Makalah kebakaran hutan riau

21
MAKALAH PENCEMARAN UDARA “Kualitas Udara Akibat Kebakaran Hutan di Riau” OLEH: KELOMPOK 6 1. ANNISA DWINTA 1210941009 2. RANDA ANUGERAH 1210942015 3. DEAN EKA PUTRI 1210942021 4. MIRA SRI MAGHDALENA 1210942031 5. YUNITA MAHARANI 1210942041 DOSEN: VERA SURTIA BACHTIAR, Ph.D JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

Transcript of Makalah kebakaran hutan riau

Page 1: Makalah kebakaran hutan riau

MAKALAH

PENCEMARAN UDARA

“Kualitas Udara Akibat Kebakaran Hutan di Riau”

OLEH:

KELOMPOK 6

1. ANNISA DWINTA 1210941009

2. RANDA ANUGERAH 1210942015

3. DEAN EKA PUTRI 1210942021

4. MIRA SRI MAGHDALENA 1210942031

5. YUNITA MAHARANI 1210942041

DOSEN:

VERA SURTIA BACHTIAR, Ph.D

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2013

Page 2: Makalah kebakaran hutan riau

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera.

Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir

Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok

besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan)

yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini

dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau

adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi,

Bengkalis, Bangkinang dan Rengat.

Luas wilayah provinsi Riau adalah 87.023,66 km², yang membentang dari lereng Bukit

Barisan hingga Selat Malaka. Riau memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan

berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun, serta rata-rata hujan per tahun sekitar 160

hari.

Provinsi ini memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi,

berupa minyak bumi dan gas, serta emas, maupun hasil hutan dan perkebunannya. Seiring

dengan diberlakukannya otonomi daerah, secara bertahap mulai diterapkan sistem bagi hasil

atau perimbangan keuangan antara pusat dengan daerah. Aturan baru ini memberi batasan

tegas mengenai kewajiban penanam modal, pemanfaatan sumber daya, dan bagi hasil dengan

lingkungan sekitar.

1.2 Rumusan Masalah

a. Penyebab terjadinya kebakaran hutan di Riau?

b. Bagaimana kualitas udara yang terjadi akibat pembakaran hutan tersebut?

1.3 Tujuan

a. Untuk mendapatkan kualitas udara akibat kebakaran hutan di Riau

b. Untuk mengetahui dampak dari kebakaran hutan tersebut

Page 3: Makalah kebakaran hutan riau

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Riau

1.1. Lokasi

Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera.

Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir

Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok

besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan)

yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini

dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau

adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi,

Bengkalis, Bangkinang dan Rengat.

Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya

didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam, karet, kelapa sawit dan

perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan yang merajalela telah mengurangi luas hutan

secara signifikan, dari 78% pada 1982 menjadi hanya 33% pada 2005.[6] Rata-rata 160,000

hektar hutan habis ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektar pada tahun

2009.[7] Deforestasi dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan produksi kertas

telah menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu di provinsi ini selama bertahun-

tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Gambar 1. Propinsi Riau di Indonesia

1.2. Penduduk

Jumlah penduduk provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Riau tahun

2010 sebesar 5.543.031 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak

adalah Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk 903.902 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota

Page 4: Makalah kebakaran hutan riau

dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Meranti yakni sebesar

176.371 jiwa.

Suku Bangsa

Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Mereka terdiri dari Jawa

(25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak (7,31%), Banjar (3,78%), Tionghoa (3,72%), dan

Bugis (2,27%). Suku Melayu merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari

seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai,

Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri

Hilir. Namun begitu, ada juga masyarakat asli bersuku rumpun Minangkabau terutama yang

berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu.

Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada

sebagai Minangkabau ataupun Batak.

Abad ke-19, masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan dan Bugis dari Sulawesi Selatan,

juga mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di Kabupaten Indragiri Hilir

khususnya Tembilahan. Di bukanya perusahaan pertambangan minyak Caltex pada tahun

1940-an di Rumbai, Pekanbaru, mendorong orang-orang dari seluruh Nusantara untuk

mengadu nasib di Riau.

Suku Jawa dan Sunda pada umumnya banyak berada pada kawasan transmigran. Sementara

etnis Minangkabau umumnya menjadi pedagang dan banyak bermukim pada kawasan

perkotaan seperti Pekanbaru, Bangkinang, Duri, dan Dumai. Begitu juga orang Tionghoa

pada umumnya sama dengan etnis Minangkabau yaitu menjadi pedagang dan bermukim

khususnya di Pekanbaru, serta banyak juga terdapat pada kawasan pesisir timur seperti di

Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat dan Bengkalis.

Selain itu di provinsi ini masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di

pedalaman dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, dan

Suku Laut.

Gambar 2. Kantor Gubernur Riau

Page 5: Makalah kebakaran hutan riau

1.3. Keadaan Alam Riau

Daerah Riau daratan sebagian besar terdiri dari hutan-hutan, hutan primer dan hutan sekunder

dan tidak kurang pula di sana-sini terdapat rawa-rawa, bencah-bencah, tasik-tasik, danau-

danau, serta pantainya yang landai. Pada umunya Riau daratan ini merupakan tanah rendah

dan bukit-bukit yang terdapat dekat perbatasan dengan daerah Sumatera Barat dan Tapanuli,

yaitu kaki Bukit Barisan. Daerah yang tertinggi 1.019 meter dari permukaan laut.

Sementara daerah Riau kepulauan terdiri dari gugusan-gugusan pulau-pulau dekat perairan

Malaysia dan menjorok masuk ke Laut Cina Selatan dan dekat dengan pantai Kalimantan

Barat dengan jumlah 513 pulau. Gugusan pulau-pulau itu adalah: Gugusan pulau-pulau

Bintan, Gugusan pulau-pulau Lingga, Gugusan pulau-pulau Serasan, Gugusan pulau-pulau

Tambelan, Gugusan pulau-pulau Tujuh, Gugusan pulau-pulau Bunguran, Gugusan pulau-

pulau Natuna, Gugusan pulau-pulau Karimun.

1.3.2. Iklim

Iklim yang yang menyelimuti Riau adalah tropis dengann temperatur terendah 23 derajat

Celcius dan tertinggi 30 derajat Celcius. Kelembaban udaranya sekitar 88 derajat, sedangkan

curah hujannya rata-rata 2.000 milimeter per tahun.

Seperti daerah tropis lainnya, masyarakat Kepulauan Riau juga mengenal musim kemarau

dan penghujan. Selain musim yang umumnya dikenal oleh masyarkat tropis, mereka juga

mengenal adanya musim yang didasarkan pada arah angin.  

Pada saat-saat angin bertiup dari arah uta, maka pada saat itu disebut sebagai musim utara.

Ketika angin bertiup dari arah selatan, maka pada saat itu disebut musim selatan. Kemudian,

pada saat angin bertiup dari arah timur, maka pada saat itu disebut musim timur. Begitu pun

dengan angin barat.

Istilah tambahan musim di Riau menandakan bahwa kebudayaan masyarakat Riau adalah

Maritim atau kelautan. Sejarah pun mencatat bahwa selat Malaka adalah daerah strategis

perdagangan Internasional. Bahkan pernah menjadi salah satu pusat kerjaan Melayu, yakni

Kerajaan Melayu Riau-Lingga.

1.4. Jenis Vegetasi

Riau mendukung keberadaan beragam jenis hutan dikarenakan kondisi geologinya yang

kompleks, jenis cuaca, cakupan lahan dan ketinggiannya pada permukaan bumi. Kandungan

Page 6: Makalah kebakaran hutan riau

tanah di Riau pada umumnya berisi bebatuan pra tersier yang berupa metamor dengan

sendimen yang terbatas. Jenis tanahnya pada umunya terdiri atas: organosol dan clay, humik,

podsol, podsolik, lotosol, dan latosol yang mengandung granit.

Page 7: Makalah kebakaran hutan riau

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kerusakan Hutan

Hutan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi

terbatas dan hutan produksi konversi. Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas

keadaan susunan tanah dan isinya sehingga selain memanfaatkan harus diperhatikan pula

kelestariannya.

Luas hutan berdasarkan Laporan Dinas Kehutanan Provinsi Riau adalah 8,6 juta hektar. Bila

dirinci menurut fungsinya seluas 228.793,82 hektar (2,66 persen) merupakan hutan lindung,

kemudian  1.605.762,78 hektar (18,67 persen) adalah hutan produksi tetap,  1.815.949,74

hektar (21,12 persen) adalah hutan produksi terbatas dan 531.852,65 hektar (6,19 persen)

adalah hutan suaka alam dan seluas 4.277.964,39 hektar (49,75) merupakan hutan produksi

konversi.

Luas lahan kritis dalam kawasan hutan  berdasarkan tata guna hutan di Provinsi Riau pada

tahun 2012 tercatat seluas 1,2 juta hektar dengan lokasi terluas ada di Kabupaten Indragiri

Hilir 229.319,24 hektar atau 19,18 persen diikuti Kabupaten Kampar seluas 181.291,18

hektar atau 15,16 persen dan Kabupaten Rokan Hilir seluas 143.983,50 hektar atau 12,04

persen.

Setiap tahun terjadi kebakaran hutan dan lahan. Kejadian ini sudah menjadi issu penting dan

merupakan sebuah rutinitas yang menghabiskan APBN dan APBD yang cukup besar

jumlahnya untuk pemadaman kebakaran. Belum lagi kalau dihitung dampak kesehatan

terhadap jutaan masyarakat yang terkena dampak dari asap yang ditimbulkan.

Pembangunan kehutanan pada hakekatnya mencakup semua upaya memanfaatkan dan

memantapkan fungsi sumber daya alam hutan dan sumber daya alam hayati lain serta

ekosistemnya, baik sebagai pelindung dan penyangga kehidupan dan pelestarian

keanekaragaman hayati maupun sebagai sumber daya pembangunan. Namun dalam

realitanya tiga fungsi utamanya sudah hilang, yaitu fungsi ekonomi jangka panjang, fungsi

lindung, dan estetika sebagai dampak kebijakan pemerintah yang lalu.

Hilangnya ketiga fungsi diatas mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan

oleh pengusahaan hutan yang mengabaikan aspek kelestarian. Efek selanjutnya adalah

Page 8: Makalah kebakaran hutan riau

semakin menurunnya produksi kayu hutan non HPH, sementara upaya reboisasi dan

penghijauan belum optimal dilaksanakan. Masalah lain yang sangat merugikan tidak saja

provinsi Riau pada khususnya tapi Indonesia pada umumnya, adalah masalah ilegal logging

yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan serta masalah pengerukan pasir secara liar.

Sampai Saat ini penanggulangan kebakaran hutan sebatas upaya pemadaman api pada saat

kebakaran terjadi. Sedangkan perencanaan menyeluruh belum dilakukan bahkan dalam

konfrensi pers yang dilakukan wakil gubernur riau yang juga menjabat sebagai ketua

pusdalkarhutha (Pusat pengendalian kebakaran hutan dan lahan) baru baru ini tidak

menggambarkan perencanaan yang utuh dalam penaggulangan kebakaran hutan dan lahan.

Penyebab Kebakaran hutan, antara lain:

Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.

Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa

mematikan api di perkemahan.

Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung

berapi.

Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka

lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.

Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat

menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

Fakta Kebakaran Hutan dan lahan di Provinsi Riau.

Berdasarkan pantauan satelit Modis (Terra dan Aqua) Periode September 2000 sampai Juli

2008 di wilayah Provinsi Riau Dijumpai 57972 titik api yang terdistribusi ke dalam 12

kabupaten/ kota. Kejadian ini hampir setiap tahun berulang ditempat yang sama terutama

pada kawasan bergambut.

Gambar 5. Distribusi Titik Api

Page 9: Makalah kebakaran hutan riau

Titik api tersebar pada dua tipe tanah, yaitu tanah mineral dan tanah gambut. Dari 57027 titik

api yang ditemukan 17259 titik api ditemukan pada tanah mineral atau 30,24% sedangkan

39813 atau 69,76% lainnya dijumpai pada tanah bergambut dengan kedalaman bervariasi.

Lihat gambar 1 dan tabel 1.

Gambar 6. Perbandingan Jumlah Titik Api pada Tanah Gambut dan Tanah Mineral

Penyebab Kebakaran Lahan Gambut

Pengelolaan lahan gambut pada umumnya dilakukan dengan cara membuat kanal sebagai

upaya pengeringan lahan tersebut untuk ditanami tanaman pertanain, perkebunan maupun

kehutanan. Akibat dari pembuatan kanal ini maka akan terjadi penurunan muka air pada

kawasan gambut. Pada musim kemarau terjadi kekeringan pada permukaan gambut,

sedangkan gambut dengan kadar air rendah akan sifatnya sangat mudah terbakar karena

mempunya kandungan karbon yang cukup tinggi.

Gambar 7. Perusahaan yang Terdeteksi Memiliki Titik Api

3.2 Hubungan Kebakaran Hutan Dengan Kesehatan Lingkungan

Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau, sangat berdampak terhadap kesehatan

manusia dan lingkungan. Hal ini disebabkan karena adanya zat-zat pencemar yang dihasilkan

Page 10: Makalah kebakaran hutan riau

dari kebakaran hutan itu sendiri seperti partikulat dan gas. Adapun partikulat dan gas yang

ditemukan antara lain:

1. PM 10

Particulate Matter 10 (PM10) merupakan salah satu pencemaran berbentuk partikulat.

PM10 adalah material yang terdispersi di udara, baik berbentuk padat maupun cair

yang berukuran diameter kecil dari 10 µm. PM10 terdiri atas partikel halus berukuran

kecil dari 2,5 µm dan sebahagian partikel kasar berukuran 2,5 sampai 10 µm.

2. CO

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai

rasa, titik didih -192º C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara.

Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon,

sering terjadi pada mesin pembakaran dalam.

3. Oksida Nitrogen (NO2)

Nitrogen oksida (NO2) adalah senyawa gas yang terdapat di udara bebas (atmosfir)

yang sebagian besar terdiri atas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta

berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih sedikit. Gas NO yang mencemari

udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak bewarna dan tidak berbau.

Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat

menyengat dan warnanya merah kecoklatan.

4. Oksida Sulfur

Merupakan polutan utama di udara adalah sulfur dioksida (SO2), adalah gas tidak

berwarna dengan bau yang kuat. Sulfur dioksida dapat bereaksi di atmosfer

membentuk sulfur trioksida (SO3). Sulfur trioksida dapat bereaksi dengan air

menghasilkan asam sulfat (H2SO4).

5. Ozon

Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari reaksi

fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat, karena itu pencemaran oleh ozon

troposferik dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi kesehatan manusia.

POLUTAN SUMBER DAMPAK

PM 10 Kabut asap, transportasi,

pembakaran batu bata, debu tanah,

kendaraan, pembakaran zat

menurunkan fungsi paru-paru pada

anak-anak

memperparah kondisi penderita

Page 11: Makalah kebakaran hutan riau

organik, sea spray. bronchitis

batuk, nafas pendek, penyakit paru-

paru, penyakit hati

CO Pembakaran tidak lengkap

terhadap karbon atau komponen

yang mengandung karbon

transportasi, pembakaran bahan

bakar minyak, industry

aktivitas vulkanik, pancaran listrik

dari kilat, emisi gas alami

Mengganggu proses oksigenesi

didalam tubuh

Sakit kepala, mual, pusing, nafas tak

teratur, suhu badan turun, shok,

peredaran darah tepi tidak lancar dan

bisa terjadi odema paru

NO2 pembakaran bahan bakar industri,

bangunan pembangkit listrik,

kompor gas, perapian, kebakaran

hutan, tanah pertanian yang

dipupuk berlebihan

timbulnya bintik-bintik pada

permukaan daun, menyebabkan

nekrosis atau kerusakan pada

jaringan daun

timbulnya Peroxy Acetil Nitrates

yang menyebabkan iritasi pada mata

menyebabkan kesulitan bernafas

menurunkan visibilitas

SO2 Pembakaran batubara pada

pembangkit listrik

proses peleburan logam

Hujan asam

kerusakan permanent pada paru-paru

gangguan pernapasan

Menimbulkan iritasi glukosa yang

dapat menimbulkan arimitis,

bronpitis

Ozon (O3) Reaksi fotokimia

Emisi gas buang berupa NOx

Gangguan keseimbangan otot mata,

gangguan penglihatan, gangguan

adaptasi ruang gelap, mulut kering,

perubahan pada alat pengecap,

gangguan kosentrasi berpikir, nyeri

dada, lemah kaki dan tangan, susah

tidur dan batuk.

Page 12: Makalah kebakaran hutan riau

Penyakit paru-paru dan tumor paru

Kualitas udara pada provinsi Riau bahkan kawasan lain saat ini sangat memprihatinkan.

Kabut asap tebal dijumpai dimana-mana. Banyak dari masyarakat yang telah terjangkit

penyakit khususnya penyakit ISPA. Dampak lain yang ditimbulkan dari kebakaran ini antara

lain:

1. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997

menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer

(sumber majala Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di

seluruh dunia pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton.

2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap

atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies

endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.

3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di

saat musim kemarau.

4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan

lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.

5. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang

mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.

6. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini

dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan

baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.

7. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan

kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut

dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita

TBC/asma.

8. Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan

masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang

terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk

dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu

kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap

Page 13: Makalah kebakaran hutan riau

juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang.

Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena

jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi

kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.

3.3 Penanganan Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan yang melanda Provinsi Riau yang membawa dampak buruk bagi kehidupan

masyarakat. Kebakaran hutan yang terjadi tidak hanya berdampak pada provinsi itu saja,

melainkan bagi daerah lain maupun Negara lain.

Penanganan yang diberikan oleh pihak pemerintah antara lain:

1. Memberikan masker gratis kepada masyarakat

2. Memberikan penanganan medis kepada masyarakat yang terkena penyakit

3. Menindak tegas pelaku kejahatan yang diberikan hukuman yang setimpal

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau

Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di

sepanjang pesisir Selat Melaka. Provinsi ini memiliki sumber daya alam, baik

Page 14: Makalah kebakaran hutan riau

kekayaan yang terkandung di perut bumi, berupa minyak bumi dan gas, serta emas,

maupun hasil hutan dan perkebunannya.

2. Hilangnya fungsi hutan mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan

oleh pengusahaan hutan yang mengabaikan aspek kelestarian. Efek selanjutnya adalah

semakin menurunnya produksi kayu hutan, sementara upaya reboisasi dan

penghijauan belum optimal dilaksanakan. Masalah lain yang sangat merugikan adalah

masalah ilegal logging yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan serta

masalah pengerukan pasir secara liar.

3. Kebakaran hutan di Riau telah mengakibatkan kabut asap tebal dimana-mana. Tidak

hanya kawasan Riau yang terkena dampak, bahkan kawasan lainnya juga ikut terkena

kabut asap.

DAFTAR PUSTAKA

Rizal Harahap (16 Mei 2009) "Logging moratorium `a must' to save Riau forests". The

Jakarta Post, diakses 10 Maret 2014.

"Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Provinsi Riau". Badan Pusat

Statistik, diakses 10 Maret 2014