MAKALAH PGM VIT. E.doc
Transcript of MAKALAH PGM VIT. E.doc
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan jaman dewasa ini telah membuat sebagian besar
masyarakat mengalami perubahan pola hidup termasuk diantaranya pola
makan. Dalam hal pola makan, masyarakat cenderung memilih hal-hal yang
bersifat cepat dan instant tanpa memperhatikan efek samping dibalik pola
makan yang tidak tepat. Pola makan yang tidak tepat dapat menyebabkan
munculnya beragam penyakit, seperti kanker, diabetes mellitus,
aterosklerosis, katarak, dan penyakit jantung koroner (PJK). Hernani dan
Rahardjo (2005) menyatakan bahwa keberadaan radikal bebas yang bersifat
sangat reaktif dan tidak stabil dalam tubuh dapat mengakibatkan kerusakan
seluler, jaringan, dan genetik (mutasi). Dunia kedokteran dan kesehatan telah
banyak membahas tentang radikal bebas. Hal ini karena sebagian besar
penyakit diawali dan disebabkan oleh adanya reaksi radikal bebas yang
berlebihan di dalam tubuh. Oleh karena adanya pengaruh radikal bebas yang
tidak baik bagi kesehatan tubuh, maka tubuh memerlukan suatu komponen
penting yang menangkal serangan radikal bebas. Komponen penting yang
mampu menyelamatkan sel-sel tubuh manusia dari bahaya radikal bebas
adalah antioksidan. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa
antioksidan berperan dalam menangkal serangan radikal bebas.
Vitamin E atau tokoferol merupakan zat gizi yang penting dan unik.
Penting, karena vitamin E ini mempunyai sifat antioksidan sehingga zat gizi
ini dapat mencegah atau menghambat terjadinya penyakit degeneratif. Dari
1
berbagai hasil penelitian terbukti bahwa peranan vitamin E sebagai
antioksidan lebih menonjol. Disebut unik, karena vitamin ini dimasukkan
dalam kelompok vitamin, walaupun sebenarnya tidak mempunyai fungsi
sebagai kofaktor untuk mereaksi enzim seperti lazimnya fungsi vitamin
umumnya.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan :
1. Apakah pengertian vitamin E ?
2. Apakah sifat dan fungsi vitamin E ?
3. Berapakah jumlah kebutuhan vitamin E bagi tubuh manusia?
4. Apa sajakah sumber vitamin E ?
5. Bagaimana metabolisme vitamin E dalam tubuh ?
6. Apa sajakah dampak oksidan dan radikal bebas ?
7. Apa pengertian penyakit degeneratif ?
8. Apa sajakah jenis penyakit degeneratif ?
9. Apakah penyebab penyakit degeneratif ?
10. Bagaimana terjadinya proses penuaan ?
11. Apakah hubungan vitamin E dengan penyakit degeneratif dan
antioksidan ?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian vitamin E.
2. Mengetahui sifat dan fungsi vitamin E.
3. Mengetahui berapa jumlah kebutuhan vitamin E bagi tubuh manusia.
2
4. Mengetahui sumber vitamin E.
5. Mengetahui metabolisme vitamin E dalam tubuh.
6. Mengetahui dampak oksidan dan radikal bebas.
7. Mengetahui pengertian penyakit degeneratif.
8. Mengetahui jenis penyakit degeneratif.
9. Mengetahui penyebab penyakit degeneratif.
10. Mengetahui terjadinya proses penuaan.
11. Mengetahui hubungan vitamin E dengan penyakit degeneratif dan
antioksidan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Vitamin E
1. Pengertian Vitamin E
Vitamin E ditemukan pada tahun 1922, oleh Evans dan Bishop,
dengan istilah tokoferol (dari bahasa Yunani, tocos berarti kelahiran anak
dan phero berarti mengasuh). Vitamin E adalah nama umum untuk
semua metil-tokol, jadi istilah tokoferol bekan sinonim dari dari vitamin
E, namun pada praktek sehari-hari, kedua istilah tersebut disinonimkan.
Vitamin E merupakan suatu antioksidan poten yang bekerja pada
membran dengan melepaskan ion hidrogen menjadi radikal tocopheroxyl,
dapat mencegah peroksidasi lipid yang secara efektif melindungi
membran sel termasuk membran sel eritrosit terhadap kerusakan
oksidatif yang mengakibatkan lisis sel, vitamin E dapat mencegah
terjadinya hemolisis, yang kemudian dapat mencegah hiperbilirubinemia
pada neonatus.
Vitamin E merupakan suatu zat antioksidan yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh manusia karena memiliki peranan penting dalam
menjaga keseimbangan sel dari radikal bebas. Dengan kemampuannya
sebagai zat antioksidan, vitamin E dapat mengurangi resiko penyebab
berbagai macam penyakit, seperti jantung, kanker, dan diabetes.
2. Sifat dan Fungsi Vitamin E
Secara fisik vitamin E larut dalam lemak. Vitamin ini tidak dapat
disintesa oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan maupun
4
suplemen. Selain tokoferol, tokotrienol juga merupakan nama lain daaari
vitamin E. Tokoferol dan tokotrienol dikenal mempunyai aktifitas
biologis vitamin E.
Terdapat enam jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta),
ρ (eta), λ (zeta), yang memiliki aktivitas bervariasi, sehingga nilai
vitamin E dari suatu bahan pangan didasarkan pada jumlah dari aktivitas-
aktivitas tersebut. Tokoferol yang mempunyai biopotensi terbesar dan
menunjukan aktivitas biologis vitamin E yang asli adalah tokoferol alfa.
Fungsi metabolik vitamin E dalam tubuh antara lain :
a. sebagai antioksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan
oksidasi, menangkap radikal bebas yang sangat reaktif, dan
melindungi sel dari kerusakan.
b. menstimulasi respon imunologi. Kemampuan peningkatan imunologi
terlihat dalam peningkatan kekebalan tubuh. Dari beberapa
penelitian mengemukakan, bahwa kejadian infeksi akan berkurang
bilamana kadar vitamin E dalam tubuh meningkat.
c. dalam pernapasan jaringan normal, berperan membantu fungsi
sistem sitokrom oksidase atau untuk melindungi susunan lipida di
dalam mitokondria dari kerusakan oksidasi.
d. dalam sintesis vitamin C.
e. menghambat konversi nitrit dalam asap rokok menjadi nitrosamin
(promotor tumor kanker yang berbahaya) dalam perut.
f. memelihara stabilitas jaringan ikat di dalam sel, misalnya menjaga
integritas serat elastin antara dermis dan kolagen, sehingga
5
kelenturan dan kekenyalan kulit tetap terjaga. Kombinasi
penggunaan vitamin E baik secara oral maupun topikal dapat
menjaga elastisitas kulit, mencegah timbulnya keriput dan penuaan
dini, serta menjaga pigmentasi kulit.
g. sebagai UV protection untuk melindungi kulit dari bahaya sinar
matahari yang dapat menyebabkan penuaan dini.
h. sebagai anti inflamasi yang dapat mencegah kerusakan kulit karena
UVL.
i. sebagai pelembab kulit yang dapat mempertahankan ikatan air di
dalam kulit dan melindungi lipid atau lipoprotein yang terdapat
dalam membran sel.
j. sebagai microcirculation yang mengatur cairan di dalam vena atau
arteri dan sirkulasi peripheral yang menjaga stabilitas membran sel.
Tokoferol merupakan antioksidan terpilih pada preparat
perlindungan kulit. Manfaat vitamin E bagi kulit selain yang telah
disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
a. meremajakan kulit dengan memperpanjang usia sel-sel kulit.
b. membantu mengatifkan kembali regenerasi sel-sel kulit.
c. mencegah terjadinya bekas luka yang dalam (dalam pemberian
vitamin E secara topikal dapat langsung diserap oleh kulit).
d. mempercepat pemulihan luka bakar.
e. mengangkat radikal-radikal bebas yang ada pada kulit, radikal-
radikal bebas dapat menyebabkan akumulasi (penumpukan sisa-sisa
6
partikel yang seharusnya dikeluarkan) yang menyebabkan kerusakan
pada sel kulit.
f. melindungi kulit dari zat-zat beracun seperti asap rokok, polusi udara
dan lain-lain.
g. berfungsi sebagai tabir surya (melindungi kulit dari kerusakan yang
disebabkan oleh sinar matahari).
3. Jumlah Kebutahan Vitamin E
Jumlah vitamin E yang dikonsumsi berdasarkan RDA
(Recommended Dietary Allowances) Amerika tahun 1973 adalah 30
Satuan Internasional (SI) untuk orang dewasa. Kemudian angka ini direvisi
tahun 1989 menjadi lebih rendah, yaitu 15 SI untuk dewasa laki-laki dan
12 SI untuk dewasa wanita.
Untuk mendapatkan jumlah vitamin E yang memenuhi angka
kecukupan tersebut dapat diperoleh dari bahan makanan yang banyak
mengandung vitamin E. Sumber-sumber makanan yang kaya akan vitamin
E antara lain minyak tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, kacang-kacangan dan
telur. Minyak kecambah tercatat sebagai sumber vitamin E yang paling
kaya.
Pada umumnya vitamin E dianggap sebagai bahan yang cukup aman
dan hanya sedikit peringatan yang pernah kita dengar tentang bahaya
kelebihan dosis vitamin ini. Bagi orang dewasa mungkin ini cukup
beralasan, tetapi batasan jumah vitamin yang dapat dikonsumsi secara
aman masih meragukan. Pada bayi prematur telah dilaporkan adanya kasus
7
bahaya kelebihan dosis vitamin E, yang mungkin disebabkan oleh
gangguan pada aksi sel-sel sistem imun terhadap infeksi.
Karena aksi oksidasi dari radikal bebas adalah bagian yang perlu dari
fungsi tubuh, baik untuk penghancuran bakteri maupun untuk tujuan
penting lainnya, cukup masuk akal untuk dikatakan bahwa gangguan yang
tidak perlu, melalui dosis yang berlebihan dari antioksidan (misalnya
vitamin E), akan membahayakan. Berbuat demikian sama halnya dengan
misalnya meningkatkan risiko infeksi. Tidak ada substansi dengan manfaat
medis besar yang tidak mempunyai efek samping yang tidak diinginkan.
Ini adalah kenyataan di bidang kedokteran yang tidak boleh dilupakan.
Seperti banyak substansi lain, vitamin E diperlukan untuk kehidupan
dan kesehatan. Tetapi seperti banyak bahan lain, demi keamanan
jumlahnya didalam tubuh harus berada dalam batasan yang ketat.
Sebenarnya sumber vitamin E ini cukup banyak. Selama ransum
dibuat dari bahan-bahan makanan sumber nabati dan hewani, kandungan
ransum vitamin E sudah cukup. Tetapi kekurangan vitamin E dapat saja
terjadi akibat proses penyimpanan, karena vitamin E ini bersifat sangat
tidak stabil, yaitu mudah dioksidasi oleh oksigen dari udara. Itulah
sebabnya ransum biasanya dilengkapi dengan bahan penstabil yang
biasanya terdapat dalam campuran vitamin mineral pelengkap buatan
pabrik. Kekurangan secara insidentil dapat diatasi melalui pemberian air
minum.
4. Sumber Vitamin E
Makanan yang banyak mengandung Vitamin E :
8
a. Almond
Almond adalah salah satu sumber vitamin E alami terkaya. Satu porsi
100 gram almond menyediakan 26,2 miligram vitamin E. Meskipun
dianjurkan untuk mengkonsumsi almond dalam keadaan mentah,
namun Anda dapat mengambilnya dalam bentuk minyak almond atau
susu almond.
b. Biji-bijian
Biji wijen, biji labu atau biji bunga matahari merupakan sumber
vitamin E yang yang sangat baik. Hanya ¼ cangkir biji bunga
matahari akan memberikan Anda 90,5 % dari kebutuhan vitamin E
harian Anda.
c. Slada swiss (Swiss chard)
Sayuran berdaun hijau banyak mengandung beberapa vitamin penting,
termasuk vitamin E. Swiss chard menawarkan hampir 17 % dari
kebutuhan harian yang direkomendasikan.
d. Mustard Greens
Sama seperti Swiss chard, mustard greens adalah sayuran yang sangat
bergizi. Sayuran yang mirip sawi atau kailan ini kaya akan vitamin E,
Folat, vitamin A , C , dan K.
e. Bayam
Selain terkenal akan zat besinya, bayam juga sarat dengan vitamin E,
Antioksidan, dan banyak nutrisi penting lain seperti kalsium dan folat.
f. Turnip hijau
9
Sama seperti sayuran berdaun lainnya diatas, hanya 1 cangkir Turnip
hijau akan memberikan Anda dengan banyak vitamin E , A , C, dan
sama folat.
g. Kale
Kale adalah salah satu sayuran yang banyak mengandung vitamin E.
Mengkonsumsi satu cangkir kale rebus setiap hari akan memberikan
Anda 6 % dari kebutuhan harian vitamin E.
h. Minyak nabati
Vitamin E juga banyak terdapat dalam minyak biji-bijian. Wheat germ
oil adalah minyak nabati yang memiliki vitamin E tertinggi. Minyak
bunga matahari adalah alternatif lain yang banyak menyediakan
vitamin ini. Hemp Seed, minyak Kelapa, minyak zaitun juga kaya
vitamin E.
i. Hazelnut
Hazelnut (sejenis kemiri) banyak mengandung vitamin E, serta nutrisi
bermanfaat lainnya seperti vitamin B. Anda juga bisa memakan
kacang ini yang dalam bentuk produk tertentu.
j. Kacang pinus (pine nuts)
Kacang pinus merupakan kacang impor yang banyak mengandung
vitamin E. Satu ons kacang pinus ini mengandung 2,6 miligram
vitamin E.
k. Alpukat
10
Ini adalah sumber tinggi vitamin E yang paling banyak disuka, serta
lezat, harganya juga terjangkau. Hanya setengah buah alpukat secara
alami menyediakan lebih dari 2 miligram vitamin E. Sayangnya buah
lezat dan sangat bergizi ini tergantung musim.
l. Brokoli
Brokoli menduduki peringkat atas sebagai sayuran yang paling bergizi
didunia. Selain itu, sayuran ini juga dikenal sebagai makanan
pendetoks tubuh yang baik dan sumber tinggi vitamin E. Satu cangkir
brokoli menawarkan vitamin ini sekitar 4 % dari kebutuhan harian
Anda.
m. Peterseli
Peterseli juga cukup mengandung Vitamin E untuk melengkapi
kebutuhan harian Anda. Meskipun peterseli yang segar yang lebih
baik, Anda juga bisa menggunakan dalam bentuk kering yang banyak
tersedia di pasar.
n. Pepaya
Pepaya yang sangat lezat ini juga merupakan salah satu buah sumber
vitamin E dan juga kaya vitamin C. Satu buah pepaya segar bisa
memenuhi kebutuhan vitamin E harian Anda sebesar 17 %.
o. Zaitun
Buah atau minyak zaitun adalah sumber yang bagus untuk
mendapatkan vitamin E harian Anda. Anda bisa menambahkannya
untuk salad, pasta atau makan roti .
p. Aprikot Kering
11
Buah aprikot kering umumnya dimakan sebagai camilan, dan juga
mengandung banyak nutrisi seperti serat dan vitamin E. Anda juga
dapat memadukannya ke dalam salad buah.
q. Gandum
Gandum juga merupakan bahan makanan yang kaya akan vitamin E.
Walaupun ahli gizi mengatakan bahwa gandum olahan sering
kekurangan nutrisi penting akibat pemrosesan, namun masih
merupakan sumber yang kaya vitamin E .
r. Paprika merah
Paprika terutama yang berwarna merah adalah sumber vitamin C dan
antioksidan yang cukup baik, termasuk vitamin E di dalamnya.
s. Margarin
Margarin yang mengandung minyak jagung menawarkan 8 mg
vitamin E persendok makan. Pastikan membeli margarin yang
mengandung unsur minyak jagung .perlu diingat, margarin juga
tinggi lemak dan dapat menyebabkan obesitas jika dikonsumsi
berlebihan.
t. Buah Kiwi dan Mangga
Kedua buah ini adalah sumber penting untuk meningkatkan asupan
vitamin E Anda. Setengah cangkir irisan mangga menyediakan 0,7 mg
vitamin E, sementara kiwi berukuran sedang mengandung 1,1 mg
vitamin ini.
u. Pistachio dan Selai Kacang
12
Pistachio adalah camilan yang baik untuk mendapatkan vitamin E.
Selai kacang juga merupakan sumber yang cukup baik, yaitu
mengandung sekitar 2,5 mg/2 sdm vitamin E.
v. Cabai merah
Bumbu seperti cabai merah dan paprika tidak hanya menyedapkan
masakan Anda, tetapi juga menambahkannya asupan vitamin E dan
antioksidan. Satu sdm bubuk cabai merah atau paprika menyediakan
2,1 mg vitamin E.
w. Tomat
Tomat adalah salah satu buah sayuran yang bisa digunakan dalam
bentuk apapun ke dalam makanan kita. Umumnya mengandung
vitamin E, C, zat besi dan serat. Satu buah tomat berukuran sedang
diketahui mengandung 0,7 mg vitamin E .
x. Masih banyak makanan yang mengandung vitamin E, termasuk
daging tanpa lemak, produk susu, telur, jagung, ubi jalar, selada,
kubis, sereal dan minyak ikan cod.
Tabel ini menunjukkan kadar vitamin E dari berbagai bahan makanan :
Bahan makanan (100 mg) Kandungan Vitamin E (IU)
Minyak dan lemak
Minyak kecambah
Minyak bunga matahari
Minyak kacang
Margarin lunak
Mayonaise
177,97
72,56
28,19
20,66
19,32
13
Margarin keras
Minyak kacang kedelai
Mentega
Biji-bijian dan produknya
Kecambah
Beras merah rebus
Roti-roti putih
Beras putih rebus
Kacang-kacangan
Kacang bakar kering
Peanut butter
Daging, ikan, telur dan susu
Hati, rebus
Udang, beku, bakar
Ayam goreng
Telur
Susu fullcream
Buah-buahan
Apel segar
Pisang segar
Strawberi segar
Sayuran
Asparagus
Bayam segar
16,01
19,80
3,22
17,36
2,01
0,80
0,13
10,73
9,24
0,94
0,89
0,86
0,69
0,06
0,46
0,33
0,19
2,68
2,67
14
Brokoli segar
Kentang bakar
0,69
0,05
5. Metabolisme Vitamin E
Vitamin E terdiri atas 2 kelas substansi aktif biologis yaitu tokoferol
dan tokotrienol, dimana yang terpenting adalah a-tokoferol. Struktur kimia
vitamin E terdiri atas rantai samping gugus merupakan nukleus methylated
6-chromanol (3,4-dihydro-2H-1-benzopyran-6-ol), kemudian 3 unit
isoprenoid, dan ikatan ester atau hidroksil bebas pada C-6 dari nukleus
chromanol.
Seperti vitamin larut lemak yang lain, vitamin E diabsorbsi di usus
halus secara difusi, absorbsinya tergantung adanya lemak dalam diet,
fungsi kelenjar biliar dan pankreas yang baik. Vitamin E tidak mempunyai
protein pembawa yang spesifik dalam plasma, vitamin E yang terabsorbsi
bergabung ke dalam kilomikron, yang secara cepat berpindah ke
lipoprotein plasma dimana dia terikat tidak spesifik.
Vitamin E ditangkap oleh hepar dan bergabung dengan Very Low
Density Lipoprotein (VLDL), lebih banyak dalam bentuk a-tokoferol
dibanding bentuk yang lain, untuk kemudian disekresikan kembali.
Sebagian besar sisa VLDL kaya trigliserida akan kembali ke hepar,
sebagian lagi berubah oleh lipoprotein lipase menjadi Low Density
Lipoprotein (LDL). Selama proses ini vitamin E juga secara spontan
berpindah ke lipoprotein densitas tinggi (High Density Lipoprotein/HDL).
Tokoferol plasma lebih banyak didistribusikan oleh LDL dan HDL.
Transpor vitamin E oleh polyunsaturated lipids menjamin perlindungan
15
lipid tersebut terhadap radikal bebas, kadar tokoferol yang bersirkulasi
cenderung sesuai dengan kadar total lipid dan kolesterol.
Masuknya vitamin E ke dalam sel dapat terjadi melalui proses
mediasi reseptor (LDL membawa vitamin ini ke dalam sel) atau melalui
proses yang dibantu oleh lipoprotein lipase dimana vitamin E dilepaskan
dari kilomikron dan VLDL. Di dalam sel, transpor intraseluler dari
tokoferol membutuhkan protein pengikat tokoferol intraseluler. Vitamin E
pada sebagian besar sel-sel non adiposa terdapat pada membran sel dimana
dapat dimobilisasi.
B. Oksidan dan Radikal Bebas
Oksidan adalah senyawa penerima elektron (electron acceptor), yaitu
senyawa-senyawa yang dapat menarik elektron. Oksidan dapat mengganggu
integritas sel karena dapat bereaksi dengan komponen-kompenen sel yang
penting untuk mempertahankan kehidupan sel, baik komponen struktural
(misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun komponen-
komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA). Oksidan berasal
dari berbagai sumber : dari tubuh sendiri, yang berasal dari proses-proses
biologik normal (fisiologis) oleh suatu sebab terdapat dalam jumlah besar,
dari proses-proses peradangan, dari luar tubuh (obat-obatan dan senyawa
pencemar), dan dari akibat radiasi dapat menimbulkan kerusakan sel dan
menjadi penyebab atau mendasari berbagai keadaan patologis seperti
penyakit kardiovaskuler, penyakit respiratorik, gangguan sistem kekebalan,
karsinogenesis, bahkan diperkirakan ikut berperan dalam proses penuaan
16
(aging). Pembentukan oksidan atau radikal bebas yang melebihi antioxidant
defences capacity menyebabkan kerusakan oksidatif dan meningkatkan SOR.
SOR adalah metabolit oksigen utama yang dihasilkan melalui reduksi
satu elektron, yang terdiri dari hidrogen peroksida, radikal peroksil, radikal
bebas hidroksil, ion superoksida, dan singlet oksigen. Diantara senyawa
oksigen reaktif ini yang paling berbahaya adalah OH- mempunyai reaktifitas
tinggi, dapat merusak 3 jenis senyawa yang penting untuk mempertahankan
integritas sel, yaitu: asam lemak, khususnya asam lemak tak jenuh yang
merupakan komponen penting fosfolipid penyusun membran sel, DNA, dan
protein, yang memegang berbagai peran penting seperti enzim.
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang
memiliki elektron yang tak berpasangan (unpaired electron), yang cenderung
untuk membentuk pasangan dengan menarik elektron dari senyawa lain
sehingga terbentuk radikal baru. Radikal bebas mempunyai sifat reaktifitas
tinggi, karena kecenderungan menarik elektron, serta dapat mengubah suatu
molekul menjadi suatu radikal. Karena kecenderungannya untuk menarik
elektron, maka sama halnya dengan oksidan, radikal bebas adalah penerima
elektron. Karena itu radikal bebas digolongkan dalam oksidan, tetapi tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas.
Radikal bebas cenderung membentuk radikal yang baru lagi apabila
menjumpai molekul lain, sehingga terjadi reaksi rantai (chain reaction) dan
bersifat merusak. Daya perusak radikal bebas jauh lebih besar dibandingkan
dengan oksidan biasa. Reaksi rantai tersebut baru berhenti apabila radikal
tersebut dapat diredam. Karena reaktifitasnya yang tinggi, radikal bebas tidak
17
stabil dan berumur pendek, walaupun begitu ada beberapa jenis radikal bebas
yang relatif stabil, salah satunya adalah vitamin E, dimana hal ini
berhubungan struktur molekul yang memungkinkan terjadi resonansi, radikal
vitamin E tidak terlalu reaktif, sehingga dapat berfungsi sebagai peredam
(quencher).
Dampak oksidan dan radikal bebas :
1. Dampak pada membran sel
Pembentukan oksidan/radikal bebas yang melebihi antioxidant
defences capacity menyebabkan kerusakan oksidatif, menimbulkan SOR,
merusak komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan
integritas dan kehidupan sel. Komponen terpenting membran sel adalah
fosfolipid, glikolipid, dan kolesterol. Dua komponen pertama mengandung
asam lemak tak jenuh (asam linoleat, linolenat dan arakhidonat) yang
sangat rawan terhadap serangan radikal, terutama radikal hidroksil,
menyebabkan reaksi rantai yang dikenal dengan peroksidasi lipid (lipid
peroxidation), berdampak terputusnya rantai asam lemak menjadi berbagai
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel, antara lain aldehida, seperti
malondialdehyde (MDA), 9-hidroksi-nonenal serta bermacam-macam
hidrokarbon seperti etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Dapat pula terjadi
ikatan silang (cross-linking) antara dua rantai asam lemak atau antara asam
lemak dan rantai peptida (protein) yang timbul karena reaksi dua radikal.
Hal-hal tersebut menyebabkan kerusakan parah membran sel tak terkecuali
membran eritrosit.
18
Oksidan akan merubah hemoglobin dari eritrosit menjadi met
hemoglobin (met Hb) yang akhirnya mengalami denaturasi dan presipitasi
dalam sel eritrosit yang dikenal sebagai badan Heinz, berakibat penurunan
deformabilitas eritrosit sehingga tidak dapat melalui sinusoid limpa,
terperangkap dan dihancurkan di dalamnya (hemolisis ekstravaskuler).
Oksidan bereaksi juga dengan protein dan lipid membran sel,
menyebabkan perubahan deformabilitas sehingga sel mudah hancur
(hemolisis intravaskuler).
2. Dampak pada DNA
Perubahan pada DNA antara lain berupa: hidroksilasi basa timin dan
sitosin, pembukaan inti purin dan pirimidin serta terputusnya rantai
fosfodiester. Bila kerusakannya tidak terlalu parah maka masih bisa
diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA (DNA repair system), namun
apabila kerusakan parah misalnya rantai terputus-putus di berbagai tempat,
maka kerusakan tersebut tak dapat diperbaiki dan replikasi sel terganggu
menimbulkan mutasi DNA.
3. Dampak pada protein
Oksidan dapat merusak protein karena dapat mengadakan reaksi
dengan asam amino penyusun protein, diantaranya yang paling rawan
adalah sistein. Sistein mengandung gugusan sulfhidril (SH) yang paling
peka terhadap radikal bebas seperti radikal OH- membentuk ikatan
disulfida (-S-S-) sehingga kehilangan fungsi biologisnya.
19
C. Penyakit Degeneratif
1. Pengertian
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
264 tahun 2010, penyakit degeneratif adalah kelompok penyakit yang
terjadi karena bertambahnya usia dan terjadinya kemunduran fungsi organ
atau jaringan yang pada umumnya terjadi pada usia tua. Penyakit
degeneratif merupakan istilah yang secara medis digunakan untuk
menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa
sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan
yang lebih buruk.
Degeneratif merupakan proses berkurangnya fungsi sel saraf secara
bertahap tanpa sebab yang diketahui. Kondisi ini berakibat pada sel saraf
yang sebelumnya berfungsi normal menjadi lebih buruk sehingga tak
berfungsi sama sekali. Penyakit seperti itu menunjukkan adanya
penurunan daya tahan sel saraf dan mengakibatkan kematian sel lebih
cepat.
2. Jenis-jenis Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif sangat banyak jenisnya. Berbagai referensi
menyebutkan lebih dari 50 jenis penyakit degeneratif. Berikut adalah
beberapa jenis penyakit degeneratif yang akan kami bahas pada makalah
ini:
a. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Koroner adalah arteri-arteri yang melingkari jantung seperti
mahkota (crown/coroner) yang berfungsi menyuplai nutrisi dan
20
oksigen bagi otot jantung. Penyakit ini timbul jika 1 atau lebih arteri
koroner mengalami penyempitan akibat penumpukan kolesterol dan
komponen lain (pembentukan plak) pada dinding pembuluh darah
(aterosklerosis). Akibat aliran darah terganggu, maka akan timbul
nyeri atau rasa tidak nyaman di dada (angina), terutama selama
olahraga dimana otot jantung banyak membutuhkan oksigen. Proses
aterosklerosis dapat mulai terbentuk mulai usia anak-anak, sehingga
pencegahan penyakit ini harus diperhatikan sejak dini. Tanda-tanda
awal penyakit jantung koroner antara lain adalah hipertensi dan
kolesterol tinggi.
b. Osteoporosis
Kalsium merupakan unsur pembentuk tulang dan gigi. Maka,
agar kepadatan tulang terus terjaga, penting untuk mengkonsumsi
kalsium yang banyak terdapat dalam susu. Sayangnya, seiring
bertambahnya usia, kemampuan untuk menyerap kalsium semakin
berkurang. Maka, sebaiknya membiasakan diri untuk minum susu
setiap hari sejak usia dini. Karena penyebab osteoporosis adalah
kurangnya asupan kalsium pada usia muda.
c. Penyakit Diabetes Mellitus (DM)
Diantara penyakit degeneratif, diabetes mellitus (DM) adalah
salah satu di antara penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya di masa datang. WHO menaksir bahwa lebih dari 180 juta
orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes melitus.
Diperkirakan 1,1 juta orang-orang meninggal akibat diabetes pada
21
tahun 2005. Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara-negara
yang mengalami peningkatan kemakmuran akibat dari peningkatan
pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota
besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus.
Hampir separuh kematian diabetes terjadi pada penduduk yang berusia
di bawah 70 tahun, 55% diantaranya adalah wanita. Terdapat dua jenis
penyakit diabetes melitus, yaitu:
1) Diabetes melitus tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus) yaitu
kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas. Kondisi ini
hanya bisa diobati dengan pemberian insulin.
2) Diabetes melitus tipe-2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus)
yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk berespons
dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas
(resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang
normal dalam darah. Diabetes melitus tipe-2 ini lebih banyak
ditemukan dan diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus
diabetes di seluruh dunia.
d. Kanker
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Pertumbuhan
sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal ini terjadi karena adanya
radikal bebas dalam tubuh yang berasal dari lingkungan sekitar yang
tidak sehat, seperti asap rokok, serta polusi udara yang dihasilkan
industri dan kendaraan. Sel-sel kanker akan berkembang dengan
22
cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya
menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar
melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta
syaraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan
membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak.
Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak
memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang
disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak
jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya.
e. Asam Urat
Yang dimaksud dengan asam urat adalah sisa metabolisme zat
purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga
merupakan hasil samping dari pemecahan sel dalam darah.
Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan
makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain,
dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita
memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah
ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat
purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang
terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu.
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui
feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu
mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat
dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat
23
adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang
mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan
terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau
bengkak.
Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat
dapat diobati sehingga kadar asam urat dalam tubuhnya kembali
normal. Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi penumpukan asam
urat, maka disarankan agar mengontrol makanan yang dikonsumsi
sehingga dapat menghindari makanan yang banyak mengandung
purin.
Gejala Asam Urat:
a. Kesemutan dan linu
b. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
c. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan,
panas dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.
3. Penyebab Umum Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif dapat disebabkan oleh fungsi atau struktur dari
jaringan atau organ yang terkena mengalami perubahan lebih buruk dari
waktu ke waktu. Faktor-faktor penyebab penyakit degeneratif sudah
banyak dimiliki oleh masyarakat usia produktif (30-40 tahun).
Pencetusnya adalah karena keturunan, lingkungan, mutasi gen, usia tua,
pola makan dan gaya hidup. Selain itu, kumpulan efek gaya hidup,
termasuk stres, perkembangan industri makanan dan minuman, polusi
udara dan faktor lingkungan yang terakumulasi selama bertahun-tahun,
24
berkembang menjadi penyakit peradaban. Unsur bebas dari radikal bebas
diluaran menyebabkan penyakit degeneratif mudah berkembang. Faktor
makanan dan gaya hidup juga sering dituding sebagai penyebab tingginya
kasus penyakit degeneratif di Indonesia.
D. Proses Penuaan
Proses menua atau aging merupakan proses biologis yang terjadi secara
alami dan mengenai semua makhluk hidup, meliputi seluruh organ tubuh
seperti jantung, paru, otak, ginjal, termasuk kulit. Dimulai setelah usia 40
tahun walaupun yang dikelompokkan sebagai manula (manusia usia lanjut)
adalah mereka yang berusia lebih dari 55 tahun atau bahkan 65 tahun.
Menjadi tua dan kemudian diakhiri dengan kematian adalah hal yang
sudah pasti, walaupun mati itu sendiri dapat terjadi pada usia muda, anak
bahkan bayi. Penampakan kulit yang sehat dan terlihat “muda” (awet muda)
merupakan harapan dan dambaan setiap orang khususnya kaum perempuan.
Kapan mulainya usia tua, tidak sama pada setiap orang. Pada orang-
orang tertentu terjadi sesuai usia (kronologis), tetapi pada sebagian orang
proses menua kulit terjadi lebih awal atau disebut penuaan dini (premature
aging). Penuaan kulit terjadi karena dua proses yang saling berkaitan, yaitu :
1. Proses menua intrinsik atau proses menua sejati, terjadi oleh karena
berlangsung alamiah, fisiologis, dari dalam tubuh sendiri. Perubahan
kulit menyeluruh sejalan dengan bertambahnya usia dan proses ini tidak
dapat dihindari.
25
2. Proses menua ekstrinsik terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh
atau faktor lingkungan seperti sinar matahari, kelembaban udara dan
iklim yang dapat mempercepat proses.
Berbagai teori tentang terjadinya proses penuaan telah dikemukakan
oleh pakar aging, mulai dari mutasi gena, teori telomerase, teori redundant
DNA, kematian sel, radikal bebas dan teori neuroendokrin (Klatz &
Goldman). Pinsipnya teori-teori tersebut mengemukakan terjadi kerusakan
atau keausan (wada tingkat organ maupun sampai sel dan subsel yang
dikontrol oleh gen pengaruhi faktor faktor dalam tubuh seperti hormonal,
sistem imun dan faktor perti radikal bebas. Banyak faktor yang
mempengaruhi proses menua kulit yaitu :
1. Faktor internal:
a. Keturunan (genetik), seperti terlihat pada orang tertentu yang
cenderung mempunyai jenis kulit kering dan mengalami penuaan
lebih awal. Beberapa penelitian di Jepang membuktikan kerutan kulit
muka, timbulnya uban dipengaruhi oleh faktor genetik.
b. Ras, manusia terdiri dari bermacam-macam ras seperti Negroid,
Mongoloid, Kaukasia, Polinesia dengan struktur kulit yang berbeda,
terutama pigmen melanin yang mempengaruhi warna kulit suatu ras
(Skin Phototypes). Ras kulit putih lebih mudah terbakar matahari,
lebih mudah terjadi kulit menua dini, maupun terjadinya pra kanker
atau kanker kulit dibanding kulit berwarna.
c. Hormonal, pengaruh hormon erat hubungannya dengan usia, terlihat
jelas pada wanita yang memasuki masa klimakterium atau menopause,
26
fungsi indung telur (ovarium) menurun sehingga estrogen yang di
produksi berkurang. Fungsi estrogen menyebabkan timbulnya tanda-
tanda seks sekunder pada masa puber, seperti pertumbuhan payudara,
sel epitel vagina, kulit (menjadi halus), dan mengatur siklus mentruasi
serta sifat kewanitaan lain. Bila produksi menurun maka fungsi akan
menurun pula, yang berakibat pengecilan payudara, atrofi sel epitel
vagina, kulit menjadi tidak halus, elastisitas berkurang, menjadi kering
dsb.
d. Penyakit sistemik, kronis seperti diabetes, kanker, penyakit autoimun
dan lain-lain dapat memudahkan terjadinya proses menua dini.
e. Keadaan umum yang buruk atau malnutrisi, kekurangan protein dan
vitamin menyebabkan reaksi biologik tubuh terganggu sehingga
proses menua terjadi lebih cepat.
2. Faktor eksternal yaitu :
a. Pengaruh sinar matahari (sinar surya = SS)
Radiasi sinar matahari merupakan faktor paling utama, dan
penuaan oleh karena paparan SS disebut photoaging. Keadaan ini
dianggap patologis karena terjadi kerusakan jaringan akibat paparan
sinar matahari (photodamage). Pada daerah yang sering terkena
terutama wajah, leher dan punggung tangan photoaging memperberat
(superimposed) terjadinya penuaan fisiologik. Jadi perubahan yang
tampak adalah kombinasi proses penuaan ekstrinsik maupun intrinsik.
Dikatakan 80 % penuaan pada wajah merupakan tanda photoaging,
walaupun faktor seperti merokok, alkohol, stres dan lain lainnya
27
berperan pula pada proses timbulnya kerut wajah dini (Uitto, 1997).
Efek berbahaya sinar UVA dan UVB pada kulit adalah terjadinya
kerusakan sel, jaringan dan enzim-enzim tertentu oleh karena
pembentukan radikal bebas. Selain itu juga terjadi kerusakan DNA,
yaitu molekul yang merupakan perangkat genetik sehingga terjadi
pertumbuhan tumor akibat mutasi gen.
b. Pengaruh radikal bebas
Radikal bebas merupakan senyawa atom atau molekul yang
memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil,
bersifat menarik elektron lain dan sangat reaktif. Senyawa ini dapat
menimbulkan terjadinya kerusakan sel dan menjadi penyebab
berbagai keadaan patologis seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit
saluran nafas, penyakit saluran pencernakan, ginjal, pertumbuhan
kanker dan dicurigai ikut berperan dalam proses penuaan (aging).
Pembentukan radikal bebas dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain pajanan sinar ultra violet, radiasi sinar-X, polusi
udara yang berasal dari asap mobil, gas N2O dari pabrik, freon, asap
rokok, pajanan bahan kimia dari luar maupun dari dalam (obat obatan,
bahan tambahan makanan seperti pengawet, pewarna, pelezat dan lain
lain), makanan dengan tinggi karbohidrat dan kalori, bahan yang
berasal dari dalam tubuh sendiri, yaitu senyawa yang terdapat dalam
jumlah berlebihan atau yang berasal dari proses peradangan.
c. Pengaruh kekeringan kulit
28
Kekeringan kulit biasanya oleh karena cara merawat kulit salah,
antara lain menggunakan kosmetik yang tidak sesuai dengan kondisi
kulit dan lingkungan pemakai, seperti terlalu sering memakai sabun
atau pembersih berkadar alkohol tinggi pada jenis kulit yang normal.
Kelembaban udara yang rendah seperti di daerah pegunungan atau
dataran tinggi, ruang berAC, paparan angin, suhu dingin atau panas,
akan mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi kering.
d. Faktor lain
Keadaan gizi yang buruk, kekurangan protein, vitamin,
kebiasaan merokok, minuman keras, kopi yang berlebihan, sering
mengalami stress, penurunan berat badan yang terlalu cepat,
penggunaan otot otot muka yang tak diperlukan dan berlebihan (suka
cemberut, mengerutkan kening, berkedip-kedip waktu bicara )
merupakan fak lain yang dapat mempercepat terjadinya proses
penuaan.
Proses menua menyebabkan perubahan fisiologik kulit yang dapat
terlihat tandanya terutama pada wajah, ini dapat dipakai sebagai tanda klinis
penuaan, yaitu :
1. Kulit kering, karena menurunnya fungsi/aktifitas kelenjar minyak, kelenjar
keringat dan hormon estrogen serta terjadinya penguapan air yang
berlebihan. Jumlah kelenjar keringat aktif juga menurun sehingga produksi
keringat berkurang.
2. Permukaan kulit kasar dan bersisik, karena lapisan tanduk mudah lepas
dan ada kecenderungan sel sel mati untuk saling melekat di permukaan.
29
Selain itu terjadi kelainan proses keratinisasi dan perubahan ukuran serta
bentuk sel lapisan tanduk, sebagian berkelompok dan mudah lepas
sehingga terlihat sebagai sisik yang kasar.
3. Timbul keriput (wrinkles), awalnya keriput halus dibawah mata, lebih
lanjut keriput kasar yang tidak menghilang sewaktu kulit diregangkan.
Kulit menjadi kendor, menggelantung disertai kerutan dan garis-garis kulit
lebih jelas. Keadaan ini disebabkan perubahan-perubahan faktor penunjang
kulit, antara lain sel pembentuk serat kologen berkurang, yang
menyebabkan pembentukan serat kolagen baru atau penggantian kolagen
yang tua menjadi lambat, serat elastin lebih mengeras dan menebal
sehinggga daya kenyalnya berkurang serta kulit menjadi kurang lentur,
tak dapat tegang. Selain itu terjadi proses menua pada tulang dan otot
menjadi kecil (atrofi) serta jaringan lemak bawah kulit menipis, kehilangan
daya kenyalnya. Faktor lain adalah pengaruh kontraksi otot mimik yang
tidak diikuti kontraksi kulit yang sesuai sehingga terlihat alur alur keriput
didaerah wajah.
4. Bercak pigmentasi yang tidak merata di permukaan kulit karena perubahan
distribusi melanin dan menurunnya fungsi serta prolifrasi melanosit,
sehingga pengumpulan pigmen melanin tidak teratur. Pigmentasi yang
dicetuskan sinar matahari antara lain sebagai freckles, melasma dan
lentigo, terutama muncul pada orang yang rentan. Freckles adalah bercak
coklat dengan batas tegas dan tepi tak teratur. Lentigo merupakan bercak
coklat kehitaman yang tepinya rata, biasanya pada kondisi photodamage
yang berat.
30
E. Hubungan Vitamin E Dengan Anti Aging dan Penyakit Degeneratif
1. Vitamin E Sebagai Anti Aging
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu penyebab penuaan adalah
radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang
mempunyai susunan elektron tidak berpasangan sehingga amat tidak stabil.
Untuk menjadi stabil, radikal bebas menyerang pertumbuhan sel, termasuk
DNA (Deoxy Nucleic Acid) dan asam lemak tak jenuh atau Poly Unsaturated
Fatty Acid (PUFA) untuk mendapatkan elektron pasangannya dan terjadilah
reaksi berantai yang menyebabkan terjadinya kerusakan selular dan jaringan
sel membran, nucleic acid dan elektrondense region protein yang dikenal
sebagai stres oksidatif dan kerusakan oksidatif. Kerusakan oleh radikal bebas
inilah diyakini sebagai salah satu penyebab dari proses penuaan, berbagai
penyakit degeneratif dan akhirnya kematian. Hal ini mengakibatkan :
1. Sel mati atau merusak respon sel, hormon dan neurotransmitter
2. Mutasi sel yang memungkinkan menjadi karsinogenik
3. Enzim dan protein menjadi tidak aktif. Sehingga terjadi kerusakan pada
protein dan apabila terjadi pada lensa mata dapat menimbulkan katarak.
Kerusakan akibat serangan radikal bebas dikaitkan dengan kerusakan
jaringan ditandai dengan munculnya ketuaan secara dini (prematur aging),
kanker, aterosklerosis dan lain-lain.
Salah satu cara pencegahan pembentukan radikal bebas adalah dengan
menggunakan zat gizi yang dapat berperan sebagai antioksidan seperti
vitamin E, karoten, vitamin C, maupun obat-obatan lain yang mampu
menangkap radikal tersebut. Antioksidan adalah senyawa-senyawa pemberi
31
elektron (electron donors), secara biologis dapat diartikan sebagai senyawa-
senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-
enzim dan protein pengikat logam.
Antioksidan dapat bekerja sebagai antioksidan pencegah, dengan cara
mencegah terjadinya radikal hidroksil dan terhimpunnya senyawa-senyawa
oksidan berlebihan, serta antioksidan pemutus rantai, mencegah reaksi rantai
berlanjut dengan memutus rantai oksidan. Antioksidan pencegah (preventif
antioxidants) diantaranya adalah superoksida dismutase (SOD), katalase dan
peroksidase (glutation peroksidase).
Antioksidan pemutus rantai (chain-breaking antioxidants) diantaranya
adalah vitamin E (tokoferol), asam askorbat (vitamin C), dan ß-karoten.
Senyawa glutation (GSH) dan sistein (Cys-SH) dapat berperan sebagai
antioksidan pencegah maupun antioksidan pemutus rantai.
2. Penyakit Generatif yang Dapat Dicegah dengan Vitamin E
Penyakit degeneratif umumnya terjadi akibat kerusakan sel, jaringan
lemak, protein, sistem kekebalan, dan DNA yang disebabkan oleh berbagai
faktor baik terjadi secara alami, terkena radiasi, atau oleh zat-zat kimia yang
bersifat karsinogenik. Ada berbagai macam teori yang dapat menjelaskan
penyebab penyakit degeneratif. Salah satu teori yang dianggap cukup
signifikan adalah teori reaksi radikal bebas. Menurut teori ini penyebab
penyakit degeneratif adalah akibat timbulnya radikal hidroksil dalam
mekanisme biokimia yang terjadi di dalam tubuh.
Penyakit degeneratif seperti kanker kardiovaskuler, penyumbatan
pembuluh darah yang meliputi hiperlipidemik, arteriosklerosis, stroke, DM
32
dan tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun tubuh dapat
disebabkan oleh stress oksidatif. Stress oksidatif merupakan keadaan tidak
seimbangnya jumlah oksidan dan prooksidan dalam tubuh. Pada kondisi ini,
aktivitas molekul radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS) dapat
menimbulkan kerusakan seluler dan genetika. Kekurangan zat gizi dan
adanya senyawa xenobiotik dari makanan atau lingkungan yang terpolusi
akan memperparah keadaan tersebut.
Dalam keadaan sehat sel-sel tubuh kita memproduksi radikal bebas,
yaitu dalam kegiatan metabolisme sehari-hari untuk memperoleh energi dari
protein, lemak, dan karbohidrat. Dengan kata lain semua makhluk hidup
mensintesis radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada pada orbital luarnya
sehingga molekul tersebut sangat reaktif. Reaktivitas tersebut ditunjukkan
oleh kemampuannya merebut elektron dari molekul lain yang akan
mengakibatkan rusaknya molekul tersebut. Jika molekul tersebut merupakan
komponen sel atau organ sel, akibat kerusakan sel menjurus pada timbulnya
berbagai penyakit termasuk penyakit degeneratif.
Vitamin E adalah antioksidan ampuh yang larut dalam lemak. Vitamin
E bekerja secara baik dibagian tubuh yang banyak mengandung lemak seperti
pada sistem kekebalan tubuh, otak dan pembuluh-pembuluh arteri. Bila
radikal bebas sampai menyerang bagian-bagian tubuh tersebut, terjadilah
kerusakan-kerusakan sel. Fungsi vitamin E adalah seperti pemadam
kebakaran yang akan mematikan serbuan radikal bebas yang secara tidak
langsung akan mencegah penyakit degeneratif.
33
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat proses
oksidasi. Bagi manusia, senyawa antioksidan diperlukan untuk mencegah
terjadinya oksidasi yang berlebihan sehingga dapat mencegah penyakit
degeneratif.
a. Hubungan Vitamin E Terhadap Kardiovaskular dan Kanker
Peran positif antioksidan terhadap penyakit kanker dan kardiovaskuler
(terutama yang diakibatkan oleh aterosklerosis/penyumbatan dan
penyempitan pembuluh darah) juga banyak diteliti. Antioksidan berperan
dalam melindungi lipoprotein densitas rendah (LDL) dan sangat rendah
(VLDL) dari reaksi oksidasi. Pencegahan arterosklerosis ini dapat dilakukan
dengan menghambat oksidasi LDL menggunakan antioksidan yang banyak
ditemukan pada bahan pangan.
Adapun untuk kanker dan tumor banyak ilmuwan spesialis setuju
bahwa penyakit ini berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Perubahan pada
mutasi gen dapat terjadi melalui mekanisme kesalahan replikasi dan
kesalahan genetika yang berkisar antara 10-15%, atau faktor dari luar yang
merubah struktur DNA seperti virus, polusi, radiasi, dan senyawa ksenobiotik
dari konsumsi pangan sebesar 80-85%. Radikal bebas dan reaksi oksidasi
berantai yang dihasilkan jelas berperan pada proses mutasi ini. Dan resiko ini
sebenarnya dapat dikurangi dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah
yang cukup.
Kerusakan oksidatif pada DNA akibat radiasi, radikal bebas dan
senyawa oksigen reaktif yang bersifat oksidatif merupakan penyebab penting
kanker. Radikal bebas yang dibentuk di dalam tubuh akan menginduksi
34
proses apoptosis yang menyebabkan kematian sel termasuk sel tumor dan
berarti menghambat karsinogenesis. Antioksidan adalah peredam radikal
bebas, dan secara epidemiologis antioksidan dalam makanan terutama sayur
dan buah bersifat protektif terhadap kanker.
Vitamin E mampu mengatasi pembentukan karsinogen (pencetus
kanker) atau menghambat karsinogen mencapai target (sel) sasaran sehingga
kerusakan sel akibat kanker dapat dihindari. Vitamin E dapat menghalangi
pembentukan nitrosamine, yakni suatu komponen kimiawi yang biasanya
bersifat karsinogenik.
b. Hubungan Vitamin E terhadap Diabetes Melitus
Glukosa dapat teroksidasi sebelum berikatan dengan protein demikian
juga glukosa setelah berikatan dengan protein (glycated protein) dapat
teroksidasi menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS). Stres oksidatif
dan kerusakan oksidatif pada jaringan biasanya berakhir dengan timbulnya
penyakit kronis diantaranya aterosklerosis, diabetes, rematik dan artritis.
Meningkatnya hasil glikosidasi dan liposidasi di dalam plasma dan jaringan
protein adalah karena meningkatnya stres oksidatif pada diabetes mellitus.
Bahan diabetonik diantaranya adalah aloksan dapat menyebabkan stres
oksidatif pada sel β, demikian pula pasien menderita diabetes sering
mengalami stres oksidatif. Komplikasi diabetes berkaitan dengan stres
oksidatif khususnya pembentukan radikal bebas superoksida.
Pemberian antioksidan berupa vitamin dapat mengurangi stres oksidatif
bagi penderita DM-1 baik kronis maupun akut. Sebagian besar antioksidan
dalam plasma dapat berkurang pada pasien DM-2 dikarenakan komplikasi
35
diabetes yang menyebabkan berbagai komplikasi antara lain aterosklerosis
dan penyakit jantung koroner.
Antioksidan vitamin bermanfaat dapat mengurangi kerusakan oksidatif
pada penderita diabetes. Hasil penelitian di Turki menunjukkan pada tiga
puluh penderita DM-2 ditemukan adanya ketidakseimbangan oksidan dan
antioksidan dalam plasma penderita diabetes dibanding kontrol.
Vitamin E, adalah sumber antioksidan yang banyak ditemukan pada
buah dan sayuran segar, untuk itu penderita diabetes disarankan
mengkonsumsi sumber antioksidan sebagai tindakan terapeutik.
Pemberian antioksidan dan komponen senyawa polifenol menunjukkan
dapat menangkap radikal bebas, mengurangi stres oksidatif, menurunkan
ekspresi TNF-α. Senyawa fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan
berbagai mekanisme sehingga dapat mengurangi komplikasi diabetes melalui
pengurangan stres oksidatif, ROS dan TNF-α.
Pemberian antioksidan vitamin E dapat memperbaiki komplikasi
diabetes, memperbaiki fungsi ginjal (ren), menormalkan hipertensi pada
hewan uji yang menderita DM-2 hal ini menunjukkan bahwa stres oksidatif
berperan dalam perkembangan diabetes nefropati dan antioksidan sebagai
terapeutik DM-2. Pemberian α-tocopherol ternyata dapat mencegah diabetes
dan melindungi gangguan ginjal pada tikus. Pemberian diet yang kaya
tocotrienol dapat menurunkan kadar glukosa darah dibanding pada hewan uji
kontrol.
36
c. Hubungan Vitamin E dengan Asam Urat
Penyakit asam urat disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal membuang
asam urat secara tuntas dari tubuh melalui air seni. Sebagian kecil lainnya
karena tubuh memproduksi asam urat secara berlebihan. Penyakit asam urat
kebanyakan diderita oleh pria di atas 40 tahun dan wanita yang telah
menopause. Penderita asam urat biasanya juga memiliki keluhan lain seperti
tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, diabetes dan aterosklerosis. Separuh
dari penderita asam urat adalah orang yang kegemukan. Bila dibiarkan,
penyakit asam urat bisa berkembang menjadi batu ginjal dan mengakibatkan
gagal ginjal .
Ketidakmapuan ginjal ini sering terjadi ketika semakin tua nya umur
seseorang serta juga dapat disebabkan karena faktor penuaanya yang lebih
cepat hingga ginjal sudah mulai lelah bekerja disertai dengan penurunan
berkerjanya.
Oleh karena itu perlunya asupan vitamin E yang cukup untuk mencegah
penuaan dini/penuaan yang lebih cepat dalam tubuh.
d. Hubungan Vitamin E dengan Osteoporosis
Pada osteoporosis, kualitas kepadatan jaringan tulang di dalam tulang
akan memburuk, sehingga terdapat lebih rapuh. Masalah utama memiliki
tulang rapuh adalah tulang tersebut menjadi lebih mudah patah daripada
seharusnya, Beberapa faktor penyebab osteoporosis adalah peningkatan usia
atau proses penuaan, menopause, kadar testoteron rendah pada pria,
kecenderungan genetik, penyakit lain seperti gagal ginjal dan penyakit hati,
37
obat obatan, berat badan rendahm pola makan yang buruk, merokok,
mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, dan kurang olahraga.
Dengan adanya penjelasan faktor faktor yang memperngaruhi penyebab
terjadi osteoporosis tersebut, terdapat satu faktor yang sangat erat
hubungannya dengan kecukupan vitamin E dalam tubuh, yaitu faktor
penuaan.
38
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi,
hiperlipidemia, hiperkolesterolemia, stroke, jantung koroner, kerusakan syaraf
otak (pikun), artitis rematoid, dan penuaan kulit kini menjadi permasalahan
kesehatan yang cukup serius dan menjadi penyebab kematian terbesar di dunia.
Banyak faktor yang menjadi penyebab munculnya penyakit degeneratif seperti
gaya hidup yang tidak sehat (konsumsi makanan teroksidasi dan lemak jenuh,
kurang olah raga, merokok, alkoholic, workaholic, dan stres psikologis) dan
lingkungan (paparan radikal bebas, zat kimia, sinar matahari, dan pengobatan
dengan sinar Ultraviolet).
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif adalah
dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung komponen
bioaktif. Komponen atau senyawa bioaktif adalah senyawa yang mempunyai efek
fisiologis baik positif maupun negatif terhadap kesehatan manusia (Yuniati et al.,
2012). Salah satu komponen bioaktif dalam makanan dan minuman yang
dipercaya dapat mencegah penyakit degeneratif ini adalah antioksidan.
Antioksidan merupakan zat yang dapat mencegah atau menunda kerusakan
oksidatif pada lipid, protein, dan asam nukleat oleh oksigen reaktif termasuk
radikal bebas reaktif, seperti superoksida, hidroksil, peroksil, alkoksil, dan non
radikal seperti, hidrogen peroksida, hipoklorus, dan sebagainya (Lim et al., 2007).
39
Prinsip utama aktivitas antioksidan adalah keberadaan elektron untuk
menetralisasi radikal bebas. Radikal bebas yang diproduksi selama proses oksidasi
memiliki sifat sangat reaktif dan berpotensi untuk merusak spesies kimia transien
(Nurliyana et al., 2010). Antioksidan banyak terdapat pada buah dan sayur.
Antioksidan alami terdiri dari tokoferol (vitamin E).
B. SARAN
Penulis menyarankan kepada pembaca khususnya para mahasiswa untuk
lebih menjaga kesehatan dengan rajin berolah raga, tidak merokok, serta
mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang karena dengan demikian
segala kebutuhan tubuh akan gizi khususnya vitamin E dapat terpenuhi sehingga
resiko terjadinya penuaan dini dan terkena penyakit degeneratif di waktu
mendatang dapat berkurang.
40
DAFTAR PUSTAKA
Aruoma O.I. 1994. Free radicals and antioxidant strategies in sports. J Nutr Biochem 5:370-381
Fatmah. 2006. Respons Imunitas Yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Makara Kesehatan: 47-53
Kariosentono, Harijono. 2013. Kelainan Pigmentasi Kulit Dan Penuaan Dini Serta Peran Pendidikan Kedokteran Dibidang Ilmu Kesehatan. Solo, 19 Desember 2013
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 264 tahun 2010 Tentang Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Intelegensia Akibat Gangguan Degeneratif.
Kim H. J, Eun J.C, sung H. C., shin K. C., Heu D. P., Sang W. C. 2002. Antioxidative activity of resveratrol and its derivatives isolated from seed of Paeonia lactiflora. Biosci Biotechnol Biochem 66: 1990-1993
Lamid, Astuti. 1995. Vitamin E Sebagai Antioksidan. Media Litbangkes Vol. V No. 01. Bogor: Puslitbang Gizi
Maulida, Dewi Dan Naufal Zulkarnaen. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) Dari Buah Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran, n-Heksana, Aseton Dan Etanol. St Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik Undip
Muhilal. 1991. Teori radikal bebas dalam gizi dan kedokteran Cermin Dunia Kedokteran. 73: 9-11.
Nofianty, Tri. 2008. Pengaruh Formulasi. FMIPA UI: 4-53
Sareharto, Tun Paksi. 2010. Kadar Vitamin E Rendah Sebagai Faktor Resiko Peningkatan Billirubin Serum Pada Neonatus. Sp.A Thesis. Semarang: PPDS IKA Undip
Tapan, Erik. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
41