Makalah NP 5 (Manajemen) Analisis SWOT Ruang VK Kelempok 1
-
Upload
dessy-angghita -
Category
Documents
-
view
2.504 -
download
308
description
Transcript of Makalah NP 5 (Manajemen) Analisis SWOT Ruang VK Kelempok 1
ANALISIS SWOT RUANG VK
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Nursing Practice V:
Manejemen Kesehatan dan Keperawatan
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Debbora Yulfine. S
Dessy Angghita
Nency
Rinda Resna Dewi
Tommy Fujianto S.
Ujang Mastur
William
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya analisis SWOT ruang VK ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Kami menyadari bahwa terselesaikannya tugas ini, tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Blacius Dedi, SKM, M. Kep. selaku dosen Pembimbing mata
kuliah Nursing Practice V: Manejemen Kesehatan dan Keperawatan yang
selalu memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan
berlangsung.
2. Bapak Herwinda, S.Kep, Ners. Selakudosen Pembimbing mata kuliah
Nursing Practice V: Manejemen Kesehatan dan Keperawatan yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan berlangsung.
Dan kami menyadari akan berkembangnya ilmu pengetahuan yang tak pernah
berhenti, oleh karena itu kami menerima semua saran dan kritik guna untuk
memperbaiki di masa mendatang.
Bandung, 31 Januari 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................3
C. Metode.......................................................................................................3
D. Sistematika Penulisan................................................................................4
BAB IInTINJAUAN TEORITIS.........................................................................5
A. Konsep Manajemen...................................................................................5
1. Fungsi-fungsi Manajemen.....................................................................6
2. Prinsip-prinsip Manajemen....................................................................7
B. Konsep Manajemen Keperawatan.............................................................7
1. Pengertian..............................................................................................7
2. Proses manajemen keperawatan............................................................8
3. Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan.....................8
4. Lingkup manajemen keperawatan.......................................................10
C. Konsep Model Asuhan Keperawatan......................................................11
1. MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)..............................11
2. MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)..............................12
3. MPKP Profesional...............................................................................14
4. Metode fungsional...............................................................................16
5. Metode tim...........................................................................................18
6. Metode kasus.......................................................................................19
ii
7. Metode perawat primer........................................................................19
8. Model modular.....................................................................................20
D. Konsep komunikasi peran perawat saat pergantian shif..........................23
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................36
A. Profil RS. Immanuel................................................................................36
B. Kajian Situasi Ruang VK........................................................................38
C. Analisa Swot............................................................................................46
D. Strategi SWOT........................................................................................48
E. Fish Bone Analisis...................................................................................50
F. Prioritas Masalah.........................................................................................53
G. Prioritas Penyelesaian Masalah...............................................................54
H. Rencana Pemecahan Masalah (Planing Of Action).................................55
BAB IV PENUTUP...........................................................................................59
A. Simpulan..................................................................................................59
B. Saran........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................60
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hal utama dalam industry jasa kesehatan yaitu pelayanan kesehatan.
Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan seiring
dengan perkembangan dunia kesehatan. Setiap rumah sakit bertanggung gugat
terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di rumah
sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suati tim
multi disiplin termasuk tim keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral pelayanan kesehatan
dan menjadi bagian terdepan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Nurachmah, 2002). Pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai visi dan
misi rumah sakit maka diperlukan manajemen keperawatan yang baik.
Manajemen keperawatan merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
prokatif dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi, dimana dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan dan supervise terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan dan organisasi (Grant & Massey, 2002).
Rumah sakit Immanuel merupakan rumah sakit swasta Tipe B di bandung,
yang didirikan oleh Yayasan Badan Rumah Sakit Gereja Kristen Pasundan
(BRS-GKP). Rumah Sakit Immanuel mempunyai visi, yaitu menjadi Rumah
Sakit pendidikan rujukan dan penyedia pelayanan bagi masyarakat Jawa Barat
pada tahun 2013 sebagai wujud cinta kasih Allah. Rumah Sakit Immanuel
mempunyai 2 (dua) saranan pelayanan yaitu rawat jalan dan rawat inap. Salah
satu unit pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Immanuel adalah ruang VK.
Ruang VK merupakan ruang bersalin dengan memiliki slogan “asuhan sayang
ibu” yang terdiri dari kelas IIB dan IIIB. Ruang VK memiliki kapasitas 13
tempat tidur yang terdiri dari 3 ruang rawat inap dengan kapasitas 5 tempat
tidur, 2 ruang isolasi dengan 4 tempat tidur, 3 ruang partus dengan 3 tempat
1
tidur dan 1 ruang kuret dengan 1 tempat tidur. Tingkat pendidikan perawat dan
bidan di Ruang VK adalah DIII keperawatan, DIII Kebidanan dan S1
Keperawatan Profesi.
Berdasarkan hasil analisa situasi yang dilakukan pada tanggal 26 Januari 2013
– 28 Januari 2013 melalui observasi dan wawancara yang dilakukan oleh
mahasiswa S1 keperawatan 2010 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel
didapatkan fenomena seperti; 1) Keterbatasan jumlah perawat yang tidak
sesuai dengan kebutuhan ruangan; 2) Kurang lengkapnya alat – alat yang
menunjang asuhan keperawatan; 3) Pelaksanaan tindakan tidak sesuai dengan
SOP; 4) pelaksanaan operan keperawatan belum dilaksanakan secara efektif.
Fungsi pengaplikasian ilmu managemen di ruang VK adalah untuk mengatasi
kebutuhan akan sumber daya manusia yang profesional dalam bidang
pelayanan kesehatan. Pengaplikasian ilmu managemen digunakan kepala
ruangan untuk menyusun aspek perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan di ruangan yang merupakan tanggung jawab kepala ruangan
sebagai pengatur dalam model asuhan keperawatan yang profesional. Selain
kepala ruangan, ada juga peran sebagai ketua tim yang memiliki peran
kepemimpinan membuat perencanaan, membuat penugasan, supervisi dan
evaluasi, mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien, mengembangkan kemampuan anggota dan
menyelenggarakan konferensi. Aspek pendokumentasian dengan beberapa
prosedur atau standar yang baru diterapkan di ruangan juga perlu menjadi
kajian masalah yang perlu di atasi untuk mengoptimalkan pelayanan asuhan
keperawtan agar tepat dan sesuai, untuk itu perlu diadakannya sosialisasi lebih
lagi mengenai aspek pendokumentasian tersebut sehingga perawat dan bidan
lebih memahami lagi mengenai pendokumentasian yang baru. Ini merupakan
tindak lanjut yang perlu diperhatikan dalam aspek managerial dan
pengendalian kualitas mutu yang berhubungan dengan kualitas sunber daya
yang ada (Gillies, 2004).
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan tata kelola ruang rawat inap VK melalui
kemampuan mangemen keperawatan dalam menyelesikan masalah
manjemen yang ditemukan di ruangan VK.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu :
1. Menerapkan fungsi-fungsi kepemimpinan dan manjemen pelayanan
keperawatan
2. Melakukan analisa SWOT
3. Melakukan analisa Fishbone
4. Merumuskan prioritas masalah
5. Melakukan intervensi pemecahan masalah
C. Metode
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara:
1. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan menanyakan atau tanyajawab
kepada pasien dan perawat berkaitan dengan masalah perawat di ruang VK
Hasil wawancara tanggal 26 Januari 2013 – 28 Januari 2013 dengan
beberapa perawat di ruangan VK mengatakan bahwa penerimaan dan
pengkajian awal pasien, seperti orientasi ruangan, pemasangan papan
nama pasien dan pengkajian fisik belum dapat dilakukan secara optimal
sesuai dengan SAK dikarenakan beban kerja dan kesibukan akan tindakn
keperawatan yang dilakukan.
2. Observasi
Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati perilaku
dan keadaan untuk memperoleh data tentang masalah manajemen
keperawatan dengan mengunakan lembar obserpasi yang telah disiapkan
terlebih dahulu. Hasil observasi tanggal 26 Januari 2013 – 28 Januari
2013pada perawat ruang VK menunjukan sudah melakukan standar
precaution dalam melakukan tindakan.
3
3. Studi dokumentasi
Merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan mempelajari data dan
catatan yang berhubungan dengan manjemen keperawatan.
Hasil studi dokumentasi perhitungan jumlah tenaga keperawatan yang
dibutuhkan menunjukan ruangan VK kekurangan 1 tenaga keperawatan.
Sumber daya manusia yang tersedia di ruang VK yaitu 1 kepala ruangan,
D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB IITINJAUAN TEORITIS
Berisikan konsep manajemen, konsep keperawatan, konsep manajemen
keperawatan, model asuhan keperawatan, konsep komunikasi saat operan dan
alat pelindung diri.
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisikan profil RSI, kajian situasi ruang VK, Analisis SWOT, Fish Bone
Analisis, prioritas masalah, prioritas penyelesaian masalah dan planning of
action
BAB IV PENUTUP
Berisikan simpulan dan saran
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Manajemen
Asal kata manajemen diambil dari kata yang berarti “tangan”. Manajer
memegang kendali sehari-hari untuk mencapai hasil yang di inginkan
(Potter,2005 . Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno
menagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Mary Parker Follet (1999), misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen
adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (Goals) secara
efektif dan efisien (Nursalam,2007).
Dalam manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat
didalamnya. Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak
dikenal masyarakat yaitu perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian
(organizing), fungsi pengarahan (Directing), dan fungsi pengendalian
(controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing
(pembentukan staf. Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis
diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk
mendapatkan hasil manajemen yang maksimal (Nursalam,2007).
Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang
disistemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini di buktikan
dengan adanya metode ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap
penyelesaian masalah dalam manajemen. Namun selain itu, beberapa ahli
seperti Follet mengannggap manajemen adalah sebuah seni hal ini
5
disebabkan karena kepemimpinan memerlukan charisma, stabilitas emosi,
kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antar manusia
yang semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang yang sulit
dipelajari ( Ayuningtiyas,2006 )
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta
penggunaan sumberdaya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
1. Fungsi-fungsi Manajemen.
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan:
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan-tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam
benak saja.
6) Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
b. Pengorganisasian (organizing)
Merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan
apa pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat-alat, keuangan dan
fasilitas.
c. Penggerak (Actuating)
Menggerakkan orang-orang agar mau- suka bekerja. Ciptakan
suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan
kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.
d. Pengendalian/pengawasan (controlling)
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai
dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya yang
tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi)
6
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan
fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif,
pengobatan ditujukkan pada fungsi organic administrasi dan
manajemen.
2. Prinsip-prinsip Manajemen
Prinsip-prinsip manajemen menurut Fayol adalah
a. Division of work ( pembagian pekerjaan ).
b. Authority dan responsibility ( kewenangan dan tanggung jawab )
c. Discipline (disiplin)
d. unity of command (kesatuan komando)
e. Unity of direction (kesatuan arah)
f. Sub ordinationof individual to individual to generate interest
(kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum)
g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
h. Centralizarion (sentralisasi)
i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
j. Order (ketertiban)
k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
l. Equity (keadilan)
m. Inisiative (pakarsa)
n. Esprite de Corps (kesetiakawanaan korps)
B. Konsep Manajemen Keperawatan
1. Pengertian
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga dan masyarakat. Manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, menoorganisasikan, mengarahkan, serta mengawasi
7
sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada
psien, keluarga dan masyarakat (Gillyes,2004).
2. Proses manajemen keperawatan (Gillyes,2004)
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan system
terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupaka suatu
system maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input,proses, output,
control dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen
keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
Proses dalam manjemen keperaatan adalah kelompok manajer dari
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawat pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengoorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset. Control yang digunakan dalam proses
manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan,
evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standard an
akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan pinansial, audit
keperawatan, surpey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
3. Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatanadalah
(Gillies.2004):
a. Manajemen keperaatan seyogyana berlandaskan perencanaan
karena melelui fungis perencanaan, pimpinan dapat menurunkan
resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif
dan terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melealui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
8
c. Manjemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dlam
pengelolan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan diberbagai yingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawtan pasien merupakan focus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan
poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawtan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakuan sesuai dengan kebutuhan organisasi unutk mencapai
tujuan.
f. Pengarahan merupkan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, surpervisi, koordinasai dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisaikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memofifasi kariawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasai yang efektif akan mengurangi kesalahpamahaman
dan meberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih
tinggi atau upaya manajemer untuk meningkatkan pengetahuan
karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapakan prinsip-prinsip melalui
penetapan stanar, membandingkan penampilan dengan standard
dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perencanaan
9
dan pengorganisasian serta funsi-fungsi manajemen lainnya untuk
mencpai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
4. Lingkup manajemen keperawatan (Nursalam, 2007)
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industry besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan
kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan
memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan kebutuhan
upaya perbaikan menyeluruh sisitem yang ada. Pelayanan kesehatan
yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan
keperawatan yang terdapat didalamnya. Keperawatan merupakan
disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya
memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana.
Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan
b. me laksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose
c. menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat.
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil-hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer
keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan
melibatkan para perawat pelaksanan. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup
manajemen keperawatan terdiri dari :
a. Manajemen operasional
Pelayanan perawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan
yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
10
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam
kegiatannya. Ada beberapa factor yang perlu dimiliki oleh orang-orang
tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Factor-faktor tersebut adalah:
1) Kemempuan mempertahankan kemampuan
2) Keterampilan kepemimpinan
3) Kemempuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan
yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.
C. Konsep Model Asuhan Keperawatan
1. MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
a. Pengertian
Model asuhan keperawatan professional (MAKP) adalah suatu
system (struktur, proses dll) yang memungkinkan perawat
professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberaian asuhan tersebut (Hoffart
dan Woods, 1996) dalam Nursalam (2007).
b. Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan
professional (MAKP).
Menurut Mc. Launghin Thomas dan Barterm (1995) dalam
Nursalam (2007) mengidentifikasikan delapan model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan dirumah
sakit adalah keperawatan tim dan keperawatan primer. Karena
setiap perubahan akan berdampak suatu stress, maka perlu
mempertimbangkan enam unsur utama dalam menentukan
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis dan
Huston, 1998; 143) yaitu:
11
a. Sesuai visi dan misi institusi
b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan
c. Efesien dan efektif penggunaan biaya
d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
e. Kepuasan kinerja perawat.
2. MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)
a. Pengertian
MPKP adalah suatu system (struktur, proses, dan nilai-nilai
professional) yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart dan Woods, 1996
dalam Sitorus, 2005).
Model praktik keperawatan professional (MPKP) adalah suatu
system (struktur, proses dan nilai-nilai professional), yang
memfasilitasi perawat professional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. Menurut Sudarsono (2006), MPKP dikembangkan
bebrapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang
ada yaitu :
1. Model praktek keperawatan professional III
Tenaga perawat yang akan bekerja diruangan ini semua
professional dan ada yang sudah doctor, sehingga
praktikmkeperaatan berdasarkan evidenbased. Diruangan
tersebut juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya
penelitian klinik.
2. Modal praktek keperawtan profesioanal II
Tenaga perawat yang bekerja diruangan ini mempunyai
kemampuan spesialis yangdpat memberikan konsultasi kepada
perawat primer. Diruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian
keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
12
3. Modal praktek keperawatan profesioanal I
Modal ini menggunakan tiga komponen utama yaitu
ketenagaan, metode pemberian asuha keperwatan dan
dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model
ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode
tim yang disebut tim primer.
4. Metode praktek keperawqtqn profesioanl pemula
Modal ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal
pengembangan yang akan menuju profesioanal I.
a. Unsur stuktur yang harus disiapkan untuk dapat
melaksanakn MPKP yaitu:
1. Menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan
jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan menjadi
penting karena bila jumlah perawat yidak sesuai
dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, maka tidak
ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan yang seharusnya dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan. Akibatnya perwat hanya
melakukan tindakan kolaboratif dan tidak sempat
melakukan tindakan terapi keperawatan, opservasi,
dan pemberian pendidikan kesehatan.
2. Menetapkan jenis tenaga keperawatan diruang rawat,
yaitu kepala ruang, perawat primer dan perawat
asosiate, sehingga peran dan fungsi masing-masing
tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat
tanggungjawab yang jelas dalam system pemberian
asuhan keperawatan.
3. Menyususn standar rencana keperawatan.
13
Dengan standar renpra, maka PP hanya melakukan
falidasi terhadap ketetapan penentuan diagnosis
berdasarkan pengkasian yang sudah dilakukan,
sehingga waktu tidak tersita untuk membuat penulisan
renpra yang tidak diperlukan.
b. Jenis-jenis MPKP (Nursalam,2007)
MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatanya masih ada berlatar
belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan
ketua timnya dari D3 keperawtan.
MPKP pemula
MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3
keperawatan.
3. MPKP Profesional
MPKP professional dibagi tida tingkatan yaitu :
a. MPKP I
MPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3
keperawatan, tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim
(katim) mempunyai pendidikan minimal S1 keperawatan.
b. MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3
keperawatan dan mayoritas serjana ners keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
c. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjan Ners
keperawtan, sudah memeiliki tenaga spesialis keperawatan
jiwa dan dokter keperawatan yang bekerja diarea
keprawatan jiwa.
d. Peran dan tanggungjawab dalam MPKP
1. Peran kepala ruangan (karu)
14
a. Sebelum melakukan shering dan operan pagi, karu
melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang
dirawat, meliputi: menyakan kebutuhan pasien dan
kebutuhannya serta mengobservasi keadaan infuse,
tetesan infuse dan bila ada obat yang belum
diminum oleh pasien segera diberikan dengan
memberikan motifasi kepada pasien tentang
kegunaan obat.
b. Mempimpin shering pagi
c. Mempimpin operan pagi
d. Memastika pembagian tugas peraat yang telah
dibuat oleh kepala tim dalam pemberian asuhan
keperawatan pada hari itu.
e. memastika seluruh pelyanan pasien terenuhi dengan
baik meliputi: pengisian askep, visite dokter
(advise),pemeriksaan penunjang (hasil lab) dll.
f. Memastikan ketersidaan fasilitas dan sarana sesuai
dengan kebutuhan.
g. Mengelola dan menjelaskan complain dan konflik
yang terjadi diarea tanggung jawabnya
h. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.
2. Ketua Tim (KATIM)
Tuga utama: mengkoordinir pelaksanaan askep
sekelompok pasien oleh Tim keperawatan dibawah
koordianasinya.
a) Mengidentifikasi kebutuhan perawat seluruh
pasien yang dikoordinirnya pada saat pre
Confrence
b) Memastikan seluruh PP membuat rencana
asuhan yang tepat untuk setiap pasiennya.
15
c) Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat
PP
d) Melaksanakan vslidasi tindakan keperaatan
seluruh pasien dibawah koordinasinya pada saat
post conference.
3. Penanggung jawab Shift (PJ Shift)
Tugas utama : menggantikan fungsi pengatur pada saat
shift sore atau malam dan hari libur.
a) Memimpin kegiatan operan shift sore-malam
b) Memastikan PP melaksanakan follow up pasien
tanggung jawabnya
c) Memastikan seluruh PA melaksanakan askep
sesui rencana yang telah di buat PP
d) Mengatasi permasalahan yang terjadi diruangan
perawat.
e) Membuat laporan kejadian kepada pengatur
ruangan
4. Perawat pelaksana (PP) dan perawat asosiate (PA)
Tugas utama: mengidentifikasi seluruh kebutuhan
perawat pasien yang menjadi tanggung jawabnya,
merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow
up) perkembangan pasien.
a) Megevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan oleh PA
b) Memastikan seluruh tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana
4. Metode fungsional
System tugas disini mengacu pada ilmu manajemen yang ditrapkan
pada bidang administrsi bisnis, yang berfokus pada tugas / pekerjaan
16
yang harus diselesaikan. Dalam pendekan yang berorientasi pada tugas
ini, tenaga dengan latar pendidikan kurang melakukan tugas yang lebih
ringan atau tidak kompleks dibandingkan dengan perawat professional.
Model ini dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur,
kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis
dan efesien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan
dari metode ini adalah munculnya prakmintasi keperawatan dimana
pasien menerima perawat dari berbagai kategori keperawatan.
Contoh: perawat A tugasnya menyuntik, Perawat B tugasnya
mengukur suhu badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua
jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut
dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang klien.
a. Keuntungan
1) Perawat terampil untuk tugas pekerjaan tertentu
2) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah
selesai tugas.
3) Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga
yang kurang berpegalaman untuk satu tugas yang
sederhana.
4) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau
peserta didik yang praktek untuk keterampialan tertentu.
b. Kerugian
1) Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga
proses keperawatan sulit dilakukan
2) Apabila pekerjaan sudah selesai cenderung meninggalkan
kliien dan melakaukan tugas non keperawatan
3) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit
diidentifikasi kontribusinya terhadap pelayanan.
17
4) Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai
keterampilan saja.
5. Metode tim
Metode ini dirancang oleh Eleanor Lambertson pada tahun 1950-an
yang digunakan untuk mengatasi pragumentasi dari metode orientasi
pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat
professional yang muncul karena kemajuan teknologi kesehatan dan
perawat. Tim keperawatan merupakan pemberian asuhan keperawatan
pada setiap klien oleh tim keperawat yang dipimpin oleh perawat
professional.
Tim keperawatan terdiri dari keperawatan professional ( registered
nurse ), perawat praktis yang mendapat ijin, dan sering pembantu
perawat.
Indonesia suatu tim keperawatan dapat disusun dan terdiri dari perawat
sarjana atau perawat diploma sebagai ketua tim, perawat lulusan SPK
sebagai anggota dan dibantu pekerjaan kesehatan atau pembantu
perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8 atau 12 jam. Metode ini
lebuh menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota
dimotifasi untuk belajar. Hal pokok yang harus ada pada metode tim
keperawatan adalah konferensi tim yang di pimpin ketua tim, rencana
keperawatan dan keterampilan kepemimpinan.
Kelemahan metode tim adalah pasien mungkin masih menerima
pragumentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat
menjalani hubungan yang baik dengan pasien. Keterbatasan tenaga dan
keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi. Bila di
unit tidak cukup dan tidak ada perawat profesional, maka perawat
teknis yang secara pendidikan tidak dipersiapkan untuk berperan
sebagai pemimpin, sering diberi tugas untuk memegang peran sebagai
ketua tim.
18
6. Metode kasus
Metode kasus juga disebut sebagai perawat total (total care) yang
merupakan modal paling awal. Ini merupakan metode client centered,
dimana seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan
perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8 atau 12 jam setiap shift.
Npegawai tersebut mengkaji, menyusun diagnosa, membuat rencana,
melakukan tindakan dan evaluasi pada setiap pasien. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift (jaga).
Metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Untuk
memenuhi kekurangan perawat, para manager sering merekrut lebih
banyak perawat dengan latar belakang persiapan pendidikan kurang dari
pada perawat professional.
7. Metode perawat primer
Metode ini pertama kali diperkenalkan di inggris oleh Liadia Hall
(1963). Ini merupakan system dimana seorang perawat bertanggung
jawab selama 24 jam sehari, 7 hari perminggu. Ini merupakan metode
yang memberikan perawat secara konverhensip, individual dan
konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan
keperawatan dan keterampilan managemen. Perawat primer mempunyai
tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien,
mengidentifikasi diagnose keperawatan, mengembangkan rencana
keperawatan, dan mengefaluasi keefektivitasan perawat. Sementara
perawat yang lain mejalankan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasi perawatan dan menginformasikan tentang kesehatan
pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan
primer melibatkan semua aspek peran professional, termasuk
pendidikan kesehatan advokasi, pembuatan keputusan, dan
kesinambungan perawat. Perawat primer merupakan manager garis
terdepan bagi perawat pasien dengan segala akuntabilitas dan tanggung
jawab yang menyertainya.
a. Keuntungan
19
1) Model peraktek keperawatan professional dapat dilakukan
dan diterapkan.
2) Kemungkinan asuhan keperawatan yang komferhensif.
3) Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
4) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
5) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima
asuhan keperawatan.
b. Kerugiaan
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
2) Biaya relative lebih tinggi dibandingkan metode lain.
8. Model modular
a. Pengertiaan
Modul modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh keperawatan profesional dan non
professional (terampil) untuk sekelompok lain dari mulai masuk
rumah sakit sampi pulang disebut tanggung jawab total atau
keseluruhan. Metode ini dbutuhkan perawat yang berpengetahuan,
terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3
perawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan kekurangan metode ini
sampi dengan gabungan antara metode tim dan metode
keperawatan primer (Arwani, 2006).
Menurut Aarwani (2006) metode keperawatan moduler adalah
suatu pariasi dari metode keperawatan primer. Metode ini
merupakan gabungan antara metode tim dengan karena baik
perawat professional maupun non profsional bekerja sama dalam
bekerja memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan
seorang perawat professional. Di samping itu,dikatakan memiliki
kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga
orang pereawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien
sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai
dengan waktu follow up care.
20
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode keperawatan modular, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3
perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelfesional.
Perawat profeompok pasien berkisar 8-12 orang. Hal ini tentu saja
dengan suatu persyaratan peralatan yang dibutuhkan dalam
perawtan cukup memadai. Sekalipun di dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh dua
hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada
pada perawat professional juga memili kewajiban untuk
membimbing dan melatih non-profesionl. Apabila perawat
professional sebagai ketua tim dalam perawatan modular ini tidak
masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat
professional lainnya yang berperan sebagai ketua tim. Peran
perawat kepala ruangan diarahkan dalam hal membuat jadwak
dinas dengannmempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama,
dan beerpran sebagai fasilitator, pembimbing serta memotivator.
b. Keuntungan dan Kelebihan Model Modular
Keuntungan Model Modular:
a) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
dan holistic dengan pertanggung jawaban yang jelas.
b) Memungkinkan pencapain proses perkawinan.
c) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan
melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar.
d) Member kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal.
e) Memeungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim
yang bebeda-beda denagn aman dan efektif.
f) Produktif karena kerja sama, komunikasi dan moral.
g) Model praktek keperawtaan professional dapat dilakukan
atau diterapkan.
h) Memberikan kepuasan kerja sama bagi perawat.
21
i) Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang
menerima asuhan keperawatan.
j) Lebih mrncerminkan otonomi.
k) Menurunkan dana perawat.
Kekurangan Model Modular:
a) Beban kerja tinggi terutama juka jumlah klien banyak
sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
b) Pendelegasian perawatan paien hanya sebagian selama
perawatn penanggunga jawab pasien bertugas.
c) Biaya relative tinggi dibandingkan metode lain.
d) Perawat harus mampu membimbing kemajuan teknologi
kesehatan/kedokteran.
e) Perawat anggots dapat merasa kehilangan kewenangan.
f) Masalah komunikasi.
Bagan 2.1
Bagan Struktur Model Modular
Sumber: Nursalam, 2007
22
Karu
PJ Shif PJ ShifPJ Shif
PP PP PP PP P
P
PPPPPPPP
TIM IIITIM IITIM I
D. Konsep komunikasi peran perawat saat pergantian shif
1. Pengertian
Operan sering disebut dengan timbang terima atau over hand. Operan
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadan klien.
2. Tujuan operan
Menyamoaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
Tersusunnya rencan kerja untuk dinas berikutnya.
3. Langkah-langkah operan
Kedua kelompok shif dlam keadan sudah siap. Petugas shif yang akan
mengoperkan mempersiapkan hal-hal yang akan disampaikan. Perawat
primer atau ketua tim menyampaikan kepada penanggung jawab shif
yang selanjutnya. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara
jelas dan tidak terburu-buru. Perawat primer atau ketua tim dan
anggota kedua shift observasi langsung kondisi klien.
4. Prosedur operan
a) Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku
catatan.
b) Pelaksanaan
1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shif.
2) Dari Nurse stasion perawat berdiskusi untuk
melaksanakan operan dengan mengkaji secara
komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
yang belum dilkasanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
23
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga
berikutmya. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat
operan:
a. Identitas pasien dan diagnose media
b. Masalah keperawatan yang muncul
c. Tindakan keperawatan yang sudah dan yang
belum
d. Intervensi kolaboratif dan dependensi
e. Rencana umum dan persiapan lain
f. Perawat yang melakukan validasi terhadap hal-
hal yang diperoleh
g. Penyampaian pada operan secara singkat dan
jelas
h. Lama operan untuk setiap pasien tidak lebih dari
5 menit, kecuali pada kondisi khusus.
i. Pelaporan untuk operan dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh
perawat primer
c) Dokumentasi dalam operasi
1. Identitas klien
2. Diagnose medis klien
3. Dokter yang menangani
4. Kondisi saat klien ini
5. Masalah keperawatan
6. Intervensi yang sudah dilakukan
7. Intervensi yang belum dilakukan
8. Tindakan kolaborasi
9. Rencana umum dan persiapan lain
10. Tanda tangan dan nama terang
24
d) Prosedur operan jaga
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi:
1. Persiapan
a. Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku
catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapan system MPKP: operan dilaksanakan
oleh perawat jaga sebelumnya kepada perawat yang
menganti jaga pada shif berikutnya:
a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shif/jaga
b. Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk
melaksanakan operan dengan mengkaji secara
komprenhensif yang berkaitan dengan masalah
keperaatan pasien, rencana kegiatan yang sudah
dan yang belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lain yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan yang
memerlukan rincian yang lengkap, sebaiknya
dicatat secara khusu untuk Kemudian diserahkan
terimakan kepada perawat jaga berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan saat operan jaga
adalah :
1. Identitas psien dan diagnose medis, masalah
keperawatan yang masih muncul, tindakan
keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan, intervemsi kolaboratif dan
dependensi, rencana umum dan persiapan yang
perlu dilakukam kegiatan selanjutnya, misalnya
operasi, pemeriksaan penunjang, dan lain-lain.
Perawat yang melakukan operan saat melakukan
25
klarifikasi, tanya jawab, dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang dioperkan dan berhak
menanyakan hal-hal yang belum jelas.
2. Penyampaian pada saat operan secara singkat
dan jelas. Lama operan pada setiap pasien tidak
boleh lebih dari lima menit kecuali pada kondisi
khisis dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci. Laporan untuk operan dituliskan
secara langsung pada buku laporan ruangan oleh
perawat primer.
e) Alur Operan Jaga (Jaga Malam Ke Jaga Pagi)
Sesi I: Di Nurse Stasion
1. PA malam menyiapkan status pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
2. PP membuka operan jaga dengan do’a
3. PP mempersilahkan PA jaga malam untuk melaporkan
pasien kepada PA jaga pagi
4. PAmelaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya
terkait
5. Identitas identitas pasien dan diagnose medis
6. Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul
7. Tindakan keprwatan yang sudah dan belum
dilaksanakan
8. Intervensi koaboratif dan dependensi
9. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
penunjang, dan lain-lain
10. PA jaga pagi mengklarifikasikan apa yang disampaikan
PA jaga malam
26
11. PP mengajak PA pagi yang bertanggungjawab untuk
mengklarifikasi pasien.
Sesi II: Di Kamar/Bed Pasien
1. Yang masuk kedalam kamar hanya PP, PA malam, dan
PA jaga pagi yang bertanggung jawab pada pasien
tersebut
2. PA malam menguvapkan salam dan menyapa pasien
3. PA malam menanyakan masalah yang dirasakan klien
saat ini
4. PA malam menyampaikan bahwa tugasnya telah selesai
dan diganti tim pagi
5. PA memperkenalkan/menenyakan apakah msih
mengingat nama PP
6. PP menejlaskan tentang perawatan pagi dan PA yang
bertanggungjawab kepada pasien tersebut selama shif
pagi
7. PP memperkenalkan PA yang bertenggung jawab
8. PA yang bertsnggung jawab menyapa dan memeastikan
bahwa dia yang akan merawat
9. PP member kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
bertanya
10. PP menutup pertemuan dan menyampaikan selamat
istirahat
Sesi III: Di Nurse Station
1. PP memberi kesempatan untuk mendiskusikan pasien yang dilihatnya
2. PP meminta PA jaga malam untuk melaporkan inventarisasi
obat dan fasilitas lain (jumlah alat, laken, dll).
3. PP memberi pujiian pada PA jaga malam
27
4. PP menutup operan dengan doa.
f) checklist serah terima jaga (Operan Jaga)
1. Prosedur
1. Semua perawat jaga shift pagi dan malam kumpul bersama
2. Didahului dengan doa bersama
3. Komunikasi antara pemberi dan penerima tanggung jawab
dilakukan dicatation dengan suara perlahan/tidak rebut
4. Menyebutkan iidentitas pasien, Dx medis, Dx keperawatan,
tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksaanya
5. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan
keperawatan yang yang belum dilakukan
6. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
7. Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan
(bila ada)
8. Engevaluasi hasil tindakan keperawatan
9. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya
yang dilakukan selama shift
10. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama
shift
11. Memmebrikan salam pada pasien, keluarga serta
mengobservasi dan menginfeksi keadaan pasien, menanyakan
keluhan-keluhan pasien (dalam rangka klarifikasi)
12. Menginformasikan pada pasien/keluarga nama perawat shift
berikutnya pada akhir tugas.
13. Memberikan kesempatan pada shift jaga berikutnya
engklarifikasi semua maslah yang ada termasuk daftar alat-alat
obat
14. Menutup operan.
28
2. Pre-confrence
Langkah-langkah
1) Konfernsi dilakukan setiap hari segera setelah pergantian dines
pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas PP
2) Conference dilakukan oleh PP dan PA dalam timnya masing-
masing
3) Penyampain perkembangan dan msalh klien berdasrkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas
malam. Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi :
a. Keadaan umum klien
b. Keluhan klien
c. Tanda-tanda vital dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan labolatorium/diagnostic terbaru
e. Maslah keperawatan
f. Rencana keperawatan hari ini
g. Perubahan terapi medis
h. Rencana medis
g) check list Pre Confrence
1. Prosedur
Tugas PN
a. Pre conference dilakukan setiap hari, segera setelah dilakukan
operan jaga.
b. Meniapkan ruangan/ tempat dan rekam medic pasien yang
menjadi tanggung jawabnya
c. Menjelaskan masalah keperawtan yang dilakukannya pre
conference
d. Berdoa dan memandu pelaksanaan pre conference.
e. Menjelaskan maslah keperawatan pasien, dan rencana
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Membagikan tugas kepada AN sesuai kemampuanyang dimiliki
dengan memperhatikan keseimbangan kerja.
29
g. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan dan asuhan
pasien/tindakan.
h. Motivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesian masalah
yang sedang didiskusikan
i. Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kkepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
j. Memberikan reinfrocment positif pada AN
k. Dihadiri oleh PN dan AN dalam timnya masing-masing
l. Memberikan kesempata pada AN untuk memebrikan klarifikasi
dan menyimpulkan hasil pre conference
m. Menutup pertemuann dengan do’a
F. Konsep penggunaan alat perlindungan diri (APD) saat tindakan
keperawatan
1. Pengertiaan
Mengindentifikasi bahaya dan menilai resiko dari bahaya tindakan
cukup untuk membuat area kerja kita menjadi aman. Diperlukan
pengendalian yang tepat agar resiko yang ada diarea kerja kita tidak
berubah menjadi kecalakaan atau malapetaka bagi karyawan yang
sedang bekerja. Oleg karena itu diperlukan kendali yang sesuai dari tiap
resiko yang telah dinilai. Salah satu kendali yang dapat diterpakan yaitu
penggunaan alat pelindung diri yang biasa disingkat APD. Alat
pelindung diri adalah kendali terakhir yang dapat kita lakukan agar
dapat mengurangi keparaha jikqa kecelakaan itu terjadi.
Menurut Budiono (2003), alat pelindung diri adalah seperangkt alat
yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagia atau seluruh
tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
2. Sayarat APD
a) Menurut Suma’mur (1996), syarat-syarat alat pelindung diri
yangt baik adalah: alat pelindung diri tersebut harus enak
dipakai.
30
b) Alat pelindung diri tersebut tidak boleh mengganggu
pekerjaannya.
c) Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang
dihadapinya.
3. Ketentuaan penggunaan APD
Menurut Budiono, dkk (2003), alat pelindung diri yang telah
dipilih hendknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Harus memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya
yang spesifik atau bahay ayang dihadapi oleh pekerja.
b. Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabakan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Harus dapat dipake secara fleksible.
d. Benyuknya harus cukup menarik.
e. Tidak mudah rusak.
f. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi peakainya.
g. Suku cadangnya harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan
alat pelindung diri dapat dilakukan dengan mudah.
h. Memenuhi ketentuan standar yang ada.
i. Pemeleiharaanya mudah.
j. Tidak mengatasi gerak
k. Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa’tidak nyaman’ tidak
mungkin hilang sama sekali, namun masih diharapkan dalam
batas toleransi).
Oleh sebab itu pemeliharaan dan control terhadap alat
pelindung diri penting karena alat pelindung diri sensitive
terhadap perubahan tertentu, punya masa kerja tertentu dan
APD dapat menularkan beberapa jenis penyakit jikas secara
bergantiaan.
4. Kelemahan penggunaan APD
a. Kemampuaan perlindunga yang tak sempurna
31
1. Memakai alat pelindung diri tidak teteap
2. Cara memakai alat pelindung diri tidak tetap
3. Alat pelindungdiri yang dipakai tidak memenuhi
persyaratan yang dperlukan.
b. Alat pelindung didi tidak enak dipakai
1) Jenis alat pelindung diri
Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri
beraneka ragam macamnya, jika digolongkan
menurut bagian tubuh yang dilindungi maka jenis
proteksi diri adalah:
a. Kepala : pengikat rambut, penutup, topi dari
berbagai bahan
b. Mata : kacamata dari berbagai jenis
c. Muka : perisai muka
d. Tangan dan jari :sarung tangan
e. Alat pernafasan : masker khusus
f. Telinga : sumbat telinga dan tutup telinga
g. Tubuh : pakian kerja dari berbagi bahan
Menurut Notoadmodjo (1974), factor yang mempengaruhi bersedia
atau tidaknya menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan
adalah :
a. Sejauh mana orang memakai alat itu mengerti akan kegunanya
b. Kemudahan dan kenyamanan apabila dipakai dengan gangguan
yang paling minimum terhadap perosedur kerja yang normal.
c. Sangsi-sangi ekonomi, socialdan disiplin yang dapt digunakann
untuk mempengaruhi attitude mereka.
5. Macam-macamm alat pelindung diri menurut Siswanto (1991)
antara lain :
a. Alat pelindung kepala
Fungsi alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk,
32
kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur diudara, terpapar oleh radiasi
panas, api, percikan-percikan bahan kimia, jasad renik
(mikro organisme) dan sushu yang ekstrim. Jenis alat
pelindung kepala terdiri dari helem pengaan (safety
helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman
rambut, dll.
b. Alat pelindung mata dan muka
Fungsi alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi mata dan muka dari
papran bahan kimia berbahaya, paparan pertikel-pertikel
yang melayang diudara dan dibadan air, percikan benda-
benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektomagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,
pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau
benda tajam. Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri
dari kacamata pengaman (spectacles), googles, tameng
muka ( face shield), masker selam, tameng muka dan
kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
c. Alat pelindung telinga
Fungsi alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi alat pendengaran terhadap
kebisingan atau tekanan.jenis alat pelindung telinga terdiri
dari dari sumbat telinga (ear plug) penutup telinga (ear
muff).
d. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapanya
Fungsi alat pelindung pernapasan beserta perlengkapanya
adalah alat perlindungan yang berfungsi untuk melindungi
organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih
dan sehat dan atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-
33
organisme, partikel dan berupa debu, kabut (aerosol), uap,
asap, gas/ fume, dsb.
e. Alat pelindung tangan
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling
banyak digunakan. Hal ini tidaklah mengherankan karena
keclakan pada tangan sering terjadi. Dalam memilih sarung
tangan yang tepat, perlu mempertimbangkan factor-faktor
antara lain :
o Kepekaan yang perlu dilakukan dalam melakukan
suatu pekerjaan, misalnya untuk pekerjaan yang
halus dimana pemakainya harus membedakan
benda-benda yang halus, pemakian sarung yang
tangan yang tipis akan memberikan kepekaan
(sensibilitas) yang lebih besar dari sarung tangan
yang berukuran tebal.
o Bagian tangan ynag harus dilindungi, apakah tangan
saja atau tangan dan lengan bawah.
Menurut bentuknya, saryng tangan dapat dibedakan
menjadi :
a) Sarung tangan biasa
b) Gualtes atau sarung tangan yang dilapisi oleh pelat
logam
c) Mitts atau sarung tangan dimana keempat jari
pemakainya dibungkus enjadi satu kecuali ibu jari
yang memepunyai pembungkus sendiri (bentuknya
seperti sarung petinju).
Macam-macam sarung tangan antara lain :
a. Sarung tangan karet
b. Sarung tangan kulit.
f. Alat pelindung kaki atau sepatu boot
34
Sepatu keselamatan kerja (Safety shoes) digunakan untuk
melindungi kaki dari bahay tertusuk benda-benda tajam.
Sepatu pelindung kaki ini terbuat dari kulit.
6. Permaslahan Pemakian Alat Pelindung Diri (APD)
Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari
masker, respiratori, katrit, canister, Re-breather, Airline respiratori,
Continues Air Supply Machine = Air Hose Mask Respirator, tangki
selam dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing
Appraratus /SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus
(SCUBA), dan emergency breathing apparatus.
35
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Profil RS. Immanuel
Rumah sakit immanuel adalah rumah sakit swasta yang diselenggarakan oleh
Yayasan Badan Rumah Sakit Gereja Kristen Pasundan. Rumah Sakit
Immanuel sebagai rumah sakit pendidikan swasta yang mempunyai tugas
untuk memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan serta penelitian di bidang
kedokteran, keperawatan dan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan serta
melaksanakan upaya rujukan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
Rumah Sakit Immanuel mempunyai falsafah, visi, misi, tujuan, dan mutu
kebijakan yaitu:
1. Falsafah
Pelayanan keperawatan profesional berdasarkan cinta kasih, hormat dan
peduli, dengan visi: menjadikan keperawatan sebagai unggulan Rumah
Sakit Immanuel yang dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan terkini yang mampu bersaing secara nasional dan
internasional atas dasar kasih Kristus serta misi: membangun landasan
yang kuat untuk menciptakan pelayanan keperawatan profesional yang
memiliki komitmen untuk melayani secara holistik, memberikan askep
secara profesiional yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat
berdasarkan standar dan etika profesi, menjadikan keperawatan di Rumah
Sakit Immanuel sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan ilmu
keperawatan yang profesional, menjadikan tim keperawatan Rumah Sakit
Immanuel sebagai pilihan masyarakat yang dapat dipercaya.
36
a. Visi
Visi Rumah Sakit Immanuel adalah menjadi rumah sakit pendidikan
rujukan dan penyelia pelayanan kesehatan terkemuka bagi masyarakat
Jawa Barat pada tahun 2013 sebagai wujud cinta kasih Allah.
b. Misi
Misi Rumah Sakit Immanuel adalah:
1) Memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu sesuai
dengan harapan pelanggan.
2) Menjadi wahana pendidikan penelitian di bidang kesehatan untuk
menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dan beretika.
3) Melandasi pelayanan sebagai wujud cinta kasih Allah.
c. Tujuan
Tujuan Rumah Sakit Immanuel adalah:
1) Menjadi pilihan masyarakat Bandung dan Jawa Barat melalui
pelayanan kesehatan total yang terjangkau dengan fokus
pelanggan.
2) Melayani masyarakat sebagai mitra yang bertanggung jawab
dengan memelihara hubungan yang positif bersama tenaga
profesional, dengan lembaga bisnis, lembaga pemerintahan serta
swasta dalam upaya medis dan pemeliharaan kesehatan.
3) Menjadi rujukan dengan askes untuk pelayanan tersier dari
pelayanan medis dasar maupun pelayanan medis spesial.
4) Menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dengan
mendayagunakan seluruh sumber daya dengan utilisasi optimal.
5) Menjadi sarana atau media pendidikan, penelitian berbagai
kecendrungan perubahan pola penyakit dan kesehatan untuk
mengembangkan pelayanan kesehatan prima.
6) Memberi peluang mendapatkan kebanggaan dan kesenangan dalam
bekerja bagi seluruh Civitas Hospital dan menjadi tempat kerja,
tempat pengabdian dan tumpuan hidup bagi karyawan.
d. Kebijakan mutu Rumah Sakit Immanuel
37
Kebijakan mutu Rumah Sakit Immanuel adalah: “Rumah Sakit
Immanuel senantiasa berupaya memenuhi kepuasan pelanggan dengan
perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan yang berkesinambungan
serta konsisten dalam sistem manajemen mutu pelayanan, pendidikan
dan penelitian kesehatan yang berbasis bukti”.
Rumah Sakit Immanuel dilengkapi dengan beberapa sarana pelayanan
yang dapat menunjang pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan rawat
inap mencakup rawat inap untuk anak, dewasa dengan penyakit bedah,
dewasa dengan penyakit dalam, ruang maternitas, ruang ODC, ruang
intensif (terdiri dari kelas I, II, III, VIP, Super VIP). Sarana pelayanan
rawat jalan mencakup poliklinik anak, umum, gigi, penyakit dalam,
penyakit jantung, syaraf, THT, mata, kandungan dan KB, poliklinik
paru, KIA, kulit dan kelamin, konsultasi gizi dan jiwa, serta terdapat
fasilitas kesehatan lain seperti USG, EEG, EKG, medical check up,
radiologi, laboratorium, kamar bedah, woundcare, rehabilitasi medik
dan fisioterapi.
B. Kajian Situasi Ruang VK
Ruang VK merupakan unit perawatan bersalin kelas IIB dan kelas IIIB untuk
ibu sebelum atau sesudah melahirkan. Mempunyai kapasitas tempat tidur
sebanyak 13 buah yaitu di ruang tengah ada 5 tempat tidur, di ruang tenang
atau isolasi ada 4 tempat tidur, di ruang partus ada 3 tempat tidur, dan di ruang
kuret ada 1 tempat tidur. BOR rata-rata di ruang VK adalah 76,92%. Ruangan
VK memiliki jumlah tenaga kerja secara keseluruhan yaitu 27 orang,
diantaranya Kepala Ruangan 1 orang, perawat pelaksana atau bidan 24 orang,
dan inventaris 2 orang. Dari 27 orang pegawai terdapat 21 lulusan D3
Kebidanan (termasuk Kepala Ruangan), 2 lulusan D3 Keperawatan, dan 2
lulusan Ners. Jadwal dinas di ruang VK sudah tersusun dan dibuat oleh kepala
ruangan dan beban kerja sesuai dengan pembagian tim, namun karena faktor
lain, menyebabkan perawat tidak bisa berdinas di ruang VK.
38
Ruangan ini dikelola oleh seorang kepala ruangan dengan lulusan D3
Kebidanan dan sudah mengikuti pelatihan manajemen unit serta memiliki
pengalaman bekerja selama 24 tahun. Ruangan ini memiliki 1 fasilitas kamar
mandi untuk pasien dan keluarga, dan 1 kamar mandi khusus untuk perawat.
Ruang VK juga dilengkapi dengan ruang pendidikan yang juga digunakan
sebagai ruang ganti perawat.
Kegiatan operan, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab di ruang VK sudah
dilakukan berdasarkan metode modular yang digunakan. Namun dalam
operan, perawat tidak menuliskan dalam buku operan masing-masing perawat
melainkan pada selembar kertas. Ruang VK cukup bersih karena selalu ada
petugas kebersihan yang selalu membersihkan ruangan, baik ruangan perawat
maupun ruangan pasien. Penyimpanan spesimen urine dan feses belum
tersedia, sehingga perawat meletakkan spesimen urin dan feses diatas
timbangan.
1. Bed Occupaying Rate (BOR)
BOR =∑ pasien dirawat
X 100 %∑ tempat tidur
BOR =10
X 100 %13
BOR = 76,92%
Rata-rata BOR 76,92% pada kapasitas tempat tidur 13 buah berarti setiap
harinya pasien yang dirawat sebanyak 10 orang.
2. Sumber Daya Manusia di Ruang VK
Jumlah SDM perawat yang ada sebanyak 25 orang dan 2 orang inventaris.
Tabel 3. 1 Distribusi Sumber Daya Manusia Ruang VKNo Nama Jabatan Pendidikan Lama bekerja
1. Eka Herlina, AMKeb Pengatur D3 24 th
2. Elfrida AMKeb PJ. Shift D3 17 th
39
3. Yunita E. AMKeb PJ. Shift D3
4. Vivie P. AMKeb PJ. Shift D3 17 th
5. Tantri AMKeb PJ. Shift D3 1 th
6. Romelin AMKeb PJ. Shift D3 21 th
7. Elisa Situmorang PJ. Shift D3 < 3 th
8. Dwi Woro AMKeb Pelaksana D3 25 th
9. Dewi Andayani AMKeb Pelaksana D3 18 th
10. Rostini Rohayati AMK Pelaksana D3 5 th
11. Murni Sinambela AMK Pelaksana D3 8 th
13. Frechiani Indria AMKeb Pelaksana D3 < 3 th
14. Mega Mutiara AMKeb Pelaksana D3 1 th
15. Magdalena Yesi AMKeb Pelaksana D3 < 1th
16. Christina B AMKeb Pelaksana D3 < 1th
17. Kelita Sinaga AMKeb Pelaksana D3 < 1 th
18. Agustina S AMKeb Pelaksana D3 < 1 th
19. Rostikawaty AMKeb Pelaksana D3 < 1 th
20. Aldriani S AMKeb Pelaksana D3 < 1 th
21. Rihertti Friska AMKeb Pelaksana D3 < 1 th
22. Marta Marpaung AMKeb Pelaksana D3 1 th
23. Agustine S S.Kep, Ners Pelaksana Ners < 1 th
24. Elfrida E, S.Kep, Ners Pelaksana Ners < 1 th
25. Aning AMKeb PJ. Shift
Inventaris
1. Eka Widyawati
2. Eti Mulyati inventaris SMA 29 th
Tabel 3. 2 Kualifikasi Pendidikan PerawatJenis
PendidikanJumlah Presentase
Profesi Ners 2 Orang 8%
D3 Kebidanan 21 Orang 84%
D3 Keperawatan 2 Orang 8%
Jumlah 25 Orang 100%
40
Interpretasi tabel:
Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat disimpulkan bahwa 84% perawat ruang
VK berpendidikan D3 kebidanan dan 8% berpendidikan D3 keperawatan
dan profesi Ners.
3. Fasilitas di Ruang VK
Tabel 3. 3 Distribusi Fasilitas di Ruang VKNo. Fasilitas Jumlah
1 Kamar Mandi
Perawat 1 Buah
Pasien 1 Buah
Total 2 Buah
2 Spoel Hock 1 Ruang
3 Gudang 1 Ruang
4 Nurse Station 1 Ruang
5 Ruang Obat 1 Ruang
6Kantor Kepala
Ruangan1 Ruang
7 Washtafel
Perawat 3 Buah
Total 3 Buah
8 Tempat Tidur
Isolasi/Tenang 4 Tempat Tidur
Ruang Tengah 5 Tempat Tidur
Ruang Partus 3 Tempat Tidur
Ruang Kiret 1 Tempat Tidur
Total 13 Tempat Tidur
Interpretasi tabel:
Pembagian area di ruang VK cukup jelas yang terdiri dari nurse station,
ruang obat, ruang kepala ruangan, gudang dan spoel hock. Selain itu
41
fasilitas di ruang VK juga dilengkapi dengan 2 kamar mandi (1 untuk
perawat dan 1 untuk pasien), 3 buah wastafel (3 untuk perawat), jumlah
tempat tidur secara keseluruhan 13 tempat tidur.
4. Prosedural
Ruangan VK memiliki kumpulan Standar Operasional Prosedur (SOP)
sebanyak 84 SOP dan kumpulan Standar Asuhan Keperawatan sebanyak
48 SAK.
5. 4 besar diagnosa di Ruang VK
Tabel 3. 4 Distribusi 4 Besar di Ruang VKN
oNama Penyakit
1 SC (Secsio Sesaria)
2 Mioma Uteri
3 Hiperemesis
4 Ovalariatis
6. Fasilitas Alat Kesehatan
Tabel 3. 5 Alat-alat KesehatanN
oNama Alat
Jumlah
AlatKondisi
1 Timbangan Berat Badan 1 buah Baik
2 Tabung Oksigen Besar 3 buah Baik
3 Tensimeter 2 buah Tidak baik
4 Stetoskop 1 buah Tidak baik
5 Nebulizer
6 Infus pump 4 buah Baik
7 EKG - -
8 Siryng pump - -
9 Oxymetri 1 buah baik
10Steril (Nierbeken, pinset anatomis, pinset
sirurgis, gunting dan kom)5 buah Baik
11 Partus set 20 buah Baik
42
12 Baki obat besar 1 buah Baik
13 Baki obat kecil 1 buah Baik
14 Emergency kit 1 set Baik
15 Rostule 2 buah Baik
16 Troli suction 4 buah Baik
17 Nierbecen 6 buah Baik
18 Gunting perban - -
19 Gunting kertas 1 buah Baik
20 Torniquet 1 buahKurang
baik
21 Suction 4 buah Baik
22 Alat pencukur rambut 3 buah Baik
23 DJJ 1 buah baik
24 Alat NSP 1 buah baik
Interpretasi tabel: berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan, bahwa
kondisi peralatan di ruang VK hampir secara keseluruhan dalam kondisi
baik.
7. Kebutuhan Tenaga (Perhitungan menggunakan rumus Douglas)
∑ perawat = ∑ pasien X Derajat Ketergantungan
Tabel 3. 6 Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien∑ pasien Minimal care Partial care Total care
10 7 2 1
Jumlah pasien 13 orang dari kapasitas 13 tempat tidur (rata-rata BOR
100%). Guna mempermudah penghitungan, berikut contoh klasifikasi
tingkat ketergantungan pasien menjadi:
Total Care : 1 X 0,86 = 0,86
Partial Care : 2 X 0,52 = 1,04
Minimal Care : 7 X 0,38 = 2,66
4,56 = 5 orang
43
8. LOS day: Hari libur/Hari besar/Cuti
Jumlah hari Minggu dlm 1 th + cuti + hari besarX jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
LOS Day =
(52 + 12 + 14) x 22 (karena ners tidak
bisa berdinas diruang
VK)286
LOS Day =1716
286
LOS Day = 6 Orang
Kebutuhan tenaga : 6 + 5 = 11 orang
Tenaga yang ada : 22 orang (untuk 3 ruangan)
Tenaga yang berdinas di VK : 2 orang tiap shift
Kekurangan tenaga : 9 orang
9. Perhitungan Kebutuhan SDM berdasarkan Rumus Douglas
Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Jumla
h
Pasien
Klasifikasi pasienMinimal Parsial Total
Pagi
Siang
Malam
pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
1. 0,17
0,14 0,07 0,27
0,15 0,10 0,36
0,30 0,20
2. 0,34
0,28 0,14 0,54
0,30 0,20 0,72
0,60 0,40
3. 0,51
0,42 0,21 0,81
0,45 0,30 1,08
0,90 0,60
44
Jumlah Perawat Dinas Pagi
0,17 X 7 = 1,19
0,27 X 2 = 0,54 Jumlah 2,09 dibulatkan menjadi 2 orang
0,36 X 1 = 0,36
Jumlah Perawat Dinas Siang
0,14 X 7 = 0,98
0,15 X 2 = 0,30 Jumlah 1,88 dibulatkan menjadi 2 orang
0,30 X 2 = 0,60
Jumlah Perawat Dinas Malam
0,07 X 7 = 0,49
0,10 X 2 = 0,20 Jumlah 0,89 di bulatkan menjadi 1
0,20 X 2 = 0,20
Jadi jumlah tenaga keseluruhan 2 + 2 + 1 menjadi 5 setiap harinya.
45
C. Analisa Swot
STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT
1. Merupakan ruang multi
kelas II dan III khusus ibu
sebelum melahirkan dengan
kapasitas tempat tidur 13
buah dan BOR 76,92%.
2. Nurse station yang berada
di tengah ruangan.
3. Tempat sampah yang sudah
terpisah (infeksius, umum,
plabot/spuit/vial), dan
terdapat labeling.
4. Kepala ruangan di ruang
VK berpendidikan DIII
kebidanan dan sudah
mengikuti pelatihan.
5. Terdapat 2 ruang tenang
1. Perawat di ruang VK minimal
berpendidikan DIII kebidanan dengan
jumlah 21 orang (termasuk kepala
ruangan), DIII keperawatan 2 orang,
dan profesi ners 2 orang.
2. Perawat baru lulusan DIII kebidanan
dengan pengalaman kerja kurang dari
setahun.
3. Keterbatasan jumlah perawat tidak
sesuai dengan kebutuhan ruangan
dan jumlah pasien di ruangan.
4. Kurang lengkapnya alat-alat yang
menunjang asuhan keperawatan,
sehingga harus meminjam dari
ruangan lain.
5. Persediaan alat pemeriksaan fisik
masih kurang, seperti stetoskop
1. Adanya undang-
undang konsumen
untuk meningkatkan
mutu pelayanan
kesehatan.
2. Adanya ISO atau
penilaian mutu
pelayanan di Rumah
Sakit Immanuel.
3. Adanya kerja sama
antar Rumah Sakit di
dalam ataupun luar
negeri.
4. Adanya pelatihan
untuk kepala
ruangan dan CI.
1. Adanya Rumah Sakit
lain yang memiliki mutu
pelayanan lebih baik.
2. Perbandingan pelayanan
kesehatan oleh
masyarakat dengan
rumah sakit yang
memiliki fasilitas lebih
baik.
46
atau ruang isolasi.
6. Tersedianya buku panduan
dan pedoman pengisian
dokumentasi asuhan
keperawatan lengkap
dengan SOP tindakan
keperawatan.
7. Terdapat ruang pendidikan
bagi perawat dan dokter.
8. Terdapat kartu
pemeliharaan di setiap
fasilitas di ruangan.
9. Pemasangan penang nama
sebagai identitas pasien
yang memudahkan tindakan
keperawatan dan keamanan
pasien.
10. Sudah terdapat sarana
pemadam kebakaran dan
hanya 1 buah, tensi meter hanya 2
buah, termometer tidak ada.
6. Belum tersedia tempat khusus atau
kotak khusus untuk meletakkan
spesimen feses dan urin.
7. Tempat penggerusan obat setelah
dan sebelum dipakai tidak
dibersihkan.
8. Pelaksanaan tindakan tidak sesuai
dengan SOP.
9. Pelaksanaan operan keperawatan
belum dilakukan secara efektif,
seperti penulisan operan pada
selembar kertas, dan perawat belum
mengenalkan diri secara optimal
kepada pasien yang dipegangnya.
10. Penggerusan obat tidak sesuai
dengan tempatnya.
5. Banyaknya orang
ingin bekerja sebagai
tenaga kesehatan di
Rumah Sakit
Immanuel.
47
alur evakuasi bencana.
11. Sudah terdapat tenaga
ambulatori dan inventaris 1
orang serta tenaga
kebersihan 2 orang pagi, 2
orang pada sore hari.
12. Ruang VK juga dipakai
sebagai lahan praktik klinik
oleh mahasiswa.
13. Pengecekan alat kesehatan
sudah dilaksanakan setiap
hari oleh inventaris.
D. Strategi SWOT
SO STRATEGY ST STRATEGY WO STRATEGY WT STRATEGY
1. Pengikutsertaan perawat dalam
case conference yang akan
dibahas bersama-sama setiap
1. Mensosialisasikan kembali
asuhan keperawatan
berbasis sesuai SOP dan
1. Peningkatan SAK dalam
pendokumentasian.
2. Melakukan perawatan
1. Penambahan sarana dan
prasarana untuk
membantu pelayanan
48
sebulan sekali bersama seluruh
ruangan dengan berkolaborasi
dengan dokter sebagai
narasumber.
2. Sosialisasi kembali pelaksanaan
tindakan keperawatan sesuai
Standar Operasional Prosedur
dan Standar Asuhan
Keperawatan.
3. Melakukan sharing antar
perawat mengenai kesulitan
dalam melakukan asuhan
keperawatan.
SAK.
2. Merencanakan penilaian
mutu pelayanan
keperawatan oleh pasien
secara berkesinambungan
melalui angket atau
kuisioner.
3. Melakukan sharing dan
pemecahan masalah
bersama mengenai masalah
yang dihadapi dalam
ruangan.
alat-alat kesehatan
setelah dan sebelum
dipakai.
3. Mengoptimalkan fungsi
dari operan dinas antar
perawat dengan perawat
dan perawat dengan
pasien.
asuhan keperawatan.
2. Penyediaan tempat khusus
untuk meletakkan
spesimen urin dan feses.
3. Meningkatkan kualitas
pelayanan yang lebih baik
pada pasien, meliputi
pemberian asuhan
keperawatan sesuai
standar.
4. Mengoptimalkan kembali
peran perawat (advokat,
konsultasi, pendidikan,
dan lain-lain).
49
MANPada saat melakukan tindakan perawat tidak
menggunakan APD (alat pelindung diri) seperti handscone.
Tidak melakukan cuci tangan sebelum/sesudah tindakan.
MATERIALSudah tersedia SOP di
ruangan.
MACHINEMETHODEPenjelasan mengenai SOP belum
berjalan secara optimal
ENVIRONMENTBanyak tindakan lain yang
harus dilakukan
PROBLEMPelaksanaan tindakan keperawatan belum
optimal.
MONEY
E. Fish Bone Analisis
50
MAN
MATERIALTensimeter hanya ada 2 (dalam keadaan rusak)Tidak terdapat termometerStetoskop hanya ada satuTidak ada plesterDiruangan tidak ada aquabides
MACHINEMETHODETidak adanya komunikasi antara petugas
kesehatan dengan petugas inventaris mengenai kurang lengkapnya alat.
ENVIRONMENT
PROBLEMAlat-alat yang tersedia di ruangan tidak mencukupi untuk memenuhi asuhan
keperawatan.
MONEY
51
52
MAN
1. Perkenalan kembali oleh perawat ke pasien belum
dilakukan secara optimal.
2. Operan dinas secara berkelompok hanya
dilakukan pada pagi hari, sedangkan pada siang
dan malam tidak dilakukan secara berkelompok
(hanya antar dua orang perawat).
3. Penulisan operan dalam kertas selembar, belum
dalam buku operan masing-masing perawat.
MATERIAL
1. Isi dari buku operan tidak
dituliskan/dilaporkan semua
pasien.
2. Pada shift siang dan malam
isi buku operan hanya
diketahui oleh PJ shift.
MACHINEMETHODE
1. Belum melakukan komunikasi operan shift dengan
optimal.
2. Penyampaian pergantian perawat ke pasien belum
optimal.
3. Validasi perkembangan kondisi pasien belum
optimal.
ENVIRONMENT
Kesibukan ruangan atau
banyak tindakan
keperawatan lain yang
dilakukan.
PROBLEM
Pelaksanaan operan
keperawatan yang belum
efektif.
MONEY
F. Prioritas Masalah
Masalah yang ada di ruangan VK:
1. Pelaksanaan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan SOP.
2. Alat-alat yang tersedia di ruangan tidak mencukupi untuk memenuhi
asuhan keperawatan.
3. Pelaksanaan operan keperawatan yang belum efektif.
N
oMasalah Magnatude
Managebilit
y
Nursing
Consent
Affrodabilit
ySeverity total
1
Pelaksanaan
tindakan
keperawatan belum
optimal.
5 5 5 5 4 24
2
Alat-alat yang
tersedia di ruangan
tidak mencukupi
untuk memenuhi
asuhan
keperawatan.
5 5 5 4 4 23
3
Pelaksanaan operan
keperawatan yang
belum efektif
4 4 4 4 4 20
Keterangan skoring:
1 : sangat kurang penting
2 : kurang penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
Berdasarkan penentuan prioritas masalah diatas, maka urutan masalah sesuai
prioritas adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tindakan keperawatan belum optimal.
53
2. Alat-alat yang tersedia di ruangan tidak mencukupi untuk memenuhi asuhan
keperawatan.
3. Pelaksanaan operan keperawatan yang belum efektif.
G. Prioritas Penyelesaian Masalah
No Alternatif Penyelesaian Masalah C A R L SKOR
Pelaksanaan tindakan keperawatan belum optimal.
a Merencanakan sosialisasi pelaksanaan tindakan yang
akan dilakukan sesuai SOP5 4 5 4 18
b Mengevaluasi pendokumentasian asuhan keperawatan
sesuai SOP5 5 5 5 20
c Mendiskusikan kesulitan dalam melakukan tindakan 4 4 4 4 16
d Merencanakan sosialisasi penggunaan SOP dalam
melakukan tindakan keperawatan.5 5 5 4 19
Alat-alat yang tersedia di ruangan tidak mencukupi untuk memenuhi asuhan keperawatan.
a Melaporkan kepada inventaris kebutuhan alat-alat 5 5 5 5 20
Pelaksanaan operan keperawatan yang belum efektif
a Melakukan operan shift secara keseluruhan dan
melakukan ronde keperawatan.5 4 5 5 19
b Memimpin pelaksanaan operan shift pagi dan siang oleh
Karu atau PJS5 5 5 5 20
c Mendiskusikan secara bersama-sama dengan perawat
pelaksana mengenai tugas perawatan yang dilakukan5 4 4 4 17
d Menyampaikan pengumuman dan lainnya dalam operan
shift4 4 4 4 16
e Melakukan sosialisasi penulisan operan dalam buku
operan masing-masing perawat5 5 4 4 18
54
H. Rencana Pemecahan Masalah (Planing Of Action)
No Masalah Tujuan Strategi Kegiatan Sasaran WaktuPenanggung
jawabBiaya
1 Pelaksanaan
tindakan
keperawatan
belum optimal.
Tenaga
kesehatan
dapat
melakukan
tindakan sesuai
dengan SOP
1. Koordinasi
dengan kepala
ruangan dan
PJS untuk
pelaksanaan
tindakan
sesuai SOP.
2. Sosialisasi dan
sharing pada
saat operan
dinas.
3. Sharing
dengan
pendekatan
langsung ke
1. Merencanakan
sosialisasi pelaksanaan
tindakan sesuai SOP.
2. Mengevaluasi
pendokumentasian
asuhan keperawatan
sesuai SOP.
3. Mendiskusikan
kesulitan dalam
melakukan tindakan
keperawatan.
4. Merencanakan sharing
kasus asuhan
keperawatan minimal
seminggu sekali di
Perawat
ruang VK
7-17
Februari
2013
1. Kepala
ruangan
2. PJ Shift
3. Debora
yulfine
4. Dessy
Angghita
5. Tommy
RSI
55
perawat
ruangan.
ruangan.
5. Merencanakan
sosialisasi penggunaan
SOP dalam melakukan
tindakan keperawatan.
2 Alat-alat yang
tersedia di
ruangan tidak
mencukupi
untuk
memenuhi
asuhan
keperawatan.
Tersedianya
alat-alat sesuai
dengan
kebutuhan
untuk
melakukan
asuhan
keperawatan.
1. Koordinasi
dengan kepala
ruangan dan
inventaris
2. Mencatat
setiap alat-alat
sudah tidak
baik atau tidak
tersedia di
ruangan.
1. Melaporkan setiap alat
yang kurang kepada
kepala ruangan dan
inventaris
2. Menata alat-alat yang
tidak baik atau tidak
tersedia di ruangan
3. Mendokumentasikan
alat-alat yang sudah ada
atau tidak ada
diruangan.
Perawat
ruang VK
dan
inventaris
Minggu
ke 3
bulann
februari
1. Inventaris
2. Kepala
ruangan
3. PJ Shift
4. Nency
5. Rinda
Resna
Dewi
6. Manajer
RSI
RSI
3 Pelaksanaan
operan
keperawatan
Pelaksanaan
operan antar
perawat
1. Koordinasi
dengan kepala
ruangan dan
1. Melakukan operan shift
secara keseluruhan dan
melakukan ronde
Perawat
ruang VK
5 – 10
Maret
2013
1. Kepala
ruangan
2. PJ Shift
RSI
56
yang belum
efektif
dengan
perawat dan
antar perawat
dengan pasien
efektif
- Perawat
mengetah
ui kondisi
pasien
- Pasien
mengetah
ui nama
perawat
PJS untuk
pelaksanaan
operan antar
perawat
dengan pasien
2. Sosialisasi dan
sharing pada
saat operan
dinas
3. Sharing
dengan
pendekatan
langsung ke
perawat
ruangan
4. Pelaksanaan
operan
bersama
keperawatan
2. Memimpin pelaksanaan
operan shift pagi dan
siang oleh karu atau
PJS
3. Mendiskusikan secara
bersama-sama dengan
perawat pelaksana
mengenai tugas
perawatan yang
dilakukan
4. Menyampaikan
pengumuman dan
lainnya dalam operan
shift
5. Melakukan sosialisasi
penulisan operan dalam
buku operan masing-
masing perawat
3. William
4. Ujang
57
6. Melakukan operan
keliling antara perawat
dengan pasien setelah
operan dinas di nurse
station dengan
memperkenalkan nama
perawat
58
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Manajemen keperawatan dalam pelaksanaan praktik keperawatan dapat di
gunakan untuk memperbaiki tatanan keperawatan, karena dalam praktiknya
manajemen keperawatan ini membagi individu dalam pembagian tugas dan
tanggung jawab pekerjaan dengan jelas, dengan manajemen keperawatan juga
dapat menganalisis kekurangan dan kelebihan suatu ruangan dalam rumah sakit,
selain itu dapat juga mencari solusi dan memprioritaskan masalah yang sedang
terjadi di dalam tim.
Manajemen yang diterapkan pada ruang VK di Rumah Sakit Immanuel sudah
cukup bagus, karena setelah di analisa ruangan ini memiliki banyak kekuatan di
bandingkan dengan kelemahan yang dimiliki ruangan, hal ini sangat berpotensi
untuk kemajuan ruangan agar menjadi lebih baik
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa/i lebih dalam dan teliti lagi dalam mengkaji maupun
mengalisa situasi ruangan agar didapatkan data yang jelas, sehingga tidak
salah dalam mementukan masalah yang terjadi di ruangan.
2. Bagi Dosen
Lebih banyak membimbing dalam menganalisis atau mengkasji situasi
maupun merumuskan analisis SWOT
3. Bagi institusi
Lebih banyak memfasilitasi tempat untuk melakukan praaktik
manajemen keperawatan.
59
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi.Yogyakarta: Ar-
ruzz Media
Griffin, Ricky. 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga
Keliat, Budi Ana. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP Di Rumah
Sakit. Jakarta: EGC
Kotler P dan Amstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jakarta:
Erlangga
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Edisi 4. Jakarta:EGC
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum
60