Makalah Pem Labortorium Prsyarafan
-
Upload
nasha-tueez -
Category
Documents
-
view
36 -
download
4
Transcript of Makalah Pem Labortorium Prsyarafan
MAKALAH PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN
LABORATORIUM
SISTEM PERSYARAFAN
Disusun Oleh :
Kelompok 5
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2012
ANGGOTA KELOMPOK
Eni Astutiningsih A11100708
Agus Junaedi A11100709
Nasikhatus Sangadah A11100710
Tri Septi Pujirahayu A11100712
Ikhsan A11100714
Haniati Nur Fazari A11100715
Budiman A11100716
Fedi Sudrajat A11100717
Dwi Nur Miftahul Jannah A11100718
Istingadah A11100719
Nur Arifah Afiani A1100721
Tri Wahyu Widodo A11100722
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium sistem persyarafan”
sebagai salah satu tugas semester III pada mata kuliah Blok
Persyarafan..
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini yaitu:
1. H. Giyatmo S Kep Ners, selaku ketua STIKES
Muhammadiyah Gombong
2. Herniyatun,M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua prodi S1
Keperawatan
3. Ibu dan ayah tersayang yang selalu memberikan dukungan
moril maupun materil serta doa yang tulus sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa laporan ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Gombong, 26
Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik sangat penting dilakukan untuk
mencatat hasil pemeriksaan neurologis secara akurat, karena keputusan
penanganan sangat tergantung dari pemeriksaan - pemeriksaan selanjutnya
yang menunjukan perbaikan atau perburukan penderita. Setiap hari ratusan
ribu pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dilakukan.Teknologi tinggi
dan tahan lama meningkatkan penggunaan pemeriksaan sensitif pada
pemantauan semua kesejahteraan pasien dan membuat diagnosis khusus
pasien.
B.Tujuan
1. Mengetahui pengertian pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik persyarafan
2. Memahami macam pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik pada persyarafan
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat memenuhi tugas semester III
Sebagai sumber reverensi mengenai pemeriksaan
diagnostik maupun laboratorium
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber pedoman dalam memahami berbagai
macam pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
3. Bagi Dosen
Dapat menjadi referensi bagi dosen terkait dengan
pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium adalah suatu tindakan dan
prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil
bahan/sample dari penderita, dapat berupa urine (air
kencing), darah, sputum (dahak), atau sampel dari hasil
biopsi.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan pemeriksaan yang
memantau keadaan kesehatan pasien dan membantu
mendiagnosa kondisi yang spesifik. Petunjuk petunjuk
umum pemeriksaan diagnostik adalah hasil normal,
deskripsi, masalah klinis, prosedur, diagnosa
keperawatan, dan implikasi keperawatan.
B. Pertimbangan Pengguanaan
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Nilai Rujukan
Nilai-nilai pemeriksaan laboratorium dapat berbeda-
beda dalam setiap laboratorium. Oleh karena itu
penting untuk mengetahui nilai nilai standar dari
laboratorium institusi tempat bekerja. Nilai standar
laboratorim yang diberikan relatif sama pada hampir
semua laboratorium
b. Diskripsi
Informi yang diberikan setiap pemeriksaan
laboratorium dan tujuan tujuannya.
c. Masalah - masalah klinis
Penyakit penyakit yang diderita yang berhubungan
dengan penrunan dan peningkatan hasil
pemeriksaan dibuat berdasarkan penurunan
frekuensi kejadian. Obat yang dapat mempengaruhi
hasil negatif atau positif yang slah dapat
menyebabkan suatu hasil pemeriksaan yang salah.
Obat - obat ynag diminum pasien dan yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan sebaiknya dicatat.
d. Prosedur
Beberapa anjuran yag bermanfaat dan berguna
untuk semua pemeriksaan.
1) Ikuti peraturan dan prosedur institusional
2) Dapatkan sejumlah spesimen yang dianjuran
(darah, urine, dll)
3) Hindari pengambilan darah vena pada lengan
atau tangan dimana terdapat cairan cairan
intravena
4) Cantumkan label pasien dengan jelas pada
tabung spesimen
5) Catat obat obat penting pada label atau daftar
permintaan
6) Hindari hemolisis , jangan mengocok spesimen
darah
7) Lakukan tindakan tindakan aseptik pada waktu
pengambilan dan penanganan setiap spesimen
8) Jangan melakukan pembatasan cairan kecuali
diindikasikan
e. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat berhubungan
dengan hampir semua atau seluruh pemeriksaan
laboratorium adalah :
1) Kurang pengetahuan b.d prosedur pemeriksaan
dan asalah masalah kesehatan.
2) Ketidakpatuhan pada program pemeriksaan b.d
penjelasan yang tidak adekuat mengenai
prosedur pemeriksaan .
f. Implikasi Keperawatan
Implikasi - implikasi keperawatn umum yang
mungkin tidak dapat diulangi dalam setiap
pemeriksaan laboratorium :
1) Mengerti mengenai pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pada setiap
pemeriksaan pada pasien maupun keluarga
(Joyce LeFever Kee.1997)
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hasil Normal
Menyatakan ukuran struktur dan fungsi organ
normal menurut hasil pemeriksaan
b. Deskripsi
Informasi mengenai dan tujuan tujuan
pemeriksaan yang diuraikan secara singkat
c. Masalah klinis
Meliputi penyakit atau kondisi kondisi yang
berhubungan dengan hasil yang abnormal atau
indikasi indikasi untuk pemeriksaan.
d. Prosedur
1) Tanda tangan format persetujuan
2) Pembatasan makanan dan minuman
3) Ikuti kebijakan institusi
e. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin
berhubungan dengan pemeriksaan diagnostik
yang sering dilakukan adalah :
1) Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan prosedur pemeriksaan dan masalah
kesehatan.
2) Ketidakpatuhan dalam persiapan yang
berhubungan dengan ketidakadekuatan
penjelasan mengenai prosedur.
3) Ansietas yang berhubungan dengan
prosedur pemeriksaan dan kemungkinan
hasil pemeriksaan yang abnormal.
f. Implikasi Keperawatan
1) Ketahui jenis pemeriksaan
2) Jelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien
dan atau keluarga
3) Luangkan waktu dan jawab pertanyaan
pasien.Dukung pasien dan keluarga.
(Joyce Le Fever Kee.1997)
C. Jenis Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Angiografi Cerebral
Adalah proses penyelidikan dengan
menggunakan sinar-x terhadap sirkulasi serebral
setelah zat kontras disuntikan kedalam arteri yang
dipilih. Angiografi cerebral adalah alat yang
digunakan untuk menyelidik penyakit vaskular,
aneurisma, dan malformasi arteriovena. Hal ini sering
dilakukan sebelum pasien menjalani kraniotomi
sehingga arteri dan vena serebral terlihat dan untuk
menentukan letak, ukuran dan proses patologis. Dan
juga digunakan untuk mengkaji keadaan yang baik
dan adekuatnya sirkulasi serebral.
Kebanyakan angiografi serebral dilakukan
dengan memasukkan kateter melalui arteri femoralis
diantara sela paha dan masuk menuju pembuluh
darah bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan
dengan tusukan langsung pada arteri karotis atau
arteri vertebral atau dengan suntikan mundur
kedalam arteri brankhialis dengan zat kontras.
Persiapan pasien. Pasien harus dalam
keadaan hidrasi yang baik dan cairan yang jernih
yang selalu diizinkan selama waktu pemeriksaan.
Sebelum menuju ruang radiologi, pasien
diinstruksikan untuk berkemih. Lokasi denyutan
pembuluh darah perifer yang tepat ditandai dengan
pena. Pasien diminta untuk tidak bergerak selama
proses pencitraan dan diberi tahu tentang adanya
rasa hangat singkat di wajah, belakang mata atau
dirahang, gigi, lidah, dan bibir dan rasa logamketika
agens kontras diinjeksikan.
Setelah sela paha dicukur dan disiapkan,pasien
diberikan anestesi lokal untuk untuk mencegah nyeri
pada saat daerah yang telah disiapkan ditusuk dan
untuk menurunkan spasme arteri.Kateter dimasukan
ke dalam arteri femoralis, dilairkan Nacl 0,9% dan
heparin, dan diisi zat kontras .Fluoroskopi digunakan
untuk mengarahkan kateter masuk ke dalam
pembuluh darah yang tepat. Selama penyuntikan zat
kontras terlihat bayangan sirkulasi vena dan arteri
yang melalui otak.( Brunner & Suddart.2002)
Indikasi
Untuk mendeteksi aneurisma serebrovaskular,
trombosis serebral, hematoma, tumor dari
peningkatan vaskularisasi, plaque serebral atau
spasme, fistula serebral.
b. Elektroenchepalografi
Elektroenchepalografi merekam aktifitas umum
elektrik di otak, dengan meletakan elektroda pada
daerah kulit kepala atau dengan menempatkan
mikroelektroda dalam jaringan otak (Brunner &
Suddart).
Prosedur, Elektroda di pasang pada kulit kepala
untuk merekam aktivitas elektrik pada berbagai
tempat di kepala. Aktifitas neuron- neuron yang kuat
diantara dua elektroda akan terekam pada lembar
kertasyang bergerak terus menerus . Gambaran EEG
biasanya dilakukan dengan posisi klien berbaring
terlentang namun klien dapat di dudukan di kursi
bersandar.
Persiapan pasien, Pasien dianjurkan untuk tidur
pada malam hari sebelum EEG.Obat penenang dan
perangsang tidak diberikan 24 sampai 48 jam
sebelum EEG,karena obat-obatan ini dapat mngubah
pola gelombang EEG atau menyembunyikan ola
gelombang abnormal pada gangguan kejang. Pasien
diberitahukan bahwa pemeriksaan EEG memerlukan
waktu 45-60 menit atau bahkan lebih lama jika sleep
EEG yang diberikan. EEG biasanya digunakan pada
pemeriksaan penyakit misalnya kejang,
neuroplasma,stroke,trauma kepala,infeksi sistem
saraf, dan kematian cerebral.)
c. Elektromiografi (EMG)
Sebuah elektromiografi (EMG) dihasilkan
dengan memasukkan elektroda-elektroda jaram ke
dalam otot rangka untuk mengukur perubahan
potensial listrik pada otot dan saraf-saraf yang
ditunjukkan. Potensial listrik terlihat pada oskiloskop
dan pengeras suara sehingga kedua suara dan
gambaran gelombang dapat dianalisis dan
dibandingkan secara serempak.
EMG mengukur aktivitas listrik otot rangka
saat istirahat dan selama kontraksi otot sadar. Jarum
elektroda dimasukan dalam otot rangka untuk
mendapatkan aktifitas listrik yang dapat terdengar
melalui pengeras suara, terlihat dioskiloskop atau
layar monitor dan dicatat pada kertas grafik pada
saat yang bersamaan. Dalam keadaan normal saat
istirahat , aktifitas listrik tidak ada atau minimal,
namun pada keadaan gangguan motorik, terjadi pola
abnormal .Pada kontraksi otot sadar, terdengar bunyi
letup yang keras dan peningkatan aktivitas listrik
(gelombang – gelombang ).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa
gangguan neuromuskular.EMG dapat digunakan
untuk membedakan antara miopati dan neuropati.
d. Computed Temography (CT)
Computed Temography (CT) membuat
penggunaan sinar sempit dari sinar-x untuk
memindai kepala dalam lapisan yang berurutan.
Bayangan yang dihasilkan memberikan gambaran
potongan melintang dari otak, dengan
membandingkan perbedaan jaringan padat pada
tulang kepala, korteks, struktur subkortikal, dan
ventrikel. Gambaran yang jelas pada masing-
masing bagian atau “irisan” otak, pada bayangan
akhir merupakan proporsi dari derajat dimana
sinar-x diabsorbsi. Bayangan ditunjukkan pada
osiloskop atau monitor TV dan difoto.(Brunner &
Suddart.2002)
Prosedur,pasien berbaring di atas meja yang
dapat disesuaikan dengan kepala pada posisi
terfiksasi, sementara sistem pemindaian berputar
disekitar kepala pasien . Pemindaian CT dilakukan
non invasif , tidak nyeri dan memiliki derajat
sensitivitas untuk mendeteksi lesi atau luka. CT
pada kepala digunakan untuk mendeteksi pada lesi
cerebral, hematoma, tumor, kista, abses,
infark,edema, atrofi,hidrochepalus.
e. Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) adalah
teknik pencitraan nuklir berdasarkan komputer yang
dapat menghasilkan bayangan fungsi orgal secara
aktual. Pasien menghirup gas radioaktif atau diinjeksi
dengan zat radioaktif yang memberikan partikel
bermuatan positif. Bila positron ini berkombinasi
dengan elektron-elektron bermuatan negatif
(normalnya didapat dalam sel-sel tubuh), resultan
sinat gamma dapat dideteksi oleh alat pemindai.
Dalam alat-alat pemindai, detektor tersusun dalam
sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa
gamabar dua dimensi pada berbagai tingkatan otak.
Informasi ini terintegrasi oleh komputer dan
memberikan sebuah komposisi bayangan kerja otak.
PET memungkinkan pengukuran aliran darah,
komposisi jaringan, dan metabolisme otak. Otak
adalah salah satu organ yang paling aktif
metabolismenya, yang mengkonsumsi 80% dari
glukosa yang digunakan tubuh. PET mengukur
aktifitas ini dengan spesifik pada daerah otak dan
dapat mendeteksi perubahan penggunaan glukosa.
Uji ini digunakan untuk melihat perubahan
metabolik otak (penyakit Alzheimer), melokasikan
lesi (tumor otak, lesi epileptogenik), mengidentifikasi
aliran dan metabolisme oksigen pada pasien stroke,
mengevaluasi terapi baru untuk tumor otak dan
menyatakan keadaan abnormal dari biokimia yang di
hubungkan dengan penyakit mental.
Persiapan pasien. Pasien disiapkan dengan
memberi penjelasan tentang uji dan mengajarakan
pasien untuk melakukan teknik inhalasi dan
kemungkinan sensasi yang dapat terjadi (pusing,
sakit kepala, kepala pusing, berkunang-kunang).
Suntikan intravena zat radioaktif menghasilkan efek
samping yang sama. Latihan relaksasi digunakan
untuk menurunkan ansietas selama tindakan.
(Brunner & Suddarth 2002)
f. Lumbal Pungsi
Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal
melalui fungsi pada daerah lumbal. Lumbal pungsi bertujuan
mengambil cairan cerebrospinal untuk kepentingan pemeriksaan
atau diagnostik maupun kepentingan therapi. Tujuan memperoleh
CSS adalah untuk mendeteksi sumbatan arakhnoid spinal.
Persiapan
Terdiri dari persiapan pasien dan persiapan alat.
1) Persiapan Pasien
a) Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga
tentang lumbal fungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi,
lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan
hal-hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang
diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut.
b) Meminta izin dari pasien atau kelurga dengan
menandatangani formulir kesediaan dilakukan tindakan
lumbal fungsi.
c) Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Pasien diletakkan miring dan punggung
berhadapan dengan dokter.
b) Paha dan kaki difleksi sehingga banya
kemungkina peningkatan runag antara
prosesus spinosus dengan tulang
belakang, sehingga memudahkan jarum
masuk ke ruang subarakhnoid.
c) Bantal kecil ditempatkan di bawah kepala
pasien untuk memperthankan posisi
tulang belakang dalam keadaan
horizontal.
d) Bantal diletakan diantara kaki untuk
mencegah kaki bagian atas memutar
progesif.
e) Pasien diinstruksikan unruk bernafas
dengan normal karen ahiperventilasi
dapat mengurangi peninggian tekanan.
f) Dokter memasukan jarum ke runag
subarakhnoid pada ruang antar lumbal
ke-3 dan ke-4 atau ke -4 dan ke -5
(Brunner & Suddart.2002)
g. MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
Pencitraan resonance magnetik untuk
mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada
tubuh. Foton magnetik (nukleus hidrogen ) di dalam
tubuh seperti magnet - magnet kecil di dalam medan
magnet. Setelah pengeboman dengan getaran
radiofrekuensi,foton memancarkan sinyal- sinyal,
yang diubah menjadi bayangan.MRI mempunyai
potensial untuk mengidentifikasi keadaan abnormal
cerebral dengan mudah dan lebih jelas dari tes
diagnostik lainnya. MRI dapat memberikan informasi
tentang perubahan kimia dalam sel, juga
memberikan informasi kepada dokter dalam
memantau respon tumor terhadap pengobatan. MRI
tidak menyebabkan radiasi ion.
Persiapan pasien, sebelum pasien dimasukan
ke dalam ruang MRI, semua benda logam dilepaskan
demikian pula. Riwayat yang lengkap berkaitan
dengan pemakaian benda logam dalam tubuh pasien
misalnya penjepit aneurisma, benda ortopedik, pacu
jantung ,katup jantung buatan,alat intra uterin.Benda
ini harus di buka. Benda tersebut bila dibiarkan
terpasang dapat menyebabkan gangguan fungsi,
dapat keluar atau menjadi panas karena
mengarbsorbsi energi.
Prosedur, Baringkan pasien dengan posisi datar
di tempat yang disediakan yang digerakkan masuk
ke tabung yang mengandung magnetik.Proses
pemindaian ini tidak nyeri tetapi pasien mendengar
bunyi dentuman pada gulungan magnet sebagai
getaran medan magnet. Karena proses pemindaian
MRI menggunaka tabung yang sempit, pasien dapat
mengalami klaustrofobia. Obat penenang dapat
diberikan pada proses ini .Pasien disiapakan dengan
memberikan penyuluhan teknik relaksasi dan
memberitahu pasien bahwa mereka dapat berbicara
dengan petugas melalui mikrofon yang ada di dalam
pemindai. MRI digunakan untuk mendeteksi tumor,
bekuan darah, kista ,edema, perdarahan, abses,
infark, aneurisma,formasi plaque.
(Brunner & Suddart.2002)
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
CSS atau cairan serebrospinal diperoleh dari
lumbal pungsi (tulang spinal), pada ruang antar
lumbal L3-4 atau L4-5. Tekanan CSF pertama diukur,
kemudian cairan diaspirasi dan dimasukkan dalam
tabung pemeriksaan yang steril. Data analisa cairan
spinal sangat penting dalam mendiagnosa penyakit
medula sepinalis dan otak. Normalnya, tekanan CSS
meninggi cepat dalam berespon terhadap penekanan
vena jugulariis dan menurun dengan cepat sampai
normal bila penekanan dikurangi. Peninggian lambat
dan turunnya tekanan merupakan indikasi adanya
hambatan sebagian karena sebagian sebuah lesi
pada jalur subaraknoid sepinal. Jika tidak ada
perubahan total. Uji ini tidak digunakan jika dicurigai
ad lesi intra kranial.
CSS harus jernih dan tidak berwarna. Warna
merah muda, adanya darah atau bercampur darah
merupakan indikasi sebuah konstusio selebral,
leserasi atau perdarahan subaroknoid. Kadang-
kadang kesulitan dalam fungsi lumbal, CSS dapat
mengandung darah, karena ada trauma lokal teetapi
akhirnya menjadi jernih. Umumnya, sepesimen
diperoleh untuk melihat jumlah sel, kultur,
kandungan glukosa dan protein. Sepesimen ini harus
segera dikirim ke laboratorium karena perubahan
tempat dapat merubah sepesimen yang benar.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendiagnosa
penyakit medula spinalis dan otak. Peningkatan
kadar dapat menyebabkan tekanan intrakranial,
akibat meningitis, tumor otak, pendarahan
subarakhnoid,tumor otak, abses otak.
GAMBAR
EEG MRI
MRI EMG
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik sangat penting dilakukan untuk
mencatat hasil pemeriksaan neurologis secara akurat, karena keputusan
penanganan sangat tergantung dari pemeriksaan - pemeriksaan selanjutnya
yang menunjukan perbaikan atau perburukan penderita. Jenis pemeriksaan
diagnostik adalah melakukan pemeriksaan cairan cerebrospinal,sedangkan
jenis pemeriksaan diagnostik persyarafan adalah EEG,EMG,MRI,PET,Lumbal
Pungsi.
B.Saran
Demi kesempurnaan makalah ini kami mengharapkan saran
yang membangun hingga kami dapat mempersembahkan
makalah kami dengan layak baca dan sesuai prosedur
penulisan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Malarkey,Louise M.dkk.2004. Laboratory Test And Diagnostic
Procedures.USA
LeFever Kee, Joyce.1997.Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium &
Diagnostik.Jakarta : EGC