MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

33
MAKALAH PERBANKAN SYARIAH “JASA (FEE-BASED SERVICES)” Dosen : Neng Kamarni S.E, M.Si Oleh AGUNG SETIABUDI 1210513036 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

Transcript of MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Page 1: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

“JASA (FEE-BASED SERVICES)”

Dosen : Neng Kamarni S.E, M.Si

Oleh

AGUNG SETIABUDI

1210513036

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015

Page 2: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada kehadirat Allah SWT. Karena atas limapahan

rahmat dan hidayah-Nya pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini

berjudul “ JASA (FEE-BASED SERVICES)”. Makalah ini disusun agar dapat bermanfaat sebagai

media sumber informasi dan pengetahuan.

Ucapan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Perbankan Syariah, teman-teman dan

semua pihak yang telah terlibat dan memberikan dukungan dalam proses penyusunan makalah

ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.

Pemakalah menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan

saran yang bersifat konstruktif sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna

serta bias digunakan sebagaimana mestinya.

Padang, April 2015

1 | P a g e

Page 3: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................. 2

BAB. I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 4

BAB. II. PEMBAHASAN

2.1 Al-Wakalah ................................................................. 5

2.2 Al-Kafalah ................................................................. 9

2.3

2.4

2.5

Al-Hawalah

Ar-Rahn

Al-Qardh

.................................................................

.................................................................

.................................................................

12

14

18

BAB. III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 22

2 | P a g e

Page 4: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak

lain, yang pada dasarnya tidak terwujud dan tidak  mengakibatkan kepemilikan apapun.

Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dengan suatu produk fisik (Kotler, 2005:486).

Jasa adalah produk yang tidak dapat dilihat yang kita beli dan gunakan tetapi tidak pernah

memiliki (Solomon, 2003:7).

Jasa mencakup semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukanlah produk atau konstruksi

fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada saat bersamaan, dan nilai

tambah yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kesehatan) yang

secara prinsip tidak berwujud pada pembeli pertamanya (Zeithaml, 2003:3).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang

ditawarkan pada pihak lain dan tidak berwujud tetapi bisa dinikmati manfaatnya.

Dari segi Islam jasa terbagi atas 5 yaitu:

1. Al-Wakalah (Deputyship)

2. Al-Kafalah (Guaranty)

3. Al-Hawalah (Transfer Services)

4. Ar-Rahn (Mortage)

5. Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan)

3 | P a g e

Page 5: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa Pengertian dan Landasan Syariah dari Al-Wakalah ?

2. Apa Pengertian dan Landasan Syariah dari Al-Kafalah ?

3. Apa Pengertian dan Landasan Syariah dari Al-Hawalah ?

4. Apa Pengertian dan Landasan Syariah dari Ar-Rahn ?

5. Apa Pengertian dan Landasan Syariah dari Al-Qardh ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui dan memahami Pengertian dan Landasan Syariah dari Al-Wakalah.

2. Mengetahui dan memahami Pengertian dan Landasan Syariah dari Al-Kafalah.

3. Mengetahui dan memahami Pengertian dan Landasan Syariah dari Al-Hawalah.

4. Mengetahui dan memahami Pengertian dan Landasan Syariah dari Ar-Rahn.

5. Mengetahui dan memahami Pengertian dan Landasan Syariah dari Al-Qardh.

1.4 Manfaat

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun

secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep Jasa dalam

Perbankan Syariah. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Penulis, sebagai bahan penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya

tentang konsep al-wakalah, al-kafalah, al-hawalah, ar-rahn, dan al-qardh.

2. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep Jasa baik secara teoritis maupun

secara praktis.

4 | P a g e

Page 6: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Al-Wakalah (Deputyship)

A. Pengertian al-wakalah

Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian

mandate. Dalam bahasa Arab, hal ini dapat dipahami sebagai at-tafwidh. Contoh kalimat

“aku serahkan urusanku kepada Allah” mewakili pengertian istilah tersebut.

Pengertian yang sama dengan menggunakan kata al-hifzhu disebut dalam firman

Allah. “Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Dia sebaik-baik Pemelihara.”(Ali-

Imran:173)

Akan tetapi, yang dimaksud sebagai al-wakalah dalam pembahasan bab ini adalah

pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal yang diwakilkan.

B. Landasan Syariah

Islam mensyariatkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya tidak setiap

orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala urusannya

sendiri. Pada suatu kesempatan, seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada

orang lain untuk mewakili dirinya.

a. Al-Quran

Salah satu dasar dibolehkannya al-wakalah adalah firman Allah SWT

berkenaan dengan kisah Ash-habul Kahfi.

“Dan demikianlah kami bangkitkan mereka agar saling bertanya di antara

mereka sendiri. Berkata salah seorang di antara mereka,’Sudah berapa lamakah

kamu berada disini ?’ Mereka menjawab, ‘Kita sudah berada (di sini) satu atau

setengah hari’, Berkata (yang lain lagi), ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa

lamanya kamu berada (di sini). Maka, suruhlah salah seorang di antara kamu

pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaklah ia lihat

manakah makanan yang lebih baik dan hendaklah ia membawa makanan itu

untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali

menceritakan halmu kepada seseorang pun.” (Al-Kahfi:19)

5 | P a g e

Page 7: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Ayat lain yang menjadi rujukan al-wakalah adalah kisah tentang Nabi

Yusuf a.s. saat ia berkata kepada raja.

“Jadikanlah aku bendaharawan Negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang

yang pandai menjaga lagi berpengalaman.” (Yusuf:55)

b. Al-Hadist

Banyak hadist yang dapat dijadikan landasan keabsahan wakalah, di

antaranya.

“Bahwasanya Rasulullah saw. Mewakilkan kepada Abu rafi’ dan seorang Anshar

untuk mewakilinya mengawini Maimunah bintil-Harits.” (Malik no.678, kitab al-

Muwaththa’, bab Haji)

Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang

lain untuk berbagai urusan. Di antaranya adalah membayar utang, mewakilkan

penetapan had dan membayarnya, mewakilkan pengurusan unta, mebagi kandang

hewan, dan lain-lainnya.

c. Ijma

Para ulama pun bersepakat dengan ijma atas dibolehkannya wakalah.

Mereka bahkan ada yang cenderung mensunahkannya dengan alasan bahwa hal

tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan

takwa. Tolong-menolong diserukan oleh Al-Quran dan disunahkan oleh rasulullah

saw. Allah berfirman,

“…Dan, tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan janganlah kamu tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan

permusuhan….” (Al-Ma’idah:2)

Dalam perkembangan fiqih islam, status wakalah sempat diperdebatkan;

apakah wakalah masuk dalam kategori niabah, yakni sebatas mewakili, atau

kategori wilayah atau wali ? hingga kini, dua pendapat tersebut terus berkembang.

Pendapat pertama menyatakan bahwa wakalah adalah niabah atau

mewakili. Menurut pendapat ini, si wakil tidak dapt menggantikan seluruh fungsi

muwakil.

Pendapat kedua menyatakan bahwa wakalah adalah wilayah karena

khilafah (menggantikan) dibolehkan untuk yang mengarah kepada yang lebih

6 | P a g e

Page 8: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

baik, sebagaimana dalam jual beli, melakukan pembayaran secara tunai lebih

baik, walaupun diperkenankan secara kredit.

C. Rukun Wakalah

Agar perwakilan itu dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan syarak,

mereka yang berwakalah harus mengikuti rukun sebagai berikut:

a. Ada yang mewakilkan dan wakil. Anak kecil yang dapat membedakan baik dan

buruk dapat (boleh) mewakilkan dalam tindakan-tindakan yang bermanfaat,

seperti prwakilan untuk menerima hibah, sedekah, dan wasiat.

b. Ada suatu yang diwakilkan.

Syarat-syarat sesuatu yang diwakilkan adalah sebagai berikut.

1. Menerima penggantian, maksudnya boleh diwakilkan pada orang lain

untuk mengerjakannya. Tidak sah mewkilkan Sesuatu, seperti shalat,

puasa, dan membaca ayat al-Qur’an.

2. Dimiliki oleh yang berwakil ketika ia berwakil. Oleh karena itu, batal

mewakilkan sesuatu yang akan di beli.

3. Di ketahui dengan jelas. Batal mewakilkan sesuatu yang masih samar,

seperti seseorang berkata : “aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk

menikahkan salah seorang anakku.”

4. Ada lafal yang menunjukkan rida yang mewakilkan dan wakil

menerimanya.

Contoh: orang yang mewakilkan itu berkata, “saya wakilkan atau

saya serahkan kepada engkau untuk mengerjakan pekerjaan ini.”

Pertanyaan ini tidak membutuhkan Kabul dari pihak yang diwakilkan.

Orang yang mewakili tidak boleh mewakilkan kepada orang lain

tanpa seizin dari pihak yang pertama mewakilkan.

D. Syarat-syarat Wakalah

Terselenggaranya wakalah sah apabila memeenuhi persyaratan berikut.

a. Orang yang mewakilkan adalah orang yang sah menurut hukum.

b. Pekerjaan yang diwakilkan harus jelas. Tidak boleh mewakilkan pekerjaan kepada

orang lain yang tidak jelas.

7 | P a g e

Page 9: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

c. Tidak boleh mewakilkan dalam hal ibadah karena ibadah menuntut dikerjakan

secara badaniyyah dan dilakukan sendiri (seperti shalat, puasa, dan membca ayat

al-Qur’an).

E. Hal-hal yang boleh di wakilkan

Berapa perbuatan yang boleh diwakilkan yaitu ibadah haji, membeli binatang kurban,

membagi zakat, dan perniagaan (jual beli).

F. Berakhirnya Akad Wakalah

Akad wakalah akan berakhir apabila terdapat hal-hal  berikut.

a. Salah seorang yang berakad gila. Syarat sah akad salah satunya orang yang

berakad berakal.

b. Dihentikannya pekerjaan yang dimaksud.

c. Salah seorang dari yang berakad meninggalkan karna salah satu syarat sah akad

adalah orang yang berakad masih hidup.

d. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil, sekalipun wakil belum

mengetahui (pendapat syafi’I dan Hambali).

e. Wakil memutuskan sendiri.

f. Keluarnya orang yang mewakilkan dari status pemilikan.

G. Hikmah Wakalah

Hikmah yang diperoleh dari wakalah antara lain sebagai berikut.

a. Mengajarkan prinsip tolong menolong antara satu dengan yang lainnya untuk

tujuan kebaikan, bukan untuk kejahatan atau kemaksiatan.

b. Mengajarkan kepada manusia untuk merenungi bahwa hidup ini tidak sempurna.

Dalam memenuhi kebutuhannya, tidak semua pekerjaan dapat dilakukan atau

diselesaikan sendiri. Oleh sebab itu manusia perlu mewakilkan kepada orang lain.

c. Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk melakukan sesuatu sehingga

mengurngi pengangguran.

8 | P a g e

Page 10: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

NASABAH

MUWAKIL

BANK

WAKIL

INVESTOR

MUWAKIL

Skema al-Wakalah

2.2 Al-Kafalah (Guaranty)

A. Pengertian al-kafalah

Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada

pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam

pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin

dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.

B. Landasan Syariah

a. Al-Quran

Dasar hukum untuk akad memberi kepercayaan ini dapat dipelajari dalam

Al-quran pada bagian yang mengisahkan Nabi Yusuf.

“Penyeru-penyeru itu berseru, ‘ Kamikehilangan pila raja dan barangsiapa yang

dapat mengembalikannya akan memperoleh makanan (seberat) beban unta dan

aku menjamin terhadapnya.” (Yusuf:72).

b. Al-Hadist

Landasan Syariah dari pemberian fasilitas dalam bentuk jaminan kafalah

pada ayat di atas dipertegas dalam hadist Rasulullah,

“ Telah dihadapkan kepada rasulullah saw. (mayat seorang laki-laki untuk

dishalatkan)…Rasulullah saw, bertanya “Apakah dia mempunyai warisan?”

9 | P a g e

Agency Administration Collection Payment Co Arranger Dll.

TAUKIL

Kontrak + Fee

Kontrak + Fee

Page 11: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

Para sahabat menjawab, ”Tidak.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah dia

mempunyai utang?” Sahabat menjawab “Ya, sejumlah tiga dinar.” Rasulullah

pun menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak).

Abu Qatadah lalu berkata, “Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah.” Maka

Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut.” (HR Bukhari no 2127, kitab al-

Hawalah).

C. Rukun Kafalah

a. Adh-Dhamin (orang yang menjamin)

b. Al-Madhmun lahu (orang yang berpiutang)

c. Al-Madhmun ‘anhu (orang yang berhutang)

d. Al-Madhmun (objek jaminan) berupa hutang, uang, barang atau orang

e. Sighah (akad/ijab)

D. Syarat Kafalah

a. Kafil yaitu orang yang menjamin dimana ia disyaratkan sudah baligh, berakal,

merdeka dalam mengelola harta bendanya/tidak dicegah membelanjakan hartanya

dan dilakukan dengan kehendaknya sendiri.

b. Mafkul lahu. yaitu orang yang berpiutang, Syaratnya yang berpiutang diketahui

oleh orang yang menjamin karena manusia tidak sama dalam hal tuntutan, ada

yang keras dan ada yang lunak.

c. Makful ‘anhu adalah orang yang berutang, tidak disyaratkan baginya kerelaan

terhadap penjamin karena pada prinsipnya hutang itu harus lunak, baik orang

yang berhutang rela maupun tidak. Namun lebih baik dia rela/ridha.

d. Al-Makful adalah utang, barang atau orang. Disebut juga madmun bih atau makful

bih. Disyaratkan pada makfuln dapat diketahui dan tetap keadaannya (ditetapkan),

baik sudah tetap maupun akan tetap.

e. Sighat atau lafadz adalah pernyataan yang diucapkan oleh penjamin, disyaratkan

keadaan sighat mengandung makna menjamin, tidak digantungkan kepada

sesuatu dan tidak berarti sementara.

10 | P a g e

Page 12: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

E. Jenis al-Kafalah

a. Kafalah bin-Nafs

Kafalah bin-nafs merupakan akad meberikan jaminan atas diri (personal

guarantee).

b. Kafalah bil-Maal

Kafalah bil-maal merupakan jaminan pembayaran barang atau pelunasan utang.

c. Kafalah bit-Taslim

Jenis kafalah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas barang yang

disewa, pada masa waktu masa sewa berakhir.

Jenis pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk kepentingan

nasabahnya dalam bentuk kerja sama dengan perusahaan penyewaan (leasing

company). Jamiman pembayaran bagi bank dapt berupa deposito/ tabungan dan

bank dapat membebankan uang dan jasa (fee) kepada nasabah itu.

d. Kafalah al-Munjazah

Kafalah al-munjazah adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka

waktu untuk kepentingan/tujuan tertentu.

e. Kafalah al-Muallaqah

Bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al-munjazah, baik

oleh industry perbankan maupun asuransi.

Skema Al-Kafalah

11 | P a g e

TERTANGGUNG

(Jasa/Objek)

PENANGGUNG

(Lembaga Keuanganan)

DITANGGUNG

(Nasabah)

JAMINAN KEWAJIBAN

Page 13: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

2.3 Al-Hawalah

A. Pengertian Al-Hawalah

Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain

yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan

beban utang dari muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau

orang yang berkewajiban membayar utang.

B. Landasan Syariah

Hawalah dibolehkan berdasarkan Sunnah dan Ijma.

a. Sunnah

Imam Bukhari dan muslim meriwayatkan dari abu hurairah bahwa Rasulullah

saw. Bersabda,

“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman. Dan,

jika salah seorang dari kamu diikutkan (di-halah-kan) kepada orang yang

mampu/kaya, terimalah hawalah itu.”

Pada hadist tersebut, Rasulullah memberitahukan kepada orang yang

mengutangkan, jikaorang yang berutang meng-hawalah-kan kepada orang yang

kaya/mampu, hendaklah ia menerima hawalah tersebut dan hendaklah ia menagih

kepada orang yang di-hawalah-kan (muhal’alaih). Dengan demikian, haknya

dapat terpenuhi.

b. Ijma

Ulama sepakat membolehkan hawalah. Hawalah dibolehkan pada utang yang

tidak berbentuk barang/benda karena hawalah adalah perpindahan utang. Oleh

sebab itu, harus pada uang atau kewajiban financial.

C. Rukun dan Syarat Hawalah

a. Muhil

Muhil adalah orang yang berutang (debitor) yang memindahkan utangnya kepada

orang lain. Muhil haruslah orang yang mampu berakad, yaitu orang yang sudah

akil baligh dan berakal sehat. Hawalah tidak sah jika berasal dari orang gila atau

anak kecil yang belum bisa berpikir.

12 | P a g e

Page 14: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

b. Muhal

Muhal adalah pemberi jaminan (kreditor) yang utangnya dipindahkan untuk

dilunasi oleh orang lain yang bukan peminjamnya atau orang yang memberi

pinjaman kepada muhil yang memindahkan utangnya untuk dilunasi oleh orang

lain.

c. Muhal ‘Alaih

Muhal ‘alaih adalah orang yang harus melunasi utang kepada muhal. Muhal ‘alaih

harus orang yang sudah akil-baligh.

d. Muhal Bih

Muhal bih adalah hak muhal yang harus di lunasi oleh muhil, namun kewajiban

(untuk melunasi) hak itu, kemudian dialihkan oleh muhil kepada muhal ‘alaih.

Syarat muhal bih antara lain adalah berupa utang dan utang tersebut bersifat tetap.

Hawalah tidak sah jika dalam bentuk benda-benda berwujud karena hawalah

merupakan pengalihan hukum sementara pengalihan benda-benda berwujud

merupakan pengalihan hakiki.

e. Shighat (Ijab dan Qabul)

Ijab adalah ucapan muhil. Misalnya, “Saya alihkan kepadamu kewajiban (untuk

membayar utang) kepada si fulan”. Qabul adalah ucapan muhal misalnya “Saya

terima” atau “Saya ridha”. Ijab dan Qabul harus dilakukan di tempat akad.

D. Aplikasi dalam Perbankan

Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada hal berikut :

a. Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada

pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang

tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga itu.

b. Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan

dulu piutang tersebut.

c. Bill discounting. Secara prinsip, bill discounting serupa dengan hawalah. Hanya

saja, dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee, sedangkan pembahasan

fee tidak didapati dalam kontrak hawalah.

13 | P a g e

Page 15: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

E. Manfaat al-Hawalah

Seperti yang diuraikan di atas, akad hawalah dapat memberikan banyak sekali

manfaat dan keuntungan, di antaranya :

a. Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan.

b. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan,

c. Dapat menjadi salah satu fee-based income / sumber pendapatan nonpembiayaan

bagi bank syariah.

Adapun resiko yang harus diwaspadai dari kontrak hawalah adalah adanya kecurangan

nasabah dengan memberi invoice palsu atau wanprestasi (ingkar janji) untuk memenuhi

kewajiban hawalah ke bank.

Skema Al-Hawalah

2.4 Ar-Rahn (Mortage)

A. Pengertian Ar-Rahn

Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

peminjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.

Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil

kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rhan

adalah semacam jaminan utang atau gadai.

14 | P a g e

MUHAL ‘ALAIH

(FAKTOR / BANK)

MUHIL

(PENYUPLAI)

MUHAL

(PEMBELI)

1. Suplai Barang

5. Bayar

4. Tagih3. Bayar

2. Invoice

Page 16: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

B. Landasan Syariah

a. Al-Quran

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang

kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang

dipegang (oleh yang berpiutang)…” (Al-baqarah:283).

b. Hadist

“Aisyah r.a berkata, bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang yahudi

dan menjaminkan kepadanya baju besi.” (HR Bukhari no. 1926 kitab al-Buyu,

dan Muslim)

“Anas r.a berkata,Rasulullah menggadaikan baju besinya kepada seseorang

yahudi di Madinah dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau.” (HR

Bukhari no.1927, kitab al-Buyu, Ahmad, Nasa’I, dan ibnu Majah).

C. Rukun rahn yaitu:

a. Shighat atau ijab qabul

b. Aqid (yang menggadaikan/Rahin dan yang menerima gadai/Murtahin)

c. Barang yang dijadikan jaminan (marhun)

d. Adanya hutang

D. Adapun syarat- syarat yang harus terpenuhi pada setiap rukun Rahn yaitu:

a. Shighat, yaitu bisa dengan lisan atau tulisan. Misalnya dengan kalimat “aku

gadaikan emasku ini dengan harga Rp. 500.000,-“, yang kemudian dijawab oleh

murtahin dengan kalimat “aku terima gadai emasmu dengan harga Rp. 500.000,-“.

Bahkan hanya dengan menggunakan isyaratpun boleh.

b. Aqid, adapun syarat bagi yang berakad adalah ahli tasharruf, yaitu mampu

membelanjakan harta dan dalam hal ini memahami persoalan-persoalan yang

berkaitan dengan gadai. Keduanya juga harus lulus syarat al-ahliyah.

c. Barang jaminan (Marhun), ulama Hanafiyah mensyaratkan marhun, antara lain:

1. Dapat diperjualbelikan

2. Bermanfaat

3. Jelas

4. Milik rahin

15 | P a g e

Page 17: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

5. Bisa diserahkan

6. Tidak bersatu dengan harta lain

7. Dipegang (dikuasai) oleh rahin

8. Harta yang tetap atau dapat dipindahkan

Rasulullah SAW. Bersabda:

“setiap barang yang boleh diperjualbelikan boleh dijadikan barang gadai”.

d. Hutang (Marhun Bih), dengan syarat berupa hutang yang dapat langsung

diberikan kepada rahin oleh murtahin. Hutang merupakan hak yang wajib

dikembalikan kepada orang yang berhutang.

E. Aplikasi dalam Perbankan

Kontrak rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal berikut :

a. Sebagai produk pelengkap

Artinya sebagai akad tambahan (jamina/collateral) terhadap produk lain seperti

dalam pembiayaan bai’ almurabahah. Bank dapat menahan barang nasabah

sebagai konsekuensi akad tersebut.

b. Sebagai produk tersendiri

Dibeberapa Negara islam termasuk di antaranya adalah Malaysia, akad rahn telah

dipakai sebagai alternative dari pegadaian konvensional. Bedanya dengan

pegadaian biasa, dalam rahn, nasabah tidak dikenakan bunga yang dipungut dari

nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran.

Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga pegadaian adalah dari sifat

bunga yang bias berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya rahn hanya

sekali dan ditetapkan di muka.

F. Manfaat ar-Rahn

Manfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip ar-rahn adalah sebagai berikut :

a. Menjaga kemungkinan masalah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas

pembiayaan yang duberikan bank.

b. Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa

dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena

ada suatu asset atau barang (marhun) yang dipegang oleh bank.

16 | P a g e

Page 18: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

c. Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, barang tentu akan sangat

membantu saudara kita yang kesulitan dana, terutama di daerah-daerah.

Adapun manfaat yang langsung didapat bank adalah biaya-biaya konkret

yang harus dibayar oleh nasabah untuk pemeliharaan dan keamanan asset

tersebut. Jika penahanan asset berdasarkan fidusia (penahanan barang bergerak

sebagai jaminan pembayaran), nasabah juga harus membayar biaya asuransi yang

besarnya sesuai dengan yang berlaku secara umum.

G. Resiko ar-Rahn

a. Resiko tak terbayarnya utang nasabah (wanprestasi)

b. Resiko penurunan nilai asset yang ditahan atau rusak.

Secara umum, penerapan gadai yang dikombinasikan dengan pembiayaan di perbankan

syariah, dapat digambarkana sebagai berikut.

Skema ar-Rahn

17 | P a g e

Marhun Bih

Pembiayaan

Murtahin

Bank

Rahin

Nasabah

Marhun

Jaminan

3. Akad Pembiayaan

4. Utang + Mark up

2. Permohanan Pembiayaan

1.b Titipan/Gadai Pembiayaan

1.a

1.c

Page 19: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

2.5 Al-Qardh (Soft And Benevolent Loan)

A. Pengertian Al-qardhAl-qarh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta

kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam

literature fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling

membantu dan bukan transaksi komersial.

B. Landasan Syariah

Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan hadist riwayat Ibnu

Mjjah dan Ijma Ulama, Sungguhpun demikian, Allah SWT mengajarkan kepada kita agar

meminjamkan sesuatu bagi “agama Allah”.

a. Al-Quran

“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan

melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh

pahala yang banyak.” (Al-Hadiid; 1)

Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseur untuk “

meminjamkan kepada Allah”, artinya untuk membelanjakan harta di jalan Allah.

b. Al-hadist

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa nabi SAW, berkata, “Bukan seorang muslim

(mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya

adalah (senilai) sedekah.” (HR Ibnu Majah no.2421, kitab al-ahkam; Ibnu Hibban

dan Baihaqi)

c. Ijma

Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan

ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bias hidup tanpa pertolongan dan

bantuan saudaranya. Tidak ada seorangpun yang memiliki segala barang yang ia

butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari

kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap

kebutuhan manusia.

C. Aplikasi dalam Perbankan

a. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan

bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang

18 | P a g e

Page 20: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

relative pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang

yang dipinjamkannya itu.

b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia bias

menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito

c. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu

sector social.

D. Rukun dan Syarat

Rukun:

a. Muqridh (pemilik barang)

b. Muqtaridh (yang mendapat barang atau peminjam)

c. Ijab qabul 

d. Qardh (barang yang dipinjamkan)

Syarat sah qardh :

a. Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat, tidak

sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatan karena qardh adalah akad  terhadap

harta.

b. Akad qardh tidak dapat terlaksana kecuali dengan ijab dan qabul seperti halnya

dalam jual beli.

E. Sumber Dana

Sifat al-qardh tidak memberi keuntungan financial. karena itu, pendanaan qardh dapat

diambil menurut kategori berikut :

a. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan

berjangka pendek. Talangan di atas dapat diambilkan dari modal Bank.

b. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan

social, dapat bersumber dari dana zakat, infak, dan sedekah. Sumber dana diambil

dari bunga atas jaminan L/C di Bank Asing, dan sebagainya.

F. Manfaat al-Qardh

a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat

talangan dalam jangka pendek,

19 | P a g e

Page 21: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

b. Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu cirri pembeda antara bank syariah

dan bank konvensional di dalamnya terkandung misi social, si samping misi

komersial

c. Adanya misi social-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan

meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.

Resiko dalam Al-qardh terhitung tinggi karena ia dianggap pembiayaan

yang tidak ditutup dengan jaminan.

Skema Al-Qardh

20 | P a g e

NASABAH

KEUNTUNGAN

PROYEK USAHA

BANK

PERJANJIAN

QARDH

TENAGA KERJA

MODAL 100%

KEMBALI

MODAL100%

Page 22: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandate.

Dalam bahasa Arab, hal ini dapat dipahami sebagai at-tafwidh. Dan pelimpahan

kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal yang diwakilkan.

Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak

ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian

lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan

berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.

Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang

wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban

utang dari muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang

berkewajiban membayar utang.

Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

peminjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.

Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil

kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rhan

adalah semacam jaminan utang atau gadai.

Al-qarh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta

kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam

literature fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling

membantu dan bukan transaksi komersial.

21 | P a g e

Page 23: MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

DAFTAR PUSTAKA

Syafi’i Antonio, Muhammad.2001. “Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik”. Jakarta :

Gema Ansani

http://mahrunnysa.blogspot.com/2012/03/gadai-rahn.html

http://fueja92.blogspot.com/2013/06/akad-al-qord-dalam-perbankan-syariah.html

http://rahayusnailydea.blogspot.com/2013/11/al-hawalah.html

http://al-badar.net/pengertian-hukum-rukun-dan-syarat-wakalah/

22 | P a g e