Makalah Kel. 10
-
Upload
ayu-deni-pramita -
Category
Documents
-
view
163 -
download
15
Transcript of Makalah Kel. 10
PENDAHULUAN
Nyeri punggung atau Back Pain merupakan keluhan yang sering dijumpai.
Keluhan ini menempati urutan kedua sesudah sakit kepala, dan merupakan salah satu
penyebab mangkir kerja. Beraneka ragam sifat dan faktor penyebab terjadinya Back
Pain, sehingga masih banyak dijumpai perbedaan pendapat di kalangan para ahli
kedokteran dalam penanganan penderita ini.
Keluhan ini dapat menyerang setiap orang tanpa mengenal perbedaan umur,
pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan maupun tingkat ekonomi. Angka kejadian yang
pasti dari penderita Back Pain susah didapatkan, sebab tidak semua penderita Back
Pain berobat ke dokter. Sekitar 80% dari populasi di Amerika Serikat mengeluh Back
Pain. Di Indonesia berlaku suatu aksioma bahwa “nyeri punggung” ialah “sakit
ginjal”.
Banyak orang menghabiskan sebagian besar waktunya duduk di depan komputer,
playstation, menyetir kendaraan, menonton televisi, kurang gerak, dan berolahraga.
Keluhan juga banyak muncul dari para pekerja kasar, seperti buruh bangunan dan
buruh pabrik yang terlalu sering mengangkat beban berat atau kerja lembur, tukang
becak, dan profesi lainnya.
Kondisi lain yang memiliki manifestasi awal sebagai nyeri punggung, seperti
spinal stenosis, arthritis (osteoarthritis), infeksi spinal (osteomyelitis), spinal tumor
(benigna dan maligna), spondylolisthesis, vertebral fraktur (burst fracture),
osteoporosis, paget’s disease, rheumatiod arthritis, dan trauma. Selain itu, sikap
mental seperti stress ataupun depresi dan sikap fisik yang salah (postur tubuh) seperti
skoliosis, juga dapat mengakibatkan nyeri punggung.
Nyeri punggung (Back Pain) itu dapat dibedakan Upper Back Pain dan Low Back
Pain. Nyeri pada punggung bagian bawah (Low Back Pain) berhubungan dengan
tulang lumbal dan spinal, diskus intervertebralis, ligamen di sekitar spinal dan
medulla spinalis dan saraf, otot di daerah punggung, organ di antara pelvis dan
abdomen, dan kulit yang terdapat di daerah lumbal. Low Back Pain dapat dibedakan
menjadi akut, subakut, dan kronik.
Nyeri punggung akut mulai dengan tiba-tiba diikuti nyeri intensif yang pada
umumnya kurang dari tiga bulan. Sedangkan nyeri pinggang kronik adalah sakit
jangka panjang, bahkan bisa seumur hidup. Bahkan sakit kronik bisa menyebabkan
gejala nyeri pinggang akut.
1
2
DEFINISI
Low Back Pain dipersepsikan ketidaknyamanan berhubungan dengan lumbal atau
area sacral pada tulang belakang atau sekitar jaringan (Randy Mariam,1987).
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis
walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada
masalah kehidupan seperti fisik, mental, social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,
osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low Back Pain terjadi di lumbal bagian bawah, lumbal sacral atau daerah
sacroiliaca, biasanya dihubungkan dengan proses degenerasi dan ketegangan muskulo
(Prisilia Lemone,1996).
Low Back Pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut, ketidakmampuan ligamen
lumbosacral, kelemahan otot, osteoartritis, spinal stenosis serta masalah pada sendi
inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang (Lucman and Sorensen’s 1993).
Nyeri punggung adalah rasa tidak menyenangkan yang terjadi oleh karena ada
atau tidak adanya rangsangan berbahaya. Nyerinya bersifat mendadak, tajam, atau
tumpul di bawah pinggang.
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah suatu gejala yang berupa rasa
nyeri di daerah dorsal tubuh di antara vertebra torakal XII dan bagian bawah pinggul
atau lubang dubur, mencakup juga keluhan yang menjalar ke tungkai dan kaki. Paling
umum disebabkan oleh ketegangan otot berhubungan dengan pekerjaan fisik berat,
pengangkatan atau pergerakan kuat, atau berdiri satu posisi dalam jangka lama. Di
mana pergerakan ini dapat memperburuk keadaan punggung.
Low Back Pain berdasarkan perjalanan kliniknya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Acute Low Back Pain
Nyeri punggung bawah akut dapat disebabkan oleh suatu peristiwa traumatis,
seperti suatu kecelakaan atau jatuh. Keluhan nyeri yang menyerang secara tiba-
tiba dan pada umumnya pasien dapat menunjukkan titik lokasi nyeri ketika
peristiwa tersebut terjadi. Rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari
sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang / sembuh. Kejadian tersebut
3
selain dapat merusak jaringan tissue, juga dapat melukai otot, ligamen, dan
tendon. Pada suatu kecelakaan serius, fraktur vertebra di daerah lumbalis dapat
terjadi. Pada ruas terakhir tulang belakang, beberapa pasien mungkin mempunyai
nyeri pada cauda equina (disebut juga nyeri tulang belakang).
2. Subacute Low Back Pain
Jangka waktu terjadinya antara 6-12 minggu
3. Chronic Low Back Pain
Nyeri punggung bawah kronik pada umumnya mempunyai suatu serangan
yang lebih tesembunyi atau membahayakan dan terjadi pada suatu periode yang
lama. Rasa nyeri yang menyerang lebih dari tiga bulan, atau rasa nyeri berulang-
ulang atau kambuh kembali. Penyebab keluhan ini adalah dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoid anthritis, proses degenerasi discus intervertebralis,
herniasi tulang belakang, vertebra yang patah, kadang suatu tumor, atau infeksi
peradangan. Penyebab lain juga berupa gangguan emosional atau gangguan
psikologis, dan dapat didiagnosis sebagai TMS atau Tension Myositis Syndrome.
4
EPIDEMIOLOGI
Low Back Pain merupakan salah satu masalah penyakit saraf yang sering
dikeluhkan oleh pasien ketika datang ke dokter. Nyeri punggung setidaknya pernah
dialami 60-80% orang dewasa selama hidupnya dan sekitar 50% mengalami nyeri
punggung setiap tahunnya. Penyakit ini menyerang pada usia pertengahan dengan
predileksi antara umur 30 tahun sampai 60 tahun.
Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri
pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi. Di Indonesia, LBP
dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara keseluruhan, LBP merupakan keluhan
yang paling banyak dijumpai (49%).
Pada negara maju (industrialized countries) prevalensi orang terkena nyeri
punggung adalah sekitar 79-80%. Pada para buruh di Amerika, keluhan nyeri
punggung meningkat sebanyak 168% antara tahun 1971-1981. Hal ini menyebabkan
banyak waktu kerja yang terbuang percuma sebab nyeri punggung membatasi
kemampuan orang untuk bergerak terutama pada orang yang berusia di bawah 45
tahun.
Sekitar 80-90% pasien nyeri punggung (Low Back Pain) menyatakan bahwa
mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya, dan hanya 3%
dari pasien Low Back Pain yang datang ke dokter atau masuk Rumah Sakit. Selain itu
hanya 0,5% pasien yang perlu menjalani operasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa nyeri
punggung (Low Back Pain) meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi, namun
penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.
5
ANATOMI
Tulang belakang (vertebra) merupakan bangunan yang kompleks yang dapat
dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra terdiri atas
korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan
dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kokoh dan terdiri atas masing-masing arkus
vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh berbagai ligamen
di antaranya ligamen interspinalis, ligamen intratransversa dan ligamen flavum.
Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus intervertebralis,
ligamen antara spina dan diskus intervertebralis, spinal cord dan saraf, otot punggung,
organ-organ dalam di sekitar pelvis dan abdomen, dan kulit yang menutupi daerah
pinggang.
Columna Vertebralis.
Dimulai dari atas, tulang belakang mempunyai empat regio:
1. Tujuh (7) tulang cervical atau tulang leher (C1-C7)
2. Dua belas (12) tulang thoracal atau ruas-ruas tulang belakang punggung bagian
atas (T1-T12)
3. Lima (5) tulang lumbal (L1-L5), yang biasa disebut sebagai tulang belakang
punggung bagian bawah
4. Lima (5) tulang Sacrum dan empat (4) tulang koksigeus, yang menjadi satu di
dasar tulang belakang
Regio lumbal dari tulang belakang, yang merupakan tempat tersering sakit
pinggang dirasakan, menyokong berat badan tubuh bagian atas.
Columna vertebralis merupakan tempat perlekatan dari otot, diskus
intervertebralis, saraf, dan spinalis.
6
Medulla spinalis, diskus intervertebralis, dan saraf.
Medulla spinalis dewasa meluas ke bawah sampai tepi bawah processus spinosus
L1. Pada anak dapat meluas sampai ke processus L4. Nervus spinalis keluar dari
medulla spinalis di dekat diskus intervertebralis. Diskus intervertebralis memiliki
konsistensi seperti jelly yang berisi annulus fibrosis dan nucleus pulposus. Nucleus
pulposus terdapat di bagian tengah dari lempengan diskus yang terdiri atas bahan
berbentuk gelatin. Annulus fibrosis merupakan bagian luar dan terkuat dari lempengan
diskus serta memiliki fungsi untuk pencegahan terjadinya hernia pada diskus
intervertebralis.
Pada prosesus spinosus dan transversum melekat otot-otot yang turut menunjang 7
dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolom vertebra dan sekitarnya
mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari
ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus
meningeal yang menginervasi duramater.
Nukleus Pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biar pun berbatasan langsung
dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut–serabut sensibel.
Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai kebebasan
gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada gerakan-gerakan
antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera
lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di daerah
pinggang relatif lebih kokoh.
Otot punggung dapat dibagi dalam tiga kelompok utama:
1. Otot superfisial
Otot ini merupakan bagian lengan atas dan terdiri M. trapezius, Latissimus
8
dorsi, Levator scapulae, dan Rhomboideus minor dan major.
2. Otot intermedia
Otot ini berhubungan dengan respirasi, terdiri atas M. serratus posterior
superior, Serratus posterior inferior, dan Levatores costarum.
3. Otot profunda (Postvertebralis)
1. Otot superfisialis yang berjalan vertikal
a. M. erector spinae
b. M. iliocostalis
c. M. longissimus
d. M. spinalis
2. Otot intemedial yang berjalan serong
a. M. transversospinalis
b. M. semispinalis
c. Mm. multifidi
d. Mm. motatores
3. Otot profunda
a. Mm.iInterspinales
b. Mm. intertransversari
Pada punggung terdapat banyak otot yang menghubungkan bagian punggung ke
arah ekstremitas maupun yang terdapat pada bagian punggung itu sendiri.
Otot pada punggung memiliki fungsi sebagai pelindung dari columna spinalis,
pelvis, dan ekstremitas. Otot punggung yang mengalami luka, mungkin dapat
menyebabkan terjadinya Low Back Pain.
9
10
GEJALA KLINIS
Manifestasinya macam-macam. Bila degenerasi terjadi pada sendi antar ruas-ruas
tulang belakang, maka dapat terjadi penipisan sendi dan ruas tulang merapat satu sama
lain, sehingga tinggi badan bisa berkurang.
Selain itu juga jaringan yang terdapat di dalam sendi antar ruas tersebut bisa
menonjol ke luar yang disebut hernia discus. Bila terjadi seperti ini maka penderita
spondylosis akan merasa nyeri di punggungnya akibat penekanan struktur tersebut ke
jaringan sekitarnya.
Selain itu hernia discus juga dapat menekan ke dalam sumsum tulang belakang
sehingga menimbulkan gangguan saraf baik motorik, sensorik, maupun otonom
sehingga bisa saja bermanifestasi menjadi kelumpuhan, gangguan sensori seperti
kesemutan dan mati rasa, dan gangguan otonom seperti gangguan berkeringat,
gangguan buang air besar maupun juga ketika pasien buang air kecil sekalipun.
Bukan hanya itu saja, proses degenerasi bisa menimbulkan penipisan rawan sendi
dan penonjolan tulang yang disebut osteophyte atau awam biasa menyebutnya
pengapuran. Akibatnya otot dan jaringan penunjang sekitarnya dapat teriritasi oleh
tonjolan tulang tersebut dan penderita akan merasakan nyeri dan kaku.
Gejala klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-masing seperti
beberapa contoh dibawah ini :
1. LBP akibat sikap yang salah
- Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan
tidak enak namun lokasi tidak jelas
- Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah
lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna,
walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak
enak
- Lordosis yang menonjol
- Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
- Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan
11
2. Pada Herniasi Diskus Lumbal
- Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa
tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat
- Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau
bersin
- Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang
sakit difleksikan
- Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan
nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh
- Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia
3. LBP pada Spondilosis
- Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus,
walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis
- Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena
- Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
- Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang
menekan medula spinalis
- Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis
kanal lumbal
4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis
- Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat
malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol
- Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang bila
istirahat
- Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus
(akibat abses dingin)
- Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan
kifosis)
- Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti paraparesis
yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan
refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang
vertebra
12
- Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul
terutama gangguan motorik
5. LPB pada Spondilitis Ankilopoetika
- Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun
- Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan
- Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi sakrolumbal
dan seluruh tulang belakang lumbal
- Laju endap darah meninggi
- Terjadi osifikasi ligamenta interspino
PENYEBAB / PATOFISIOLOGI
13
Nyeri punggung bawah sering dijumpai. Penyebab yang utama untuk nyeri
punggung bawah adalah suatu ketegangan otot atau kelainan struktur lembut
(misalnya ikatan sendi dan tendon) yang dihubungkan dengan tulang belakang
(vertebra). Kadang-kadang penyebabnya adalah bantalan antartulang (diskus
intervertebra) yang tegang, dan menonjol keluar (herniasi) dan menekan saraf yang
terdekat (seperti penyakit pegal pada pinggang).
Nyeri yang dirasakan biasanya bervariasi dari orang ke orang, tetapi kita juga
boleh mendapatkan teori berbeda tergantung kepada siapa kita bertanya. Untuk
penderita yang lemah secara ekonomi, hal tersebut bisa jadi membuatnya merasa
kacau dan cemas.
Beberapa faktor dapat yang menyebabkan nyeri punggung bawah:
1. Trauma dan Gangguan Mekanik
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyabab utama nyeri punggung
bawah. Pada orang–orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah
lama tidak melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri punggung bawah yang
akut.
Gangguan mekanis yang dapat menyebabkan LBP:
a. Apophyseal Osteoarthritis
b. Difus Idiopatik Skeletal Hyperostosis
c. Cakram spinal yang berdegeneratif
d. Kyphosis Scheuemann’s
e. Herniasi Cakram Spinal atau Hernia Nukleus Pulposus
f. Spinal Stenosis
g. Spondylolistesis dan kelainan kongenital abnormal yang lain
h. Retak (fraktur)
i. Kelainan otot yang tidak spesifik atau ligamen yang menegang atau keseleo
j. Perbedaan panjangnya kaki
k. Gerakan pinggul yang terbatas
l. Tulang Pelvis yang tidak sebaris
2. Radang (Inflamasi)
14
Radang sebagai penyebab kelainan kolumna vertebra pada masyarakat dengan
keadaan higiene yang masih kurang masih banyak ditemukan. Di antaranya yang
banyak dijumpai adalah radang tuberkulosis, yang menyebabkan penyakit Pott.
Radang yang dapat menyebabkan LBP:
a. Seronegatif Spondylarthritides (Ankylosing spondylitis)
b. Arthritis Rheumatoid
c. Infeksi
3. Neoplasma
Jika pada seseorang ditemukan nyeri punggung bawah yang dirasakan lebih
sakit pada waktu berbaring atau pada waktu malam hari harus dipikirkan
kemungkinan penyebabnya adalah tumor. Tumor bisa jinak atau ganas. Pada
tumor jaringan saraf nyeri punggung sering disertai gangguan – gangguan
neurologis lain.
Beberapa tumor penyebab LBP:
a. Tumor tulang (primer atau metastase)
b. Tumor Spinal Intradural
c. Neurinoma
d. Meningeoma
4. Gangguan Metabolik
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak
keluhan nyeri punggung dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau oleh
gangguan hormonal (menopause, penyakit Cushing).
Gangguan metabolik penyebab LBP:
a. Retak Osteoporosis
b. Osteomalasia
c. Ochronosis
d. Chondrocalcinosis
e. Penyakit Paget’s
5. Nyeri yang dialihkan (Reffered Pain)
a. Penyakit pelvik atau abdominal
b. Postur atau perawakan
c. Tension Myositis Syndrome
15
d. Depresi atau kelainan psikogen
6. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitonium
a. Alat-alat reproduksi
i. Wanita: tumor dan infeksi, endometriosis, dismenore
ii. Pria: prostatitis, karsinoma prostat
b. Alat-alat dalam lain
i. Penyakit-penyakit ginjal dan ureter
ii. Gangguan pembuluh nadi besar : aneurisma aorta, trombosis bifurkasio
aorta dan arteria iliaka komunis.
7. Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang
penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah
adalah :
a) SPONDILOLISIS DAN SPONDILOLISTESIS
SPONDILOLISIS
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae
itu ( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya
sendiri.
Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser
ke depan.
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam
kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif )
sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri
pinggang ini berkurang / hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan
bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.
Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga
timbul nyeri radikuler.
16
SPONDILOLISTHESIS
Dalam istilah sederhana, spondylolisthesis menggambarkan suatu
pergeraseran vertebra atau kolumna vertebralis yang berhubungan dengan
vertebra di bawahnya. Pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1782 oleh ahli
Belgia, Dr. Herbinaux. Dia melaporkan terdapatnya penonjolan bagian
17
anterior tulang sakrum yang menyebabkan hambatan jalan lahir. Pergerseran
tersebut sering terjadi pada vertebra lumbal 2,3,5,10.
Spondylolisthesis menunjukkan suatu pergeseran kedepan satu korpus
vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya.
Umumnya terjadi pada pertemuan lumbosacral (lumbosacral joints) dimana L5
bergeser (slip) diatas S1, akan tetapi hal tersebut dapat terjadi pada tingkatan
yang lebih tinggi. Spondylolisthesis pada cervical sangat jarang terjadi.
Umumnya diklasifikasikan ke dalam lima bentuk: kongenital atau displastik,
isthmus, degeneratif, traumatik, dan patologis.
Banyak kasus dapat diterapi secara konservatif. Meskipun demikian, pada
individu dengan radikulopati, klaudikasio neurogenik, abnormalitas postural
dan cara berjalan yang tidak berhasil dengan penanganan non-operatif, dan
terdapatnya pergeseran yang progresif, pembedahan dianjurkan. Tujuan
pembedahan adalah untuk menstabilkan segmen spinal dan menekan elemen
saraf jika dibutuhkan.
Prevalensi spondylolisthesis sekitar 5% pada umur 5-7 tahun dan
meningkat sampai 6-7% pada umur 18 tahun. Prevalensi antara pria dan
wanita adalah 2:1. Prevalensi spondylolisthesis lebih banyak pada orang
berkulit putih dibandingkan dengan orang yang berkulit hitam. Prevalensi
pada pria berkulit putih sekitar 6,4%, pria berkulit hitam 2,8%, wanita berkulit
putih 2,3%, dan wanita berkulit hitam sekitar 1,1%.
Etiologi spondylolisthesis adalah multifaktorial. Predisposisi kongenital
tampak pada spondylolisthesis tipe 1 dan tipe 2. Postur, gravitasi, tekanan
rotasional dan stres/tekanan kosentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan
penting dalam terjadinya pergeseran tersebut.
Sekitar 5-6% pria dan 2-3% wanita mengalami spondylolisthesis. Pertama
sekali tampak pada individu yang terlibat aktif dengan aktivitas fisik yang
berat seperti angkat besi, senam dan sepak bola. Pria lebih sering
menunjukkan gejala dibandingkan dengan wanita, terutama diakibatkan oleh
tingginya aktivitas fisik pada pria.
Meskipun beberapa anak-anak dibawah usia 5 tahun dapat mengalami
spondylolisthesis, sangat jarang anak-anak tersebut didiagnosis dengan
spondylolisthesis. Spondylolisthesis sering terjadi pada anak usia 7-10 tahun.
Peningkatan aktivitas fisik pada masa remaja dan dewasa sepanjang aktivitas
18
sehari-hari mengakibatkan spondylolisthesis sering dijumpai pada remaja dan
dewasa.2,7
Spondylolisthesis dikelompokkan ke dalam lima tipe utama dimana
masing-masing mempunyai patologi yang berbeda. Tipe tersebut antara lain
tipe displastik, isthmik, degeneratif, traumatik, dan patologik.
Spondylolisthesis displatik merupakan kelainan kongenital yang terjadi karena
malformasi lumbosacral joints dengan permukaan persendian yang kecil dan
inkompeten.
Spondylolisthesis displastik sangat jarang, akan tetapi cenderung
berkembang secara progresif, dan sering berhubungan dengan defisit
neurologis berat. Sangat sulit diterapi karena bagian elemen posterior dan
prosesus transversus cenderung berkembang kurang baik, meninggalkan area
permukaan kecil untuk fusi pada bagian posterolateral.2,3,5
Spondylolisthesis displatik terjadi akibat defek arkus neural pada sacrum
bagian atas atau L5. Pada tipe ini, 95% kasus berhubungan dengan spina bifida
occulta. Terjadi kompresi serabut saraf pada foramen S1, meskipun
pergeserannya (slip) minimal. Spondylolisthesis isthmic merupakan bentuk
spondylolisthesis yang paling sering. Spondylolisthesis isthmic (juga disebut
dengan spondylolisthesis spondilolitik) merupakan kondisi yang paling sering
dijumpai dengan angka prevalensi 5-7%. Fredericson dkk menunjukkan
bahwa defek sponsilolistesis biasanya didapatkan pada usia 6 dan 16 tahun,
dan pergeseran tersebut sering terjadi lebih cepat. Ketika pergeseran terjadi,
jarang berkembang progresif, meskipun suatu penelitian tidak mendapatkan
hubungan antara progresifitas pergeseran dengan terjadinya gangguan diskus
intervertebralis pada usia pertengahan.
19
Gambaran klinis spondylolisthesis sangat bervariasi dan bergantung pada
tipe pergeseran dan usia pasien. Selama masa awal kehidupan, gambaran
klinisnya berupa nyeri punggung yang biasanya menyebar ke paha bagian
dalam dan bokong, terutama selama aktivitas tinggi. Gejala jarang
berhubungan dengan derajat pergeseran (slippage), meskipun sangat berkaitan
dengan instabilitas segmental yang terjadi.
Tanda neurologis berhubungan dengan derajat pergeseran dan mengenai
sistem sensoris, motorik dan perubahan refleks akibat dari pergeseran serabut
saraf (biasanya S1).
Progresifitas listesis pada individu dewasa muda biasanya terjadi bilateral
dan berhubungan dengan gambaran klinis / fisik berupa:
- Terbatasnya pergerakan tulang belakang
- Kekakuan otot hamstring
- Tidak dapat mengfleksikan panggul dengan lutut yang berekstensi penuh
- Hiperlordosis lumbal dan thorakolumbal
- Hiperkifosis lumbosacral junction
- Pemendekan badan jika terjadi pergeseran komplit (spondiloptosis)
- Kesulitan berjalan
Gambaran klinis Isthmic spondylolisthesis, antara lain:
- Kebanyakan penderita spondylolisthesis tidak merasakan gejala apapun
- Sering terjadi pada remaja dalam masa pertumbuhan
- Beberapa laporan mengatakan terjadi nyeri punggung saat beraktivitas
(onset akut) dan yang lainnya tidak tampak gejalanya
- Rasa nyeri dapat menjalar ke bokong/paha
Nyeri tersebut lebih sering terjadi pada spondylolisthesis dengan grade
yang tinggi. Pada kebanyakan kasus jarang dijumpai deficit neurologic pada
20
spondylolisthesis grade rendah. Nyeri radikular dapat dijumpai pada
spondylolisthesis grade tinggi. Biasanya berhubungan dengan nyeri yang
menyebar di bawah lutut berupa rasa baal dan tingling sesuai dengan distribusi
dermatom yang tampak sebagai gejala radikulopati karena stenosis foramen
vertebralis yang terjadi akibat spondylolisthesis dan herniasi diskus.
Karena lisis yang terjadi terbentuk fibrokartilago yang menyebabkan
terjepitnya serabut saraf.
- Spondylolisthesis grade tinggi menimbulkan klaudikasio neurogenik atau
gejala akibat terjepitnya kauda equina
- Rasa nyeri diprovokasi oleh aktivitas seperti aktivitas yang mengakibatkan
ekstensi tulang belakang
- Pasien spondylolisthesis akut sebaiknya tidak melakukan aktivitas
yangmemberikan tekanan berlebihan pada tulang belakang (seperti berlari,
melompat)
- Posisi duduk dapat mentoleransi rasa nyeri tersebut
Pemeriksaan Penunjang : MRI
Terapi :
a. Terapi konservatif
- Modifikasi aktivitas, bed rest
- NSAID
- Latihan dan penguatan, peregangan otot
- Bracing
b. Terapi pembedahan
Indikasi intervensi bedah (fusi) pada pasien dewasa adalah:
- Tanda neurologis radikulopati (yang tidak berespon dengan terapi
konsrvatif)
- Klaudikasio neurogenik
- Pergeseran berat (high grade slip>50%)
- Pergeseran tipe I dan Tipe II, dengan bukti adanya instabilitas,
progresifitas listesis, dan kurang berespon dengan terapi
konservatif
- Spondylolisthesis traumatik
21
- Spondylolisthesis iatrogenik
- Listesis tipe III (degeneratif) dengan instabilitas berat dan nyeri
hebat
- Deformitas postural dan abnormalitas gaya berjalan (gait
abnormality)
Yang termasuk terapi pembedahan :
- fusi
- reduksi
- dekompresi
- fiksasi
b) SPINA BIFIDA
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh
kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa di daerah itu ada
tersembunyi suatu spina bifida okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus
di daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat
itu tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum.
Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si
penderita dirasakan sebagai nyeri pinggang.
22
c) STENOSIS KANALIS VERTEBRALIS
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit
telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita
berumur 35 tahun.
Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita
jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila
ia duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan
sambil membungkuk.
23
d) SPONDYLOSIS LUMBAL
Spondylosis adalah sejenis penyakit rematik yang menyerang tulang
belakang (spine osteoarthritis) yang disebabkan oleh proses degenerasi
sehingga mengganggu fungsi dan struktur tulang belakang. Spondylosis dapat
terjadi pada level leher (cervical), punggung tengah (thoracal), maupun
punggung bawah (lumbal). Proses degenerasi dapat menyerang sendi antar
ruas tulang belakang, tulang dan juga penyokongnya (ligament).
PEMERIKSAAN
Apabila menemukan gejala tersebut dokter biasanya menanyakan keluhan
dan melakukan pemeriksaan fisik seperti nyeri tekan dan jangkauan gerak.
Setelah itu apabila dianggap perlu, dokter akan menyarankan penderita
melakukan berbagai pemeriksaan misalnya X-ray, CT-scan atau MRI.
24
TERAPI
Penanganan bervariasi tergantung penilaian dokter akan kondisi dan gejala
pasiennya. Secara umum ada penanganan bedah dan non-bedah. Penanganan
bedah baru disarankan apabila penderita menampilkan gejala gangguan
neurologis yang mengganggu kualitas hidup penderita. Selain itu dokter juga
memperhatikan riwayat kesehatan umum pasien dalam menyarankan tindakan
bedah. Apabila tidak perlu, maka dokter akan menyarankan penanganan non
bedah yang meliputi pemberian obat antiradang (NSAID), analgesik, dan obat
pelemas otot. Selain itu apabila perlu dokter dapat menganjurkan pemasangan
alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya untuk meregangkan dan
menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas dan stimulasi listrik
juga dapat membantu melemaskan otot. Dan yang tak kalah pentingnya adalah
exercise. Dengan exercise maka otot-otot yang lemah dapat diperkuat, lebih
lentur dan memperluas jangkauan gerak.
PENYEBAB
Tidak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan pada seseorang terjadi
proses degenerasi pada sendi tersebut sedangkan orang lain tidak. Tapi ada
beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau mencetuskan penyakit
ini. Faktor usia dan jenis kelamin salah satunya, semakin tua semakin banyak
penderita spondylosis. Dari temuan radiografik (Holt, 1966) kejadiannya 13%
pada pria usia 30-an, dan 100% pada pria usia 70-an. Sedangkan pada wanita
umur 40-an 5% dan umur 70-an 96%. Faktor lain yang turut meningkatkan
kejadian spondylosis adalah faktor trauma, ’wear and tear’ alias pengausan,
dan genetik. Perlu diingat bahwa tulang punggung adalah penahan berat, jadi
tentunya berhubungan dengan pekerjaan dan obesitas. Misalnya orang yang
mempunyai pekerjaan sering mengangkat beban berat maka kecenderungan
terkena spondylosis lebih tinggi, dan orang yang gemuk dengan sendirinya
juga memberi beban lebih pada sendi di ruas tulang punggung sehingga
25
meningkatkan kemungkinan terkena spondylosis. Merokok juga dilaporkan
merupakan faktor resiko penyakit ini.
PENCEGAHAN
Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa
cepat proses degenerasi terjadi pada tulang punggung kita, maka ada beberapa
hal yang dapat kita lakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya
spondylosis. Data ini diambil dari website Mayo Clinic.
1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya berlari.
Pilih jenis olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan peregangan dan
kelenturan.
2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan
otot, kelenturan, dan jangkauan gerak.
3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu
lama. Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerja
di depan komputer, ataupun mengemudi.
4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu
pada satu kaki bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat
barang berat lebih baik tekuk tungkai dan tetap tegak.
5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu
mencegah terjadinya cedera bila ada trauma.
6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya
spondylosis.
e) SPONDYLITIS
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini
merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama
mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai
akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang
belakang.
26
f. SPONDYLOARTHROSIS
Degenerasi yang terjadi pada sambungan ruas tulang belakang.
FAKTOR RESIKO TERKENA LOW BACK PAIN
1. Para pekerja yang terlalu lama duduk atau berdiri
2. Orang yang tidak pernah melakukan olahraga fisik secara teratur
3. Orang yang bekerja dengan menggunakan punggung secara berlebihan sehingga
punggung banyak mengalami penekanan atau getaran
4. Orang yang sering mengangkat beban yang berat
5. Usia lanjut
6. Jenis Kelamin : pria > wanita
Low Back Pain terjadi pada daerah antara daerah pinggang, yaitu pada daerah
sacral, pelvis, dan lumbal. Selain itu, nyeri juga dapat menjalar sampai pada
ekstremitas bagian bawah yaitu pada kaki bagian belakang dan samping luar.
27
PEMERIKSAAN
A. Anamnesa
Urutan pencatatan anamesa dalam pembuatannya adalah:
Keluhan Pasien :
- Lokasi rasa nyeri (terlokalisir pada satu daerah atau menjalar ke tempat yang
lain)
- Lama dan awal mula terjadinya rasa nyeri (mendadak / lambat laun)
- Waktu terjadinya rasa nyeri (pagi hari saat bangun tidur / malam hari sewaktu
tidur)
- Rasa nyeri itu sendiri (terasa tajam dengan lokasi yang jelas atau nyeri yang
tidak tajam dan difus)
- Faktor-faktor lain yang dapat mengurangi nyeri (dipijat, diberi balsam)
- Trauma atau faktor pencetus lain (penyakit) yang menyertai
- Faktor-faktor lain yang membuat nyeri bertambah hebat
28
B. Inspeksi
Sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut, observasi dulu pasien ketika
mereka masuk kamar periksa dokter.
- Perhatikan cara jalannya ( membungkuk, bahu terangkat, skoliosis)
- Perhatikan ketika pasien berdiri dan duduk
- Suruh pasien untuk membuka baju dan menunjukkan daerah yang terasa nyeri
(dengan melakukan hal ini, dokter dapat menentukan tingkat keparahan
penyakit dan pasien dapat memperlihatkan anggota tubuh mana saja yang
tidak mampu bergerak)
C. Palpasi
Pada palpasi, dokter dapat mengevaluasi sebereapa jauh peregangan yang
dapat dilakukan pasien, refleks dan rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Dokter
biasanya menyuruh pasien untuk menggerakan pinggang supaya dapat diketahui
seberapa banyak gerak yang masih dapat dilakukan oleh pasien. Untuk problem
lain yang tidak berhubungan dengan spinal tapi dapat menyebabkan nyeri
pinggang, seperti ketidaklancaran sirkulasi darah, beritahukan kepada dokter
gerakan dan posisi apa saja yang dapay menyebabkan rasa nyeri.
1. Pemeriksaan Fungsi Motorik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Berjalan dengan menggunakan tumit
b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit
c. Jongkok dan gerakan bertahan (seperti mendorong tembok)
2. Pemeriksaan Fungsi Sensorik
a. Nyeri dalam otot
b. Rasa gerak
3. Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi
terjadinya lesi pada saraf spinal.
29
Respon refleks yang negatif dari patela mengindikasikan adanya iritasi
atau tekanan pada saraf di daerah L2 – L4. Sedangkan jika respon refleks dari
Achilles negatif mengindikasikan adanya tekanan atau iritasi pada saraf di
daerah S1 dengan kemungkinan adanya penonjolan diskus intervertebralis di
daerah L5 – S1.
Namun apabila terjadi hiperrefleks dari tendon, terlebih jika tidak teratur,
harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap sistem saraf pusat.
PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Test Lasegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0°) didorong ke arah
muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.
30
b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan atau pada sendi
sakroiliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, rotasi, dan ekstensi.
c. Test Kebalikan Patrick
Dilakukan gerakan gabungan antara fleksi, adduksi, endo-rotasi dan ekstensi
meregangkan sendi sakroiliaka. Apabila tes ini positif menunjukkan sumber nyeri
di sakroiliaka.
31
d. Test Naffziger
Dapat dilakukan pada waktu penderita berbaring atau berdiri dengan
penekanan sejenak pada vena jugularis interna di kedua belah sisi sampai
menimbulkan rasa nyeri yang bersifat iskhialgia.
e. Test Rectal Toucher
Pemeriksaan dengan rectal toucher dapat dilakukan apabila diperlukan.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menyelidiki proses patologi di daerah antara
rectum dan sacrum. Jangan lupa juga untuk melakukan palpasi pada otot di daerah
pelvis.
32
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Darah
33
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab lain dari Low
Back Pain. Pemeriksaan yang dilakukan diharapkan dapat menunjang diagnosis
dan terapi pengobatan terhadap pasien sesuai dengan penyakitnya. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan Laju Endap Darah (LED).
2. Urine
Pemeriksaan urine juga dilakukan untuk menunjang diagnosis dan terapi
pengobatan sesuai dengan penyakitnya.
Pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan adalah :
a) Alkali fosfatase
b) Acid fosfatase (pada pria)
c) Serum kalsium
d) Serum fosfat
e) Serum elektroforase
f) Urine : zat telur BENCE-JONES
g) Spuntum : pemeriksaan basil TBC
3. Liquor
Pemeriksaan ini dilakukan apabila terdapat indikasi penyakit yang menyerang
tulang, seperti kanker tulang. Pemeriksaan dilakukan dengan pengambilan cairan
spinal.
FOTO
1. Bone Scan
Bone scan jarang diperlukan sebagai evaluasi nyeri pinggang bawah akut.
Bone scan sangat menolong dalam keadaan dimana dicurigai terdapat tumor,
infeksi, radang, atau retak. Bone scan terbatas oleh resolusi mengenai ruang
anatomi yang secara relatif lemah terhadap tulang belakang. Suatu temuan bone
scan biasanya diikuti konfirmasi yang imaging seperti MRI atau CT Scan, yang
menyediakan detail anatomi lebih besar mengenai tulang belakang.
34
2. X-Ray
X-Ray adalah gambar radiologi yang mengevaluasi tulang, sendi, dan luka
degeneratif pada spinal. Gambaran X-ray dapat membantu diagnosa penyebab dan
lokasi sakit punggung.X-Ray digunakan untuk menentukan ruas tulang punggung
yang mengalami cederas. Serta dapat pula untuk menunjukan struktur tulang atau
vertebral yang mengalami retak. Sedangkan jaringan ikat dan otot yang terluka
atau dalam kondisi sakit atau bengkak tidaklah dapat di terlihat dengan
menggunakan X-Ray. X-Ray adalah cara pemeriksaan secara noninvasive, dengan
prosedur tanpa rasa sakit.
Sekarang X-Ray sudah jarang dilakukan sebab sudah banyak peralatan lain
yang dapat meminimalisir waktu penyinaran. X-ray merupakan tes yang
sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukkan keabnormalan pada tulang.
Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi
nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang
lainnya seperti MRI atau CT scan.
35
Beberapa Pemeriksaan Penunjang Lainnya:
1. Myelografi
Myelogram adalah pemeriksaan X-ray pada spinal cord dan canalis spinalis.
Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikkan ke canalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluoroscopic dan gambar x-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa
pada penyakit yang berhubungan diskus intervertebralis, tumor spinalis atau untuk
abses spinal.
2. MRI Scan (Magnetic Resonance Imaging) dan CT / CAT Scan
MRI telah menunjukan kepekaan sempurna dalam hasil diaknosa herniasi
cakram lumbal dan dipertimbaangkan sebagai imaging utama. MRI dapat
mendeteksi kelainan abnormal walaupun asimptomatik. Sehingga MRI menjadi
pilihan utama. Indikasi MRI tulang belakang adalah pasien dengan penyakit saraf
36
progresif atau cauda equina sindrom dan pasien degan resiko tinggi terkena
penyakit infeksi.
MRI tidak perlu dilakukan pada semua pasien. Hasil dari MRI digunakan
untuk memandu perawatan pasien. MRI mungkin akan sangat menolong
perawatan yang berhubungan dengan pembedahan. Hasil MRI juga sangat
bermanfaat untuk menentukan tingkat penyakit pasien.
CT Scan menyediakan gambaran anatomi superior dari tulang belakang dan
resolusi baik untuk herniasi cakram. Kepekaannya untuk mendeteksi herniasi
cakram ketika digunakan tanpa myelography lebih rendah dari MRI. CT Scan
dengan myelography juga tidak bermanfaat untuk mendeteksi beberapa
penyakit.CT Scan paling baik digunakan ketika dijumpai bentukan fraktur, tetapi
dapat digunakan untuk mendeteksi luka pada cakram yang tidak dapat dideteksi
dengan MRI.
CT atau CAT Scan (Computerized Axial Tomography) merupakan tes yang
tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pada otak, bahu,
abdomen, pelvis, spinal dan ekstremitas.
37
MRI Scan dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas
daripada CT Scan. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian
sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus
intervertebralis, nervus dan jaringan tissue pada punggung.
Selain itu, MRI juga dapat mendeteksi :
a. Hernia, ruptur pada diskus intervertebralis
b. Penyakit degeneratif pada diskus intervertebralis
c. Tumor pada spina atau pada saraf spina
d. Fraktur pada vertebra
e. Lesi pada jaringan tissue (benigna atau maligna)
MRI
38
Keunggulan dari MRI adalah dokter dapat melihat bagian dalam tubuh tanpa
harus melakukan pembedahan.
3. EMG / NCS (Nerve Conduction Study)
EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non-invasif yang digunakan untuk
pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki.
EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :
- Adanya kerusakan pada saraf
- Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik)
- Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimal atau distal)
- Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
- Mungkin juga untuk memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf
Hasil dari tes EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi
fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya, yaitu
pembedahan.
39
PENGOBATAN
Obat
1. Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
- Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat
golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena bahaya
terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya : Morfin,
heroin, dll.
- Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti
piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi.
Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :
a) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik.
Contohnya : Aspirin
Dosis Aspirin:
Sebagai anlgesik 600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari
Sebagai antiinflamasi 750 – 1500 mg, diberikan 4 x sehari
Kontraindikasi:
Penderita tukak lambung
Resiko terjadinya pendarahan
Gangguan faal ginjal
Hipersensitifitas
Efek samping:
Gangguan saluran cerna
Anemia defisiensi besi
Serangan asma bronkial
40
b) Golongan Paraaminofenol
Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman
untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.
Dosis terapi: 600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari
c) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita,
lebih kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang.
Dosis terapi: 0,5 – 1 gram, diberikan 3 x sehari
d) Golongan asam organik yang lain
i. Derivat asam fenamat
Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam
flufenamat, dan Na - meclofenamat. Golongan obat ini sering
menimbulkan efek samping terutama diare. Dosis asam mefenamat
sehari yaitu 4x500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari adalah
3-4 kali 100 mg.
ii. Derivat asam propionat
Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid
(AINS) yang relatif baru, yang juga mempunyai khasiat anal getik
dam anti piretik. Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen,
naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.
iii. Derifat asam asetat
Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain
mempunyai efek anti inflamasi yang kuat, juga mempunyai efek
analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali sehari.
iv. Derifat Oksikam
Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali
sehari.
2. Golongan Non-Steroidal Anti Iflammatory Drugs (NSAIDS)
Obat NSAIDS merupakan sekelompok obat yang heterogen, akan tetapi
mempunyai banyak persamaan, baik efek terapeutik maupun efek samping. Obat
NSAIDS merupakan kelompok obat yang paling sering di resepkan di seluruh
41
dunia danmerupakan salah satu obat yang paling sering digunakan dibidang
reumatologi. NSAIDS mempunyai beberapa efek farmakodinamika, yaitu efek
antiinflamasi, antipiretik, antiplatelet, dan analgetik. NSAIDS sering digunakan
sebagai obat lini pertama untuk mengatasi proses inflamasi. Sebagai analgesik,
NSAIDS menghambat nyeri baik di perifer maupun di sentral.
Beberapa obat yang dapat digunakan ialah:
a) Voltadex 50mg
b) Piroxicam 20mg
c) Aspirin
d) Naproxen
e) Ibuprofen
3. Golongan muscle-relaxants dan narkotika juga dapat digunakan, namun hanya
untuk jangka pendek.
4. Pengobatan per injeksi juga biasanya dilakukan yaitu dengan menggunakan
anastesi lokal / dan steroid untuk mengurangi rasa sakit dengan disuntikkan di
daerah yang terasa nyeri, yaitu secara intra muskular atau subcutaneus, atau pada
daerah di sekitar saraf tulang belakang (epidural).
5. Obat-obat lain untuk penyakit yang menyertai Low Back Pain.
FISIOTERAPI
1. Alat
a. Istirahat (Bed rest) selama 3 – 5 hari, kecuali pada scoliosis yang disertai nyeri
radikuler hebat atau diskus hernia setidaknya butuh 5 minggu.
42
b. Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi Low
Back Pain, penahan yang biasa digunakan adalah korset yang dapat massage
pada membungkus punggung dan perut.
c. Pemijatan atau neuromuskular (Trigger Point Therapy)
43
d. Ultrasound
Untuk menghangatkan
e. Nucleoplasty
44
f. Terapi panas
g. Radiofrequency Lesioning, yaitu dengan menggunakan impuls listrik untuk
merangsang saraf.
45
h. Traksi punggung
i. Akupuntur
46
j. Spinal Endoskopi, dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk
memindahkan atau menghilangkan jaringan scar.
k. ElektroThermal Disc Decompression
47
LATIHAN
a. Double knee to chest
b. Pelvic tilt exercise
c. Lying Supine Hamstring Stretch
48
d. Sitting Leg Stretch
e. Hip and Quadriceps Stretch
49
OPERASI
Di dalam kasus yang serius, ketika kondisi tidak bereaksi terhadap terapi lain,
operasi bisa membebaskan rasa nyeri yang disebabkan oleh permasalahan pinggang
atau luka muskuloskeletal yang serius. Beberapa prosedur operasi bisa dilakukan di
ruang praktik dokter di bawah pengaruh anestesi lokal, sementara prosedur operasi
lainnya memerlukan opname. Bisa memerlukan waktu berbulan-bulan sebelum pasien
sembuh total., dan pasien bisa saja mengalami kelumpuhan fleksibilitas yang
permanen. Sejak operasi pinggang secara invasif tidak selalu berhasil, seharusnya
operasi dilakukan hanya kepada pasien dengan kelainan neurologik yang progresif
atau kerusakan pada saraf perifer.
1) Discectomi
Adalah salah satu cara yang umum untuk menghilangkan tekanan pada saraf
di tulang. Selama operasi, ahli bedah mengeluarkan bagian kecil dari lamina untuk
menghilangkan obstruksi.
2) Intra Discal Electrothdermal Therapy (IDET)
Ialah penggunaan energi panas untuk terapi nyeri yang dihasilkan dari
pembengkakan sendi atau tulang retak. Suatu jarum khusus dimasukan lewat suatu
cateter ke dalam cakram dan dipanasi dengan temperatur tinggi selama 20 menit.
Panas yang tinggi tersebut akan mengurangi bengkak dan rasa nyeri pada saraf
tulang belakang
50
3) Nucleoplasty
Menggunakan energi radiofrekuensi untuk mengobati pasien dengan nyeri
pinggang bawah akibat herniasi saraf tulang belakang. Dipandu dengan x-ray,
suatu instrumen seperti tongkat dimasukkan melalui suatu jarum cakram tulang
belakang untuk membuat suatu saluran yang memungkinkan material cakram
tulang belakang dipindahkan. Tongkat tersebut akan memanaskan dan
menyusutkan jaringan, dan menutup dinding cakram tulang belakng. Beberapa
saluran dibuat tergantung pada berapa banyak kebutuhan akan material cakram
yang akan dipindahkan.
51
4) Radiofrequency Lesioning
Adalah suatu prosedur yang menggunakan impuls listrik untuk menghalangi
konduksi saraf (termasuk konduksi sinyal nyeri) selama 6 sampai 12 bulan.
Menggunakan panduan x-ray, sebuah jarum khusus dimasukkan ke dalam jaringan
saraf di daerah yang terinfeksi. Jaringan di sekitar jarum dipanaskan selama 90-
120 detik, menghasilkan kerusakan pada saraf tersebut.
5) Spinal Fusion
Digunakan untuk menguatkan tulang belakang dan mencegah rasa sakit waktu
bergerak. Cakram tulang belakang di antara dua atau lebih tulang vertebra yang
dipindahkan dan tulang vertebra yang bersebelahan disatukan dengan bone graft
atau bahan metal yang diperkuat dengan sekrup. Spinal fusion bisa menyebabkan
kehilangan fleksibilitas tulang belakang dan memerlukan waktu penyembuhan
yang lama dan membuat bone graft tersebut tumbuh dan menyatukan tulang
vertebra.
52
6) Spinal Laminectomy
Yang dikenal juga sebagai dekompresi spinal, meliputi pemindahan lamina
(biasanya di kedua sisi) untuk melebarkan saluran spinal dan mengurangi tekanan
pada saraf tulang belakang.
53
7) Prosedur lain yang berhubungan dengan pembedahan untuk mengurangi rasa sakit
yang kronis meliputi Rhizotomy ( pemotongan akar saraf spinal ), dimana saraf
yang dekat dengan spinal cord dipotong untuk mehilangkan transmisi saraf dan
semua rasa dari area dimana tubuh mengalami nyeri.
8) Cordotomy
Dimana bundle serabut saraf pada satu atau kedua sisi spinal cord dengan
sengaja dipotong untuk menghentikan transmisi sinyal nyeri kepada otak dan
operasi zona untuk memasukkan akar saraf di dorsal (DREZ), dimana transmisi
sinyal nyeri dihilangkan secara operasi.
54
SARAN dan LARANGAN
Hindari kebiasaan yang kurang benar sewaktu :
1. Berdiri
a. Jangan memakai sepatu dengan tumit terlalu tinggi
b. Jangan berdiri terlalu lama, tanpa diselingi gerakan seperti jongkok atau duduk
2. Berjalan
a. Jangan berjalan secara tergesa-gesa dan membungkuk
b. Jangan membawa beban berat sambil membungkuk
3. Duduk
a. Jangan duduk terlalu lama di tempat duduk yang tidak memenuhi syarat
kesehatan atau tidak ergonomis
55
b. Jangan menulis sambil membungkuk terlalu lama
4. Tidur
a. Jangan tidur tanpa alas sama sekali (di lantai)
b. Jangan menggunakan alas tidur yang tipis (tikar) dan keras serta yang tidak
mengikuti kontur tulang belakang
c. Tidur memakai bantal guling
56
SARAN
1) Selalu melakukan pemanasan sebelum melakukan olahraga atau aktivitas fisik
berat lainnya
2) Perhatikan posisi tubuh ketika berdiri dan berjalan agar tidak membungkuk
3) Apabila duduk saat bekerja dalam waktu yang lama sebaiknya duduk di kursi
dengan sandaran yang tinggi sesuai dengan postur tubuh kita. Sering mengganti
posisi duduk dan secara periodik berjalan mengelilingi kantor atau malakukan
peregangan otot ringan dapat mengurangi ketegangan.
4) Hindari sepatu berhak tinggi (high heels)
5) Tidurlah pada kasur yang memiliki permukaan yang keras
6) Janganlah mengangkat barang yang berat-berat. Mintalah bantuan kepada orang
lain untuk membantu mengangkat barang berat.
7) Atur konsumsi makanan dan asupan gizi agar berat badan tidak berlebihan,
terutama di sekitar pinggang yang dapat menimbulkan lemak yang dapat
membebani otot pinggang bawah. Makanan kita harus cukup mengandung zat
kapur, fosfor, dan vitamin D yang dapat membantu pembentukan tulang baru.
57
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI. 1996.
Lumbantobing SM, Tjokronegoro A, Junada A. Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1983
Sidharta, Priguna, M.D., Ph.D. Neurologis klinis dalam praktek umum. Jakarta: Dian
Rakyat. 1999.
www.eorthopod.com
www.backpainforum.com
www.hughston.com
www.healthcare.uiowa.edu
www.emedicine.com
www.spineuniverse.com
www.bami.us
www.stringchiropractice.com.au
www.nim.nih.gov
www.chinese_holotic-health_exercise.com
58
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN......................................................................................................1
DEFINISI...................................................................................................................3
EPIDEMIOLOGI.......................................................................................................5
ANATOMI.................................................................................................................6
GEJALA KLINIS.......................................................................................................11
PEMERIKSAAN.......................................................................................................24
PENGOBATAN.........................................................................................................40
SARAN DAN LARANGAN.....................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................58
59