Makalah Kelompok Blok 6
-
Upload
grace-nenobais -
Category
Documents
-
view
272 -
download
9
description
Transcript of Makalah Kelompok Blok 6
MAKALAH PBL
SEMESTER 2 BLOK 6
NEUROSCIENCE
Struktur Anatomi Mata dan Mekanisme Penglihatan
KELOMPOK E7
ANGGOTA:
Beby Pricilia Tanesia 102011011 Hans Christian 102011079 Chintia Septiani Thintarso 102011083 Putri Bunga Cinta 102011181 Ivander Benedit H 102011287 Ayu Natalia 102011302 Lutfi Karimah 102011359 Yehezkiel Edward 102011400
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6
Jakarta
2011/2012
1
Pendahuluan
Seorang bapak berinisial A berusia 45 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan
penglihatannya berkurang dalam 2 minggu ini. Kemudian ia berobat ke puskesmas. Oleh dokter
dilakukan pemeriksaan visus dan diketahui visus kedua matanya menurun sehingga ia dianjurkan
untuk memakai kacamata.
Pemeriksaan visus mata adalah pemeriksaan terhadap ketajaman mata.1Pemeriksaan
tersebut tidak hanya diperuntukan bagi pasien yang memiliki gangguan penglihatan, namun bagi
setiap orang tes ini bisa dilaksanakan. Ketajaman pengkugatan adalah sebuah kemampuan untuk
dapat menentukan jarak pisah minimal yang memungkinkan 2 garis terlihat terpisah dan tetap
terlihat sebagai 2 garis. Pemeriksaan ini menggunakan huruf-huruf Snellen yang dilihat dari
jarak 6m (20ft). hasilnya dinyatakan sebagai pecahan dengan pembilang pecahan tersebut adalah
20. Ketajaman penglihatan adalah sebuah fenomena yang kompleks dan dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Faktor tersebut tentunya merupakan faktor penglihatan misalanya
keadaan mekanisme pembentukan bayangan di mata, keadaan sel kerucut dan batang, rangsang
penerangan dan lama waktu rangsang.2
Mata adalah salah satu bagian terpenting dalam organ – organ didalam tubuh kita yang
tersusun dari sel – sel yang sangat banyak seperti organ lainnya. Tanpa mata didalam kehidupan
sehari – hari, kita tidak akan dapat melihat hal – hal yang sangat penting baik itu hal yang
menyenangkan ataupun yang menyedihkan karena itu ia berhubungan juga dengan pengaturan
emosi kita. Salah satu contoh ketika kita melihat sesuatu yang kita punya dirusak oleh orang lain
maka mata akan memberikan informasi keotak dan akhirnya otak akan memutuskan tindakan
yang akan diambil. Fungsi lainnya dari mata adalah untuk menghindari kita dari bahaya, tanpa
mata kita tidak akan dapat melihat berbagai macam bahaya yang ada didepan hadapan kita. Jika
mata kita yang punya begitu banyak fungsi tersebut rusak maka akan sangat menganggu
kehidupan kita sehari – hari dan oleh sebab itu kita harus segera mengatasi masalah tersebut
sesegera mungkin agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.
2
Struktur Makroskopis Mata
Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan mengagumkan. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.3
Gambar 1. Struktur Anatomi Mata2
Bulbus oculi berdiameter ±2,5 cm, dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata,
dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
Otot-otot yang melekat pada mata :
a. muskulus rektus superior : menggerakan mata ke atas.
b. muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke bawah.
c. muskulus rektus lateral
3
d. muskulus rektus medialis
e. muskulus oblicus superior
f. muskulus oblikus inferior3
Bagian anatomi mata :
Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica fibrosa, tunica vasculosa, dan
tunica nervosa.
1) Tunica fibrosa.
Tunica fibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang sangat kuat. Sklera
berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan ini terdapat kornea dan limbus kornea, yaitu
lapisan yang berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk kemudian
memfokuskannya. Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga
keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan dari debu. Pada batas cornea dan sclera
terdapat canalis schlemm yaitu suatu sinus venosus yang menyerap kembali cairan aquaus humor
bola mata.
2) Tunica Vasculosa.
Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari depan ke belakang
terdiri dari iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan
pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut Iris. Bagian depan
dari lapisan iris ini disebut pupil yang terletak di belakang kornea tengah. Pengaruh kerja ototnya
yaitu melebar dan menyempitnya bagian ini. Coba Anda masuk ke dalam suatu kamar yang
gelap gulita, maka Anda akan berusaha melihat dengan melebarkan mata agar cahaya yang
masuk cukup. Pada kondisi ini disebut dengan dilatasi, demikian sebaliknya jika Anda berada
4
pada ruangan yang terlalu terang maka Anda akan berusaha untuk menyempitkan mata karena
silau untuk mengurangi cahaya yang masuk yang disebut dengan konstriksi. Pada sebuah
kamera, pupil ini diibaratkan seperti diafragma yang dapat mengatur jumlah cahaya yang masuk.
Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang disebut Musculus
Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata, yang selalu bekerja untuk
memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak
mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak
yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot lensa harus menegang
untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan pada benda-
benda tersebut.
Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi caira bening yang
masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat
memperkokoh kedudukan bola mata
3) Tunica Nervosa.
Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada bagian
belakang koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak, namun
tipis, hampir menyerupai lapisan pada kulit bawang. Retina tersusun dari sekitar 103 juta sel-sel
yang berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar 100 juta sel merupakan
sel-sel batang yang berbentuk seperti tongkat pendek dan 3 juta lainnya adalah sel konus
(kerucut). Sel-sel ini berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka pada sedikit
cahaya.
5
a. Sel Batang tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya sehingga
sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap. Sel batang ini mengandung suatu
pigmen yang fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya lemah seperti cahaya bulan pun dapat
mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang ini diperlukan untuk penglihatan pada cahaya remang-
remang.
b. Sel Kerucut atau cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaitu iodopsin yang
terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-masing sensitif terhadap cahaya
merah, hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin merah, hijau dan biru. Segala warna yang
ada di dunia ini dapat dibentuk dengan mencamputkan ketiga warna tersebut. Sel kerucut
diperlukan untuk penglihatan ketika cahaya terang.4
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial
tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.
a. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak.
b. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.
c. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada
tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini
masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.5
Fungsi
Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya bola
mata
6
Kornea : memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya
Corpus Siliaris : Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk
beroakomodasi, kemudian berfungsi juga untuk mengsekreskan aqueus humor
Iris : Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.
Lensa : Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi
mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yang mengandung sel kerucut
Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bulbus oculi, member nutrisi kepada kornea, lensa dan
sebagian retina.
Alat-alat Tambahan Mata
Alat-alat tambahan mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata dan aparatus lakrimalis.
a. Alis : terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya untuk
melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.
b. Kelopak mata : ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak bergerak dari
kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae untuk menarik kelopak mata
ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata dilakukan oleh otot otot yang lain yang
7
melingkari kelopak mata atas dan bawah yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang antara ke-2
kelopak disebut celah mata (fissura pelpebrae), celah ini menentukan “melotot” atau “sipit” nya
seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut caruncula lakrimalis yang
mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan sudorifera (keringat).
c. Bulu mata : ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar Meibow.
Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar Zeis. Infeksi kelenjar
ini disebut Lordholum (bintit).
d. Apparatus lacrimalis : terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis lacrimalis, dan
ductus nassolacrimalis.4
Struktur Mikroskopis Mata
Gambar 2. Struktur Mikroskopis Mata6
8
Tunika Fibrosa
1. Kornea
Epitel kornea : epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
Membrana bowmanI: membrana basalis yang menebal. Terdiri dari fibril kolagen yang
halus
Stroma / substansia propia: lapisan paling tebal, tidak ada pembuluh darah, serat
kolagen tersusun rapi, ada sel sel fibroblas
membrana descemeti terdiri dari serat kolagen yang tersusun seperti jala
endotel kornea: epitel selapis gepeng
Tampak jernih sebab: sedikit air, susunan serat kolagen teratur, mengandung zat antar sel
(asam kondroitin sulfat)
Non vaskular / avaskular
Saraf sensoris banyak
Mendapat makanan – difusi dari: Humor akues dan pembuluh darah di
limbus kornea.7
9
Gambar 3. Kornea6
2. Limbus kornea
epitel konjungtiva bulbi: epitel berlapis gepeng dan dapat berubah menjadi epitel berlapis
kubis / silindris
Jaringan ikat konjungtiva bulbi: campuran dari serat kolagen dan serat elastin
Stroma limbus: merupakan jaringan ikat
Saluran Schlemm: lubang yang menampung humor akues
Jaringan trabekular: terdapat diantara celah Fontana.7
10
Gambar 4. Limbus Mata6
3. Sklera
Terdiri dari jaringan ikat padat kolagen, serat – seratnya berjalan ke segala arah,
substansia dasar cukup banyak sedikit fibroblas dan serat elastin .Sebagian besar non
vaskular. Antara sklera dan koroid terdapat suatu lapisan tipis yang disebut area kribosa.
Bagian posterior dari sklera yang berlubang ditembus oleh nerve optikus.
Tunika Vaskulosa
1. Iris
Endotel: epitel selapis gepeng
Lapisan jaringan ikat jarang,fibroblas +sel pigmen
Lapisan jaringan ikat jarang + pembuluh darah
Musculus sfingter pupil ( otot polos , dipersarafi oleh serat saraf parasimpatis) dan
musculus dilatator pupilae ( dipersarafi oleh serat saraf simpatis, menarik iris ,pupil
menjadi lebar). Pada m.dilatator pupilae bukan otot sebenarnya, ini percabangan dari
mioepitel
Pars iridika retina: 2 lap sel kubis berpigmen.7
11
Gambar 5. Iris6
2. Korpus siliaris
Musculus siliaris: pars meridionalis, pars radiate, pars sirkularis
Jaringan ikat vaskular
Pars siliaris retina: 2 lap.sel kubis
Epitel siliar membentuk humor akuos7
12
Gambar 6. Korpus Siliar6
3. Koroidea
Lapisan suprakorioidea/fuska sklera terdiri dari serat kolagen dan elastin
Lapisan vaskulosa: pembuluh darah menuju korpus siliaris
Lapisan koriokapilaris: tempat berakhirnya cabang.koroidea . Diantara kapilar ada jala –
jalaserat kolagen dan serat elastin yang halus , sedikit fibroblas dan melanosit.
Lapisan elastika Bruch7
13
Gambar 7. Koroid7
Tunika Nervosa
Pars Optika Retina
Membran limitans dalam: membran basal sel Muller
Lapisan serat saraf nerve optikus: akson berasal dari sel –sel ganglion
Lapisan sel – sel ganglioner: mengandung sel ganglion ,neuron ketiga dan neuroglia .
Lapisan plexiform dalam: merupakan tempat hubungan neuron kedua dan ketiga. Sinaps
antara sel bipolar, sel amakrin dan sel ganglion
Lapisan granular / inti dalam: inti – inti dan badan sel dari sel bipolar dan sel horizontal
dan sel amakrin
Lapisan plexiform luar: akson sel batang dan kerucut bersama dendrit , sel bipolar dan
sel horizontal.disini hubungan antara neuron pertama dan kedua
Lapisan granular / inti luar: Inti - inti sel batang dan kerucut bersama badan selnya
Lapisan limitans luar
Lapisan batang kerucut: suatu organ akhir saraf yang terletak paling luar dekat epitel
pigmen,disini terdapat sel muller berfungsi sebagai penyokong
14
Lapisan epitel pigmen: sel - sel berpigmen , melekat pada koroid,menyerap
cahaya,mencegah pemantulan.7
Gambar 8. Retina6
Fotoreseptor mata
Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel batang dan sel-sel
kerucut. Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih 125 juta sel batang
untuk setiap mata.
15
Sel-sel batang merupakan sel-sel yang sangat peka terhadap cahaya dengan intensitas
rendah. Sel-sel batang berperan dalam proses penglihatan di malam hari atau tempat-tempat
gelap untuk menghasilkan ketajaman pengelihatan yang rendah. Sayangnya, sel-sel batang tidak
mampu mendeteksi warna. Sel-sel ini tersebar di seluruh retina, kecuali di fovea.
Di dalam sel-sel batang terdapat pigmen fotosensitif rodopsin (warna merah muda atau
ungu). Rodopsin hanya 1 jenis, sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika rodopsin terpapar atau
menyerap cahaya, rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak ada
cahaya atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali.
Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh lebih cepat
ketimbang pembentukannya kembali. Pada saat rodopsin “menghilang”, sel-sel kerucutlah yang
digunakan untuk proses melihat. Dalam keadaan gelap total, butuh sekitar 30 menit untuk
membentuk kembali rodopsin sehingga kita dapat melihat. Itulah sebabnya kita tidak dapat
langsung melihat dengan jelas ketika beralih dari tempat terang ke tempat yang sangat gelap.
Berbeda dengan sel-sel batang, sel-sel kerucut peka terhadap intensitas cahaya yang
tinggi dan perbedaan panjang gelombang sehingga berperan dalam proses penglihatan di siang
hari atau di tempat-tempat terang. Sel-sel kerucut menghasilka penglihatan dengan ketajaman
yang tinggi. Sel kerucut hanya terdapat di fovea.
Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen fotosensitif iodopsin. Berdasarkan bentuknya,
iodopsin dibagi 3. Masing-masing peka terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda.
Ketiga jenis iodopsin tersebut peka terhadap warna merah, miru dan hijau. Karena itu maka sel-
sel kerucut mampu mendeteksi warna.
Berdasarkan iodopsin yang dikandungnya, sel-sel kerucut terbagi atas tiga jenis, yaitu sel
kerucut biru, sel kerucut hijau, dan sel kerucut merah. Nama-nama tersebut berdasarkan warna
cahaya yang diserap oleh sel-sel kerucut. Jika ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi
yang sama, maka kita akan melihat warna putih.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum).
Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Jika
kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, 16
sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil
sehingga sinar tampak paralel.
Fungsi Pengelihatan
Sistem Pengelihatan (visual) berfungsi untuk membentuk bayangan warna yang seketika
dengan batas-batas iluminasi latar belakang yang luas. Disamping itu, bayangan tersebut
ditempatkan sekaligus pada fovea kedua bola mata sehingga terbentuk bayangan tiga dimensi
(stereopsis).8
Cahaya yang masuk ke dalam bola mata akan difokuskan pertama-tama oleh kornea yang
memiliki kemampuan refraksi yang tetap di sepanjang usia dewasa, dan kemudian oleh lensa
yang panjang fokusnya dapat diubah untuk membentuk bayangan yang tajam pada retina. Variasi
bentuk lensa memungkinkan terlihatnya objek dengan jelas baik pada jarak dekat maupun jarak
jauh. Pemfokusan bayangan pada retina disebut refraksi, dan penyimpangan optis yang terjadi
bisa dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak.8
Lensa mata sangat lentur pada waktu lahir. Lensa ini menjadi lebih sferis jika zonula
yang timbul daris korpus siliare berelaksasi, yang menyebabkan kekuatan refraksi menjadi lebih
kuat dan suatu bayangan yang hamper jelas. Bersamaan dengan pertambahan usia, lensa mata
menjadi tidak begitu elastis lagi, proteinnya berubah dan menjelang usia decade kelima, lensa
mata tidak mampu lagi memfokuskan objek yang letaknya dekat. Kehilangan kemampuan
akomodasi ini (presbiopia) menyebabkan orang tersebut memerlukan kaca mata baca. Perubahan
progresif pada protein lentikuler yang terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur juga dapat
menimbulkan kekeruhan (opasifikasi) dan gangguan pengelihatan (katarak).8
Retina merupakan bangunan multilapis yang melapisi dinding posterior bola mata.
Cahaya mencapai retina setelah melalui kornea, humor aqueous, lensa dan humor vitreous.
Cahaya juga harus melewati seluruh lapisan retina untuk mencapai sel fotoreseptor. Fotoreseptor
merupakan kumpulan neuron yang segmen paling distalnya terdiri dari tumpukan membrane
khusus yang mengandung spesifik –gelombang panjang fotopigmen (vitamin A) yang memiliki
hubungan khusus dengan neuron. Fotopigmen khusus dan anatomi structural sel (baik sel
batanag maupun sel krucut) menentukan fungsinya. Karena masing-masing fotoreseptor
berhubungan dengan sel ganglion yang multiple, sel fotoreseptor tersebut berpartisipasi dalam
lebih dari satu fungsi.8
17
Retina dibagi menjadi sestem sel batang yang berhubungan dengan dteksi cahaya dan
gerakan, dan sistem sel kerucut yang mengurus fungsi visual yang lebih tinggi (ketajaman
pengelihatan dan presepsi warna). Sel batang mengandung satu fotopigmen (rhodopsin) dan
bersifat akromatik; sel kerucut mengandung salah satu dari tiga buah fotopigmen (merah, biru,
kuning) yang responsive terhadap rangsangan kromatik yang mengahsilkan pengelihatan warna.
Sinar yang masuk diterima oleh fotoreseptor sebagai ada atau tidak ada. Sinyal selanjutnya
diintegrasikan oleh jaringan neuron , termasuk sel horizontal, bipolar dan amakrin, sebelum
mencapai sel ganglion. Pada retina perifer (sebagian besar mengandug batang) terdapat
konvergenasi informasi; ratusan ribu batang mempengaruhi respons satu se ganglion. Pada
daerah fovea makuler, dan untuk beberapa se bipolar terdapat hubungan satu ke satu; satu
fotoreseptor dihubungkan ke satu sel bipolar ke satu sel ganglion.8
Sel ganglion terdiri dari beberapa jenis, masing-masing dengan fungsi khusus. Sel
ganglion besar, sel A (sel M, fasik) menyalurkan impuls ke lapisan parvoseluler dari nucleus
genaiculata lateral dan berhubungan dengan stimuli kromatik (kromatisitas). Akson-akson sel
ganglion menyalurkan impuls ke otak melalui saraf optic, chiasma nervi optikus, dan traktus
optikus. Sebagian besar akson menyalurkan impuls ke korpus genarkulatum laterale, ke nucleus
suprakasmatik hipotalamus, pusat papilomotor di pratektum, dan okuler sensoris, dan pusat
motoris di kolikulus superior. Neuron urutan kedua dalam nucleus genaikulatum lateralis
manyalurkan impuls saraf ke korteks occipitalis lewat radiasi optika.8
Bayangan yang di bentuk retina terbalik dan berlawanan. Retina temporalis menerima
bayangan lapangan, sedangakan retina nasal menerima bayangan lapangan temporal. Dengan
cara yang sama, retina superior menerima lapangan visual inferior dan retina inferior menerima
lapangan superior.8
Proyeksi macula fovea (berkas papilomakuler) adalah aliran keluar okulo-ortika utama. 5
derajat pusat retina digunakan oleh 25 sampai 27 persen akson, dan 20 derajat pusat oleh 90
persen akson. Akson lapangan temporalis (retina nasal), yang bertanggung jawab untuk 52
persen akson dalam saraf optikus, melintang dalam kiasma optikus untuk kea rah nucleus
genaikulata lateral kontralateral, yang di dalamnya mereka bersinapsis dan berjalan kearah
korteks striata dalam lobus oksipitalis.8
18
Media Refraksi
1. Jumlah cahaya yang masuk ke mata dikontrol oleh iris.
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai foto reseptor peka cahaya, karena adanya
iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur mirip cincin dalam aqueous
humor. Pigmen di iris member warna mata. Berbagai bercak, garis, atau nuansa lain pada iris
bersifat unik bagi setiap orang sehingga iris menjadi dasar teknologi identifikasi terkini. Lubang
bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke interior mata adalah pupil. Ukuran
lubang ini dapat disesuaikan oleh kontraksi otot-otot iris untuk menerima sinar lebih banyak atau
lebih sedikit. Iris mengandung dua set anyaman otot polos, satu sirkular (serat-serat otot berjalan
seperti cinci di dalam iris) dan satu radial (serat mengarah keluar dari tepi pupil seperti jari-jari
roda sepeda). Karena serat otot memendek ketika berkontraksi maka pupil menjadi lebih kecil
ketika ketika otot sirkular berkontraksi dan membentuk cincin yang lebih kecil. Kontraksi pupil
reflex ini terjadi pada keadaan sinar terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke
mata. Jika otot radial berkontraksi maka ukuran pupil bertambah. Dilatasi pupil ini terjadi terjadi
pada cahaya temaram agar sinar yang masuk ke mata lebih banyak. Otot-otot iris dikendalikan
oleh sistem saraf otonom. Serat saraf parasimpatis mempersarafi otot sirkular (kontraksi pupil)
sedangkan serat simpatis mempersarafi otot radial (dilatasi pupil).
2. Mata membiaskan sinar yang masuk untuk memfokuskan bayangan retina.
Sinar/cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-paket energy
mirip partikel yang dinamai foton yang berjalan dalam bentuk gelombang. Panjang gelombang
dalam spktrum elektromagnetik berkisar dari 10-14 m. Fotoreseptor dimata hanya peka terhadap
panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer. Karena itu, cahaya tampak hanyalah sebagian
kecil dari spectrum elektromagnetik total. Sinar dari berbagai panjang gelombang dalam rentang
sinar tampak dipresepsikan sebagai sensasi warna yang berbeda-beda. Panjang gelombang yang
lebih pendek dilihat sebagai warna ungu dan biru; panjang gelombang yang lebih panjang di
19
interpretasikan sebagai oranye dan merah. Selain memiliki panjang gelombang bervariasi dalam
intensitasnya; yaitu, amplitudo, atau tinggi gelombang. Menyuramkan suatu cahaya merah yang
terang tidak mengubah warnanya, hanya menyebabkan kurang terang atau kurang intens.
Gelombang cahaya mengalami divergensi(memancar keluar) ke semua arah dari setiap titik
sumber cahaya. Berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus dibelokkan ke dalam agar
dapat difokuskan kembali ke suatu titik (titik focus) di retina peka cahaya agar diperoleh
bayangan akurat sumber cahaya.
3. Proses Refraksi
Sinar berjalan lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lain misalnya air dan
kaca. Ketika masuk ke suatu medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya melambat (yang
sebaliknya juga berlaku). Arah berkas berubah jika cahaya tersebut mengenai permukaan
medium baru dalam sudut yang tidak tegak lurus. Berbeloknya bekas sinar dikenal sebagai
refraksi (pembiasan). Pada permukaan melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan,
semakin besar derajat pembelokan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya menegnai
permukaan lengkung suatu benda dengan densitas lebih besar maka arah refraksibergantung pada
sudut kelengkungan. Permukaan konveks melengkung keluar, sementara permukaan konkaf
melengkung kedalam. Permukaan konveks menyebabkan konvergensi berkas sinar, membawa
berkas-berkas tersebut lebih dekat satu sama lain. Karena konvergensi penting untuk membawa
suatu bayangan ke titik focus, maka permukaan refraktif mata berbentuk konveks. Permukaan
konkaf membuyarkan berkas sinar (divergensi). Lensa konkaf berfungsi untuk mengoreksi
kesalahan refraktif tertentu mata, misalnya berpengelihatan dekat.
Struktur Refraktif Mata
Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan
lensa. Permukaan kornea yang melengkung, struktur pertama yang dilewati sinar sewaktu sinar
tersebut masuk mata, berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata karena
perbedaan dalam densitas pada pertemuan udara-kornea jauh lebih besar daripada perbedaan
dalam densitas antara lensa dan cairan sekitarnya. Pada astigmatisme, kelengkungan kornea tidak
rata sehingga berkas sinar mengalami refraksi ya g tidak sama. Kemampuan refraktif kornea
20
seseorang tidak berubah, karena kelengkungan kornea tidak berubah. Sebaliknya kemampuan
refraktif lensa dapat diubah-ubah dengan mengubah kelengkungannya sesuai kebutuhan untuk
melihat dekat jauh. Berkas cahaya dari sumber sinar yang berjarak lebih dari 6 meter dianggap
pararel pada saat berkas tersebut mencapai mata. Sebaliknya, berkas cahaya yang berasal dari
benda dekat masih tetap berdivergensi ketika mencapai mata. Untuk kemampuan refraktif
tertentu mata diperlukan jarak lebih jauh di belakang lensa untuk membawa berkas divergen
suatu sumber cahaya yang dekat ke titik focus daripada membawa berkas pararel suatu sumber
cahaya yang jauh ke titik focus. Akan tetapi, pada masa tertentu jarak antara lensa dan retina
selalu sama. Karena itu, tidak terdapat jarak yang lebih jauh setelah lensa untuk membawa
bayangan benda dekat ke focus. Namun agar pengelihatan jelas maka struktur-struktur refraktif
mata harus membawa bayangan dari sumber cahaya jauh atau dekat ke focus di retina. Jika suatu
bayangan sudah terfokus sebelum mencapai retina atau belum terfokus ketika mancapai retina,
maka bayangan tersebut akan terlihat kabur. Untuk membawa bayangan dari sumber cahaya
dekat dan jauh di titik focus retina maka harus digunakan lensa yang lebih kuat sumber cahaya
dekat.9
Cahaya Masuk ke dalam Mata
Tidak semua yang masuk ke dalam kornea akan mengenai fotoreseptor pada mata, karena
adanya iris yang terdiri dari sel berpigmen dan berotot polos yang membentuk suatu cincin
didalam aqueous humor. Pigmen yang terdapat di iris bertanggung jawab atas warna mata.
Bagian yang tidak tertutupi oleh iris adalah pupil. Ukuran pupil inilah yang mengatur seberapa
banyaknya cahaya yang akan masuk ke dalam mata. Ketika otot sirkular memendek atau
berkontraksi, pupil mengecil dan cahaya yang masuk menjadi sedikit, normalnya ini terjadi jika
ada cahaya yang sangat terang mengenai mata. Ketika otot radial memendek, ukuran pupil
membesar dan cahaya yang masuk menjadi banyak, normalnya ini terjadi pada cahaya yang
memiliki intensitas rendah. Otot pada iris disarafi oleh saraf otonom. Saraf parasimpatis
mengecilkan pupil dan saraf simpatis memperbesar pupil.9
N. Optikus keluar dan pembuluh darah retina masuk mata di suatu titik yang terletak 3mm
di sebelah medial dan sedikit atas kutub posterior bola mata. Bagian ini dapat dilihat dengan
oftalmoskop sebagai papilla n.optici (optic disk). Pada bagian itu tidak terdapat reseptor
penglihatan sehingga disebut sebagai bintik buta.2
21
Di kutub posterior mata terdapat sebuah bercak berpigmen kekuningan, yaitu makula lutea
yang merupakan fovea sentralis. Fovea sentralis merupakan bagian dari retina yang menipis dan
bebas dari sel batang, yang ada pada manusia dan golongan primate lain. Pada lokasi ini dipadati
oleh sel kerucut yang masing-masing bersinaps dengan satu sel bipolar yang kemudian akan
bersinaps dengan satu sel ganglion, sehingga membentuk jalur langsung ke otak. Disini hanya
terdapat sedikit sel lainnya dan tidak terdapat pembuluh darah. Oleh karena itu, fovea adalah titik
dengan ketajaman penglihatan yang tertinggi.2
Jaras Penglihatan
Cahaya yang masuk pada mata akan ditangkap oleh retina. Retina merupakan bagian
jaringan otak yang terdiri dari tiga lapisan neuron. Neuron pertama adalah sel batang dan sel
kerucut. Cahaya yang telah masuk kedalam mata akan menimbulkan reaksi fotokimia pada
elemen-elemen ini, dan selanjutnya akan diteruskan sebagai suatu impuls ke korteks penglihatan
( area striata atau area Broadmann 17 ).10
Sel batang dan sel kerucut bercampur, kecuali pada fovea sentralis. Pada fovea sentralis,
hanya terdapat sel kerucut, dan setiap sel ini akan berhubungan dengan sel neuron kedua ( sel
bipolar ), dan selanjutnya akan mengirimkan impuls ke neuron ketiga ( sel ganglion ) yang
terletak di lapisan dalam retina. Kira-kira, ada satu juta akson sel ganglion yang berjalan di
lapisan serabut retina menuju ke papil optikus atau ujung n.optikus, menembus lamina kribosa
sklera mata dan berakhir di korpus genikulatum lateralis talamus.10
Serabut yang berjalan dari retina sampai khiasma disebut n.optikus. Separuh serabutnya
berasal dari separuh retinya bagian nasal dan kemudingan menyilang khiasma ke sisi yang
berlawanan. Separuh lainnya, yang berasal dari setengah retina bagian temporal akan terus
brerjalan ipsilateral. Setelah khiasma, kedua kelompok serabut ini bergabung menjadi satu dan
membentuk traktus optikus dan berakhir di korpus genikulatum lateralis.10
Ada sebagian serabut traktus optikus (jaras pupilosensorik medialis) sebelum mencapai
korpus genikulatum lateralis, memisahkan diri dan berjalan menuju kolikulus superior serta
nukleus di area pretektal. Serabut-seabut ini merupakan serabut aferen dari beberapa refleks
optikus, khususnya refleks pupil terhadap cahaya. Biasanya serabut ini juga ikut terlibat bila ada
kerusakan pada traktus optikus sehingga refleks cahaya akan menjadi negatif.10
22
Sebagian traktus optikus yang lainnya akan berakhir di korpus genikulatum lateralis dan
selanjutnya impuls penglihatan akan ditransmisikan melalui neuron-neuron yang membentuk
susunan yang dikenal sebagai radiasio optika serta diproyeksikan pada korteks penglihatan yang
berlokasi dibagian atas dan bawah fisura kalkarina ( area Broadmann 17 ). Area korteks ini jelas
tampak dengan adanya strip Genari, suatu lapisan tebal dari serabut horizontal yang bermielin.10
Area Broadmann 17 yang merupakan resipien primer penglihatan, dikelilingi oleh area 18
dan 19 yang berlokasi mulai dari aspek medial lobus oksipitalis sampai ke permukaan
konveksitas. Area ini merupakan daerah korteks visual kedua dan ketiga. Stimulasi daerah ini
akan menimbulkan aura optikal berupa kilatan cahaya, warna, dan bentuk-bentuk garis
sederhana.10
Gambar 3. Jaras Penglihatan
Sumber : Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan
Reaktivasi Fotopigmen
Segera setelah dekomposisi, struktur awal fotopigmen kembali. Sel kerucut dan sel
batang kembali menghambat pencetusan potensial aksi sel bipolar dan siap berespons terhadap
sinyal cahaya lain.11
23
Perbedaan antara sel batang dan sel kerucut
Sel batang mampu berespons terhadap cahaya tingkat rendah; dengan demikian, sel
batang memberika pengelihatan terbatas dalam keadaan gelap. Banyak sel batang biasanya
berkonvergensi pada satu sel bipolar. Konvergensi banyak sel batang pada satu sel bipolar
mengurangi ketajaman pengelihatan sel batang, namun meningkatkan sensitivitasnya. Sel batang
tidak peka warna. Dengan demikian, semua stimulasi dipersepsikan sebagai bayangan kelabu.
Stimulasi sel kerucut memerlukan cahaya dengan tingkat yang lebih tinggi sehingga sel kerucut
tidak mencetuskan potensial aksi dalam keadaan gelap atau temaram. Karena hanya sedikit sel
kerucut yang berkonvergensi pada satu sel bipolar, terdapat peningkatan ketajaman pengelihatan
sel kerucut.11
Pengelihatan Warna
Fotopigmen yang berbeda pada sel kerucut memungkinkan pengelihatan warna karena
sensitivitasnya terhadap warna merah, biru, dan hijau. Rasio sel kerucut warna merah, biru, dan
hijau yang diaktifkan pada suatu saat menyebabkan pengelihatan warna. Sel kerucut yang
distimulasi menentukan sel bipolar yang mengalami depolarisasi dan sel ganglion yang
mencetuskan potensial aksi. Sel ganglion dapat menerima informasi dari beberapa sel bipolar
yang berbeda yang diaktifkan oleh satu sel kerucut spesifik – warna atau beberapa sel kerucut
spesifik – warna, namun diinaktifkan oleh warna kedua. Variasi dan tingkat stimulus ini
memungkinkan diskriminasi halus antara berbagai bayangan warna.11
Neuron Lateral
Dua jenis neuron, sel horizontal dan sel amakrin, terletak secara lateral (membujur) di
retina mencetuskan potensial aksi dengan cara sedemikian rupa sehingga sel tersebut
memodifikasi dan mengontrol pesan yang disalurkan dari sel batang dan sel kerucut ke sel
bipolar dan dari sel bipolar ke sel ganglion. Sel horizontal menyesuaikan transmisi sinyal ke sel
bipolar sehingga memperhalus ketajaman pengelihatan. Sel amakrin menyesuaikan sinyal antara
sel – sel ganglion sehingga berfungsi untuk mempertajam respons sementara. Dengan
mempertimbangkan sejumlah besar neuron lateral di retina, pentingnya neuron tersebut dalam
24
diskriminasi pengelihatan halus sangat besar meskipun mekanisme kerjanya secara tepat kurang
dipahami.11
Saraf Optikus
Akson sel ganglion menyatu untuk membentuk saraf optikus mata (saraf cranial II). Saraf
optikus meninggalkan mata sebagai suatu berkas melalui daerah retina yang disebut diskus
optikus. Diskus optikus tidak mengandung sel batang atau sel kerucut; dengan demikian, diskus
optikus tidak berperan dalam respons terhadap cahaya (yaitu diskus optikus adalah bintik buta).
Arteri sentralis retina masuk ke mata melalui diskus optikus. Daerah yang disebut physiologic
cup terletak di bagian tengah diskus optikus.11
Saat, saraf optikus mencapai batang otak, sebagian serabut dari mata kiri menyeberang
dan memproyeksikan diri ke sisi kanan otak. Pada saat yang sama, sebagian serabut dari mata
kanan menyebrang dan memproyeksikan diri ke sisi kiri otak. Penyebrangan ini memungkinkan
kedua hemisfer serebri mengakses informasi dari setiap mata. Serabut lain tidak menyebrang ke
sisi. Saraf optikus berakhir di thalamus, di daerah yang disebut nucleus genikulatus lateral dorsal,
dan di daerah tersebut mengaktivasi neuron lain yang kemudian memproyeksikan diri ke lobus
oksipitalis. Korteks pengelihatan di otak terletak di lobus oksipitalis daerah otak yang
menginterpretasikan sinyal listrik sebagai bayangan visual yang bermakna. Integritas bayangan
dari nucleus genikulatus lateral dorsal ke lobus oksipitalis dipastikan karena setiap sel di nucleus
genikulatus lateral dorsal menyalurkan informasi dalam susunan spasial yang persis sama ke
korteks pengelihatan.11
Korteks Penglihatan Primer
Seperti akson sel ganglion yang memproyeksikan representasi ruang (spatial) retina secara
rinci di korpus genikulatum lateral, korpus genikulatum lateral juga memproyeksikan
representasi titik demi titik yang serupa pada korteks penglihatan primer. Di korteks penglihatan,
banyak sel saraf yang berkaitan dengan setiap serat. Seperti neokorteks lainnya, korteks
penglihatan memiliki 6 lapisan. Akson dari nukleus genikulatum lateral yang membentuk jaras
magnoselular berakhir di lapisan 4, khususnya di lapisan terdalam, lapisan 4C. banyak akson
25
yang membentuk jaras parvoselular juga berakhir di lapisan 4C. namun akson dari daerah
interlaminar berakhir di lapisan 2 dan 3.
Lapisan 2 dan 3 korteks mengandung kelompok-kelompok sel dengan garis tengah sekitar
0.2mm yang, tidak seperti sel-sel di sekitarnya, mengandung enzim mitokondria sitokrom
oksidase dalam konsentrasi tinggi. Kelompok-kelompok ini diberi nama blob. Blob tersusun
dalam mosaic di korteks penglihatan dan berperan dalam penglihatan warna. Namun, jaras
parvoselular juga membawa informasi mengenai komplemen warga ke bagian lapisan 4 yang
dalam.
Seperti sel ganglion, neuron-neuron genikulatum lateral dan neuron di lapisan 4 korteks
penglihatan memberi respons terhadap rangsang di daerah reseptifnya dengan bagian tengah on
dan inhibitorik sekitar atau bagian tengah off dan eksitatorik sekitar. Rangsang cahaya berbentuk
batang yang menutui bagian sentral merupakan rangsang yang efektif untuk neuron-neuron
tersebut karena merangsang semua bagian tengah dan sedikit di sekitarnya. Namun, rangsang
cahaya berbentuk batang tersebut tidak sudut rangsang pilihan dan sama efektifnya dari semua
sudut.
Teori Akomodasi Lensa
Teori Helmhotlz ( teori pasif ) : benda yang terlihat di jauh tak terhingga akan di lihat oleh
mata dalam keadaan istirahat dimana bayangan jauh tepat diretina. Ini adalah akibat kontraksi
m.ciliaris. Hal ini akan mengakibatkan zonula zinii menegang dan lensa memipih yang disebut
dengan unaccommodated eye.
Pada keadaan akomodasi, Pars Ciliaris akan berkontraksi dan mengakibatkan processus
ciliaris (bagian belakang zonula zinii) bergerak kedepan dan ke dalam yang menyebabkan zonula
zinii mengendor dan lensa mencembung.
Teori Tscherning ( teori aktif ) : Disini bila m.ciliaris berkontraksi, zonula zinii akan menegang
dan lensa akan ditarik keluar (menjadi pipih) sedangkan bagian tengah lensa yang lebih padat
tidak akan ikut memipih, sehingga akan terlihat lebih cembung.
Kesimpulan
26
Dari skenario yang telah didiskusikan bersama, dikatakan bahwa bapak berusia 45tahun
mengeluh pengelihatannya berkurang. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan antara usia dan
kurangnya pengelihatan. Hipotesis yang telah diambil sbelumnya ialah, “Bapak berusia 45 tahun
pengelihatannya berkurangkarena adanya gangguan pada media refraksi”. Bersamaan dengan
pertambahan usia, lensa mata menjadi tidak begitu elastis lagi, proteinnya berubah dan
menjelang usia decade kelima, lensa mata tidak mampu lagi memfokuskan objek yang letaknya
dekat. Kehilangan kemampuan akomodasi ini (presbiopia) menyebabkan orang tersebut
memerlukan kaca mata baca. Perubahan progresif pada protein lentikuler yang terjadi bersamaan
dengan bertambahnya umur juga dapat menimbulkan kekeruhan (opasifikasi) dan gangguan
pengelihatan (katarak).3 Dan lensa merupakan salah satu media refraksi. Jadi, hipotesis tersebut
diterima. Terimakasih atas koreksi dan kritik. Sekian hasil belajar mandiri saya.
Daftar Isi
1. Djojodibroto RD. Seluk beluk pemeriksaan kesehatan : bagaimana menyikapi hasilnya. Jakartar:
Pustaka Populer Obor;2003.h.46.
2. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2003:
(11).h.143-61.
3. Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Sistem keseimbangan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2006.h.3.
4. Wonodirekso S, Tambajong J. Organ-organ indera khusus dalam buku ajar anatomi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2007.h.574-77.
5. Young B, Heath JW. Special sense organs. London: Churchill Livingstone;
2005.h.380;82.
6. Geneser F. Atlas berwarna histologi. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006.h.206-14.
7. Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006.h.115-20.
8. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC; 2003.h.118-120.
27
9. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke 6. Jakarta: EGC; 2009.h.211-230.
10. Satyanegara. Ilmu bedah saraf. Jakara: PT Gramedia Pusaka Utama, 2010.h.31-3.
11. Corwin EJ. Buku saku patofisiologis. Jakarta: EGC, 2009.h.360–2.
28