan kolagen dan elastik. Lapisan ini

berfungsi melindungi dan menguatkan kedudukan pembuluh darah dengan jaringan

sekitarnya. Aliran darah pada arteri dipengaruhi oleh pompa jantung.

2.1.2 Vena

Pembuluh darah vena berperan sebagai alat transportasi darah yang

mengandung karbondioksida (CO2) dari janringan menuju jantung. Pembuluh darah

vena memiliki tiga lapisan seperti arteri, tetapi lapisan pada vena lebih tipis sehingga

mudah kempes dan elastis. Aliran darah pada vena dipengaruhi oleh kontraksi dari

otot-otot gerak dan mengalir secara gravitasi. Oleh karena itu pembuluh darah vena

memiliki katup yang berfungsi untuk mencegah aliran balik darah.

8

Pada pemeriksaan ekstermitas bawah terdapat beberapa titik arteri dan vena yang

menjadi pusat perhatian, yaitu antara lain :

- Arteri :

1) Arteri femoralis kommunis adalah:

Merupakan lanjutan dari arteri illiaka eksternal yang membawa darah

ke bagian distal untuk mendarahi otot paha. Mempunyai ukuran yang paling

besar di antara ateri yang ada pada ekstremitas bawah. Bagian distal dari arteri

ini bercabang dua yaitu: arteri femoralis superfisialis (Superficial Femoral

artery) dan arteri femoralis profunda (Profunda Femoral Artery).

2) Arteri Femoralis superfisialis adalah:

Cabang dari arteri femoralis kommunis, yang terletak lebih ke superfisial

(luar), di mana arteri ini memperdarahi otot paha bagian lateral (luar).

3) Arteri femoralis profunda adalah:

Cabang dari arteri femoralis kommunis, yang memperdarahi bagian

medial (dalam) pada otot paha.

4) Arteri poplitea:

Merupakan pertemuan antara arteri femoralis superfisialis dengan arteri

femoralis profunda yang masuk ke fosa poplitea menjadi arteri poplitea

yang mendarahi otot di sekitar lutut.

9

5) Arteri Tibialis Anterior:

Cabang pertama dari arteri poplitea yang mengalir sepanjang permukaan

dari membran interoseous dibagian depan kaki. Arteri tibialis anterior ini

akan menjadi arteri dorsalis pedis.

6) Arteri Tibialis Posterior:

Memperdarahi bagian medial (dalam) dan posterior dari kaki bawah.

7) Arteri Peronial:

Memperdarahi bagian lateral dan posterior dari kaki bawah.

8) Arteri Dorsalis Pedis:

Bagian distal dari arteri tibialis anterior yang memperdarahi otot di sekitar

pergelangan dan telapak kaki.

- Vena :

1. Vena Femoralis Kommunis:

Merupakan vena lanjutan dari vena iliaka eksterna yang terletak di media

dan sedikit dalam dari arteri femoralis kommunis.

2. Vena Femoralis Superfisialis:

Merupakan cabang dari vena femoralis kommunis yang terletak di media.

3. Vena Femoralis Profunda :

Merupakan cabang dari vena femoralis kommunis yang terletak di media

arteri femoralis dalam dan hanya bagian proksimal yang dapat terlihat.

4. Vena Poplitea :

Merupakan pertemuan antara vena femoralis superfisialis dan vena

femoralis profunda yang terletak di anterior.

10

5. Vena Peronial

Vena peronial sejalan dengan arteri peronial sepanjang lateral dan wilayah

posterior pada bagian bawah kaki sampai dengan posterior pada fibula.

2.2 Pengertian Pseudoaneurisma

Pseudoaneurisma disebut juga false aneurisma, yaitu robeknya satu, dua, atau tiga

lapisan pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya darah dari pembuluh darah dan

membentuk sebuah kantung didalam jaringan sebuah pembuluh darah.

2.2.1 Patofisiologi Pseudoaneurisma

Lapisan pembuluh darah yang robek kemudian didorong dengan tekanan darah

pada arteri yang tinggi sehingga menyebabkan darah keluar dan membentuk sebuah

kantung atau rongga dalam jaringan yang dihubungkan oleh neck dengan pembuluh

darah utama.

11

Tanda – tanda Pseudoaneurisma :

a. Terdapatnya benjolan pada daerah pseudoaneurisma

b. Benjolan pada pseudoaneurisma terasa berdenyut

c. Kemungkinan dapat terjadi penekanan pada pembuluh darah arteri di bawahnya,

maka tungkai terasa nyeri, bila penekanan terjadi pada pembuluh vena maka akan

terjadi oedema (Bengkak) pada tungkai.

d. Pasien mengeluh ada benjolan pada bekas puncture dan bila berjalan kaki terasa

nyeri

e. Bila didengarkan dengan stetoskop pada daerah benjolan terdengar ada Bruit

f. Terdapat hematoma

g. Pulsatil pada daerah pseudoaneurisma

2.2.2 Jenis – jenis Pseudoaneurisma

1. Pseudoaneurisma aktif

Pseudoaneurisma aktif dapat diketahui dengan cara memberi Doppler warna pada

daerah pseudoaneurisma pada pemeriksaan ultrasonografi vaskuler, maka akan

terlihat aliran yang berputar-putar dipembuluh darah tersebut.

2. Pseudoaneurisma pasif

Pada pseudoaneurisma pasif ketika daerah pseudoaneurisma diberikan doppler

warna pada pemeriksaan ultrasonografi vaskuler, warna tersebut tidak terlihat,

misalnya :

a) Necknya tidak ada

b) Terdapat bekuan pada pseudoanerisma (hematoma)

c) Terdapat bendungan

12

d) Dopplernya tidak ada aliran

e) Ketika di beri color maka tidak ada aliran yang mengalir pada pseudoanerisma.

2.2.3 Etiologi Pseudoaneurisma

Faktor penyebab terjadinya pseudoaneurisma :

1. Tindakan post kateterisasi

2. Trauma pembuluh darah

3. Tindakan medik seperti jarum infus dan pembedahan

4. Infeksi pada pembuluh

2.2.4 Komplikasi Pseudoaneurisma

Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan pseudoaneneurisma :

- ALI ( Acute Limb Ischemia )

- DVT ( Deep Vein Thrombosis )

2.2.5 Tatalaksana Pseudoaneurisma

Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien pseudoaneurisma :

a. Compressi Ultrasound

b. Injeksi Thrombin

c. Bedah ( ligasi )

2.3 Duplex Sonografi

2.3.1 Pengertian Duplex Sonografi

Duplex sonografi merupakan suatu tindakan diagnostic non infasif yang digunakan

untuk menilai struktur dan fungsi pembuluh darah dengan ultrasound yang menggunakan

tiga modalitas yaitu B-Mode, Doppler, dan Color.

13

2.3.2 Tiga Modalitas Duplex Sonografi

1. B – Mode

Langkah pertama yang dilakukan dalam pemeriksaan Duplex Sonografi

adalah dengan menggunakan B – Mode, modalitas ini digunakan untuk melihat

seluruh arteri dan vena apakah ada penebalan atau plaque pada arteri dan thrombus

pada vena.

2. Colour Doppler

Colour pada pemeriksaan Duplex Sonografi digunakan untuk

mengidentifikasi aliran darah arteri dan vena, apakah lumen pembuluh darah terisi

penuh atau tidak serta untuk membedakan stenosis, oklusi dan untuk melihat

adanya reflux, thrombus, pseudoaneurisma serta patofisiologi pembuluh darah

lainnya dengan jelas.

3. Spektrum Doppler

Modalitas ini digunakan untuk mengukur kecepatan aliran yang merupakan

parameter utama untuk menilai morvologi kurva spektrum Doppler sehingga dapat

mengevaluasi ada tidaknya stenosis pembuluh darah dan melihat keparahan tingkat

reflux dan pseudoaneurisma.

2.4 Teknik Pemeriksaan Pseudoaneurisma Dengan Duplex Sonografi

Diagnostik penggambaran dan penuntun penetrasi ultrasonografi pada pseudoaneurisma

dilakukan dengan sebuah transduser linear dengan frekuensi 7-9 MHz, sedangkan pada

pasien dengan hematoma luas di inguinal menggunakan transduser convex dengan frekuensi

4 MHz, yang digunakan untuk melihat hasil visualisasi hubungan pseudoaneurisma dan

arteri (Kruger, 2003). Teknik pengambilan gambar dimulai dengan tampilan B-Mode, color

doppler dan analisa spektrum (Doppler).

14

2.4.1 B – Mode

Mulai dari posisi pasien terlentang dan santai dengan menggunakan transduser linear 7

MHz jika transduser tersebut tidak dapat mencapai kedalamannya maka transduser

yang digunakan adalah convex dengan frekuensi 4 MHz. Pengambilan gambar dimulai

dari B–Mode lokasi pengambilan pertama dari arteri femoralis kommunis. Untuk

melihat struktur dan fungsi pembuluh darah arteri dan vena pada tungkai. Selain itu,

pada pengambilan gambar B–Mode dapat menunjukan gambaran echolucent atau

echogenic yang menyatakan pseudoaneurisma yang mana terlihat neck dan rongga dari

pseudoaneurisma (Peter, 2004). Lakukan pengukuran dari rongga pseudoaneurisma,

panjang dan lebarnya pseudoaneurisma untuk mengetahui besarnya pseudoaneurisma.

Diameter lumen pseudoaneurisma biasanya sering mencapai 1 sampai 3 cm. Meskipun

diameter pseudoaneurisma besarnya dapat melebihi 5 cm (Kenneth, 1995).

Pengambilan gambar secara long axis pada pseudoaneurisma.

(Sumber: Karsten Kruger et. al. Radiology. 2003)

2.4.2 Colour Doppler

Pemeriksaan color Doppler sangat berguna untuk mendeteksi pseudoaneurisma dan

neck (leher) dari pseudoaneurisma di mana dilakukan perhitungan pada lebar neck.

Jika neck besar/lebar maka darah akan mudah keluar-masuk ke pseudoaneurisma.

Dengan color doppler kita dapat mengetahui pola aliran darah yang berputar–putar

pada lumen, seperti lambang shaulin atau biasa disebut dengan karakteristik “yin–

yang” (Kenneth, 1995).

Rongga

Pseudoaneurisma

Neck

15

Gambaran color duppler pada Pseudoaneurisma

(Sumber: Dr. Vikas Arora, MD, Ferozepur, India)

2.4.3 Spektrum Doppler

Penting untuk mengetahui pola aliran pada pre neck dan post neck melalui Kurva

Doppler. Bentuk gelombang doppler pre neck dan post neck biasa triphasik yaitu pola

kurva doppler normal untuk perifer. kecuali ada penekanan oleh pseudoaneurisma

terhadap pembuluh darah arteri dan vena di bawahnya. Jadi sangat penting untuk

menilai kurva doppler arteri dan vena tibialis pada distal pseudoaneurisma, dan

sebagai petunjuk yang sangat khas pada pseudoaneurisma yaitu di neck dengan

bentuk doppler “To and fro” (Peter, 2004).

Gambaran doppler “To and fro” pada neck pseudoaneurisma.

(Sumber: William J. Zwiebel, MD. Introduction to vascular

ultrasonography. 2005).

16

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus

Pada bab ini akan diuraikan tekhnik pemeriksaan pada kasus pseudoaneurisma pada

tungkai menggunakan dupleks sonografi. pada pasien di Poli vascular RS Jantung Harapan Kita

Jakarta.

Pasien bernama Tn. AM, usia 64 tahun, nomor MR 936623, diagnosa Post Cath, jenis

pemeriksaan yang diminta duplex sonografi pada tungkai.

3.1.1 Persiapan Mesin

1. Menyalakan mesin yang akan di gunakan untuk pemeriksaan femoralis,

2. Mengecek alat printer berwarna (cek kertas print berwarna dan ribbon pada alat

printer)

3. Mengecek alat printer hitam putih (cek kertas print hitam / putih)

4. Mengecek video rekaman

3.1.2 Persiapan Alat Penunjang

1. Menyiapkan tempat tidur dengan posisi setengah duduk

2. Menyiapkan bantal

3. Menyapkan selimut di atas tempat tidur

4. Mengecek Jelly masih ada/tidak

5. Menyiapkan handuk kecil

3.1.3 Persiapan Pasien

1. Mengisi identitas pasien, diantaranya :

Nama pasien

usia

Nomor rekam medik

Jenis kelamin

17

2. Memanggil pasien masuk kedalam ruangan pemeriksaan

3. Menjelaskan kepada pasien daerah yang akan diperiksa dan tujuan pemeriksaan

4. Menganjurkan pasien untuk melepas celana bagian luar.

5. Menyuruh pasien untuk naik keatas tempat tidur yang sudah disiapkan dengan

posisi setengah duduk

6. Menutupi kaki pasien dengan selimut, tetapi buka sedikit bagian yang akan

diperiksa

7. Pemeriksa atau teknisi wajib memakai sarung tangan

8. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai

3.1.4 Prosedur Pemeriksaan

1. Memilih tranduser sesuai dengan daerah yang akan diperiksa, pada pemeriksaan ini

tranduser yang dipilih adalah traduser linear.

2. Beri jelly secukupnya pada bagian atas tranduser

3. Letakkan tranduser pada daerah lipatan paha, ambil gambaran short axis atau

gambaran melintang dengan modalitas B-Mode untuk melihat anatomi pembuluh

darah arteri dan vena femoralis comunis.

Pengambilan gambar seperti ini bertujuan untuk melihat apakah ada robekan

pembuluh darah yang membentuk rongga yang dihubungkan oleh neck dan melihat

ada tidaknya thrombus pada vena dengan cara melakukan Compresi Ultra Sound (

CUS ) yaitu melakukan penekanan pada tranduser. Setelah dilakukan CUS maka

18

didapatkan hasil CUS (-) yang menandakan bahwa tidak adanya thrombus pada

vena. Setiap pengambilan gambar akan diberikan nama dengan menekan tombol

comment pada papan kontrol.

4. Rekam gambaran tersebut kedalam video dan print hitam putih.

5. Kemudian tranduser dirotasikan ± 900 dari posisi awal untuk pengambilan gambar

secara long axis, maka akan terlihat gambaran arteri dan vena secara memanjang,

lakukan pemeriksaan dengan menggunakan Doppler dengan menekan tombol PW

(Pulsed Wave), letakkan sample volume di tengah lumen pembuluh darah, baik arteri

maupun vena, dari hasil pemeriksaan didapatkan kurva doppler pada arteri femoralis

comunis kanan dan kiri adalah biphasik dan dilakukan SQD (squeeze distal) untuk

melihat aliran pada vena dan hasilnya augmentasi (+) yang artinya tidak terjadi

penekanan yang signifikan pada vena yang disebabkan oleh pseudoaneurisma.

6. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.

7. Posisi tranduser masih dalam keadaan yang sama, tetapi sekarang dilakukan

pengambilan gambar arteri femoralis saja. Pada arteri femoralis akan terlihat

percabangan yaitu arteri femoralis superficialis dan arteri femoralis profunda.

Kemudian beri warna dengan menekan tombol flow. Setelah gambar terlihat dengan

jelas mulailah pengukuran pada pseudoaneurisma yaitu panjang dan lebarnya serta

necknya, dan jarak dari bifurkasio ke neck. Pada kasus ini pseudoaneurisma aktif

berasal dari arteri femoralis profunda kanan.

6. Rekam gambaran tersebut dalam video dan print warna.

7. Kemudian lakukan pemeriksaan dengan mengunakan Doppler dengan menekan tombol

PW (Pulsed Wave) ditempat sebelum dan sesudah pseudoaneurisma ( pre neck, in neck,

19

post neck, in pseudo ), dengan menaruh sample volume pada bagian tengah lumen

pembuluh darah.

8. Kemudian rekam gambar tersebut kedalam video dan print hitam putih.

9. Setelah pemeriksaan di tempat terjadinya pseudoaneurisma selesai, maka pindahkan

tranduser ke daerah poplitea dengan mengambil gambaran short axis menggunakan B-

Mode, setelah dilakukan CUS pada vena, hasilnya adalah CUS (-).

10. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.

11. Ambil gambaran long axis, taruh sample volume pada bagian tengah lumen pembuluh

darah arteri dan vena. Pada kasus ini didapatkan hasil kurva Doppler biphasik pada

arteri poplitea kanan dan kiri, dan setelah dilakukan SQD hasilnya augmentasi (+)

pada vena poplitea kanan dan kiri.

10. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.

20

11. Tranduser dipindahkan ke daerah dorsalis pedis untuk melihat aliran pada arteri

tibialis anterior distal, beri colour agar pembuluh darah lebih mudah terlihat

kemudian beri PW Doppler. Didapatkan kurva Doppler biphasik pada arteri tibialis

anterior distal kanan dan kiri.

12. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih

13. Selanjutnya tranduser diletakkan disamping mata kaki, untuk melihat gambaran arteri

dan vena tibialis posterior. Beri colour untuk memudahkan pencarian arteri dan vena

kemudian beri PW Doppler. Pada kasus ini didaptkan hasil kurva Doppler biphasik

pada arteri tibialis posterior distal kanan dan kiri, dan augmentasi (+) pada vena

tibialis posterior distal kanan dan kiri.

14. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.

3.1.5 Merapihkan pasien

1. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan

2. Membersihkan sisa jelly pada daerah yang dilakukan pemeriksaan dengan handuk

kecil

3. Mempersilahkan pasien untuk mengenakan celananya kembali

3.1.6 Merapihkan alat

1. Bersihkan sisa jelly pada permukaan tranduser dengan handuk kecil

2. Letakkan kembali tranduser pada tempatnya

3. Membereskan print warna dan print hitam putih yang sudah direkam

4. Merapihkan mesin atau monitor pada posisi siap pakai

21

3.2 Interpretasi hasil

Berdasarkan hasil dari tinjauan kasus, maka penulis dapat menginterpretasikan hasil pasien

yang telah diperiksa sebagai berikut :

Vena Tungkai

- Compressi Ultra Sound ( CUS ) negatif pada vena femoralis communis, vena

poplitea kanan-kiri.

- Augmentasi positif dengan uji squeeze distal pada vena femoralis communis, vena

poplitea, vena tibialis posterior kanan-kiri.

Arteri Tungkai

- Gambaran anatomi pembuluh darah rata dan tidak menebal pada arteri femoralis

communis, arteri poplitea, arteri tibialis anterior-posterior kanan-kiri.

- Morfologi kurva Doppler biphasik pada arteri femoralis communis, arteri

poplitea, arteri tibialis anterior-posterior kanan-kiri.

Kesimpulan

- Pseudoaneurisma pada regio femoralis profunda kanan 7,6 cm dari bifurkasio

dengan diameter 28,4 mm x 49,8 cm, sebagian pseudoaneurisma telah terisi

thrombus, diameter pseudoaneurisma aktif 16,2 mm x 26,0 mm dengan lebar

neck 4,4 mm.

- Flow arteri positif sampai distal kedua tungkai.

- Tidak ditemukan thrombosis ( DVT ) pada kedua tungkai.

22

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pseudoaneurisma adalah robeknya lapisan pembuluh darah satu,dua atau tiga yang

mengakibatkan keluarnya darah dari pembuluh darah dan membentuk suatu kantong

didalam jaringan disekitar pembuluh darah.

Pseudoaneurisma biasanya disebabkan oleh tindakan post kateterisasi, trauma pembuluh

darah, tindakan medik seperti jarum infus dan pembedahan, infeksi pada pembuluh.

Pseudoaneurisma dapat menyebabkan komplikasi yaitu ALI dan DVT

Dalam pemeriksaan pseudoaneurisma pada umumnya yang diukur adalah pre neck, in

neck, post neck, in pseudo.

23

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com

www.google.com

Kenneth J.W. Taylor Peter N. Burns Peter N.T. Wells. Clinical Applications Of Doppler

Ultrasound. Spiaggia’s Chicago, 1995

Shirah Hamza, MD et al. Superficial Femoralis Artery Pseudoaneurism Secondary to

Bone Exostoses. 2007

Moeri Holly and Sheryly Leander. Vaskuler Surgery and Diagnostik. Carolina

William J. Zwiebel, MD. Introduction To Vascular Ultrasonography. Philadelphia, USA,

PA. 2005

Peter H. Arger Suzanne Debari Iyoob. The Complete Guide To Vasculer Ulteasound.

USA. 2004