Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia melakukan komunikasi setiap saat dalam setiap setting kehidupan baik itu antara individu dengan individu dan individu dengan kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Manusia perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis, seperti minum, makan, dan memenuhi kebutuhan psikologis, seperti kebahagiaan, sukses, rasa ingin tahu, dan lain-lain. Komunikasi dapat terjadi pada siapa saja, baik antara guru dan muridnya, orang tua dengan anak, pedagang dengan pembeli, dan sebagainya. Pada dasarnya komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja. Komunikasi harus mengandung informasi, sikap, ide, opini atau pendapat. Komunikasi merupakan suatu proses mulai dari merancang pesan, mendengarkan pesan, menginterpretasikan pesan, memahami pesan, sampai pada penyampaian pesan kembali oleh penerima (komunikan) untuk mencapai kesepakatan atau tujuan bersama. Salah satu jenis komunikasi, yaitu komunikasi antar pribadi yang merupakan jenis

description

kombis

Transcript of Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Page 1: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia melakukan komunikasi setiap saat dalam setiap setting kehidupan

baik itu antara individu dengan individu dan individu dengan kelompok. Manusia

sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup.

Manusia perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan biologis, seperti minum, makan, dan memenuhi kebutuhan psikologis,

seperti kebahagiaan, sukses, rasa ingin tahu, dan lain-lain.

Komunikasi dapat terjadi pada siapa saja, baik antara guru dan muridnya,

orang tua dengan anak, pedagang dengan pembeli, dan sebagainya. Pada

dasarnya komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan

saja. Komunikasi harus mengandung informasi, sikap, ide, opini atau pendapat.

Komunikasi merupakan suatu proses mulai dari merancang pesan, mendengarkan

pesan, menginterpretasikan pesan, memahami pesan, sampai pada penyampaian

pesan kembali oleh penerima (komunikan) untuk mencapai kesepakatan atau

tujuan bersama. Salah satu jenis komunikasi, yaitu komunikasi antar pribadi yang

merupakan jenis komunikasi yang efektif. Komunikasi antar pribadi

didefinisikan sebagai proses hubungan yang tercipta, tumbuh dan berkembang

antar individu yang satu (sebagai komunikator) dengan individu lain (sebagai

komunikan), komunikator dengan gayanya sendiri menyampaikan pesan kepada

komunikan, sedangkan komunikan dengan gayanya sendiri menerima pesan dari

komunikator.

Dalam komunikasi antar pribadi kita sebagai pelaku komunikasi harus

mengetahui dan memahami syarat, unsur-unsur, dan cara berkomunikasi yang

efektif. Selain itu juga perlu memahami fungsi komunikasi antar pribadi, hal-hal

yang mempengaruhi komunikasi antar pribadi, komunikasi antar pribadi yang

Page 2: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

efektif hingga implementasinya dalam kegiatan konseling. Semua itu akan

dibahas oleh penyusun dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian komunikasi antar pribadi?

2. Apa fungsi komunikasi antar pribadi?

3. Bagaimana komunikasi antar pribadi yang efektif?

4. Bagaimana hubungan antar pribadi itu terjadi?

5. Bagaimana implementasi komunikasi antar pribadi yang efektif dalam

konseling?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum : Mahasiswa mengetahui dan memahami definisi komunikasi

antar pribadi.

Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian komunikasi antar

pribadi

2. Mahasiswa dapat menyebutkan fungsi komunikasi antar

pribadi.

3. Mahasiswa dapat menyebutkan komunikasi antar pribadi

yang efektif.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antar pribadi dan

menyebutkan jenis-jenis hubungan antar pribadi

5. Mahasiswa dapat mengimplementasikan dan

mempraktekkan secara langsung komunikasi antar pribadi

dalam konseling

Page 3: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

1.4 Manfaat

Manfaat penyusunan makalah ini bagi mahasiswa, yaitu agar mahasiswa dapat

rmengimplementasikan komunikasi antar pribadi yang efektif ke dalam proses

konseling. Sehingga proses konseling dapat berjalan efektif dan terentaskannya

masalah yang dihadapi oleh konseli.

Page 4: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Sebelum membahas mengenai definisi komunikasi antar-pribadi, kita perlu

membedakan antara komunikasi non-antarpribadi dan komunikasi antarpribadi.

Miller dan Steinberg (1975) membedakannya berdasarkan tingkatan analisis yang

digunakan untuk melakukan prediksi guna mengetahui apakah komunikasi itu bersifat

non-antarpribadi atau antarpribadi. Menurut mereka terdapat tiga tingkatan dalam

melakukan prediksi, yaitu kultural, sosiologi, dan psikologis.

a. Analisis Tingkat Kultural

Kultur merupakan keseluruhan karangka kerja komunikasi: kata- kata,

tindakan-tindakan, postur, gerak-isyarat, nada suara, ekspresi wajah, penggunaan

waktu, ruang, dan materi, dan cara ia bekerja, bermain, bercinta, dan

mempertahankan diri. Kesemuanya itu dan selebihnya merupakan sistem-sistem

komunikasi yang lengkap dengan makna-makna yang hanya dapat dibaca secara tepat

apabila seseorang akrab dengan prilaku dalam konteks sejarah, sosial, dan kultural

( Edward T. Hall, 1976 ). Terdapat dua macam-macam, yaitu homogeneous apabila

orang-orang di suatu kultur berprilaku kurang lebih sama dan menilai sesuatu juga

sama. Sedangkan yang heterogemous adanya perbedaan-perbedaandi dalam pola

prilaku dan nilai-nilai yang dianutnya. Jadi, apabila komunikator melakukan prediksi

terhadap reaksi penerima atau receiver sebagai akibat menerima pesan dengan

mengguanakan dasar kultural.

Pada analisis tingkat kultural sering terjadi kesalahan dalam menangkap

makna yang disamapikan komunikator dan komunikator sering juga menyampaikan

pesan yang kurang dimengerti oleh komunikan misalnya dalam berkomunikasi

dengan orang berbeda latar budaya dalam menggunakan kata-kata yang terkadang

memiliki makna yang berbeda. Misalnya , kata cokot bagi orang Jawa dan Sunda

Page 5: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

berbeda maknanya bagi orang Jawa, kata tersebut memiliki arti “ mengigit” dan bagi

orang sunda berarti “ mengambil”. Men-cokot sabun bagi orang Sunda berarti

mrngambil sabun sedangkan bagi orang Jawa berarti mengigit sabun. Perbedaan

makna tersebut bisa juga berkaitan dengan stereotip sosial yang sifatnya negatif

terhadap pihak lain. Jadi, bukan hanya masalah perbedaan makana sebuah kata tetapi

bisa juga perbedaan sikap, persepsi seseorang terhadap orang lain yang berbada latar

belakang budayanya. Selain itu juga manyangkut masalah tradisi, adat istiadat,

kebiasaan, peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang bisa saja berbeda

dengan budaya lain.

b. Analisi Pada Tingkat Sosiologis

Apabila prediksi komunikator tentang reaksi komunikan terhadap pesan-pesan

yang ia sampaikan didasarkan kepada keanggotaan komunikan didalam kelompok

sosial tertentu, maka komunikator melakukan prediksi pada tingkat sosiologis.

Keanggotaan kelompok merupakan golongan orang-orang yang memiliki

karakteristik tertentu yang sama. Kelompok menyerupai budaya karena anggota

kelompok memperlihatkan pola perilaku dan nilai yang membedakannya dari

kelompok lain. Kelompok pada umumnya terdapat jumlah anggota yang lebih sedikit

dibandingkan dengan anggota yang ada di seluruh budaya.

c. Anlisis Pada Tingkat Psikologis

Apabila komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan

terhadap prilaku komunikasi didasarkan pada analisis dari pengalaman-pengalaman

belajar individual yang unik maka prediksi itu didasarkan pada analisis tingkat

psikologis. Dua orang yang sering berinteraksi mencari perbedaan – perbedaan yang

relevan pada orang yang diajak komunikasi. Jadi komunikator melihat bahwa setiap

orang memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya satu sama lainnya. satu

sama lain terutama pada data psikologis secara khusus menegaskan bahwa mereka

mengenal satu sama lain sebagai individu. Penegasan ini berarti bahwa telah

Page 6: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

mendapatakan pengertian didalam karakteristis yang unik mengenai kepribadian satiu

sama lain.

Memahami komunikasi dan hubungan antar pribadi dari sudut padang

individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam proses

psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan

makna tersendiri terhadap hubungan dimana dia terlihat di dalamnya. Karena

pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat bermakna bagi individu, maka

pemahaman psikologis acapkali dianggap sebagai makna yang sesungguhnya dari

suatu hubungan antar pribadi.

Perbedaan Pokok Antar Komunikasi Non-Antarpribadi Dan Komunikasi

Antarpribadi

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibedakan antara komunikasi antar

pribadi dan komunikasi non-antar pribadi. Apabila prediksi mengenai hasil

komunikasi terutama didasarkan pada tingkat analisis kultural dan sosiologis, maka

komunikator terlibat dalam komunikasi non-antarpribadi. Pada komunikasi non-

antarpribadi di tingkat kultural dan sosiologis, prediksi mengenai hasil – hasil

komunikasi dapat disamakan dengan apa yang dinamakan generalisasi rangsangan

(stimulus generalization) yakni individu dalam melakukan prediksi mencari

kesamaan di antara para pelaku komunikasi lainnya. Generalisasi rangsangan mirip

dengan proses abstraksi. Contohnya adalah ketika kita melakuakan sebuah observasi

terhadap sekelompok objek, misalnya mengenai jabatan seorang direktur, kita akan

membuat aspek – aspek yang memiliki kesamaan. Dengan begitu, kita akan dapat

menyimpulkan bahwa orang yang memiliki jabatan direktur adalah orang yang

memiliki ciri, seperti : selalu berdasi, rapi, berkemeja, memiliki banyak anak buah,

dan sebagainya. Namun terkadang generalisasi rangsangan ini tidak sesuai dengan

kenyataan. Terkadang saat kita bertemu dengan seseorang dengan ciri direktur,

ternyata hal tersebut jauh dari kenyataan, karena ternyata orang yang bersangkutan

hanyalah seorang sales.

Page 7: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Sebaliknya, pada komunikasi antarpribadi, prediksi pada tingkat psikologis

mengenai hasil komunikasi dapat disamakan dengan perbedaan rangsangan (stimulus

discrimination), yaitu seseorang dalam melakukan prediksi mencari perbedaan yang

relevan pada komunikan. Jadi komunikator melihat bahwa individu memiliki

karakteristik yang khas yang membedakannya satu sama lainnya.

.Komunikasi antar pribadi sesungguhnya baru akan tercipta kalau terdapat

kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan masing-masing pihak dan

memberikan respon atas keadaan tersebut. Sebagaimana sifat komunikasi, maka

hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap saling memperhatikan, saling

memahami, penuh pengertian, dan keakraban. Berdasarkan uraian di atas, maka

Komunikasi Antarpribadi dapat di definisikan sebagai proses hubungan yang tercipta,

tumbuh dan berkembang antar individu yang satu (sebagai komunikator) dengan

individu lain (sebagai komunikan), komunikator dengan gayanya sendiri

menyampaikan pesan kepada komunikan, sedangkan komunikan dengan gayanya

sendiri menerima pesan dari komunikator.

2.2 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi yaitu fungsi sosial dan fungsi

pengambilan keputusan :

1. Fungsi Sosial

Untuk kebutuhan biologis dan psikologis

Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup.

Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan biologis kita seperti dan minum, dan memenuhi kebutuhan

psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita

dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan

mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa

Page 8: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Melalui komunikasi kita

dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya

antara perasaan satu dengan perasaan yang lain.

Mengembangkan hubungan timbal balik

Komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang

arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik secara verbal atau

nonverbal, seseorang penerima beraksi dengan jawaban verbal atau

menggunakan kepala, kemudian orang pertama beraksi lagi setelah menerima

respons atau umpan balik dari kedua, dan begitu seterusnya. Jadi hubungan

timbal balik ini berfungsi sebagai unsur pemerkarya, pemerkuat komunikasi

antar pribadi sehingga harapan-harapan dalam proses komunikasi menjadi

sungguh-sunguh terjadi.

Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri

Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,

kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan.

Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa

diri kita dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang

lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi untuk

menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan

eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.

Menangani konflik

Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita mengetahui

situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara. Sebagaimana yang kita

tahu, bahwa setiap manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi

lingkungan. Manusia bias menjadi sangat sensitive pada bahasa tubuh, ekspresi

wajah, postur, gerakan, intonasi suara yang akan membantu individu untuk

memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan dan reliabilitas dari komunikasi

itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat mempengaruhi pola pikir

lawan bicara kita. Dengan demikian KAP berfungsi untuk mengurangi atau

Page 9: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

mencegah timbulnya suatu konflik didalam suatu organisasi atau kelompok

masyarakat. Dengan adanya KAP maka permasalahan kecil.

2. Fungsi pengambilan keputusan

Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi

Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi sangat

memiliki pengaruh yang sangat efektif digunakan karena dalam hal ini

komunikasi dapat mewakili informasi yang dikehendaki dalam pesan yang dia

sampaikan sebagai bahan perakapan pada kegiatan komunikasi.

Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain

Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan persuasif

dalam arti pembicara ingin pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau

informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan

komunikasi yang sifatnya menghiburpun secara tidak langsung membujuk

kalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.

Hal-hal yang mempengaruhi komunikasi antar pribadi :

1. Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau

menafsirkan informasi inderawi. Persepsi interpersonal adalah

meberikanmakna terhadap stimui inderawi yang berasal dari seseorang

(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam

persepsi interpersonal akan berpengaruh terhaddap keberhasilan komunikasi,

seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan

mengakibatkan kegagalan komunikasi.

2. Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.

Konsep diri yang positif, ditandai dengan 5 hal yaitu :

a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah

b. Merasa setara dengan orang lain

c. Menerima pujian tanpa rasa malu

Page 10: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan

dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat.

e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-

aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.

Konsep diri merupakan factor yang sangat menentukan dalam komunikasi

antar pribadi yaitu :

Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiaporang bertingkah laku sedapat

mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seorang mahasiswa

menganggap dirinya sebagai orng yang rajin, ia akan berusaha menghadiri

kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, memplajari materi kuliah

dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan

komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain

meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep

diri menjadi dekat dengan kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan

pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman dan

gagasan baru.

Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai

communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi

disebabkan oleh kurangnya percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri,

menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

Selektifitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena

konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri

( terpaan selektif ), bagaimana kita mempersepsi pesan ( persepsi selektif ),

dan apa yang kita ingat ( ingatan selektif ). Selain itu konsep diri juga

berpengaruh dalam penyandian pesan ( penyandian selektif ).

3. Atraksi Interpersonal

Atraksi Interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif

dan daya tarik seseorang. Komunikasi antar pribadi dipengaruhi atraksi

interpersonal dalam hal :

Page 11: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang

lain tidak semata – mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga

makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga

cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif

sebaliknya jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya

secara negative.

Efektivitas komunikasi. Komunikasi antar pribadi dinyatakan efektif bila

pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.

Bila kita berkumpul dengan satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan

kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila kita berkumpul dengan orang yang

kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan

menutup diri dan menghindari komunikasi.

4. Hubungan Interpersonal

Hubungan Interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara

seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan

menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya,

makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga

makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara peserta komunikasi.

Miller ( 1976 ) dalam explorations in interpersonal communication,

menyatakan bahwa “memahami proses komunikasi interpersonal menuntut

hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan rasional, dan

pada gilirannya ( secara serentak ), perkembangan rasional mempengaruhi

sifat komunikasi antar pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”

Lebih jauh, Jalalludin Rakhmat ( 1994 ) memberi catatan bahwa

terdapat tiga factor dalam komunikasi antar pribadi yang menumbuhkan

hubungan interpersonal yang baik, yaitu : a. percaya, b. sikap suportif, dan c.

sikap terbuka.

Page 12: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

2.3 Komunikasi Antar Pribadi yang Efektif

Jalaluddin Rachmat (1986:147) menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi

yang efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi

komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan

dengan kita, maka kita akan menyenangi mereka. Komunikasi pun berlangsung lebuh

santai, gembira, dan terbuka. Sedangkan apabila kita berkumpul dengan orang-orang

yang kita benci atau tidak sukai, maka akan membuat kita tegang, resah dan tidak

enak. Kita akan cenderung menutup diri dan menghindari komunikasi.

a. Komunikasi antar pribadi yang efektif harus adanya:

1. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus

dengan segera membuka semua riwayat hidupnya. Aspek keterbukaan yang kedua

mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap

stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada

umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang

bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak

mengharapkan hal ini. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi

secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan”

perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini

adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita lontarkan adalah memang

milik kita dan kita dapat mempertanggungjawabkannya.

2. Empati

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan

seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat

tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.

Page 13: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,

berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang

sama.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,

perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa

mendatang.

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.

Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan

(1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik

yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang

penuh perhatian, dan kedekatan fisik; (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap Mendukung

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap

mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam

suasana yang tidak mendukung.Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan

bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3)

provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap Positif

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi

interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki

sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi

komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada

yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak

menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau

suasana interaksi

5. Kesetaraan

Page 14: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang

mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis

daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam

segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih

efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam

bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing

pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu

hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan

konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada

daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak

mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal

dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau

menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan

”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

b. Unsur – unsur Komuniasi yang Efektif

Jika ingin komunikasi menjadi efektif maka unsure-unsur berikut perlu

diperhatikan.

1. Sumber (komunikasi). Komunikator sebagai pengirim esan hendaknya

benar-benar siap dengan pesanya. Pesan dikemas dengan bahasa tulis

atau bahasa lisan yang benar-benar bisa dipahami oleh pendengar pesan.

2. Media atau saluran pengiriman pesan. Media yang digunakan dalam

mengirim pesan juga harus jelas dan tidak bias. Mengajarkan organ

tubuh manusia bagi anak-anak sekoah dasar maka medianya harus jelas

dengan menggunakan alat perasa torso manusia.

3. Menerima pesan ( komunikan atau receiver). Pihak penerima pesan juga

harus siap menerima pesan. Dengan pengetahuannya atau emahamannya

maka komunikan harus focus pada pesan yang diterima.

Page 15: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

4. Efek, yaitu apa yang terjadi setelah menerima pesan. Apakah dengan

mudah komunikan merespon kembali pesan yang diterima, atau apakah

ada perubahan sikap setelah melakukan komunikasi, atau apakah terjadi

perubahan perilaku. Jika terjadi perubahan yang diharapkan oleh

komunikator sebagai akibat dari komunikasi iti maka komunikasi akan

menjadi sangat efektif.

c. Syarat - syarat Komunikasi yang Efektif

Agar komunikasi menjadi efektif maka syarat-syarat berikut perlu

diperhatikan yaitu, (1) meniptakan suasana yang saling menguntungkan, (2)

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti bila mungkin bahasa yang

digunakan adalah bahasa yang setara (3) pesan yang disampaikan menggugah

perhatian atau minat bagi pihak komunikan, (4) pesan yang disampaikan

menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan, (5) pesan yang

disampaikan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.

Berikut adalah beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yang

efektif:

1. Harus diingat bahwa komunikasi adalah suatu proses. Komunikasi

adalah suatu proses karena merupakan kegiatan yang terus meneerus

dalam sebuah proses. Jadi dalam tersebut ada yang mempengaruhi dan

ada pula yang dipengaruhi.

2. Komunikasi adalah sebuah system. Bahwa komunikasi merupakan

sebuah system terdiri dari beberapa sub system. Ada komunikator ada

komunikan dan ada saliran, ada media komuniasi manakala satu sub

system terganggu akan yang lain jga terganggu.

3. Bahwa komunikasi bersifat transaksi dan komunikasi. Yang di maksud

dengan interaksi adalah saling bertukar pesan. Seseorang berbicara dan

yang mendengar pembiaraan itu memberikan reaksi atau komentar atas

pesan yang disampaikan. Komunikasi itu sering berubah ataun berlanjt

menjadi transaksi yaitu melakukan perjanjian.

Page 16: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

d. Cara-cara Melakukan Komunikasi yang Efektif

Agar komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif maka perlu

memperhatikan cara-cara berikut.

1. Menguasai ragam komunikasi. Komunikasi itu banyak ragamnya.

Berkomunikasi dengan bahasa lisan atau bisa pula berkomunikasi

dengan bahasa tulisan. Ada pula berkomunikasi dengan bahasa isyarat

atau bahasa non verbal. Tehnik yang dipakai tergantung pada dimana

komunikasi itu dilakukan dengan siapa berkomunikasi. Jika

menggunakan bahasa verbal maka hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah (1) kata-kata digunakan dalam berkmunikasidapat dimengerti,

(2) kecepatan (speed) dapat diatur dengan tepat artinya tidak terlalu

cepat dan tidak terlalu lambat, (3) intonasi suara, dalam pengucapan dan

pengejaan kata harus jelas dengan kata dan intonasi yang benar dan

tepat, (4) volime suara, dapat diatur dengan baik tidak terlalu keras dan

tidak terlalu kecil, tergantung pada komunikan, (5) singkat dan jelas.

Komunikan akan efektif bila pesan yang disampaikan jelas dan singkat.

(6) Timing ( waktu yang tepat) artinya, menyediakan waktu untuk

mendengar atau memperhatikan apa yang didengar apa yang

disampaikan. Bila menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat maka

hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, ekspresi wajah, kontak mata,

postur tubuh dan gerak isyarat. Semua itu akan menggabarkan isi hati

pengiriman pesan atau penerima pesan. Apakah semua itu telah sesuai

dengan apa yang dikemukakan secara lisan.

2. Bersikap empati. Sebagaimana disebutkandidepan bahwa empati adalah

memposisikan diri dalam situasi yang dialami dan sekaligus memahami

apa yang dirasakan oleh komunikan.

3. Pleksibel. Anda tidak harus kaku dan serius dengan gaya yang formal.

Komunikasi itu perlu sisipan informal dengan humor agar santai.

Page 17: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

4. Lugas dan ringkar. Gunakan kata atau kalimat yang to the point dan

ringkas. Dan sedapat mungkin dengan kata atau kalimat pendek tetapi

tidak mengurangi makna atau maksud. Pemakaian kata atau kalimat

yang bertele-tele menjadi membosankan.

5. Memahami bahasa non verbal yang tepat. Terkadang bahsa tubuh lebih

bermakna ketimbang bahasa verbal karena sulit dimanipulasi.

6. Menjadi pendengar yang baik. Artinya apabila ada seseorang yang

sedang berbicara maka kita harus mendengarkan dengan baik agar bisa

memberikan respon yang tepat sesuai dengan harapan lawan bicara kita.

7. Konsisten. Konsisten mempunyai makna kesucian. Dalam konteks

komunikasi maka komunikator tidak dengan mudah memindahkan

topik-topik pembicaraan kepada komunikan sehingga komunikan

menjadi bingung.

8. Egaliter. Artinya tidak membuat sekat-sekat atau pembatas antara

komunikator dengan komunikan. Jika ini tersa makna hubungan baik

menjadi terhapus.

9. Terbuka. Dalam artian bersedia untuk dikresi jika ada kekeliruan dan

meminta maaf jika salah. Sikap seperti ini turut mendukung komunikasi.

2.4 Hubungan Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi lebih menekankan pada hubungan antar pribadi dari

dua pihak yang melakukan komunikasi. Kegagalan komunikasi terjadi, apabila isi

pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak dipahami oleh komunikan. Ketidak

pahaman ini membuat hubungan antara komunikator dan komunikan menjadi tidak

kondusif. Menurut Rochmaningsih (2004) Komunikasi yang efektif akan

menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Karena dalam hubungan

interpersonal yang baik dilakukan dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi

tatap muka antar pribadi, sehingga orang yang melakukan interaksi tersebut akan bisa

mengetahui reaksi orang yang diajak berkomunikasi baik yang bersifat verbal

maupun non verbal.

Page 18: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Metode peningkatan hubungan menurut Arnold P. Goldstein (1975) yaitu ada

tiga prisip : makin baik hubungan antar pribadi (1) makin terbuka pasien

mengungkapkan perasaannya, (2) makin cenderung ia meneliti perasaannya secara

mendalam beserta penolongnya dan (3) makin cenderungg ia mendengarkan dengan

penuh perhatian dan bertindak atas nasehat yang diberikkan penolongnya. Semakin

baik hubungan antar pribadi, maka semakin terbuka orang untuk mengungkapkan

dirnya, makin cemat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga

makin efektif komunikasi yang berlangsung di atara komunikator dan komunikan.

Kita dapat menggolongkan orang yang kita ajak berhubungan sebagai

kenalan, teman, dan sahabat atau teman akrab ( Verderber et al., 2007). Adapun jenis-

jenis hubungan antar pribadi, yaitu :

a. Kenalan

Kenalan adalah orang yang kita kenal melalui namanya dan berbicara bila ada

kesempatan, tetapi interaksi kita dengan mereka terbatas. Banyak hubungan dengan

kenalan tumbuh atau berkembang pada konteks khusus.

b. Teman

Karena perjalanan waktu, beberapa kenalan bisa menjadi teman kita. Teman

atau teman-teman adalah mereka dengan siapa kita telah mengadakan hubungan yang

lebih pribadi secara sukarela (Patteerson Bettini, dan Nussbaum, 1993). Sebagaimana

persahabatan berkembangan, orang bergerak ke arah interaksi yang kurang terkait

kepada peran. Misalanya, A dan B yang teman sekelas di komunikasi dan telah

berbicara hanya mengenai kuliah komunikasi, dapat memutuskan untuk pergi

bersama setelah kuliah ke pertandingan bola basket. Jika mereka merasa cocok

terhadap satu sama lain, mereka dapat melanjutkan untuk bertemu di luar kelas dan

Page 19: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

akhirnya menjadi teman. Beberapa dari persahabatan kita atau temen tetangga.

Persahabatan konteks ini bisa hilang atau putus jika konteksnya berubah. Misalnya,

persahabatab anda dengan orang di kantor bisa putus jika anda atau teman anda dapat

pekerjaan baru di perusahaan lain.

Agar persahabatan itu berkembang dan berkesinambungan, beberapa prilaku

kunci harus ada. Samter (2003), menjelaskan lima kompetensi penting perlu untuk

hubungan persahabatan.

1. Inisiasi (initiation). Di mana seseorang harus berhubungan atau bekenalan

dengan orang lain dan interaksi harus berjalan mulus, santai, dan

menyenangkan. Sebuah persahabatan tidak akan terjalain dua orang yang

jarang berinteraksi atau interaksinya tidak memuaskan.

2. Sifat mau mendengarkan (responsivenees). Masing-masing harus

mendengarkan kepada orang lain, fokus kepada mitranya, dan merespon

pembicaraan mitranya. Adalah sulit untuk menjalin persahabatan kepada

orang yang fokus pada dirinya sendiri atau masalahnya sendiri.

3. Pengungkapan diri (self-disclosure). Kedua belah pihak mampu

mengungkapakan perasaan pribadinya terhadap satu sama lain. Persahabatan

tidak akan terjalin, jika masing-masing hanya mendiskusikan hal-hal yang

abstrak saja atau membicarakan masalah-masalah yang dangkal sifatnya dan

tidak mendalam.

4. Dukungan emosional (emotionalvsupportr). Orang berharap mendapatkan

kenyamanan dan dukungan dari temanya. Kita berharap mendapatakan teman

dengan sifat-sifat seperti ini.

5. Pengelolaan konflik (conflict management). Suatu hal yang tak terelakan

bahwa teman-teman akan tidak setuju mengenai gagasan atau prilaku kita.

Persahabatan bergantung pada keberhasialan mengenai hal-hal yang tidak

Page 20: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

disetujui ini. Pada kenyataan, dengan mengelola konflik secara kompeten,

maka orang dapat mempeerat persahabatnya.

c. Sahabat Kental atau Teman Akrab

Sahabat kental atau teman akrab atau close friend or intimate adalah mereka

yang jumlahnya sedikit dengan siapa seseorang secara bersama – sama mempunyai

komitmen tingkat tinggi, saling ketergantungan, kepercayaan, pengungkapan,

kesenangan di dalam persahabatan. Seseorang bisa mempunyai kenalan yang tidak

terbatas jumlahnya dan banyak teman tetapi ia hanya mempunyai sejumlah kecil

teman yang benar – benar akrab. Dengan sahabat kental, kita menunjukkan tanggung

jawab kita dengan saling berikrar terhadap satu sama lain. Kita tunjukkan

kepercayaan kita dengan mempunyai harapan – harapan positif terhadap lainnya dan

percaya bahwa ia akan berperilaku dengan adil dan jujur. Dengan sahabat kental,

kehidupan kita adanya saling ketergantungan atau jalin – menjalin. Kita saling

mengandalkan atau bergantung terhadap satu sama lain. Kita saling mengungkapkan

informasi pribadi mengenai diri kita dengan sahabat kental. Walaupun hubungan

dengan kenalan dapat menyenangkan, kebanyakan orang mengalami kesenangan dan

kegembiraan terbesar dari hubungan dengan sahabat kental dan teman karib.

Dalam hubungan antarpribadi, memiliki tahapan – tahapan tertentu sampai pada

akhirnya seseorang mampu melakukan proses self disclosure. Tahap – tahap tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan hubungan interpersonal

Tahap ini disebut tahap perkenalan diamana kedua individu baru

bertemu dan terjadinya proses penyampaian informasi yaitu berupa “fase

kontak yang permulaan” atau adanya usaha dari kedua individu untuk

mengetahui secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain.  Menurut

Charles R. Berger (1973), informasi pada tahap perkenalan dapat

dikelompokan menjadi tujuh kategori, yaitu (1) informasi demografis, (2)

Page 21: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

sikap dan pendapat; tentang orang atau objek (3) rencana yang akan datang

(4) kepribadian (5) perilaku pada masa lalu (6) orang lain (7) hobi dan minat.

2. Peneguhan hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal bersifat statis. Cara memelihara hubungan

pada tahap ini adalah dengan empat faktor, yaitu keakraban, control, respon

yang tepat, dan nada emosi yang tepat. 

3. Konfirmasi

Tahap ini adalah tahap dimana seseorang membutuhkan pengakuan

langsung, perasaan positif, respon meminta keterangan, respon setuju dan

respon suportif.

4. Diskonfirmasi

Diskonfirmasi adalah keseraian suasana emosional ketika

berlangsungnya komunikasi. Walaupun kemungkinan, saat terjadinya

komunikasi, keduanya berinteraksi dalam suasana emosional yang berbeda

5. Pemutusan hubungan interpersonal

Dalam tahap ini, kita dapat mengambil analisis dari R.D Nye (1973)

yang menyebutkan lima sumber konflik : (1) kompetisi, salah satu pihak

berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain; misalnya

menunjukan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang

lain (2) dominasi, salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain

sehingga orang itu merasakan hak – haknya dilanggar (3) kegagalan masing

– masing, berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak

tercapai (4) provokasi, salah satu pihak terus – menerus berbuat sesuatu

yang ia ketahui menyinggung perasaan orang lain (5) perbedaan nilai, kedua

pihak tidak sepakat tentang nilai – nilai yang mereka anut.

2.4 Implementasi Komunikasi Antar pribadi yang Efektif dalam Konseling

Page 22: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Konseling merupakan hubungan komunikasi antar pribadi antara konselor dan

konseli yang bersifat psikologis. Di dalam proses konseling, keterampilan seorang

konselor dalam merespon pernyataaan konseli dan mengkomunikasikannya kembali

sangatlah diperlukan. Agar proses komunikasi yang dimaksud dapat efektif dan

efisien, maka konselor seyogyanya memiliki kemampuan dan keterampilan

berkomunikasi.

Dalam proses wawancara konseling, konselor harus mampu menggali

perasaan dan pikiran konseli. Proses penggalian ini membutuhkan sebuah teknik

khusus agar pertanyaan maupun pernyataan yang dilontarkan konselor kepada konseli

dapat menghipnotis konseli untuk semakin terbuka. Untuk itu konselor harus

menguasai teknik-teknik konseling secara verbal maupun nonverbal.

a. Teknik Konseling Verbal

Menurut Wndinkell (1991: 316), teknik konseling verbal adalah tanggapan-

tanggapan verbal ( dengan kata-kata) yang diberikan konselor, yang merupakan

perwujudan konkret dari maksud pikiran, perasaan yang terbentuk dalam batin

konselor untuk membantu konseli pada saat tertentu. Ungkapan konselor kepada

konseli akan menggunakan sebuah teknik verbal, tergantung pada intensitas

pertemuannya. Tanggapan verbal konselor akan dituangkan dalam bentuk

pertanyaan maupaun pernyataan, kalimat tanya, atau kombinasi dari pernyataan

dan kalimat Tanya. Teknik-teknik konseling secara verbal adalah sebagai berikut

(Winkell, 1991: 316):

1. Ajakan untuk memulai (invitation to talk)

Pada akhir fase pembukaan konselor mempersilakan konseli untuk

memulai menjelaskan masalah yang ingin dibicarakan. Jika konseli datang

kepada konselor atas inisiatifnya sendiri, ajakan untuk memulai ini akan

mudah ditanggapi oleh konseli. Akan tetapi, jika konseli dating kepada

konselor karena dipanggil, konselor perlu menjelasakan terlebih dahulu

maksud dan tujuan konseli untuk diundang, setelah itu baru teknik ajakan

untuk memulai bias dipahami oleh konseli. Sebagai contoh konselor dapat

berkata,

Page 23: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

a. “Apa yang ingin saudara bicarakan dengan saya?”

b. “Coba ceritakan apa yang membuat saudara ingin bertemu dengan saya!”

c. “Adakah yang mengganggu pikiran atau perasaan saudara saat ini?”

d. “Tampaknya ada hal yang mengganggu saudara saat ini, apa boleh saya

tahu?”

2. Penerimaan atau pengertian (acceptance/understanding)

Konselor menyatakan penerimaan dan atau pengertiannya terhadap

ungkapan konsel, sekaligus mempersilahkan konseli memberikan pernyataan

selanjutnya. Dengan ungkapan-ungkapan tersebut konselor tidak bermaksud

menyatakan bahwa ia setuju, sependapat atau sepaham. Sebagai contoh,

konselor dapat berkata,

a. “Saya mengerti….Ya,ya,ya.”

b. “Mm…mmm. Saya memahami maksud saudara.”

3. Perumusan pikiran-gagasan atau refleksi pikiran (reflection of content)

Menyangkut komponen pengalaman dan komponen reflektif dalam

pesan yang disampaikan konseli. Disebut pikiran-gagasan karena subjek

menggunakan bentuk-bentuk representative mental,

peristiwa/kejadian/pengalaman, gagasan dari pihak selain konseli, atau

pendapat/pandangan konseli sendiri terhadap apa apa yang telah terjadi yang

tertangkap secara eksplisit, dirumuskan kembali oleh konselor dalam bentuk

kata-kata sendiri atau kata-kata konseli. Sebagai contoh, perhatikan

percakapan antara konseli dengan konselor, berikut:

Konseli : ” Saya berharap akan mendapatkan kenyamanan setelah tinggal di

rumah yang baru.”

Konselor: “ Jadi, saudara akan mendapatkan kenyamanan setelah tinggal di

rumah yang baru.”

4. Perumusan perasaan atau refleksi perasaan (reflection of feelings)

Menyangkut komponen afektif dalam perasaan konseli. Konselor

memantulkan kembali kepada konseli perasaan yang sedang dialaminya atau

pengalaman yang telah diungkapkannya secara verbal maupun nonverbal.

Page 24: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Oleh konselor pernyataan tersebut dipantulkan kembali tanpa menambah atau

mengurangi makna dan bobot perasaan konseli.

Contoh :

Konseli : “Saya sungguh-sungguh kecewa dengan cara seperti itu.”

Konselor : “ Saudara sangat kecewa dengan cara demikian.”

5. Penjelasan pikiran-gagasan atau klarifikasi pikiran (clarification of content)

Menyangkut komponen reflektif dalam pesan konseli, yang biasanya

mencangkup suatu keyakinan, pandangan, atau evaluasi terhadap pengalaman.

Reflektif pikiran ini akan bersifat tentatif (meraba atau menduga) sehingga

konseli diminta untuk memberikan umpan balik kepada konselor dengan kata-

kata khusus atau dengan bentuk kalimat tanya.

Contoh :

Konseli : “Saya kira saya mampu untuk melakukan itu, akan tetapi kadang-

kadang saya menjadi ragu.”

Konselor :“Tampaknya saudara masih belum yakin pada kemampuan

saudara?” (meminta umpan balik dengan menggunakan kalimat

tanya)

Konseli : “Ya,… mungkin memang demikian. Saya tidak percaya pada diri

sendiri.”

6. Penjelasan perasaan atau klarifikasi perasaan (clarification of feelings)

Menyangkut komponen afektif dalam pesan konseli. Konselor ingin

mengecek apakah konseli telah menangkap dengan tepatat isi dan

bobot/kedalaman perasaan secara implisit yang telah diungkapkannta.

Ungkapan perasaan konseli dapat berupa ungkapan verbal maupun nonverbal

(secara tidak langsung).

Contoh :

Konseli : “ Saya kira persahabatan kami selama ini baik-baik saja.”

Konselor : “Jadi, saudar sangat puas dengan pertemanan tersebut?” (konselor

meminta umpan balik dengan kalimat khusus)

7. Permintaan untuk melanjutkan (general lead)

Page 25: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Konselor mempersilakan konseli untuk memberikan ulasan/penjelasam

mengenai sesuatu yang telah dikemukakannya. Jika konselor ingin

menggunakan kalimat tanya, sebaiknya memakai pertanyaan terbuka. Teknik

ini dapat dipakai dalam beberapa selama proses konseling. Tujuan

penggunaan teknik ini adalah agar konseli menjelaskan secara mendalam,

menggali lebih dalam, dan memperluas pandangan, dengan pemberian umpan

balik ya:ng merangsang. Contoh: “Lalu, bagaimana?”, “Bagaimana maksud

Anda tersebut?”, “maka”, “dan”, “Coba lanjutkan dengan lebih jelas.”

8. Pengulangan satu-dua kata (accent)

Konselor mengulangi satu atau dua kata kunci pernyataan konseli dalam

bentuk kalimat tanya agar konseli memberikan penjelasaan lebih lanjut.

Konselor dapat memilih kata-kata yang lebih mengungkapkan pikiran atau

gagasan, atau yang lebih mengungkapkan perasaan.

Contoh:

Konseli : “Saya merasa terlalu resah dengan kegiatan tersebut, menjengkelkan

rasanya. Sayalah yang harus memikul tugas yang berat.”

Konselor : “Terlalu resah atau menjengkelkan, atau tugas yang berat?”

9. Ringkasan/rangkuman (summary)

Konselor merumuskan secara singkat dan jelas apa yang telah dikatakan

oleh konseli. Ada empat kemungkinan, yaitu :

a. Pikiran dan gagasan yang telah dikemukakan oleh konseli sampai

sekarang,

b. Sejumlah perasaan yang telah diungkapakan oleh konseli sampai

sekarang,

Page 26: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

c. Isi pembicaraan antara konseli dan konselor samapai, dan

d. Isi pembicaraan selama wawancara

10. Pertanyaan mengenai hal tertentu (PHT, questioning/probing)

Konselor ingin mendapat tanggapan tentang hal tertentu, maka jawaban

konseli terbatas isinya, yaitu sesuai dengan hal yang ditanyakan. Pertanyaan

ini bias bersifat tertutup maupun terbuka. Contohnya : “Kapan?”, Siapa

saja?”, “Bagaimana itu terjadi?”, “Di mana?”, dan seterusnya.

11. Pemberian umpan balik (feedback)

Pemberian umpan balik dilakukan oleh konselor untuk menyampaikan

kepada konseli bagaimana kata-kata, sikap, dan tindakanya dalam

mempengaruhi orang lain. Dalam hal ini, konselor menyampaikan sendiri

perasaan/pikiranya kepada konseli mengenai sikap konseli selama wawancara

berlangsung atau mengenai kemajuan yang telah dicapai konseli selama

proses wawancara.

Contoh :

Konselor : “Mulailah membaur bersama teman-temanmu, jika ada

permasalahan bicarakan dengan teman-teman, siapa tau mereka

bisa membantu.”

Konseli : “Maksud Ibu, saya seharusnya bersikap terbuka dengan seluruh

teman ?

Konselor : Nah, bagus, tampaknya pemikiranmu ini membuat kita akan

selangkah lebih maju

12. Pemberiaan informasi (information giving)

Konselor menyampaikan pengetahuan tentang sesuatu kepada konseli,

sesuatu yang sebaiknya diketahui, namun belum disadari oleh konseli.

Page 27: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Penyampaian informasi ini tidak boleh mengandung unsur saran, misalnya

konselor menerangkan ciri-ciri masa remaja, hasil tes IQ, dan lain-lain.

13. Penyajian alternatif (forking response)

Konselor mengemukakan beberapa alternatif. Konseli diminta untuk

memilih salah satu dari dari beberapa alternatif yang diberikan.

Contoh :

Konseli : “Saya ingin kuliah di perguruan tinggi guru dan mengambil jurusan

Bimbingan Konseling, tapi saya binggung untuk kuliah dimana

Bu.”

Konselor: “ Saudara ingin perguruan tinggi negeri atau swasta? Apabila

perguruan tinggi negeri saudara bisa ke UNDIKSHA Singaraja, jika

ingin perguruan tinggi swasta saudara bisa ke IKIP PGRI di

Denpasar.”

14. Penyelidikan (Investigation)

Konselor mengajak konseli untuk bersama-sama menyelidiki alternatif –

alternatif yang dapat dipilih. Meninjau bersama – sama konsekuensi pada

masing – masing alternatif. Biasanya teknik penyelidikan ini digunakan pada

beberapa alternative pemecahan yang disebut pengambilan keputusan

(decision making).

Contoh :

Konseli : “Saya akan memilih masuk jurusan IPS.”

Konselor: “ Apa keuntungan dan kerugian anda jika masuk jurusan IPS?”

15. Pemberian struktur (structuring)

Konselor memberikan petunjuk tentang urutan langkah berpikir atau

urutan tahap dalam pembicaraan yang diikuti agar sampai pada pemecahan

masalah/penyelesaian masalah.

Contoh : “ Sebelum kita melangkah lebih dalam pada permasalahan saudara,

marilah kita tinjau lebih dalam hal – hal apa saja yang telah saudara

Page 28: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

uangkapkan tadi.” , “Nah, ada baiknya kita kembali pada hal-hal yang

saudara banyak bicarakan tadi.”

16. Interpretasi (interpretation)

Konselor menambahkan sesuatu pada hal – hal yang sudah terungkap

dan yang elum disadari konseli. Konselor menggali makna yang terdapat di

balik kata – kata konseli atau dibalik tindakan yang telah diceritakan.

Contoh : “ Saudara tadi mengatakan berat jika harus masuk jurusan IPA.

Apakah keberatan masuk jurusan IPA itu muncul karena belajar di jurusan

IPA anda harus belajar dengan keras, sedangkan jurusan IPS membuat

saudara puas karena saudara merasa tidak memerlukan prestasi belajar?

Bagaimana menurut pendapat saudara?”

17. Konfrontasi (confrontation)

Konselor mengarahkan perhatian konseli atas beberapa hal yang

menurut pandangan konselor tidak sesuai satu sama lain. Ketidaksesuaian ini

terdapat pada hal – hal yang diungkapkan konseli, baik secara verbal maupun

nonverbal.

Contoh:

Konselor : “Bagaimana perasaan saudara saat ini ?”

Konseli : “Baik – baik saja, Bu… (berbicara sangat lambat, ekspresi wajah

ingin menangis)

Konselor : “Anda tadi mengatakan baik – baik saj tetapi mengapa Anda

bersedih? Kiranya apa yang terjadi?”

18. Diagnosis

Konselor mejelaskan kepada konseli apa yang menjadi inti

masalahnya/mengapa masalah tersebut muncul. Dalam hal ini, konselor

menggelar semua data hasil percakapan dengan konseli, baik yang bersifat

psikologis maupun hasil wawancara dengan konseli.

Contoh :

Page 29: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Konselor : “Rasa takut saudara untuk berenang di kolam renang saat ini

bersumber dari pengalaman saudara sewaktu kelas 1 SD. Saat itu

saudara pernah tercebur di kolam renang sehingga saudara

tenggelam tak sadarkan diri. Tampaknya demikian ?”

19. Dukungan atau bimbingan (reassurance/support)

Konselor memberikan semangat dan keyakinan kepada konseli, lebih –

lebih pada saat segalanya menjadi sulit bagi konseli. Konselor membesarkan

hati konseli, memberikan harapan – harapan agar konseli tidak kehilangan

semangar. Namun, bimbingan yang diberikan jangan terlalu berlebihan.

Contoh : “Yakinlah dengan keputusanmu ini.”, “Tidak sesulit seperti yang

saudar pikirkan, bukan?”, “Saya yakin saudara mampu melaksanakannya.”

20. Usulan atau saran (suggestion/advice)

Dalam proses konseling kadang ditemukan konseli yang sangat

mebutuhkan saran apabila sedang dalam keadaan bingung. Konselor yang

berpengalaman tidak akan ragu-ragu dalam menggunakan teknik ini, tetapi

konselor harus sangat bijaksana dalam menentukan terhadap siapa dan kapan

teknik ini digunakan. Usul/saran biasanya digunakan dalam fase peyelesaian

masalah.

Contoh: “Waktu yang tepat seandainya saudara ingi membicarakan pemilihan

jurusan kepada ibu saudara adalah pada saat acara santai dengan keluarga.

Bagaimana?”, “Kalau boleh saya usul, waktu yang tepat adalah setelah

makan malam, baimana?”

21. Penolakan (criticsm)

Konselor menyatakan pendapatnya berdasarkan objektif, yang bersifat

menolak pandangan, tindakan, atau rencana konseli. Akan tetapi, pemberian

teknik ini harus sangat hati-hati karena penyampaian yang kurang tepat bisa

merusak hubungan dalam proses konseling. Dalam hal tindakan moral dan

pendidikan, teknik ini kiranya akan mudah digunakan.

Contoh: “Saya kurang sependapat dengan tindakan anda yang main hakim

sendiri.”

Page 30: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

Selain menggunakan teknik konseling verbal, konselor harus mamapu

menggunakan teknik konseling nonverbal. Dengan menguasai teknik konseling

nonverbal, konselor dapat menangkap isyarat atau pesan konseli yang belum

terungkap secara verbal. Penggunaan teknik ini harus memiliki kesesuaian antara apa

yang diungkapkan konselor dengan perilaku yang tampak di hadapan konseli.

c. Teknik Konseling Nonverbal

1. Anggukan kepala : untuk menyatakan sependapat, setuju, searah dengan jalan

yang diungkapkan konseli.

2. Senyuman : untuk menyatakan sikap menerima. Biasanya pada saat

menyambut keedatangan konseli,

3. Tatapan mata : untuk menyatakan sikap sedang memperhatikan. Tentunya

tatapan mata yang dimaksud adalah menatap atau memperhatikan kea rah

seluruh wajah konseli.

4. Intonasi suara: untuk menyatakan kesesuaian pembicaraan dengan konseli.

5. Ekspresi muka : untuk mendukung reaksi-reaksi yang diungkapka konseli.

6. Diam : untuk menyatakan atau mempersilakan konseli untuk terus

melanjutkan pembicaraan atau empati terhadap ungkapan perasaan konseli.

Diam bukan berarti membiarkan konseli. Diam adalah sikap menghargai.

7. Gerakan tangan : untuk memperkuat atau mendukung apa yang diungkapkan

konselor secara verbal.

8. Gerakan bibir : gerakan bibir harus dilakukan secara wajar jika konselor tidak

bebicara karena gerakan bibir yang berlebihan bisa menimbulkan efek sikap

negatif bagi konseli.

9. Pakaian : pakaian konselor akan sangat mendukung dalam proses konseling.

Jika konselor menggunakan pakaian rapi, bersih wangi, dan sesuai, konseli

akan merasa sangat nyaman berbicara dengan konselor.

10. Jarak tempat duduk : konselor harus tepat dalam mengatur jarak duduk

dengan konseli. Karena jika terlalu jaug terkesan menolak, jika terlalu dekat

konseli pun tidak akan merasa nyaman.

Page 31: Makalah Komunikasi Antar Pribadi k 3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi Antarpribadi dapat di definisikan sebagai proses hubungan yang

tercipta, tumbuh dan berkembang antar individu yang satu (sebagai komunikator)

dengan individu lain (sebagai komunikan), komunikator dengan gayanya sendiri

menyampaikan pesan kepada komunikan, sedangkan komunikan dengan gayanya

sendiri menerima pesan dari komunikator.

Fungsi komunikasi antar pribadi, yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan

keputusan. Fungsi sosial untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis,

mengembangkan hubungan timbale balik, meningkatkan dan mempertahankan

mutu diri sendiri, dan untuk menangani konflik. Sedangkan fungsi pengambilan

keputusan untuk membagi informasi dan untuk mempengaruhi orang lain.

Komunikasi antar pribadi yang efektif harus adanya keterbukaan, empati, sikap

mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Jenis-jenis hubungan antar pribadi,

yaitu kenalan, teman, sahabat kental atau teman akrab.

Implementasi komunikasi antar pribadi dalam proses konseling memerlukan

suatu teknik agar konseling berjalan dengan efektif, yaitu teknik komunikasi

verbal dan nonverbal.

3.2 Saran

Penyusun menyarankan agar mahasiswa secara khusus dapat menggunakan

komunikasi antar pribadi yang efektif dalam setiap setting kehidupan. Khususnya

untuk mahasiswa Bimbingan Konseling agar dapat mengimplementasikan

komunikasi antar pribadi yang efektif dalam proses konseling dan saat pemberian

layanan bimbingan konseling kepada siswa.