Makalah Pleno 23 Mata
-
Upload
rudy-hermawan -
Category
Documents
-
view
124 -
download
0
Transcript of Makalah Pleno 23 Mata
PENDAHULUAN
Kornea adalah bagian depan bola mata yang transparan yang merupakan tempat lewatnya cahaya merupakan tempat terjadinya banyak infeksi dan luka karena terekspos dari objek-objek asing. Infeksi dan luka menyebabkan inflamasi kornea suatu kondisi yang disebut juga dengan keratitis. Infeksi dan inflamasi dari kornea menyebabkan pelepasan lapisan epitel sampai pada lapisan stroma dari kornea dan menimbulkan sebuah ulkus. Ulkus ini dapat berlokasi di sentral yang menyebabkan gangguan penglihatan atau berlokasi di perifer. Ulkus kornea adalah penyakit mata yang banyak dijumpai dan banyak ditemukan pada orang yang tinggal di daerah tropis dan pada daerah pertanian. Di negara-negara berkembang, ulkus kornea merupakan penyebab yang sering yang menimbulkan angka kesakitan karena rendahnya status ekonomi seseorang dan keluarganya. Anak-anak yang menderita kekurangan vitamin A memiliki resiko tinggi terkenanya ulkus kornea dan dapat menimbulkan kebutaan pada kedua mata .1
Anatomi Kornea
Kornea adalah struktur transparan yang merupakan lapisan terluar dari mata. Kornea
membiaskan cahaya dan melindungi isi mata. Ketebalan kornea berkisar antara 410 sampai
dengan 610 mikrometer dan ketebalan rata-rata kornea orang caucasia 550 mikrometer.
Sedangkan pada orang Indian ketebalan rata-ratanya lebih tipis yaitu kurang dari 510
mikrometer. Nervus trigeminus mensyarafi kornea melalui nervus ciliaris longus. Terdapat
reseptor nyeri di lapisan terluar dan reseptor tekanan pada lapisan yang lebih dalam. 1,2
Kondisi transparan disebabkan karena tidak adanya pembuluh darah, pigmentasi, dan
keratin dan lapisan-lapisan ini merupakan serat-serat kolagen. Serat kolagen melalui seluruh
diameter dari kornea secara paralel dan menerima 99% cahaya yang melalui mata dengan
membiaskannya dengan pembiasan 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea
dilakukan oleh kornea. 1,2
Terdapat lima lapisan kornea dari luar ke dalam :
Lapisan epithelium tebalnya terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Memiliki ketebalan sekitar
25 sampai 40 mikrometer. Sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa
yang merupakan barrier. Epithelium ini menahan lapisan air mata dan juga mencegah air
yang masuk ke kornea dan mengganggu serat kolagen. Hal ini melindungi terjadinya edema
kornea, yang dapat menyebabkan pandangan berkabut. Sel basal menghasilkan membran
basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren,
epitel berasal dari ektoderm permukaan. 1,2
Lapisan Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapisan ini tidak memiliki daya regenerasi. 1,2
Stroma terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen
ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-
kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak diantara serat kolagen stroma. Disuga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. Stroma kornea merupakan 90 %
ketebalan kornea Posterior dari stroma adalah membrana descemet, dan pada bagian dasarnya
adalah endothelium kornea. 1,2
Membrana descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea yang dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat
elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 mikrometer. 1,2
Endothelium berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 – 40
mikrometer. Endothelium melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan
zonula okluden. 1,2
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutatama berasal dari sarf siliar
longus, saraf naso siliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid masuk kedalam
stroma kornea menembus membran bowman melepaskan selubung schwannnya. Seluruh
lapis epitel di persarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus krausa
untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di
daerah limbus terjadi setelah 3 bulan. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan
mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi
edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di bagian depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1
Anamnesis
Keluhan yang dikeluhkan penderita perlu digali lebih lanjut untuk mendapatkan
keterangan lebih terarah pada penyakit sehingga lebih mudah menegakkan diagnosis serta
memberikan keterangan pada pasien mengenai penyakitnya, perlu dicatat hal yang terkait
dengan keterangan yang didapatkan dari kelengkapan status yang sering sudah menjadi baku
seperi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan anamnesis mengenai perjalanan penyakitnya.
Jenis kelamin perlu diperhatikan karena ada penyakit yang sering terdapat pada jenis kelamin
tertentu seperti glaukoma kongestif akut, buta warna dll. Pada pekerjaan pasien juga dapat
menyebabkan beberapa penyakit tertentu seperti trauma didalam pabrik atau di dapur. Pada
jenis pekerjaan tertentu diperlukan syarat seperti tajam penglihatan untuk dapat melakukan
pekerjaan. Pekerjaan tertentu lainnya memerlukan penglihatan stereoskopis dan penglihatan
warna yang baik. Keluhan dan akibat keuhan ini dapat memberikan akibat pekerjaan pada
pasien.1
Anamnesis yang baik dapat mengarah diagnosis. Anamnesis yang perlu ditanya seperti telah berapa lama penyakit diderita. Biasa nya dianggap akut bila terjadi dalam satu minggu , dan kronis bila telah 2 minggu diderita.
Secara garis besar keluhan mata terbagi menjadi 3 kategori yaitu kelainan pengelihatan, kelainan penampilan mata, dan kelainan sensasi pada mata seperti nyeri, gatal panas dan berair. Pada kelainan penglihatan terdapa penurunan tajam penglihatan, kemudian ada nya aberasi pengelihatan seperti bayangan hallo, kilatan cahaya, flater, dan diplopia. Pada kelainan penampilan mata, mata berubah menjadi merah seperti yang terdapat pada ptosis, bola mata menonjol, pertumbuan tidak normal.
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan?
Apakah keluhan pada salah satu atau keduanya?
Bagaimana onsetnya? Mendadak atau berangsur-angsur?
Apa keluhan lain ? Seperti merah, berair, sakit mata, fotofobia, secret, merasa kelilipan,
penglihatan menurun?
Adakah gejala lain akibat kemasukan benda asing dan pemakaian kontak lensa?
Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit atau keluhan mata sebelumnya?
Adakah riwayat trauma mata?
Adakah riwayat hipertensi?
Adakah riwayat diabetes mellitus?
Adakah riwayat pemakaian obat yang mungkin menyebabkan gejala gangguan
penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit mata dulu maupun sekarang?
Riwayat keluarga dan sosial
Apakah di keluarga ada riwayat penyakit mata turunan?
Adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga (misalnya penularan konjungtivits
infektif)?3
Gejala umum mata
Hilangnya penglihatan Mendadak/ perlahan-lahan
Nyeri/ tidak nyeri
Transien/ permanen
Kedua mata/ satu mata/ sebagian dari lapang pandang
Mata merah Berair/lengketNyeridisertai hilangnya penglihatan
Durasi
Tabel1. Gejala umum mata 4
Pemeriksaan mata dasar
Pengamatan atau pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sejak pasien mulai masuk
kedalam kamar pemeriksaan dokter. Pemeriksaan dapat di bedakan dalam Pengamatan pada
pasien masuk dilihat apakan dibimbing keluarga masuk kedalam kamar periksa dokter
mungkin sekali akibat pengelihatannya terganggu, lapang pandang sempit atau sudah tua,
pengelihatan terganggu merupakan suatu akibat kelainan bola mata sehingga fungsinya
menjadi tidak normal, pada lapangan pandang sempit dapat disebabkan oleh penyakit tertentu
seperti glaukoma, retinitis pigmentosa, dan penyakit kelainan saraf sentral masuk dengan
memegang satu sisi kepala berbagai penyakit dapat memberikan keadaan pasien merasakan
sakit pada kepala, akan tetapi bila keadaan ini disertai memegang kepala yang sakit harus
dipikirkan penderita mengalami glaukoma kongestif akut.mata berdarah maka mungkin
sekali mata telah mengalami cidera sehingga terjadi luka, pada konjungtivitis hiperakut
seperti pada konjungtivitis gonore dapat terjadi perdarahan dari konjungtiva disertai secret.1,5,6
Pemeriksaan tajam pengelihatan atau visus
Pemeriksaan tajam pengelihatan merupakan bagian penting pada pemeriksaan fungsi
mata, untuk membuat diagnosis penyakit pada ilmu penyakit mata digunakan alat tertentu
dan adalah perlu mengetahui beberapa alat pemeriksaan yang dipakai untuk melakukan
pemeriksaan mata, setiap alat bertujuan untuk menilai suatu keadaan mata. emeriksaan tajam
penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan pengelihatan memerluka
pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan. Tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan
mata. Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu snellen
dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan
melihat jumlah jari, gerakan tangan, ataupun proyeksi sinar. Ukuran besarnya kemampuan
mata untuk membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan dengan kemampuan meliht
benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak tertentu. Biasanya pemeriksaan tajam
penglihatan ditentukan dengan kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran apda
jarak baku untuk kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk
penglihatan normal . pada keadaan ini mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang
seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut, tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi
atnara 6/4 hingga 6/6 (20/15 atau 20/20). Tajam penglihatan maksimum berada di daerah
fovea, sedangkan beberapa faktor seperti penerangan umum, kontras, berbagai uji warna,
wakt papar, dan kelainan refraksi mata dapat merubah tajam penglihatan. Bila pengelihatan
pada mata normal seseorang pada snelen chart dengan menutup mata pada satu sisi
mengalami penurunan visus (20/20 atau 6/6) maka perlu dilakukan uji pinhole, bila dengan
pinhole pengelihatan lebih baik maka yang terjadi adalah kelainan refraksi sedangkan jika
tidak membaik dengan pinhole maka ada kelainan organik atau kekeruahan media
penglihatan yang mengakibatkan menurunnya penglihatan.1,6
Dilanjutkan dengan pemeriksaan lapang pandang Pemeriksaan lapang pandang
dengan melakukan pemeriksaan secara garis besar, dengan membandingkan lapang panadang
pasen dengan pemeriksa.Posisikan tubuh sama tinggi dengan pasien. denga jarak 2 kaki dari
pasien. mengizinkan pemeriksa membandingkan lapang pandaang dengan pasien.. Letakkan
kertas karton pada salah satu mata pasien dan minta pasien melihat lurus kearah ana, dan
mata anda juga ditutup pada salah satu yg berlawanan dengan pasien, agar pasien dan
pemeriksa mempunyai lapang pandang yang sama.. Gunakan jari2 tangan atau dengan pensil
ditengah2 antara pemeriksa dengan pasien dan dengan pelan masukkan jariri ke arah tengah,
dengan beberapa arah yang berbeda (temporal, nasal, superior dan inferior) menghasilkan
target yang fokus, peiksa semua lapangan pandang dari arah samping kecuali arah temporal
dimulai dari agak kebelakang dari kepala pasien. Beritahu pasien untuk mengatakan “ya” jika
pertama kali melihat jari/pulpen dalam lapangan pandangnya. Dan pada saat yang sama maka
anda juga akan melihat jari anda dan bandingkan dengan pasien. membandingkan lapang
pandang pasien dengan pemeriksa. Ulangi semua prosedur untuk mata yang satunya.1,6
Memeriksa koordinasi pergerakan mata untuk mengetahui kelemahan otot mata saat
pergerakan, anjurkan pasien untuk memegang kepala dan mempertahankan posisi kepalanya,
beritahu pasien untuk memandang dan mengikuti pergerakan jari pemeriksa hanya dengan
mata pasien. memastikan haya pergerakan mata saja. Posisikan jari anda 30 cm didepan mata
pasen, perlahan-lahan gerakan jari anda menuju ketepi ke enam arah, dan sesekali ditahan,
kemudian kembali ke tengah lagi. Rasional memungkinkan mendeteksi pergerakkan bola
mata yang tidak paralel, juga memungkinkan mendeteksi nistagmus dan lid lag. Observasi
terhadap respon normal, yang mana sesuai jalur jari sama dengan pergerakan kedua mata.
respon yang abnormal menunjukkan kelemahan otot ekstraokuler atau disfungsi nervus
kranialis yang mempersyarafi otot mata.1,6
Segmen anterior :4
Cara pemeriksaan : arahkan lampu senter dari arah pinggir temporal ke arah kornea, gerakkan
ke arah anterior dan nasal. Penilaian :
palpebra superior / inferior : apakah terdapat vesikel / krusta, hiperemi, hematom,
posisi normal atau ptosis, lagoftalmus
konjungtiva bulbi : apakah terdapat injeksi konjungtiva/injeksi siliar, pterigium,
skleritis/episkleritis, apakah tampak perdarahan subkonjungtiva, flikten, sekret?
konjungtiva tarsalis inferior : apakah terdapat papil, vesikel, sekret, sikatriks?
Konjungtiva tarsalis superior (palpebra superior di balik) : apakah terdapat papil,
vesikel, sekret, sikatriks?
Kornea : apakah jernih, terdapat infiltrat, sikatrik (makula, nebula, lekoma), ulkus,
perforasi/perlukaan, neovaskular?
C O A , sinari mata dari bagian lateral 45 derajat : apakah dalam, atau dangkal,
hifema, hipopion?
Pupil : besar pupil apakah kecil atau lebar (diameter normal : 2 - 4 mm), bentuknya
bulat atau ireguler/sinekia posterior, apakah terdapat koloboma (gangguan
pembentukan iris yang tidak penuh 360°), cek juga refleks pupil langsung dan tak
langsung.
Iris : sinekia, iris bombe?
Lensa : apakah jernih, katarak?
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit oleh karena adanya kekeruhan pada kornea.
Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun perikornea.3 dan
dilanjutkan dengan pemeriskaan segmen posterior dengan bantuan alat ophtalmoscope baik
indirect maupun direct.3,7
Pemeriksaan Penunjang
Slit lamp
Merupakan alat untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran normal.
Loupe mempunyai kekuatan 4 – 6 D. Pemeriksaan akan lebih sempurna bila dilakukan di
kamar yang digelapkan.
Pada gambaran slit lamp menunjukan luas, ulcus sentral kornea yang disebabkan fungi fusarium. Ulkus karena jamur memberikan gambaran abu2, batas tidak jelas, dengan lesi satelit.8
Uji flueresense
Uji flouresens merupakan uji untuk mengetahui adanya kerusakan pada kornea mata Kertas flueresense yang telah terlebih dahulu dibasahi oleh garam fisiologi diletakkan di dalam sakus konjungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudian kertas ini diangkat dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologis. Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea. Defek kornea akan terlihat hijau karena pada bagian itu akan bersifat basa dan memberi warna hijau. Pada keadaan ini disebut uji flueresense positif.8
Uji festelDisebut juga Seidel (untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea). Pada
konjungtiva inferior ditaruh kertas fluresense atau diteteskan flueresense. Kemudian dilihat adanya cairan mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat kebocoran kornea adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran cairan mata yang berwarna hijau mulai dari lubang fistel.8
Uji sensibilitasUji sensibilitas kornea ini digunakan untuk menguji fungsi trigeminus kornea,
diketahui bahwa serabut sensibel kornea melalui saraf trigeminus bila dirangsak akan
terdapat refleks aferen pada saraf fasial dan mata akan berkedip. Penderita yang diminta
meliat jauh kedepan dirangsang dengan kapas kering dari bagian lateral kornea dlihat
terjadinya refleks mengedip rasa sakit dan mata berair, jika terjadi refleks tersebut berarti
fungsi trigeminus baik. 1,2,9
Uji plasido
Uji plasido untuk melihat kelengkungan kornea dipakai papan plasido dengan gambaran lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap pada sumer cahaya atau jendela, sedang pasien sendiri membelankangi jendela. Papan plasido memiliki garis melingkar konsentris dengan lubang kecil pada bagian sentral nya, normal kornea akan berupa lingkaran konsentris dan bila lingkaran konsentris berarti permukaan kornea licin dan regular, lingkaran lonjong berarti adanya astigamtisme kornea, garis lingkaran tidak beraturan berarti astigmatisme iregular akibat adanya infiltrat ataupun parut kornea dan kurang tegas akibat edema kornea atau keruh.1,2,9
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini ditujukan sebagai persiapan prabedah guna melihat adanya penyakit lain seperti DM, kelainan jantung, hipertensi, dll. Adanya trombositopenia prabedah dapat meningkatkan resiko pendarahan saat pembedahan sehingga harus diketahui sebelum pembedahan.10
Pemeriksaan gram, giemsa dan KOH (untuk jamur).
Pemeriksaan kultur dengan agar darah, agar coklat dan agar sabouraud.8
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti, selain oleh terapi imunosupresi khusus.1
Working Diagnosis
Ulkus Kornea
Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus yang
kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali. Pada ulkus yang
menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatriks kornea. Gejala
Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi siliar, hilangnya
sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi
iritis disertai hipopion.
Ukuran normal diameter kornea normal adalah 12mm pada kornea mungkin didapatkan makrokornea, mikro kornea, arkus senil cinci berwarna putih abu di lingkaran luar, edema kornea dimana kornea keruh dan sedikit menebal, erosi lepasnya epitel kornea superfisial yang akan memberikan uji fluoresein positif, infiltrat tertimbunnya sel radang
pada kornea sehingga warnanya menjadi keruh yang dapat memberikan uji plasido positif, pannus terdapat nya sel radang dengan adanya pembuluh darah yang membentuk tabir pada kornea, ulkus hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea pada infeksi ataupun alergi, yang akan memberikan hasil uji fluoresein positif, sikatriks, jarinan parut pada kornea yang mengakibatkan permukaan kornea iregular sehingga memberikan uji plasido positif dan mungkin terdapat dalam bentuk nebula ( kabut halus pada kornea) makula (kekeruhan kornea yang berbatas tegas) leukoma (kekeruhan berwarna putih padat), fistel pada kornea akibat adanya perforasi kornea pada trauma atau tukak kornea yang akan memberikan uji fistel positif
Epidemiologi
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.1
Etiologi
Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis
yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas
menunjukkan infeksi P aeruginosa.
Infeksi Jamur
Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies
mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit
dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami
nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia
(jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar
yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba
adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak,
khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya
ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang
tercemar. 1,11
Non-infeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik
anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein
permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif.
Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain
amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium
karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak
epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air
mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang
menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut
dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh
tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo
2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
Gambaran Ulkus
Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel
yang dikelilingi PMN.
Bila infeksi disebabkan virus, akan terlihat reaksi hipersensitifitas disekitarnya.
Biasanya kokus gram positif, Stafilokokus aureus dan Streptokokus pneumoni akan
memberikan gambaran ulkus yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjung, berwarna
putih abu-abu pada anak ulkus yang supuratif. Daerah kornea yang tidak terkena akan
tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang.
Bila ulkus disebabkan Pseudomonas maka ulkus akan terlihat melebar dengan cepat,
bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus.
Bila ulkus disebabkan jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu dikelilingi infiltrat
halus disekitarnya (fenomena satelit).6
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
Ulkus Kornea Sentral
Etiologi ulkus sentral biasanya karena bakteri (pseudomonas, pneumokok, Moraxela
liquefaciens, Sreptococcus β hemoliticus, Klebsiella pneumosi, E. Coli, proteus), jamur
(Candida albicans, Fusarium solani, Nocardia Sp., sefalosporium, dan aspergilus), virus
(herpes simpleks, herpes zoster). Mikroorganisme ini tidak mudah masuk ke dalam kornea
dengan epitel sehat. Terdapat faktor predisposisi untuk terjadinya tukak kornea seperti erosi
pada kornea, keratitis neurotrofik, pemakai kortikosteroid atau immunosupresan, pemakai
obat lokal anastetika, pemakai IUD, pasien DM, dan ketuaan. 1
Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah
kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi
ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea,
karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.
Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus
sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna
abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus
ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.
Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan
berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang
menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion
yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.
Ulkus Kornea Fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu
sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.
Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang
baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-
satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri.
Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi
neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.7
Gambar 3. Ulkus Kornea Fungi
Gambar 1. Ulkus Kornea Bakterialis Gambar 2. Ulkus Kornea Pseudomonas
Ulkus Kornea Virus
Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan
perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata
ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat
terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya
berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor
dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat
pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes
simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi
siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul
dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal
kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes
simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya
Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan
fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat
perineural.
Ulkus Kornea Perifer
Ulkus Marginal
Gambar 4. Ulkus Kornea Herpetik
Gambar 5. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus
superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi
dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain.
Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita
leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus
mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui.
Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus,
alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang
seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang
sentral.
Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk
melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul
perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring
ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.
Perjalanan penyakitnya menahun.1
Gambar 6. Ulkus Marginal
Gambar 7. Ulkus Morren
Patofisiologi
Perforasi ulkus kornea dapat terjadi bila proses ulkus lebih dalam dan mencapai
membrana descemet. Membran ini keluar sebagai descemetocele. Pada stadium ini, tekanan
yang meningkat pada pasien secara tiba-tiba seperti batuk, bersin, mengejan, dll akan
menyebabkan perforasi, kehilangan aqueous, tekanan intraokuler yang menurun dan
dispraghma iris dan lensa yang pindah ke anterior. Efek dari perforasi ini tergantung pada
posisi dan ukuran perforasi. Bila perforasi kecil, dapat terjadi proses penyembuhan dan
pembentukan sikatrik yang cepat. Leukoma adheren adalah tampilan yang paling sering
terdapat pada kondisi akhir ini. 2,6
Epithelium yang rusak terinfeksi oleh agen patologik yang muncul pada perkembangan
ulkus kornea dapat dideskripsikan menjadi empat stadium, yaitu infiltrasi, ulkus aktif, regresi,
dan sikatrik. Hasil akhir dari ulkus kornea tergantung kepada virulensi agen infektif,
mekanisme daya tahan tubuh, dan terapi yang diberikan. Bergantung kepada tiga faktor
tersebut, maka ulkus kornea dapat menjadi :
a. ulkus terlokalisir dan sembuh
b. penetrasi lebih dalam sampai dapat terjadi perforasi, atau
c. Menyebar secara cepat pada seluruh kornea dalam bentuk ulkus kornea.
Patologi Ulkus Kornea yang Terlokalisir
Stadium infiltrasi progresif
Karakteristik yang menonjol adalah infiltrasi dari polymorphonuklear dan/atau
limfosit ke epithelium dari suplementasi sirkulasi perifer melalui stroma jika jaringan ini
juga terkena. Nekrosis pada jaringan juga dapat terjadi, tergantung pada virulensi agen
dan ketahanan daya tahan tubuh pasien. 1
Stadium ulkus aktif
Ulkus aktif adalah suatu hasil dari nekrosis dan pelepasan epithelium. Lapisan
Bowman dan stroma. Dinding dari ulkus aktif membengkak pada lamella dengan
menginhibisi cairan dan sel-sel leukosit yang ada diantara lapisan bowman dan stroma.
Zona infiltrasi memberikan jarak antara jaringan sekitar dan tepi ulkus. Pada stadium ini,
sisi dan dasar ulkus tampak infiltrasi keabu-abuan dan pengelupasan.
Pada stadium ini, akan menimbulkan hiperemia pada pembuluh darah jaringan
circumcorneal yang menimbulkan eksudat purulen pada kornea. Muncul juga kongesti
vaskular pada iris dan badan silier dan beberapa derajat iritis yang disebabkan oleh
absorbsi toksin dari ulkus. Eksudasi menuju kamera okuli anterior melalui pembuluh
darah iris dan badan silier dapat menimbulkan hipopion. Ulserasi mungkin terjadi
kemajuan dengan penyebaran ke lateral yang ditunjukkan pada ulkus superfisial difus
atau kemajuan itu lebih ke arah dalam dan dapat menyebabkan pembentukan desmetocele
dan dapat menyebabkan perforasi. Bila agen infeksius sangat virulen dan/atau daya tahan
tubuh menurun maka dapat penetrasi ke tempat yang lebih dalam pada stadium ulkus
aktif. 1,2
Stadium regresi
Regresi dipicu oleh daya tahan tubuh natural (produksi antibodi dan immune selular)
dan terapi yang dapat respon yang baik. Garis demarkasi terbentuk disekeliling ulkus,
yang terdiri dari leukosit yang menetralisir dan phagosit yang menghambat organisme
dandebris sel nekrotik. Proses ini didukung oleh vaskularisasi superfisial yang
meningkatkan respon imun humoral dan sesuler. Ulkus pada stadium ini mulai membaik
dan epithelium mulai tumbuh pada sekeliling ulkus. 1,2
Stadium sikatrik
Stadium ini, proses penyembuhan berlanjut dengan semakin progresifnya epithelisasi
yang membentuk lapisan terluar secara permanen. Selain epithelium, jaringan fibrous
juga mengambil bagian dengan membentuk fibroblast pada kornea dan sebagian sel
endotelial untuk membentuk pembuluh darah baru. Stroma yang menebal dan mengisi
lapisan bawah epithelium , mendorong epithel ke anterior. Derajat jaringan parut (scar)
pada penyembuhan bervariasi. Jika ulkus sangat superfisial dan hanya merusak
epithelium saja, maka akan sembuh tanpa ada kekaburan pada kornea pada ulkus tersebut.
Bila ulkus mencapai lapisan Bowman dan sebagian lamella stroma, jaringan parut yang
terbentuk disebut dengan nebula. Makula dan leukoma adalah hasil dari proses
penyembuhan pada ulkus yang lebih dari 1/3 stroma kornea. 1,2
Manifestasi klinis ulkus kornea
Gejala ulkus kornea yang didapatkan dari anamnesa pada umumnya adlah penurunan
ketajaman penglihatan, goto fobia, sensasi adanya benda asing pada mata, rasa sakit, amata
merah, mata bengkak. Penurunan tajam penglihatan disebabkan terganggunya fungsi
pembiasan cahaya oleh kornea terutama jika lesi terletak ditengah. Fotofobia diakibatkan
kontraksi iris beradang yang sakit. Pada sebagian bsar penyakit kornea terdapat fotofobia
yang berat, fotofobia ringan hanya terdapat pada keratitis herpes karena hipestesi yang
terjadi. Fotofobia merupaka salah satu tanda diagnostic penyakit kornea. Rasa sakit
dikarenakan kornea memiliki banyak serabut nyeri. Rasa sakit ini diperhebat oleh gesekan
palpebra (Terutama palpebra superior) pada kornea dan dapat menetap sampai sembuh.
Discharge biasanya tidak disertai kotoran mata, kecuali pada ulkus bakteri purulen. Pelu juga
ditanyakan adanya riwayat penggunaan lensa kontak, trauma, operasi, luka pada mata dan
adanya penyakit sistemik atau penyakit mata. Serta penggunaan obat-obatan topical pada
mata seperti kortikosteroid. Tingkat keparahan gejala tergantung pada jenis organism
penyebab, kondisi pasien, dan drasi gejala.1,2,5,6,9
Pada pemeriksaan fisik, penurunan tajam penglihatan bergantung pada lokasi ulkus
kornea. Terdapat inflamasi pada palpebra dan konjungtiva. Reaksi konjungtiva biasanya tidak
spesifik. Discharge biasanya tidak disertai kotoran mata kecuali pada ulkus bakteri purulen.
Perlu juga ditanyakan adanya riwayat penggunaan lensa kontak, trauma, operasi atau luka
pada mata dan adanya pemakaian obat obatan seperti kortikosteroid. Tingakt keparahan
gejala tergantung pada jenis organism penyebab, kondisi pasien dan durasi gejala.1,2,5,6,9
Pada pemeriksaan fisik, penurunan tajam penglihatan bergantung pada lokasi ulkus
kornea. Terdapat inflamasi pada palpebra dan konjungtiva. Reaksi konjungtiva biasanya tidak
spesifik. Discharge purulent tampak pada skaus konjungtiva dan diatas perlmukaan ulkus.
Secara khas terdapat pericorneal vascular injection. Infiltrasi stroma menghasilkan kekeruhan
berwarna putih pada kornea. Spasme muskulus siliaris pada inflamasi iris menyebabkan
miosis pupil. Ulkus seringkali berbentuk bulat atau oval dengan batas yang jelas, dasar ulkus
kasar dan berwarna kelabu. 1,2,5,6,9
Pada ulkus aktif dengan pemeriksaan slitlamp akan tampak sejumlah sel atau flare dan
debris pada lapisan prekorneal, menghilangnya epitel kornea di daerah ulkus, edema stroma,
lipatan descement, descemetokel dan perforasi. Juga ditemukan dilatasi pembuluh iris yang
merupakan fenomena reflex yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Gangguan
vaskularisasi iris menimblkan reaksi jaringan uvea berupa hipopion, hypema, dan synechia
posterior dengan pemeriksaan slitlamp dapat di tentukan derajat keparahan ulkus kornea. 1,2,5,6,9
Pada tes fluoresens akan tampak defek epitel kornea yang akan memberikan reaksi
berwarna hijau. Pemeriksaan mikrobiologis sangat berguna untuk menegakan diagnosis
kausa. Pemeriksaan mikrobiologis tersebut meliputi pewarnaan gram, kultur dan test
sensitivitas terhadap antibiotic.1
Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus,
anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat
bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat
dan perlunya obat sistemik.
Penatalaksanaan Ulkus Kornea di Rumah
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4. Berikan analgetik jika nyeri
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang
dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara
yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A,
vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen,
yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc
susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu
badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini
diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
Pengobatan Lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis
harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain
harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,
Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi
sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor
pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat
dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru1,12
Skopolamin sebagai midriatika
Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
tetrakain tetapi jangan sering-sering.
Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus
sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan
juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
o Aminoglikosida, efektif terhadap pseudomonas, streptokokus, dan stafilokokus
o Basitrasin, efektif untuk kokus gram positif, niseria, hemofilus, dan basil gram (+)
o Cefazolin, stafilokokus gram (+)
o Eritromisin, efektif untuk gram (+), niseria, spiroketa, dan hemofilus
o Gentamisin, kokus gram (+),gram (-) basil, dan pseudomonas.
o Kloramfenikol, gram (-) dan (+), klamidia, dan riketsia.
o Penisilin, efektif terhadap streptokokus, neiseria, haemophillus, klebsiella,
stafilokokus, dan actinomices (filamen gram +)
o Polimiksin, pseudomonas, bakteri gram (-) kecuali proteus dan neiseria
o Sefalosporin, stafilookus, streptokokus, dan gram (-) tertentu.
o Sulfonamida kokus dan basil gram (+) dan (-), klamidia, aktinomices, dan
nokardia
o Surbenisilin pseudomonas dan bakteri anaerob
o Tetrasiklin baktri (+) dan (-), klamidia, dan mikoplasma.
o Vancomicin kokus gram (+) dan batang gram (-)6,11
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial
yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :
1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B
1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan
Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti
biotik
Anti Viral
Ulkus kornea viral yang disebabkan herpes virus mungkin membutuhkan anti
viral topikal seperti topikal acyclovir dalam bentuk salep 3% yang diberikan 4 jam
sekali, sedikitnya lima kali sehari.
Selain itu, terapi suportif seperti anti nyeri juga diberikan, termasuk topikal
cycloplegic seperti atropin atau homatropin untuk mendilatasi pupil dan
menghilangkan spasme muskulus siliaris. Ulkus superfisial dapat sembuh kurang dari
satu minggu. Ulkus dalam dan descemetoceles mungkin membutuhkan graft
conjunctiva atau flap conjunctiva, kontek lensa lunak, atau transplantasi kornea.
Nutrisi yang baik, termasuk intake protein dan vitamin C selalu disarankan. Pada
kasus Keratomalacia, dimana ulkus kornea disebabkan oleh defisiensi vitamin A,
suplemen vitamin A peroral atau intramuskular diberikan. 2
Obat yang biasanya menjadi kontraindikasi pada ulkus kornea adalah corticosteroid
topikal dan anesthetic ini tidak boleh diberikan pada tipe ulkus kornea apapun karena
dapat menghalangi proses penyembuhan, mungkin dapat menyebabkan superinfeksi jamur
dan bakteri lainnya dan dapat menyebabkan kondisi semakin parah. 6
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat
menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap
perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih
tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1. Kauterisasi
a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat
b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan
instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada
pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan
perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak
mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap
konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik
menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk
mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan
kembali.
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas
atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-
gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan
:
Iridektomi dari iris yang prolaps
Iris reposisi
Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati
seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi
leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik. 1,11
Gambar 8. Ulkus kornea perforasi,
jaringan iris keluar dan menonjol,
infiltrat pada kornea ditepi perforasi.
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea
yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
KOMPLIKASI
Iridosiklitis toksik : seringkali dikaitkan dengan ulkus kornea yang purulen karena
terjadinya absorbsi toksin dari segmen anterior.
Glaukoma sekunder : timbul karena adanya blok dari eksudat yang fibrinous pada sudut
segmen anterior (inflamatori glaukoma).
Descemetocel : beberapa ulkus disebabkan oleh agen virulen yang menembus kornea
dengan cepat menuju membran descemet, yang dapat menimbulkan resistensi yang hebat,
tetapi karena terdapat tekanan intraokuler, maka terjadi herniasi sebagai vesikel yang
transparan yang disebut dengan descemetocele. Ini adalah tanda dari perforasi yang
mengancam dan sering kali menimbulkan nyeri hebat.
Perforasi ulkus kornea : tekanan tiba-tiba seperti batuk, bersin atau spasme otot
orbikularis dapat membuat perforasi yang mengancam menjadi perforasi yang
sebenarnya. Pada saat terjadi perforasi, nyeri berkurang dan pasien merasakan adanya
cairan hangat (aqueous) yang keluar dari mata. 5
Gambar 9. Keratoplasti
Sekuel dari perforasi ulkus kornea, termasuk Prolaps iris : muncul segera mengikuti
perforasi. Subluksasi atau dislokasi anterior dari lensa dapat muncul karena adanya
peregangan dan ruptur zonula secara tiba-tiba. Anterior capsular katarak : terbentuk saat lensa
dan ulkus terjadi kontak pada saat perforasi pada area pupillary. Fistula kornea : terbentuk
saat perforasi pada area pupillary tidak diikuti oleh iris dan dibatasi oleh epithelium yang
membuat jalan secara cepat. Menimbulkan kehilangan aqueous melalui fistula ini. Uveitis
purulen, endoftalmitis, bahkan panoftalmitis yang berkembang karena penyebaran infeksi
secara intraolkular. Perdarahan intraokuler dalam bentuk perdarahan vitreus atau perdarahan
choroid yang muncul pada beberapa pasien karena terjadinya penurunan tekanan bola mata
secara mendadak. Jaringan parut kornea : merupakan hasil akhir dari penyembuhan ulkus
kornea. Jaringan parut kornea menyebabkan gangguan penglihatan secara permanen mulai
dari penurunan penglihatan ringan sampai dengan buta total. Tergantung pada gambaran
klinis dari ulkus kornea, jaringan parut mungkin dapat seperti nebula, makula, leukoma,
kerectesia (ektatik sikatrik),, leukoma aderen atau staphyloma. 3,5
Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah.
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut. Air pipa tidak boleh digunakan untuk mencuci kontak lensa. Kontak lensa harus
dilepas bila terjadi iritasi dan tidak boleh dipakai lagi sampai mata menjadi normal kembali.
Tidak disarankan menggunakan kontak lensa untuk berenang atau saat di pemandian air
panas. Kontak lensa yang sekali pakai lebih tidak beresiko daripada kontak lensa yang
dipakai sepanjang hari (dipakai berulang kali).
Prognosis
Apabila ulkus kornea segera diterapi, infeksi pada kornea biasanya dapat sembuh,
mungkin bahkan tanpa terjadinya ulkus pada kornea. Bagaimanapun, infeksi yang tidak
diterapi dapat menyebabkan ulkus kornea yang dapat menimbulkan scar atau bahkan
perforasi pada kornea. Masalah lainnya dapat muncul termasuk glaucoma. Pasien dengan
penyakit sistemik dapat menghambat proses peyembuhan (seperti diabetes mellitus atau
rheumatoid arthritis) yang membutuhkan terapi agresif. Semakin lambat terapi yang
diberikan, akan semakin menambah kerusakan yang terjadi dan scar yang lebih luas.
Transplantasi kornea adalah standar terapi yang memiliki kemungkinan keberhasilan yang
besar. 1
Diferensial diagnosis
Keratitis
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun. Keratitis biasanya diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang terkena : yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan bowman dan keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma.2
Epidemiologi
Sekitar 25.000 orang Amerika terkena keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis
bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negara industri yang secara signifikan
lebih sedikit memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis jamur bervariasi sesuai
dengan lokasi geografis dan berkisar dari 2% dari kasus keratitis di New York untuk 35% di
Florida. Spesies Fusarium merupakan penyebab paling umum infeksi jamur kornea di
Amerika Serikat bagian selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan spesies Candida dan
Aspergillus lebih umum di negara-negara utara. secara signifikan lebih sedikit yang berkaitan
dengan infeksi lensa kontak.9
Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
Virus, Bakteri, Jamur, Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari, Iritasi dari penggunaan
berlebihan lensa kontak, Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak
cukupnya pembentukan air mata, Adanya benda asing di mata, Reaksi terhadap obat tetes
mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu, serbuk sari, jamur, atau ragi dan efek
samping obat tertentu.1,2,5
Patofisiologi
Mata yang kaya akan pembuluh darah dapat dipandang sebagai pertahanan
imunologik yang alamiah. Pada proses radang, mula-mula pembuluh darah mengalami
dilatasi, kemudian terjadi kebocoran serum dan elemen darah yang meningkat dan masuk ke
dalam ruang ekstraseluler. Elemen-elemen darah makrofag, leukosit polimorf nuclear.2
limfosit, protein C-reaktif imunoglobulin pada permukaan jaringan yang utuh
membentuk garis pertahanan yang pertama. Karena tidak mengandung vaskularisasi,
mekanisme kornea dimodifikasi oleh pengenalan antigen yang lemah. Keadaan ini dapat
berubah, kalau di kornea terjadi vaskularisasi. Rangsangan untuk vaskularisasi timbul oleh
adanya jaringan nekrosis yang dapat dipengaruhi adanya toksin, protease atau
mikroorganisme. Secara normal kornea yang avaskuler tidak mempunyai pembuluh limfe.
Bila terjadi vaskularisasi terjadi juga pertumbuhan pembuluh limfe dilapisi sel. Reaksi
imunologik di kornea dan konjungtiva kadang-kadang disertai dengan kegiatan imunologik
dalam nodus limfe yang masuk limbus (kornea perifer) dan sklera yang letaknya berdekatan
dapat ikut terkait dalam sindrom iskhemik kornea perifer, suatu kelainan yang jarang terjadi,
tetapi merupakan kelainan yang serius. Patofisiologi keadaan ini tidak jelas, Antigen
cenderung ditahan oleh komponen polisakarida di membrana basalis. Dengan demikian
antigen dilepas dari kornea yang avaskuler, dan dalam waktu lama akan menghasilkan
akumulasi sel-sel yang memiliki kompetensi imunologik di limbus. Sel-sel ini bergerak ke
arah sumber antigen di kornea dan dapat menimbulkan reaksi imun di tepi kornea. Sindrom
iskhemik dapat dimulai oleh berbagai stimuli. Bahwa pada proses imunologik secara
histologik terdapat sel plasma, terutama di konjungtiva yang berdekatan dengan ulkus.
Penemuan sel plasma merupakan petunjuk adanya proses imunologik. Pada keratitis
herpetika yang khronik dan disertai dengan neo-vaskularisasi akan timbul limfosit yang
sensitif terhadap jaringan kornea.2,9
Manifestasi Klinis
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata yang
terinfeksi, penglihatan silau, adanya sekret dan penglihatan menjadi kabur. Pada pemeriksaan
bola mata eksternal ditemukan hiperemis perikornea, blefarospasme, edema kornea, infiltrasi
kornea.4 supervisial ataupun profunda, dapat menyebabkan nyeri dan fotofobia. Nyeri pada
keratitis diperparah degan pergerakan dari palpebral (umunnya palpebral superior) terhadap
kornea dan biasanya menetap hingga terjadi penyembuhan karena kornea bersifat
sebagai jendela mata dan merefraksikan cahaya, lesi kornea sering kali mengakibatkan
penglihatan menjadi kabur, terutama ketika lesinya berada dibagian central.
Daftar Pustaka
1. Ilyas S. Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak. In : Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta : FKUI. 2004. P147-67
2. Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, Eva PR, eds. General Ophtalmology 17 th
ed. USA Appleton Lange; 2008.p.126-493. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga, 2007.h.44
4. James B, Chew C, Bron A. Oftalmologi. Ed.9. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005. H. 18-9, 71, 79-83
5. Khurana, AK. 2007. Comprehensive Opthalmology : Disease Of The Cornea. New
Age Int : New Delhi.
6. Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media Aeuscualpius, Jakarta.
7. Vaughan GD, Asbury T, Eva RP. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya Medika; 2000.h.401-406
8. Nuraeni N. Ulkus Kornea ec Jamur. (http://rumahnyeniaeni.blogspot.com/2010/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html) . diakses tanggal 25 Maret 2013.
9. Lange Gerhard K . Ophtalmology. 2000. New York: Theime.p. 117-4410. Ocampo VVD. Senile cataract. 18 November 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, 10 Maret 2012.
11. Miller, J.W. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal 22
September 2007.
12.