Makalah Klp Baru Lagi
-
Upload
ardhy-basir -
Category
Documents
-
view
67 -
download
0
Transcript of Makalah Klp Baru Lagi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin
meningkat. Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat
pesat diantaranya adalah dibidang radiodiagnostik yang perkembangannya
diawali dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan
Jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8
November 1895.
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat
diperiksa secara radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang
berguna memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang
lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa.
Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi yang
menggunakan bahan kontras. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
menyajikan salah satu pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras yaitu
pemeriksaan colon inloop. Pemeriksaan colon inloop adalah pemeriksaan
1
secara radiologi yang menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat
dan bahan kontras negatif yaitu udara dengan tujuan untuk
mengvisualisasikan keadaan colon atau usus besar yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui anus.
Dari tugas yang diberikan oleh pembimbing tentang pemeriksaan knee
joint maka dibuatlah tugas laporan ini dengan judul “ TEKNIK
PEMERIKSAAN COLOON ON LOOP DENGAN KASUS SUSPEK
TUMOR PADA CAECUM.“
1.1. Rumusan Masalah
Bagaimanakah tatalaksana pemeriksaan Colon In Loop dengan kasus suspek
tumor pada caecum di Instalasi Radiologi RS Ibnu Sina?
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui teknik pemeriksaan Colon In Loop pada kasu suspek
tumor caecum di Instalasi Radiologi RS Ibnu Sina?
2. Mengetahui peranan pemeriksaan Colon In Loop pada kasus suspek
tumor caecum di Instalasi Radiologi RS Ibnu Sina?
2
3. Untuk menambah wacana pengetahuan mahasiswa ATRO
MUHAMMADIYAH MAKASSAR tentang pemeriksaan Colon In
Loop pada kasus
3
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Usus Besar (Colon)
Usus besar atau colon adalah sambungan dari usus halus yang merupakan
tabung berongga dengan panjang kira-kira 1,5 meter, terbentang dari caecum
sampai canalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus halus.
Diameter rata-ratanya sekitar 2,5 inchi. Tetapi makin mendekati ujungnya
diameternya makin berkurang. Usus besar ini tersusun atas membran mukosa
tanpa lipatan, kecuali pada daerah distal colon.
Usus besar dibagi menjadi ; caecum, appendiks vermivormis, colon
ascendens, colon transversal, colon descendens, colon sigmoideum (colon
pelvicum), rectum dan anus.
1. Caecum
Caecum merupakan kantong dengan ujung buntu yang menonjol ke
bawah pada regio iliaca kanan, di bawah junctura ileocaecalis. Appendiks
vermiformis berbentuk seperti cacing dan berasal dari sisi medial usus
besar. Panjang caecum sekitar 6 cm dan berjalan ke caudal.
4
Caecum berakhir sebagai kantong buntu yang berupa processus
vermiformis (apendiks) yang mempunyai panjang antara 8-13 cm.
2. Colon ascendens
Colon asenden berjalan ke atas dari caecum ke permukaan inferior
lobus kanan hati, menduduki regio illiaca dan lumbalis kanan. Setelah
sampai ke hati, colon asenden membelok ke kiri, membentuk fleksura coli
dekstra (fleksura hepatik). Colon ascendens ini terletak pada regio illiaca
kanan dengan panjang sekitar 13 cm.
3. Colon transversum
Colon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari
fleksura coli dekstra sampai fleksura coli sinistra. Colon transversum
membentuk lengkungan seperti huruf U. Pada posisi berdiri, bagian bawah
U dapat turun sampai pelvis. Colon transversum, waktu mencapai daerah
limpa, membelok ke bawah membentuk fleksura coli sinistra (fleksura
lienalis) untuk kemudian menjadi Colon descendens.
4. Colon descendens
Colon descendens terletak pada regio illiaca kiri dengan panjang
sekitar 25 cm. Colon descendens ini berjalan ke bawah dari fleksura lienalis
sampai pinggir pelvis membentuk fleksura sigmoideum dan berlanjut
sebagai colon sigmoideum.
5
5. Colon sigmoideum
Colon sigmoideum mulai dari pintu atas panggul. Colon
sigmoideum merupakan lanjutan kolon desenden dan tergantung ke bawah
dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Colon sigmoideum bersatu
dengan rectum di depan sakrum.
6. Rectum
Rectum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum
merupakan lanjutan dari kolon sigmoideum dan berjalan turun di depan
caecum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Setelah itu
rektum berlanjut sebagai anus dalam perineum. Menurut Pearce (1999),
rektum merupakan bagian 10 cm terbawah dari usus besar, dimulai pada
colon sigmoideum dan berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal
dan eksternal.
6
Gambar 1. Usus Besar / colon
Fungsi usus besar adalah :
1). Absorbsi air dan elektrolit
Penyerapan air dan elektrolit sebagian besar berlangsung di
separuh atas colon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke
usus setiap hari, hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada
elektrolit yang diekskresikan. Dengan mengeluarkan sekitar 90 %
cairan, colon mengubah 1000-2000 ml kimus isotonik menjadi
7
Keterangan :
1. Appendiks2. Caecum3. Persambungan ileosekal4. Apendises epiploika5. Colon ascendens6. Fleksura hepatika7. Colon transversal8. Fleksura lienalis9. Haustra10. Colon descendens11. Taenia koli12. Colon sigmoid13. Canalis Ani14. Rectum15. Anus
sekitar 200-250 ml tinja semi padat). Dalam hal ini colon sigmoid
berfungsi sebagai reservoir untuk dehidrasi masa feases sampai
defekasi berlangsung.
2). Sekresi mukus.
Mukus adalah suatu bahan yang sangat kental yang
membungkus dinding usus. Fungsinya sebagai pelindung mukosa
agar tidak dicerna oleh enzim-enzim yang terdapat didalam usus
dan sebagai pelumas makanan sehingga mudah lewat. Tanpa
pembentukan mukus, integritas dinding usus akan sangat
terganggu, selain itu tinja akan menjadi sangat keras tanpa efek
lubrikasi dari mukus.
Sekresi usus besar mengandung banyak mukus. Hal ini
menunjukkan banyak reaksi alkali dan tidak mengandung enzim.
Pada keadaan peradangan usus, peningkatan sekresi mukus yang
banyak sekali mungkin bertanggung jawab dan kehilangan protein
dalam feases.
3). Menghasilkan bakteri
Bakteri usus besar melakukan banyak fungsi yaitu sintesis
vitamin K dan beberapa vitamin B. Penyiapan selulosa yang
berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan,
8
sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan
merupakan kerja bakteri guna ekskresi.
Mikroorganisme yang terdapat di colon terdiri tidak saja dari
eschericia coli dan enterobacter aerogenes tetapi juga organisme-
organisme pleomorfik seperti bacteriodes fragilis. Sejumlah besar
bakteri keluar melalui tinja. Pada saat lahir colon steril, tetapi flora
bakteri usus segera tumbuh pada awal masa kehidupan.
4). Defikasi (pembuangan air besar)
Defikasi terjadi karena kontraksi peristaltik rektum.
Kontraksi ini dihasilkan sebagai respon terhadap perangsangan
otot polos longitudinal dan sirkuler oleh pleksus mienterikus.
Pleksus mienterikus dirangsang oleh saraf parasimpatis yang
berjalan di segmen sakrum korda sinalis. Defekasi dapat dihambat
dengan menjaga agar spingter eksternus tetap berkontraksi atau
dibantu dengan melemaskan spingter dan mengkontraksikan otot-
otot abdomen
2.2 Patologi
Sebelum mengetahui apa itu tumor pada caecum atau bias juga di sebut
tumor kolon, sebaiknya Anda tahu terlebih dahulu apa itu kolon. Kolon
9
merupakan sebuah bagian dari sistem pencernaan kita. Berbentuk memanjang,
kolon bermula pada bagian cecum dan berakhir pada rektum.
Bagian awal dari usus besar dinamakan cecum, bagian tengahnya dinamakan
kolon dan pada bagian akhir usus adalah rektum. Ketiga bagian inilah yang biasa
disebut sebagai usus besar. Rektum yang merupakan bagian akhir kolon,
berhubungan dengan anus.
Tumor kolon atau yang akrab dikenal dengan istilah tumor usus besar dapat
bersifat jinak dan ganas. Memang, ada klasifikasi lagi pada penyakit tumor di
bagian ini yaitu tumor jinak dan tumor ganas.
Tumor jinak memiliki ciri pertumbuhan yang lambat dan tak menyerang jaringan
atau organ sekitar usus. Tumor jinak pada usus besar ini biasa disebut dengan
polip. Tumor jinak pada usus besar ini relatif mudah disembuhkan dibanding
tumor kolon ganas.
Sementara, tumor yang memiliki pertumbuhan cepat dan menyerang organ
sekitarnya disebut sebagai tumor ganas. Inilah yang biasa dikenal dengan
nama kanker. Tumor kolon ganas ini biasanya berkembang dari tumor jinak
yang tak segera diobati.
10
2.3 Hasil penelitian
Hasil penelitian tentang teknik pemeriksaan radiografi Colon In Loop
pada kasus suspek tumor caecum di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Ibnu
Sina, berupa laporan kasus yang meliputi pelaksanaan pemeriksaan atau
prosedur pemeriksaan yang akan diuraikan di bawah ini. Adapun laporan
kasus tersebut adalah :
A. Riwayat Penyakit
Penderita mengajukan permintaan pada Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Ibnu Sina, untuk memeriksakan diri dengan keluhan nyeri perut di
bagian kiri bawah. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap
pasien, dokter mendiagnosa sementara bahwa adanya tumor di dalam
abdomen. Dengan demikian untuk memastikan diagnosis, dokter
memberikan surat permintaan foto rontgen untuk pemeriksaan Colon In
Loop dengan diagnosa sementara suspect tumor caecum. Hal ini sesuai
dengan hasil observasi penulis di rekam medis.
B. Prosedur pemeriksaan
Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu dipersiapkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Persiapan pasien
Agar persiapan pasien berjalan dengan baik dan benar ,perlu
diberikan penjelasan kepada pasien ,supaya pasien dapat melakukan
11
prosedur pemeriksaan ini dengan benar.Adapun tujuan dari
persiapan ini,yaitu:
a.Pasien siap menghadapi pemeriksaan baik fisik maupun mental.
b.Memperlancar pemeriksaan colon in loop
c.Mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat.
a. Persiapan obat
Dulcolax Suppositoria 2 Biji.
Fleet phosphor-soda : 1 botol.
b. Penatalaksanaan
c. Hari 1 (pertama)
Pagi : Makan bubur kecap+Telur rebus 1 biji+Minum air banyak.
Siang : Makan bubur kecap+telur rebus 1 biji+minum air banyak.
Malam : Makan bubur kecap+telur rebus 1 biji+minum air banyak.
d. Hari II (kedua)
Pagi : Makan bubur kecap+telur rebus 1 biji+minum air banyak.
Siang : Makan bubur kecap+telur rebus 1 biji+minum air banyak.
Malam : -Makan bubur kecap+telur rebus 1 biji+minum air banyak
-Pukul 20.00 Wita minum 1 botol fleet phosphor-soda dibagi
dalam 3 dosis
(15 ml fleet phospho-soda+1 gelas aisssr 240 ml)
12
(15 ml fleet phospho-soda +1 gelas air 240 ml)
(15 ml fleet phospho-soda+ 1 gelas air 240 ml)
-ketiga gelas ini di minum habis dalam waktu 20 menit-1 jam
-Selanjutnya pasien puasa sampai selesai difoto.
c. Hari III (ketiga): -Pukul 05.00 wita,masukkan dulcolax melalui lubang
dubur 1 biji.
-Pukul 08.00 wita,datang kebagian Radiologi untuk difoto
(dalam Keadaan puasa).
2. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang dipersiapkan untuk pemeriksaan Colon
In loop ini antara lain:
a) Alat
Pesawat x – ray
Kaset dan film
Marker
Kateter tip ( sonde) 50 ml
Kateter no 18
Spoit 2,5 cc
Handscun
Penjepit atau klem
Nierbeken
13
Apron
Plester
Blender
b) Bahan
Persiapan bahan dalam pemeriksaan colon in loop
Media kontras barium sulfat
Air
Jelly.
Buscopan
c) Teknik pemeriksaanPemeriksaan ini dilakukan terhadap pasien dengan data sebagai
berikut:
Nama : Tn.P
Umur : 80 tahun
No foto : 5896
Tanggal : 7 Desember 2012
Klinis : suspect tumor caecum
14
a) Foto Polos Abdomen
Pemeriksaan Colon In Loop didahulukan dengan foto
polos abdomen dengan tujuan untuk melihat persiapan yang
dilakukan pasien
Posisi pasien : Posisi pasien tidur terlentang diatas
meja pemeriksaan, MSP tubuh diatur
tepat pada garis pertengahan meja.
Kedua tangan lurus disamping tubuh
dan kedua kaki lurus kebawah. Batas
atas tampak prosesus xipoideus dan
batas bawah syimpisis pubis.
Central point : Umbilicus
Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
FFD : 100 cm
Faktor Eksposi : kV : 85
mAs : 14,0
15
Gambar Hasil radiograf foto polos abdomen
b) Pemasukan Media Kontras
Setelah melihat foto polos abdomen persiapan sudah
baik untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya pasien di
suntikkan buskopan untuk , maka alat-alat dan bahan kontras
yang telah di aduk dengan air didekatkan pada penderita.
Penderita berbaring terlentang diatas meja pemeriksaan setelah
itu masukan kateter kedalam anus selanjutnya di masukkan
bahan kontras dengan menggunakan spoid media kontras
600cc
Proyeksi : Proyeksi AP (Antero posterior).
Tujuan : Melihat Kontras sudah memasuki colon
sigmoid.
16
Posisi pasien : Pasien diposisikan supine di atas meja
pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital
Plane) tubuh berada tepat pada garis
tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan
lurus di samping tubuh dan kedua kaki
lurus ke bawah.
Posisi objek : Objek diatur dengan menentukan batas
atas processus xypoideus dan batas
bawah adalah symphisis pubis.
Central point : Titik bidik pada pertengahan kedua
crista illiaca.
Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
FFD : 100 cm.
Kriteria : Kontras sudah memasuki colon sigmoid.
Faktor Eksposi : kV : 84
mAs : 14,0
17
Gambar. Hasil radiograf foto setelah pemasukan
media kontras 600 ml
c) Foto Proyeksi Lateral
Posisi pasien : Pasien diposisikan lateral atau tidur miring
Posisi Objek : Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada
pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk
fiksasi.
Cenral Ray : Arah sinar tegak lurus terhadap film
Central Point : Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca
anterior superior (SIAS).
18
FFD : 100cm
Kriteria : Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas,
rectosigmoid pada pertengahan radiograf.
Faktor Eksposi : KV : 90
mAs : 16,0
Gambar . Posisi pasien Lateral dan hasil radiograf pada
pemeriksaan Colon In Loop
d) Proyeksi Obliq Kanan (RPO)
Posisi pasien :Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan
kemudian dirotasikan anan kurang lebih 35 - 45
terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan lurus
di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di
depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki
kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit
ditekuk untuk fiksasi.
Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.
19
Central point : titik bidik pada 1-2 inchi kea rah lateral kiri
Dari titik tengah kedua crista illiaca
Central ray : Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Eksposi : Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan
tahan nafas.
FFD : 100 cm
Kriteria : Menunjukkan tampak gambaran fleksura
lienalis dan colon ascendens.
Faktor Eksposi : Kv : 86
mAs : 16
Gambar . Posisi pasien RPO dan hasil radiograf pada
pemeriksaan Colon In Loop
e) Proyeksi Obliq Kiri ( LPO)
Posisi pasien : Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan
kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan.
Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan
20
kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja
pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan
ditekuk untuk fiksasi.
Posisi objek : MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.
Central ray : Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik
tengah kedua crista illiaca.
Central point : sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.
FFD : 100 cm
Faktor Eksposi : KV: 86
mAs: 16
Gambar . Posisi pasien LPO dan hasil radiograf pada
pemeriksaan Colon In Loop
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
21
Dari hasil analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
Pemeriksaan colon in loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim
pencernaan dengan memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon).
Pemeriksaan Colon In Loop ini menggunakan media kontras positif berupa
barium (BaSO4) dan media kontras negatif berupa udara. Di Instalasi Radiologi
RS Ibnu Sina menggunakan metode kontras ganda dua tahap dengan
perbandingan barium dan air adalah 1 : 6, dengan jumlah larutan sebanyak 600
ml.Keuntungan digunakan pemasukan media kontras dengan metode
pemasukan doble kontras dua tahap pada pemeriksaan Colon In Loop ini adalah
dapat memperlihatkan struktur mukosa yang lebih jelas sehingga dapat di
ketahui kelainan pada mukosa
2. Saran
a. Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar
penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
b. Persiapan pasien pada pemeriksaan Colon In Loop perlu benar-benar
diperhatikan sehingga tidak tampak gambaran udara dan feces yang dapat
mengganggu gambaran objek yang diinginkan.
c. Sebaiknya peralatan untuk pemeriksaan Colon In loop harus menggunakan
peralatan yang sesuai untuk pemeriksaan Colon In loop seperti irigator set
beserta pompa untuk pemasukan kontras negatif.
22
d. Sebaiknya air yang digunakan untuk melarutkan BaSO4 lebih baik
menggunakan air hangat.
DAFTAR PUSAKA
Pearce, Evelyn C.2004.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta.Gramedia.
23
http://portalradiografi.web.id/berita-107-perkembangan-ilmu-radiologi.html
http://bocahradiography.wordpress.com/2012/05/22/teknik-pemeriksaan-collon-in-loop-barium-enema-pediatrik/
http://www.deherba.com/apa-itu-tumor-kolon.html
24