Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)
-
Upload
poetra-chebhungsu -
Category
Documents
-
view
1.456 -
download
4
description
Transcript of Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)
MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
"Memahami Perkembangan Sosial”
Oleh kelompok 6:
1. Ellen Reno M2. Wesi Susanti
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMMAD YAMIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SOLOK 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dalam bidang studi Pengantar Pendidikan yang bertemakan
“Memahami Perkembangan Sosial”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain
sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikkan dan
saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah ini.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan doa serta
harapan semoga makalah ini semoga dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pembaca. Khususnya bagi mahasiswa-
mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan
kependidikan demi terciptanya pendidik profesional.
Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala
pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Solok, 19 Mei 2013
Penyusun
Kelompok VI
DAFTAR ISI
Kata
Penganta
r....................................................................................................................
... i
Daftar
Is
i.....................................................................................................................
............ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................................
............... 1
B. Rumusan
Masalah..............................................................................................
........ 1
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN DAN IMPLIKASI
TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN
A. Pengertian hubungan
sosial........................................................................................ 3
B. Pengaruh hubungan sosial terhadap tingkah
laku...................................................... 4
C. Perkembangan interaksi sosial
remaja....................................................................... 4
D. Jenis-jenis
interaksi.............................................................................................
....... 4
E. Pola interaksi remaja-orang
tua.................................................................................. 5
F. Persepsi tentang interaksi remaja-orang
tua............................................................... 6
G. Karakterisyik perkembangan sosial
remaja............................................................... 6
H. Faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan hubungan
sosial....................... 7
I. Perbedaan individual dalam perkembangan
sosial.................................................... 8
J. Upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya
bagi pendidikan. 8
BAB III PENUTUP
A. kesimpulan........................................................................................
....................... 11
B. saran..................................................................................................
....................... 11
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan sosial adalah hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan
individu lain, yang saling memengaruhi. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan
orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam
perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan
saling berpengaruh antar sesama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam
artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial
anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hubungan sosial
2. Apakah pengaruh hubungan sosial terhadap tingkah laku
3. Bagimana perkembangan interaksi sosial remaja
4. Sebutkan jenis-jenis interaksi
5. Bagaimana pola interaksi remaja-orang tua
6. Bagaimana persepsi tentang interaksi remaja-orang tua
7. Sebutkan karakteristik perkembangan sosial remaja
8. Sebutkan faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan
hubungan sosial
9. Apa yang dimaksud dengan perbedaan individual dalam
perkembangan sosial
10. Apa upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan
implikasinya bagi pendidikan
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan hubungan sosial,
pengaruh hubungan sosial terhadap tingkah laku, perkembangan interaksi
sosial remaja, jenis-jenis interaksi, pola interaksi remaja-orang tua,
persepsi tentang interaksi remaja-orang tua, karakteristik perkembangan
sosial remaja, faktor-faktor yang memepengaruhi perkembangan
hubungan sosial, perbedaan individual dalam perkembangan sosial, dan
upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya bagi
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hubungan Sosial
Hubungan sosial disebut juga interaksi sosial. Iwan Setiawan (2008:57) Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang perorangan, antara kelompok manusia maupun antara orang perorangan dan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan dan saling berbicara. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, hubungan yang terjadi harus timbal balik dilakukan oleh kedua belah pihak. Artinya kedua belah pihak harus saling merespon. Jika ditanya dia menjawab, jika diminta bantuan dia membantu, jika diajak bermain dia ikut main. Jika itu dilakukan, sebenarnya telah terjadi interaksi sosial.
Definisi interaksi sosial menurut para ahli antara lain sebagai berikut:a. Kimball Young dan Raymond W. Mack
Interksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.
b. HomansMenurutnya interaksi sebagi suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
c. ShawMenurutnya interaksi sosial adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing orang menunjukkan prilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing prilaku mempengaruhi satu sama lain
d. Thibautdan kelleyMenurut mereka interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain.jadi, dalam kasus interaksi tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
e. BonnerMenurutnya interaksi merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu dimanakelakuan individu mempengaruhi atau mengubah individu lain atau sebaliknya.
f. Roucek dan WarrenInteraksi adalah masalah pokok karena merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi dapat terjadi antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok dengan kelompok.
2. Pengaruh Hubungan Soial Terhadap Tingkah Laku
Hubungan sosial individu dimulai sejak individu berada dilingkungan rumah bersama keluarganya. Setelah lahir hubungan bayi dengan orang disekitarnya, terutama ibu, memiliki arti yang sangat penting (Boweby, 1987: 25).
3. Perkembangan interaksi sosial remajaRemaja adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain
untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap remaja dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama maupun dengan proses sosialisasi.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan.
Pada masa remaja ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
4. Jenis-jenis interaksiInteraksi sosial terdiri dari beberapa macam. Menurut Muryati dan Suryawati (2003)
macam-macam interaksi sosial dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Interaksi antar individu dan individu, artinya dalam hubungan ini bisa terjadi hubungan positif dan negative. Interaksi positif jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatife, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi antar invidu dan kelompok, artinya interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisi.
3. Interaksi sosial antar kelompok dan kelompok, intraksi sosial kelompok dan kelompok ini terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.
Dilihat dari sudut subjeknya , ada tiga macam interaksi sosial, yaitu:
1. Interaksi antar orang perorangan. 2. Interaksi antar orang dengan sekelompoknya, dan sebaliknya. 3. Interaksi antar kelompok
Dilihat dari segi caranya, ada dua macam interaksi sosial, yaitu:
1. Interaksi langsung (direct interaction), yaitu interaksi fisik, seperti berkelahi, hubungan seks/kelamin, dan sebagainya.
2. Interaksi simbolik (symbolic interaction), yaitu interaksi dengan mempergunakan bahasa (lisan/tulisan) dan symbol-simbol lain (isyarat), dan sebagainya.
Menurut bentuknya, Selo Soemardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu:
1. Kerja sama (cooperation) 2. Persaingan (competition) 3. Pertikaian (conflict ) 4. Akomodasi (acommodation), yaitu bentuk interaksi penyelesaian daripertikaian.
Masyarakat indonesia termasuk tipe masyarakat Kooparatif, dengan cirinya yang khas yaitu “gotong royong”. Masyarakat Amerika Serikat termasuk tipe masyarakat yang kompetitif, yaitu masyarakat yang saling berlomba-lomba mencari kedudukan/status sosial, harta, dan sebagainya (Gunawan, 2000).
Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut dapat terjadi secara terus menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa berujung. Proses interaksi sosial bisa bermula dari setiap kerja sama, persaingan, pertikaian, ataupun akomodasi, kemudian dapat berubah lagi menjadi kerja sama, begitu seterusnya. Misalnya suatu pertikaian, untuk sementara waktu dapat diselesaikan, kemudian dapat bekerja sama, berubah menjadi persaingan, apabila persaingan ini memuncak, maka dapat terjadi pertikaian.
5. Pola Interaksi Remaja-Orang Tua
Interaksi remaja dengan orang tua memiliki pola yang khas dan unik sehingga diberi istilah three act drama (drama tiga tindakan).
- First act drama, interaksi remaja masih memiliki ketergantungan dengan orang tua, tetapi sudah mulai menyadari keberadaan dirinya sebagai pribadi dibandingkan fase sebelumnya.
- Second act drama, disebut juga dengan istilah perjuangan untuk emansipasi, yaitu remaja melakukan perjuangan kuat untuk membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua.
- Third act drama, remaja berusaha menempatkan dirinya untuk berteman dengan orang tua dan berinteraksi secara lancar dengan mereka. Namun masih sering mengalami hambatan karena orang tua seringkali masih belum melepaskan anak remajanya secara penuh. Selain itu, orang tua juga seringkali belum menerima secara penuh remaja untuk masuk ke dalam dunianya.
Dalam interaksi remaja-orang tua, ada aspek objektif dan subjektif. Aspek objektifnya adalah keadaan nyata dari peristiwa yang terjadi pada saat interaksi. Sedangkan aspek subjektifnya adalah persepsi remaja terhadap peristiwa yang terjadi dalam interaksi tersebut. Fontana mengatakan bahwa tidak jarang remaja lebih menggunakan aspek subjektif dalam berinteraksi dengan orang tua. Misalnya, orang tua yang sebenarnya ingin melindungi karena sayang kepada anaknya, justru dipersepsi sebagai terlalu mengekang dan membatasi remaja.
6. Persepsi Tentang Interaksi Remaja-Orang Tua
Berkaitan dengan kualitas interaksi remaja-orang tua dapat dikemukakan konsep yang didalamnya meliputi sejumlah aspek dan masing-masing aspek mengandung sejumlah indikator, yaitu
a. Persepsi remaja mengenai partisipasi dan keterlibatan dirinya dalam keluarga.Aspek ini mengandung sejumlah indikator sebagai berikut:1. Persepsi remaja mengenai partisipasi dan keterlibatan dirinya dalam keluarga.2. Persepsi remaja mengenai keterlibatan dirinya dalam membicarakan dan
memecahkan masalah yang dihadapi keluarga.
b. Persepsi remaja mengenai keterbukaan sikap orang tua.Aspek ini mengandung sejumlah indikator sebagai berikut:
1. Persepsi remaja mengenai toleransi orang tua terhadap perbedaan pendapat.2. Persepsi remaja mengenai kemampuan orang tua untuk memberikan alasan
yang masuk akal terhadap suatu perbuatan atau keputusan yang diambil.3. Persepsi remaja mengenai keterbukaan orang tua terhadap minat yang luas.4. Persepsi remaja mengenai upaya orang tua untuk mengembangkan komitmen
terhadap tugas.5. Persepsi remaja mengenai kehadiran orang tua di rumah dan keakraban
hubungan antar orang tua dengan remaja.
7. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja1. Berkembangnya Kesadaran akan Kesunyian dan Dorongan akan Pergaulan
Masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya. Langeveld Simanjuntak dan Pasaribu (1984: 152) berpendapat bahwa kemiskinan akan hubungan atau perasaan kesunyian remaja disertai kesadaran sosial psikologis yang mendalam yang kemudian menimbulkan dorongan yang kuat akan pentingnya pergaulan untuk menemukan suatu bentuk sendiri.
2. Adanya Upaya Memilih Nilai-Nilai Sosial
Ada dua kemungkinan yang ditempuh oleh remaja ketika berhadapan dengan nilai-nilai sosial tertentu, yaitu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut atau tetap pada pendirian dengan segala akibatnya. Ini berarti bahwa reaksi terhadap keadaan tertentu akan berlangsung menurut norma-norma tertentu pula. Bagi remaja yang idealis dan memiliki kepercayaan penuh akan cita-citanya, menuntut norma-norma sosial yang mutlak meskipun segala sesuatu yang telah di cobanya gagal. Sebaliknya, bagi remaja yang bersikap pasif terhadap keadaan yang dihadapi akan cenderung menyerah atau bahkan apatis. Namun, ada
kemungkinan seseorang tidak akan menuntut norma-norma sosial yangkini beralih demikian mutlak, tetapi tidak pula menolak seluruhnya.
3. Meningkatnya Ketertarikan pada Lawan Jenis
Remaja sangat sadar akan dirinya tentang bagaiman pandangan lawan jenis mengenai dirinya. Dalam konteks ini, Kublen (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984: 153) bahkan menegaskan bahwa: the social interest of adolescent are essentially sex social interest. Oleh sebab itu, masa remaja seringkali disebut juga sebagai masa biseksual. Meskipun kesadaran akan lawan jenis ini berhubungan dengan perkembangan jasmani, tetapi sesungguhnya yang berkembang secara dominan bukanlah kesadaran jasmani yang berlainan, melainkan tumbuhnya ketertarikan terhadap jenis kelamin yang lain. Hubungan sosial yang tidak terlalu menghiraukan perbedaan jenis kelamin pada masa-masa sebelumnya, kini beralih kearah hubungan sosial yang dihiasi perhatian terhadap perbedaan jenis kelamin. Ada yang mengistilahkan bahwa dunia remaja telah menjadi dunia erotis (Sunarto, 1998). Keinginan membangun hubungan sosial dengan jenis kelamin lain dapat di pandang sebagai suatu yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyian.
4. Mulai Cenderungan Memilih Karier Tertentu
Dikatakan oleh Kuhlen bahwa ketika sudah memasuki masa remaja akhir, mulai tampak kecenderungan mereka untuk memilih karier tertentu meskipun dalam pemilihan karier tersebut masih mengalami kesulitan (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984). Ini wajar karena pada orang dewasapun kerap kali masih terjadi perubahan orientasi karier dan kembali berusaha menyesuaikan diri dengan karier barunya.
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Hubungan Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat empat faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial.
1. Faktor Imitasi
Menurut Gabriel Tarde (2006:66), imitasi berasal dari kata imitation, yang berarti peniruan. Jadi, imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan. Ada kalanya imitasi berdampak positif apabila yang ditiru tersebut individu-individu yang baik menurut pandangan umum. Akan tetapi, imitasi bisa juga berdampak negatif apabila sosok individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum.
2. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan mamiliki pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil (minoritas), ataupun orang dewasa terhadap anak-anak.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah kecendrungan dalam diri sesorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya amat kuat.
Pada umumnya, proses identifikasi berlangsung secara kurang disadari oleh sesorang. Namun, yang pasti sang idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal, baik secar langsung ataupun tidak langsung.
4. Simpati
Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain.
9. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial
Masa kanak-kanak merupakan masa mempelajari sikap dasar sosial, seperti sikap
terhadap agama, kelompok sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain. Sikap ini bisa berubah di
kemudian hari karena faktor pengalaman. Pada masa kanak-kanak, sikap sosial dasar tersebut
belum banyak dimiliki atau masih sangat sedikit. Tetapi setelah anak mencapai umur sekitar
13 tahun dan banyak bersosialisasi pada masyarakat, sikap dasar tadi menjadi semakin
lengkap yang diperoleh dari lingkungan pergaulannya. Misalnya pergaulan dengan guru,
teman sebaya, dan orang dewasa lainnya di masyarakat. Dengan semakin lengkapnya sikap
sosial dasar ini, anak menjadi semakin tahu tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan apa
yang sebaiknya dihindari.
Perbedaan lingkungan dapat menimbulkan perbedaan sikap sosial pada individu. Secara
psikologis, sikap ini dapat dipelajari dengan tiga cara, yaitu
1. Meniru orang yang lebih berprestasi dalam bidang tertentu
2. Mengombinasikan pengalaman
3. Pengalaman khusus dengan emosional yang mendalam
10. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap
yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belum memahami benar tentang
norma-norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat
menimbulkan hubungan social yang kurang serasi, karena mereka sukar untuk menerima
norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap
canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan
adanya upaya pengembangan hubungan sosial remaja yang diawali dari lingkungan keluarga,
sekolah serta lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan
kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim
kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan
dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk
mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya
dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota
keluarga lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan
tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :
a. Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan
senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan
perlakuan yang diambil oleh anaknya.
b. Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan
senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak
dapat menerimanya.
c. Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan
cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang
dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang
dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam
konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan
hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan
adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh
orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua
terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang
rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya
untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau
perlakuan orang tuanya
2. Lingkungan Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan social remaja, guru juga harus mampu
mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar
pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak
menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru
tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan
pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina
para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian,
perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
3. Lingkungan Masyarakat
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang
kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat. Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti,
bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antar orang perorangan, antar kelompok manusia, maupun antar orang perorangan dan kelompok manusia. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia memerlukan manusia lainnya untuk bisa mempertahankan hidupnya dan menjadikan kehidupan menjadi lebih berarti. Manusia perlu berhubungan atau berkomunikasi dengan yang lainnya baik dengan menggunakan bahasa lisan maupun dengan bahasa isyarat.
B. Saran
Manusia harus melakukan interaksi dengan manusia disekitarnya. Dan kita sebagai seorang calon pendidik, kita juga harus mengajarkan kepada peserta didik bagaimana cara berhubungan sosial yang baik dengan lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan Iwan. 2008. Wawasan Sosial. Bandung: Buku Sekolah Elektronik
Soekanto, Soerjono. 1981. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan anak dan remaja. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Gerungan, W.A. 1998. Psikologi sosial. Bandung: PT Eresco.s