Makalah penelitian kualitatif gt
-
Upload
anmeyshie -
Category
Healthcare
-
view
425 -
download
5
Transcript of Makalah penelitian kualitatif gt
Makalah Penelitian Kualitatif
GROUNDED THEORY
Disusun Oleh :
KELOMPOK V
Ance M. Siallagan (157046009)
Rahmat Ali Putra (157046010)
Putri Purnama Sari (157046019)
Jefri Banjarnahor (157046020)
Iskandar (157046029)
Sri Ayu Fatmawati (157046030)
Lisbet Gurning (157046040)
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga makalah Penelitian Kualitatif dengan judul “Grounded
theory” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Secara umum makalah ini menjelaskan tentang proses dan metode
penelitian kualitatif yang menghasilkan sebuah teori pada akhir penelitian
tersebut. Penulis berharap makalah ini bisa memberikan sumbangsih bagi
pengetahuan setiap orang dalam bidang keperawatan yaitu khususnya untuk
pemahaman terhadap penelitian kualitatif. Sekalipun demikian penulis menyadari
bahwa proses penyusunan makalah ini merupakan pekerjaan yang tidak ringan
sehingga memungkinkan adanya kekurangan maupun kesalahan baik dalam hal
teknis penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu guna penyempurnaan
makalah ini penulis sangat mengharapkan saran, masukan maupun kritikan yang
membangun dari pembaca makalah ini.
Demikianlah makalah ini disusun. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih.
Medan, 0otober 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................................. 1
Kata Pengantar ................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 4
1.2 Tujuan............................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
2.1 Pengertian Grounded Theory......................................................... 5
2.2 Tujuan Grounded Theory............................................................... 6
2.3 Karakteristik Metode Penelitian Grounded Theory....................... 7
2.4 Prinsip Penelitian Grounded Theory ............................................. 7
2.5 Langkah- langkah Penelitian Grounded Theory............................ 9
2.6 Kelemahan dan Kelebihan Grounded Theory................................. 18
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 19
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................. 19
Daftar Pustaka .................................................................................................. 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara
lain dari kuantifikasi (pengukuran).Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk
penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,
aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah
pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan
memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu
yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Didalam penelitian kualitatif ada beberapa model penelitian yang digunakan. Salah
satunya model penelitian Grounded Theory dan kami akan membahas lebih mendalam
tentang model penelitian Grounded Theory.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian grounded theory
2. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tujuan penelitian grounded theory
3. Agar mahasiswa mampu karakteristik metode penelitian grounded theory
4. Agar mahasiswa mampu menjelaskan prinsip metode penelitian grounded
theory
5. Agar mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah penelitian Grounded
theory
6. Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan metode
penelitian grounded theory
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Grounded Theory
Penjelasan Strauss & Corbin tentang grounded theory adalah sebagai berikut:
“In this approach, researchers are responsible for developing other theories that
emerge from observing a group. The theories are “grounded” in the group’s
observable experiences, but researchers add their own insight into why those
experiences exist. In essence, grounded theory attempts to “reach a theory or
conceptual understanding through stepwise, inductive process”(Streubert &
Carpenter, 2011).
Istilah Grounded Theory pertama kali diperkenalkan oleh Glaser & Strauss
pada tahun 1967. Glaser adalah seorang sosiolog sekaligus dosen di Colombia
University dan University of California School of Nursing. Sedangkan Strauss juga
seorang sosiolog yang bekerja sebagai Direktur Social Science Research, Institute for
Psychiatric and Psychosomatic Research and Training. Glaser & Straus dalam
bukunya The Discovery of Grounded TheoryStrategies for Qualitative
Research menyatakan “We believe that the discovery of theory from data-which we
call grounded theory-is a major task confronting sociology today, for, as we shall try
to show, such theory fits empirical situations, and is understanable to sociologists and
layman alik.
Intinya: “Dalam pendekatan ini, peneliti bertanggung jawab untuk
mengembangkan teori-teori lain yang muncul dari pengamatan terhadap suatu
kelompok. Teori-teori itu bersifat “grounded” dalam pengalaman-pengalaman
kelompok yang diamati; tetapi peneliti menambahkan pemahamannya sendiri ke
dalam pengalaman-pengalaman itu. Esensinya, grounded theory berusaha mencapai
suatu teori atau pemahaman konseptual melalui proses bertahap dan induktif.”.
Pada dasarnya Grounded Theory dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu-
ilmu sosial, meskipun demikian seorang peneliti tidak perlu ahli dalam bidang ilmu
yang sedang ditelitinya. Hal yang lebih penting adalah bahwa dari awal peneliti telah
memiliki pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang ditelitinya, supaya ia paham
jenis dan format data yang dikumpulkannya(Streubert & Carpenter, 2011).
5
Model Grounded Theory memungkinkan peneliti melakukan riset prosessual,
yaitu riset yang berfokus pada “rangkaian peristiwa, tindakan, dan aktivitas
individual maupun kolektif yang berkembang dari waktu ke waktu dalam konteks
tertentu.Grounded Theory berguna dalam situasi˗situasi ketika sedikit sekali yang
diketahui tentang topic atau fenomena tertentu, atau ketika diperlukan pendekatan
baru untu latar˗latar yang sudah dikenal.Pada umumnya, tujuan Grounded Theory
adalah membangun teori baru, walaupun sering juga digunakan untuk memperluas
atau memodifikasi teori yang telah ada (Latimer, 2003).
Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
grounded theory adalah suatu yang bersifat konseptual atau teori sebagai hasil
pemikiran induktif dari data yang dihasilkan dalam penelitian mengenai suatu
fenomena. Atau suatu teori yang dibangun dari data suatu fenomena dan
dianalisis secara induktif, bukan hasil pengujian teori yang telah ada.Untuk
menganalisis data secara induktif diperlukan kepekaan teori (theoretical
sensitivity).
2. Tujuan Grounded Theory
Sesuai dengan nama yang disandangnya, tujuan dari Grounded Theory adalah
teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi
tindakan/ interaksi, karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap
perilaku.Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti
paradigma penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari data menuju suatu teori.
Oleh karena itu yang diperlukan dalam proses menuju teori tersebut adalah prosedur
yang terencana dan teratur (sistematis).Grounded theory adalah teori yang diperoleh
dari hasil pemikiran induktif dalam suatu penelitian tentang fenomena yang ada.
Grounded theory ini ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan melalui pengumpulan
data secara sistematis dan analisis data yang terkait dengan fenomena tersebut. Oleh
karena itu kumpulan data, analisis dan teori saling mempengaruhi satu sama lain.
Peneliti tidak mulai dengan suatu teori kemudian membuktikannya, tetapi memulai
dengan melakukan penelitian dalam suatu bidang, kemudian apa yang relevan dengan
bidang tersebut dianalisis (Denzin & Lincoln, 2003).
6
3. Karakteristik Metode Penelitian Grounded Theory
Ciri-ciri grounded theorymenurut Streubert & Carpenter (2011) adalah sebagai
berikut:
1) Grounded theory dibangun dari data tentang suatu fenomena, bukan suatu hasil
pengembangan teori yang sudah ada.
2) Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif bukan
secara deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada penelitian kuantitatif.
3) Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus dipenuhi 4
(empat) kriteria yaitu:
a. cocok (fit), yaitu apabila teori yang dihasikan cocok dengan kenyataan sehari-
hari sesuai bidang yang diteliti.
b. dipahami (understanding), yaitu apabila teori yang dihasilkan menggambarkan
realitas (kenyataan) dan bersifat komprehensif, sehingga dapat dipahami oleh
individu-individu yang diteliti maupun oleh peneliti.
c. berlaku umum (generality), yaitu apabila teori yang dihasilkan meliputi
berbagai bidang yang bervariasi sehingga dapat diterapkan pada fenomena
dalam konteks yang bermacam-macam.
d. pengawasan (controll), yaitu apabila teori yang dihasilkan mengandung
hipotesis-hipotesis yang dapat digunakan dalam kegiatan membimbing secara
sistematik untuk mengambil data aktual yang hanya berhubungan dengan
fenomena terkait.
4) Kemampuan peneliti untuk memberi makna terhadap data sangat diperngaruhi
oleh kedalaman pengetahuan teoretik, pengalaman dan penelitian dari bidang yang
relevan dan banyaknya literatur yang dibaca. Hal-hal tersebut menyebabkan si
peneliti memiliki informasi yang kaya dan peka atau sensitif terhadap kejadian-
kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam fenomena yang diteliti.
4. Prinsip Penelitian Grounded Theory
1. Perumusan Masalah
Pemilihan dan perumusan masalah merupakan pusat terpenting dari suatu
penelitian ilmiah.Dengan memasukkan semua batasan dalam perumusan masalah,
masalah tersebut memungkinkan peneliti untuk mengarahkan penyelidikan secara
7
efektif dengan menunjukkan jalan ke pemecahan itu sendiri.Dalam pengertian nyata,
masalah adalah separuh dari pemecahan.
2. Deteksi Fenomena
Fenomena stabil secara relatif, ciri umum yang muncul dari dunia yang kita
lihat untuk dijelaskan.Yang lebih menarik, keteraturan penting yang dapat dibedakan
ini kadang-kadang disebut “efek”. Fenomena meliputi suatu cakupan ontologis yang
bervariasi yang meliputi objek, keadaan, proses dan peristiwa, serta ciri-ciri lain yang
sulit digolongkan ”(Streubert & Carpenter, 2011).
3. Penurunan Teori (Theory Generation)
Menurut Gleser dan Strauss, grounded theory dikatakan muncul secara
induktif dari sumber data sesuai dengan metode “constant comparison” atau
perbandingan tetap. Sebagai suatu metode penemuan, metode perbandingan tetap
merupakan campuran pengodean sistematis, analisis data, dan prosedur sampling
teoritis yang memungkinkan peneliti membuat penafsiran pengertian dari sebagian
besar pola yang berbeda dalam data dengan pengembangan ide-ide teoritis pada level
abstraksi yang lebih tinggi, daripada deskripsi data awal ”(Streubert & Carpenter,
2011).
4. Pengembangan Teori
Gleser dan Strauss memegang suatu perspektif dinamis pada konstruksi teori.
Ini jelas dari klaim mereka bahwa strategi analisis komparatif untuk penurunan teori
meletakkan suatu tekanan yang kuat pada teori sebagai proses; yaitu, teori sebagai
satu kesatuan yang pernah berkembang, bukan sebagai suatu produk yang sempurna
”(Streubert & Carpenter, 2011).
5. Penilaian teori(Theory Appraisal)
Gleser dan Strauss menjelaskan bahwa ada yang lebih pada penilaian teori
daripada pengujian untuk kecukupan empiris. Kejelasan, konsistensi, sifat hemat,
kepadatan, ruang lingkup, pengintegrasian, cocok untuk data, kemampuan
menjelaskan, bersifat prediksi, harga heuristik, dan aplikasi semua itu disinggung
sebagai kriteria penilaian yang bersangkutan ”(Streubert & Carpenter, 2011).
8
6. Grounded theory yang direkonstruksi.
Sama halnya konstruksi suatu makalah yang merupakan kelengkapan suatu
penelitian dibandingkan perhitungan naratif penelitian tersebut, maka
rekonstruksi filosofis metode merupakan konstruksi yang menguntungkan.
Prinsip˗prinsip utama dari model penelitian Grounded Theory menurut
Charmaz (2006) adalah:
1. Pertanyaan penelitian
2. Pengumpulan dan analisa datasecra terus menerus
3. Melakukan proses sampling hingga membangun teori
4. Membangun kategori data dari data empiris
5. Mengembangkan teori pada setiap langkah pengumpulan dan
analisa data
6. Melakukan “memo writing” sebagai cara untuk meningkatkan
teori
5. Langkah- langkah Penelitian Grounded Theory
1. Langkah Teoretisasi Penelitian Grounded
Karena tujuan akhir penelitian Grounded ialah untuk menghasilkan teori
berdasarkan data, maka terdapat tiga langkah penting untuk menghasilkan teori tersebut,
yaitu:
a. Konseptualisasi adalah langkah memahami data secara jeli untuk melahirkan
konsep. Caranya, semua data dibaca dengan cermat untuk diperoleh kata-kata
kunci. Dari kata-kata kunci akan diperoleh label secara konseptual. Misalnya,
konsep tentang “kepemimpinan”, “idealisme”, “reward and punishment” dan
sebagainya.
b. Kategorisasi konsep. Jika konsep berangkat dari pelabelan data dari kata-kata
kunci, maka kategorisasi adalah tahap mengumpulkan konsep-konsep secara lebih
abstrak. Langkah untuk memperoleh kategori adalah dengan cara mencari
perbedaan dan persamaan masing-masing konsep. Data dengan ciri-ciri yang sama
dikelompokkan ke dalam satu kelompok kategori. Yang berbeda untuk sementara
disingkirkan sambil mencari jika ada data yang memiliki ciri-ciri yang sama lagi
dalam pembacaan data lebih lanjut.
9
c. Melahirkan proposisi. Proposisi adalah pernyataan yang mengandung hubungan
antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai atau benar atas sesuatu yang
relevan dengan keadaan di lapangan. Penyusunan konsep, kategori, dan proposisi
merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan teori, sebagai tujuan akhir
dari grounded research.
2. Pengumpulan data dan penyampelan teoritik
Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory adalah
peneliti sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama
yang dapat digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam
(depth interview). Metode observasi dan wawancara dalam Grounded Theory tidak
berbeda dengan observasi dan wawancara pada jenis penelitian kualitatif lainnya.
Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian
Grounded Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena
yang dikumpulkan.Paling tidak, pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk
menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat
prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas. Seorang
peneliti Grounded Theory selalu mempertanyakan “mengapa suatu kondisi terjadi?”,
“apa konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?”, dan “seperti apa tahap-
tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung”?.
Sampel dalam Grounded Theory masalah sampel penelitian tidak didasarkan
pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam
bentuknya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik.
Penyampelan teoritik adalah pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang
terbukti berhubungan secara teoritik dengan teori yang sedang disusun.Tujuannya
adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan
ukuran yang secara langsung menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika
peneliti sedang meneliti “warna kuning” yang di dimensinya terdiri atas “intensitas
corak” dan “kecerahan”, maka peneliti memutuskan untuk mendalami “intensitas
corak” saja (tidak lagi membahas tentang ‘kecerahan”), berarti ia sudah melakukan
penyampelan. Penegasan ini memberi makna, bahwa pada dasarnya yang di sampel
itu bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-benda), melainkan obyek
material yang berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan.Namun demikian,
karena fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan
10
sendirinya obyek formal juga ikut di sampel dalam peroses pengumpulan atau
penggalian fenomena.
Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah
terpilih itulah yang dicari atau digali oleh peneliti ketika proses pengumpulan data.
Karena fenomena itu melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun
terus bertambah sampai tidak ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh
beberapa subyek yang terakhir.Itulah sebabnya, penentuan sampel subyek dalam
penelitian Grounded Theory, seperti halnya penelitian kualitatif pada umumnya, tidak
dapat direncanakan dari awal.Subyek-subyek yang diteliti secara berproses ditentukan
di lapangan, kaetika pengumpulan data berlangsung. Cara penyampelan inilah yang
disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.
Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded
Theory diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean.
Ada tiga pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Penyampelan Terbuka
Penyampelan ini bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin
sepanjang berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal
penelitian.Karena pada tahap awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang
relevan secara teoritik, maka obyek pengamatan dan orang-orang yang diwawncarai
juga masih belum dibatasi.Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal
inilah kemudian dianalisis dengan pengkodean terbuka.
b. Penyampelan Relasional dan Variasional
Sebagaimana diutarakan di atas, tujuan pengkodean terporos adalah
menghubungkan secara lebih khusus kategori-kategori dengan sub-
subkategorinya.Untuk maksud ini perlu dilakukan penyampelan yang berfokus pada
pengungkapan dan pembuktian hubungan-hubungan tersebut.Kegiatan itu dinamakan
penyampelan relasional dan variasional.Pada penyampelan relasional dan variasional
diupayakan untuk menemukan sebanyak mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam
data. Hal pokok yang perlu pada penemuan perbedaan tingkat ukuran tersebut adalah
proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan di sini adalah memilih subyek,
lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian dengan perubahan.
c. Penyampelan Pembeda
11
Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean terpilih.Karena itu
tujuan penyampelan pembeda di sini adalah penetapan subyek yang diduga dapat
memberi peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan
antarkategori.Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory
berlangsung secara bertahap dan dalam rentang waktu yang relatif lama. Proses
pengambilan sampel juga berlangsung secara terus menerus ketika kegiatan
pengumpulan data. Jumlah sampel bisa terus bertambah sejalan dengan pertambahan
jumlah data yang dibutuhkan.Ketentuan umum dalam Grounded Theory adalah
melakukan penyampelan hingga pemenuhan teoritik bagi setiap kategori tercapai.
Maksudnya, penyampelan dihentikan apabila:
(a) tidak ada lagi data baru yang relevan,
(b) penyusunan kategorinya telah terpenuhi; dan
(c) hubungan antarkategori sudah ditetapkan dan dibuktikan.
Dari keterangan tentang prinsip penyampelan di atas, pengambilan kesimpulan
dalam penelitian Grounded Theory tidak didasarkan pada generalisasi, melainkan
pada spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini, penelitian Grounded Theory
bermaksud untuk membuat spesifikasi-spesifikasi terhadap:
1) Kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena,
2) Tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu,
3) Konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/interaksi itu.
3. Analisis Data
Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grounded
Theory adalah proses yang saling berkaitan erat, dan harus dilakukan secara
bergantian (siklus). Karena itu kegiatan analisis yang dibicarakan pada bagian berikut
telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung.Kegiatan analisis
dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding). Pengkodean
merupakan proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan
cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian Grounded Theory adalah untuk
menyusun teori, memberikan ketepatan proses penelitian, membantu peneliti
mengatasi bias dan asumsi yang keliru, dan memberikan landasan, memberikan
kepadatan makna, dan mengembangkan kepekaan untuk menghasilkan teori.
Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu:
pembuatan perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of
12
analysis) dan pengajuan pertanyaan. Dalam konteks penelitian Grounded Theory, hal-
hal yang diperbandingkan itu cukup beragam, yang intinya berada pada sekitar
relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian
dan posisi dari setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu
tingkatan garis kontinum.
Analisis data dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
a. Pengkodean Terbuka (Open Coding)
1) Pelabelan fenomena (konseptualisasi data)
Pelabelan fenomena merupakan langkah awal dalam analisis. Yang dimaksud
dengan pelabelan fenomena adalah pemberian nama terhadap benda, kejadian atau
informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara. Pada hakikatnya,
pelabelan itu merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan konsep-
konsep tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu tidak lain adalah satu kegiatan
konseptualisasi data.
Cara untuk melakukan pelabelan ini ialah dengan membandingkan insiden-
insiden, sampai dapat diberikan nama yang sama untuk fenomena-fenomena yang
serupa. Cara ini tidak sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara dengan
kata-kata kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang panjang, melainkan
memberikan konsep baru terhadap fenomena (atau kegiatan konseptualisasi).Sebagai
contoh, jika peneliti melihat sekelompok orang duduk melingkar mengelilingi sebuah
meja besar, di mana masing-masing menyampaikan pendapat secara bergantian di
bawah koordinasi seorang yang mengatur lalu-lintas pembicaraan, maka fenomena
yang berlangsung dalam waktu yang lama ini dapat diberi label dengan diskusi atau
rapat.
2) Penemuan dan penamaan kategori (kategorisasi konsep)
Pada hakikatnya, setiap fenomena yang sudah diberi label adalah unit-unit
data yang masih berserakan.Kapasitas intelektual manusia tidak cukup kuat untuk
sekaligus memproses dan menganalisis informasi yang jumlahnya besar seperti
itu.Untuk menyederhanakan data tersebut perlu dipisahkan ke dalam beberapa
kelompok. Penyederhanaan data itu pada umumnya dilakukan dengan cara
mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian membagi-
baginya ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi) sesuai sifat dan
13
substansinya. Proses kategorisasi ini pada dasarnya tergantung pada tujuan
penelitian yang sudah ditetapkan pada rancangan penelitian.
Jika dalam pelabelan fenomena dilakukan proses konseptualisasi, maka dalam
pemberian nama kategori dilakukan proses abstraksi. Kegiatan ini berkaitan dengan
logika induktif, di mana sejumlah unit data yang sama atau memiliki keserupaan
dikelompokkan dalam satu kategori kemudian diberi nama yang lebih abstrak.
Kambing, lembu, dan kerbau, misalnya, adalah konsep-konsep yang memiliki
keserupaan dan dapat dikelompokkan jadi satu kategori dengan nama binatang
menyusui (mamalia). Contoh lain, jika anda melihat anak-anak sedang bermain, lalu
ada yang “merebut” mainan, “menyembunyikan mainan”, “menjauhi teman”,
“menangis”, maka semua konsep perilaku itu dapat dijadikan satu kategori, yaitu
sebagai “strategi untuk menghindari pinjaman atas mainan miliknya”. Intinya adalah
memadukan konsep-konsep –yang menurut tujuan penelitian anda memiliki
keserupaan—menjadi satu kategori dan kemudian memberi label (nama) yang lebih
abstrak yang mencakup semua konsep tersebut.
Dalam pemberian nama kategori ini, adakalanya peneliti membuat sendiri
nama yang sesuai dengan kelompok unit data, tetapi adakalanya meminjam istilah
yang sudah dibuat oleh peneliti atau ahli lainnya. Kedua-duanya tetap dibenarkan
dalam Grounded Theory. Namun demikian, cara pemberian nama yang paling
dianjurkan, adalah dengan menggunakan istilah yang dipakai oleh subyek yang
diteliti, karena cara inilah yang disarankan sesuai dengan pendekatan emic yang
menjadi ciri dari setiap penelitian kualitatif.
3) Penyusunan Kategori
Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya.Yang dimaksud
dengan sifat di sini adalah karakteristik atau atribut suatu kategori (yang berfungsi
sebagai ranah ukuran, dimensional range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat
dalam suatu kontinium.Lambang-lambang Partai Golkar dalam suatu kampanye,
misalnya, berupa kaos, jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya,
semua dikategorikan dengan “warna kuning”. “Warna kuning” (kategori) dari
lambang-lambang yang tampak itu sesungguhnya tidak persis sama, di sana ada
perbedaan baik dari segi intensitas coraknya, maupun kecerahannya. Intensitas corak
dan kecerahan itulah sifat dari “warna kuning” tersebut.Masing-masing sifat itu
memiliki dimensi yang dapat diukur.Setiap dimensinya dapat ditempatkan pada posisi
tertentu dalam garis kontinium.Intensitas corak warna itu, misalnya, dapat diberi
14
ukuran mulai dari yang “kuning tebal” (orange) sampai pada “kuning tipis” (keputih-
putihan).Demikian seterusnya, setiap kategori data bisa ditempatkan di mana saja di
sepanjang kontinua dimensional secara bervariasi.Akibatnya, setiap kategori memiiki
profil dimensional yang terpisah.Beberapa profil itu dapat dikelompokkan sehingga
membentuk suatu pola.Profil dimensional ini menggambarkan sifat khusus dari suatu
fenomena dalam kondisi-kondisi yang ada.
Hal penting yang perlu dipahami adalah penentuan sifat umum dari suatu
fenomena atau kategori. Sifat umum dari setiap kategori fenomena tentu tidak sama.
Sifat umum dari warna, adalah intensisitas corak dan kecerahan, sedangkan sifat
umum dari perilaku adalah frekuensi, intensitas, durasi, dan seterusnya.
b. Pengkodean Terporos (Axial Coding)
Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali
dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antarkategori.Pengkodean ini diawali
dari penentuan jenis kategori kemudian dilanjutkan dengan penemuan hubungan antar
kategori atau antarsubkategori. Dalam Grounded Theory, setiap kategori harus
dikelompokkan ke dalam satu jenis kategori berikut yaitu kondisi kausal, konteks,
kondisi pengaruh, strategi aksi/interaksi, dan konsekuensi. Sistem pengelompokan
kategori ini disebut dengan model paradigma Grounded Theory.Tugas peneliti pada
tahap ini adalah memberi kode terhadap setiap kategori data, dengan mengajukan
pertanyaan, “termasuk jenis kategori apa data ini”? Model paradigma inilah yang
menjadi dasar untuk menemukan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.
Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan subkategori dengan
kategorinya.Sifat pertanyaan yang diajukan dalam pengkodean terporos mengarah
pada suatu jenis hubungan.Alternatif hubungan-hubungan itu adalah; hubungan antara
kondisi kausal dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi
aksi/interaksi, hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi,
hubungan antara strategi aksi/interaksi dengan konsekuensi.
c. Pengkodean Terpilih (Selective Coding)
Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan data adalah
dengan menggabungkan semua kategori, sehingga menghasilkan tema
khusus.Penggabungan tidaklah banyak berbeda dengan pengkodean terporos, kecuali
tingkat abstraksnya.Konsep-konsep yang digunakan dalam penggabungan lebih
15
abstrak dari konsep pengkodean terporos.Cara ini merupakan tugas peneliti yang
paling sulit.Kepekaan teoritik dari peneliti amat penting di sini. Inti dari proses
penggabungan itu adalah, bagaimana peneliti dapat menemukan spirit teoritis dari
semua kategori. Spirit teoritis itu mungkin saja tidak tampak secara eksplisit, tetapi
tertangkap oleh pikiran peneliti. Ada beberapa tahapan kerja yang disarankan dalam
proses pengkodean terpilih ini; Mereproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke
dalam pikiran. Mengidentifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang
berisi inti cerita atau data. Pertanyaan yang perlu diajukan peneliti terhadap dirinya
sendiri, adalah “apakah yang tampak menonjol dari wilayah penelitian ini?”, atau
“apa masalah utamanya”.
Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat sebagai
kategori inti. Keriteria kategori inti yang disimpulkan itu ialah bahwa ia merupakan
inti masalah yang dapat mencakup semua fenomena/data. Kategori inti harus cukup
luas agar mencakup dan berkaitan dengan kategori lain. Kategori inti ini dapat
diibaratkan sebagai matahari yang berhubungan secara sistematis dengan planet-
planet lain. Lalu kategori inti tersebut diberi nama (konseptualisasi). Menentukan
pilihan kategori inti. Jika ternyata pada tahap “c” ada dua atau tiga kategori inti, maka
mau tak mau harus dipilih satu saja. Kategori inti lainnya dijadikan sebagai kategori
tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini.
Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti sebenarnya telah
sampai pada penemuan tema pokok penelitian.Pada umumnya metode kualitatif
menganggap penelitian telah selesai pada penemuan tema ini. Lain hal dalam
Grounded Theory, tema utama (yang sudah ditemukan) dipandang sebagai dasar
untuk merumuskan masalah utama dan hipotesis penelitian. Karena itu, peneliti perlu
merumuskan masalah pokok dan hipotesis penelitiannya.Berdasarkan masalah dan
hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi ke lapangan untuk mengabsahkan atau
membutikannya.Hasil pembuktian itulah yang menjadi temuan penelitian, yang
disebut sebagai teori.
4. Analisis Proses
Menganalisis proses merupakan bagian penting dalam Grounded Theory.
Yang dimaksud dengan analisis proses adalah pengaitan urutan tindakan/interaksi.
Kegiatan analisis ini terdiri dari penelusuran terhadap:
(a) perubahan kondisi,
16
(b) respon (strategi aksi/interaksi) terhadap perubahan
(c) konsekuensi yang timbul dari respon, dan
(d) penjabaran posisi konsekwensi sebagai bagian dari kondisi.
Pada penelitian Grounded Theory, analisis proses bukan merupakan bagian
dari tahapan kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam
pengkodean (khusus pada pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil
analisis proses itu juga perlu ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud
analisis proses ini adalah sebagai cara untuk menghidupkan data melalui
penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi untuk mengetahui urutan dan atau
rangkaian data. Dalam pengaitan itu tidak hanya untuk mengenali urutan waktu atau
kronologi suatu peristiwa, melainkan yang lebih penting adalah untuk menemukan
keterkaitan antara stimulus, respon, dan akibat.Kondisi, respon, dan konsekwensi
harus dilihat sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis dan berputar
mengikuti garis lingkaran.Dalam prakteknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan
progresif dan dapat pula dilihat sebagai pergerakan nonprogresif.
Kedua perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Proses sebagai pergerakan progresif.
Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif, maka peneliti dapat
mengkonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau tahapan. Cara ini cukup
baik untuk penelitian yang membahas tentang perkembangan, sosialisasi, transformasi
mobilitas sosial, imigrasi, dan peristiwa sejarah.Hal penting yang perlu diingat di sini
ialah bahwa kesemua unsur paradigma Grounded Theory harus berperan dalam
menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di mana keterkaitan atau hubungan-
hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan.
b. Proses sebagai pergerakan nonprogresif
Bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi secara kronologis, karena tidak
jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat dinyatakan sebagai langkah-langkah
dan fase-fase progresif yang runtut.Untuk fenomena seperti ini, peneliti dianjurkan
untuk menganalisis penggantian atau perubahan tindakan/interaksi yang terencana
sebagai tanggapan atas perubahan kondisi.
Cara untuk menghasilkan teori dengan Grounded Theory terdiri dari lima fase
yang harus dii kuti yaitu: desain penelitian, pengumpulan data, penyusunan data,
analisis data, dan pembanding dengan literature. Dari lima fase tersebut, ada 9 langkah
yang harus diikuti, meliputi:
17
1. Tinjauan ulang literatur teknisi
2. Memilih kasus
3. Membuat protocol pengumpulan data yang kuat
4. Masuk ke lapangan
5. Penyusunan data
6. Percontohan teoritis
7. Mencapai akhir penelitian
8. Pembanding teori yang muncul dengan literature yang telah ada
6. Kelemahan dan Kelebihan Grounded Theory
Kelemahan penggunaan model Grounded Theory terlalu memakan waktu yang
lama. Hal ini dikarenakan adanya metodologi yang mengharuskan para peneliti untuk
bersikap sangat teliti dan rajin.Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan
data pada penelitian Grounded Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada
penelitian fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak pada Grounded Theory sangat
ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history)
untuk melihat prosesnya serta ditunjukan untuk menangkap hal˗hal yang bersifat
kausalitas (perihal sebab akibat).
Kelebihan metode grounded theory adalah
a) Fokus penelitian diarahkan pada proses yang berhubungan dengan sebuah
topik substantif.
b) Penjaringan data (yang dilakukan secara stimulan dengan analisis data)
dilakukan dengan menggunakan penyampelan teoritis.
c) Analisis data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengodean terbuka,
pengodean poros, dan pengodean selektif. Sambil melaksanakan
perbandingan konstan dan membuat pertanyaan tentang data-data
yang diperoleh.
d) Sewaktu menganalisis data untuk memunculkan kategori-kategori, sebuah
kategori inti diidentifikasi.
18
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penelitian Grounded Theory adalah tekhnik penelitian induktif yang bertujuan untuk
menjelaskan dan membuktikan sebuah konsep teori dengan prinsip-prinsip metode ilmiah
meliputi perumusan masalah, deteksi fenomena, penurunan teori (theory Generation),
pengembangan teori, penilaian teori (Theory Appraisal)sehingga muncul grounded theory
yang direkonstruksi.
Karakteristik model penelitian Grounded Theory yaitu fokus penelitian diarahkan
pada proses yang berhubungan dengan sebuah topik substantif, penjaringan data (yang
dilakukan secara stimulan dengan analisis data) dilakukan dengan menggunakan
penyampelan teoritis. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean
(coding). Langkah teoretisasi penelitian Grounded adalanseptualisasi, kategorisasi konsep,
dan melahirkan proporsi.Kelemahan penggunaan model Grounded Theory terlalu memakan
waktu yang lama. Kelebihan model Grounded Theory yaitu kualiatas Grounded Theory sama
seperti pada penelitian lain, dan juga ditentukan oleh proses penelitian di mana teori
menghasilkan serta berbalasan empiris dari temuan atau teori yang dihasilkan. Grounded
Theory sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life
history) untuk melihat prosesnya serta ditunjukan untuk menangkap hal˗hal yang bersifat
kausalitas (perihal sebab akibat).
2. Saran
Dalam pemilihan metode penelitian kualitatif, penggunaan model grounded theory
sebaiknya dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan karakteristik
metode ini yaitu dengan alasan keterbatasan literatur dan sumber data. Pelaksanaan penelitian
kualitatif metode grounded theory yang membutuhkan waktu lama mengharuskan peneliti
melakukan proses penelitian dengan sistematis dan fokus pada data yang didapat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Charmaz, K. (2006). Constructing Grounded Theory: a Practice Guide through Qualitative
Analysis. London: Sage.
Corbin, J & Strauss, A. (2008). Basics of Qualitative Research: Techniques and Procedures
for Developing Grounded Theory 3rd Edition. Thousand Oaks, CA: Sage
Denzin, N.K. & Lincoln, Y. S. (2003). The lanscape of qualitative research: theories and
issues. Thousand Oaks, CA: Sage
Latimer, J. (2003). Advanced qualitative research for nursing. Blackwell Science
Streubert, H.J & Carpenter, D.R. (2011). Qualitative research in nursing: Advamcing the
humanistic imperative. 5th ed. Wolters Kluwer Health
20