Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

33
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut, sering kali disepelekan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaksadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Diantaranya adalah ketidaktahuan atas risiko apabila masalah gigi dan mulut dibiarkan saja. Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Ada berbagai gangguan kesehatan yang disebabkan karena infeksi di dalam rongga mulut. Sumber infeksi di dalam rongga mulut disebut sebagai fokus atau fokal infeksi. Sedangkan infeksi yang ditimbulkannya disebut infeksifokal, yaitu menyebarnya kuman atau toksin dari fokus infeksi (pusat infeksi) yang mengakibatkan kerusakan jaringan di bagian tubuh yang lain. 8,19 Banyak penyakit yang dapat terjadi di glandula saliva kita. Tentu saja untuk mengatasinya perlu bantuan dan supervisi langsung dari dokter spesialis bedah mulut atau minimal dokter gigi umum. Salah satu penyakit yang sering terjadi pada glandula saliva adalah kista. Kista adalah suatu kantong tertutup, berdinding membrane yang berlapis

Transcript of Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

Page 1: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut, sering kali disepelekan oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidaksadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Diantaranya

adalah ketidaktahuan atas risiko apabila masalah gigi dan mulut dibiarkan

saja.

Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.

Ada berbagai gangguan kesehatan yang disebabkan karena infeksi di dalam

rongga mulut. Sumber infeksi di dalam rongga mulut disebut sebagai fokus

atau fokal infeksi. Sedangkan infeksi yang ditimbulkannya disebut

infeksifokal, yaitu menyebarnya kuman atau toksin dari fokus infeksi (pusat

infeksi) yang mengakibatkan kerusakan jaringan di bagian tubuh yang lain. 8,19

Banyak penyakit yang dapat terjadi di glandula saliva kita. Tentu saja

untuk mengatasinya perlu bantuan dan supervisi langsung dari dokter spesialis

bedah mulut atau minimal dokter gigi umum. Salah satu penyakit yang sering

terjadi pada glandula saliva adalah kista. Kista adalah suatu kantong tertutup,

berdinding membrane yang berlapis epitel dan berisi cairan atau semi cairan,

tumbuh tidak normal di dalam rongga suatu organ. Mucocele adalah salah satu

kista rongga mulut yang berasal dari glandula saliva minor tipe mucus.10,24,27

Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang

diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke

jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh

sel epitel. Paling sering terjadi pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus),

dan dapat terjadi juga di mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut.

Mucocele jarang terjadi pada bibir atas, palatum (langit-langit) lunak. 1,20,21

Mucocele merupakan kista retensi yang biasanya berhubungan dengan

kelenjar liur minor. Terlihat sebagai pembengkakan akibat pengumpulan

musin, sering dijumpai pada bibir bawah. Dapat ditemukan di setiap tempat

disekitar klelenjar liur minor dalam rongga mulut. Mococele biasanya

1

Page 2: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

2

berfluktuasi. Ini merupakan tanda yang dapat digunakan untuk membedakan

dengan massa pembengkakan lain seperti mixed tumor (tumor jinak pada

kelenjar liur), lipoma (tumor jinak pada jaringan lemak). Mixed tumor terasa

lebih padat pada palpasi, sedangkan lipoma terasa lunak dan berwarna

kekuningan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemeriksaan untuk mukokel?

2. Apa saja macam macam mukokel?

3. Bagaimana gambaran klinis dari mukokel?

4. Bagaimana perawatan untuk mukokel?

1.3 Tujuan

1. untuk mengetahui pemeriksaan mukokel

2. untuk mengetahui macam-macam mukokel

3. untuk mengetahui gambaran klinis mukokel

4. untuk mengetahui perawatan dari mukokel

Page 3: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan

2.1.1 Pemeriksaan Subyektif

Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal,

yakni identitas pasien, keluhan utama, present illnes, riwayat medik,

riwayat dental, riwayat keluarga dan riwayat sosial (Gunadi, 1991).

Anamnesa adalah percakapan professional antara dokter dengan

pasien untuk mendapat data atau riwayat pasien yang dikeluhkan. Ada tiga

komponen tentang riwayat pasien : riwayat sosial, riwayat dental, riwayat

medis

1. Identitas Pasien

2. Konsul Dari

Jika ada konsulan dari klinik lain, misal dari prosto, orto, dll

3. Tujuan/keluhan utama pasien

2. Regio/sekstan: regio yang dikeluhkan, baik RA/RB, kanan/kiri.

3. Riwayat kesehatan gigi dan mulut. Meliputi, kunjungan ke drg, riwayat

pencabutan gigi, riwayat penyakit dan perawatan perio sebelumnya.

4. Riwayat kesehatan umum

Apakah dalam perawatan dokter, obat-obatan yang diminum, riwayat

alergi, riwayat kesehatan umum keluarga (Fedi, 2004)

2.1.2 Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada 2 macam, yaitu

pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intraoral

1. Pemeriksaan Ekstra oral

Pemeriksaan ekstra oral ini bertujuan untuk melihat penampakan

secara umum dari pasien, misalnya pembengkakan di muka dan leher,

pola skeletal, kompetensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara

palpasi limfonodi, otot-otot mastikasi dan pemeriksaan TMJ.

Pemeriksaan extraoral meliputi :

2. Pemeriksaan Intra oral

3

Page 4: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

4

Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan dalam

rongga mulut. Pemeriksaan intraoral berkaitan dengan gigi dan

jaringan sekitar (jaringan lunak maupun jaringan keras). Lidah, dasar

mulut, vestibulum, pipi, dan jaringan keras.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang

pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam menegakkan

diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan diambil

secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk mengetahui

kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan

radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT

Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga

radiografi konfensional.

Pemeriksaan Sialografi

Mukokel di kelenjar saliva

Page 5: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

5

Sialografi kelenjar saliva potongan sagittal

2.2 Mukokel

2.2.1 Definisi

Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus

glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak.11

Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik. Mukokel

merupakan kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang sesungguhnya, karena

tidak memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya. Lokasinya

bervariasi . Bibir bawah merupakan bagian yang paling sering terkena mukokel,

yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada. Umumnya terletak di bagian

lateral mengarah ke midline. Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan

ventral lidah, dan jarang terjadi pada bibir atas. Banyak literatur yang menyebut

mukokel sebagai mucous cyst. Kebanyakan kasus melaporkan insidensi tertinggi

mukokel adalah usia muda tetapi hingga saat ini belum ada studi khusus pada usia

yang spesifik.

2.2.2 Etiologi

Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak

begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua :

Page 6: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

6

1. Pertama diakibatkan trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada

duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus

ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena

trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva

minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap

mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir,

kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan

gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan

minum susu botol atau dot), dan lain-lain. Dapat juga akibat trauma

pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses kelahiran

bayi yang menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan

suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi

dilahirkan, ataupun trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang

dilahirkan masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat

bayi melewati jalan lahir. Ketiga contoh trauma pada proses kelahiran

bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital. Setelah terjadi trauma

yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula

saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa

kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu

terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di

sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut,

terbentuk pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada

mukosa mulut yang disebut mukokel.

2. Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam duktu sekskresi

yang tersumbat dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan

mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat

disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada

mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu

mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus glandula saliva

minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang

dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur,

kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus dan

Page 7: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

7

menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang disebut

mukokel.

  2.2.3 Patofisiologi

Berasal dari kelenjar saliva minor tipe mucus. Terjadi karena mucus

mengisi ruangan dalam jaringan ikat dengan cara menembus dinding saluran

kelenjar saliva ekstravasasi.

  Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur

ke dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang

bisa terjadi ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering

tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat

mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan (mucocele).

Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia memiliki

banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tesebut

mengandung air, lendir, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah

melaluisaluran kecil yang disebutduct (pembuluh). Terkadang salah satu

saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang terpotong

itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada umumnya

mucoceledidapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat jugaditemukan

di bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan

tetapi jarang didapati di atas lidah.

Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct )tersumbat dan

ludah mengumpul di dalam saluran. Jika pembengkakan terjadi karena sub

mandibular duct, mucocele tersebut dinamakan ranula. Sebuah ranula

mempunyai ukuran yang cukup besar dan muncul di bawah lidah

2.2.4 Gambaran Klinis

Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau

pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan

apabila massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya

normal seperti warna mukosa mulut apabila massa sudahter letak lebih

dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm

hingga beberapa sentimeter, beberapa liter atur menuliskan diameter

mukokel umumnya kurang dari 1 cm.

Page 8: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

8

Gambar 1. Mukokel pada anterior median line permukaan ventral lidah yang

melibatkan blandin-nuhn

Gambar 2. Mukokel pada bibir bawah

2.2.5 Klasifikasi

Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

1. mukokel ekstravasasi mukus yang sering disebut sebagai mukokel

superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau mekanik.

Penyebab ekstravasasi mukus yaitu trauma pada saluran

ekskretoris kelenjar ludah, sehingga mukus terekstravasasi ke

dalam jaringan ikat di sekitarnya.Reaksi inflamasi neutrophil

diikuti oleh makrofag terjadi kemudian.Jaringan granulasi

membentuk dinding mengelilingi genangan mucin, dan kemudian

kelenjar ludah mengalami perubahan inflamasi.Pada akhirnya,

terbentuk jaringan parut di sekitar kelenjar (Regezi, 2008).

Ekstravasasi mukus muncul sebagai sebuah massa halus, relatif

tanpa rasa sakit dan memiliki ukuran mulai dari beberapa

milimeter sampai 2 cm. Pada mucin superfisial, lesi tampak

Page 9: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

9

berwarna kebiruan. Remaja dan anak-anak lebih sering terkena

daripada orang dewasa.Lesi dapat pecah dan produksi mucin yang

berlanjut dapat menyebabkan kekambuhan.Ukuran maksimal

biasanya dicapai dalam beberapa hari setelah trauma (Regezi,

2008).

2. mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus

dimana etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada

mukosa mulut yang menyebabkan duktus glandula saliva tertekan

dan tersumbat secara tidak langsung.

Retensi mukus dihasilkan karena adanya obstruksi duktus yang

disebabkan oleh adanya sialolithiasis, bekas luka pada periduktus

atau tumor yang invasif.Penyempitan duktus membuat aliran saliva

tidak dapat mengalir dengan baik, kemudian terbentuklah

gelembung duktus yang tampak seperti pembengkakan

mukosa.Obstruksi duktus dapat juga menyebabkan pembesaran

glandula salivarius. Retensi mukus lebih jarang terjadi jika

dibandingkan dengan kista ekstravasasi, biasanya terjadi pada

pasien usia tua dan jarang ditemukan pada bibir bawah. Daerah

yang paling sering terkena adalah bibir atas, palatum, pipi, dasar

mulut, dan sinus maksilaris. Penyempitan duktus dapat terjadi pada

pasien yang senang berkumur dengan obat kumur yang

mengandung hidrogen peroksida, obat kumur penghilang bau

mulut, atau larutan antiplak, yang dapat mengiritasi duktus.Pasta

gigi yang mengandung tartar juga dapat menyebabkan iritasi pada

duktus. Retensi mukus tampak mirip dengan kista ekstravasasi,

keduanya dibatasi oleh epitel duktus yang dilapisi sel kolumnar

atau kuboidal. Rongga kista mengandung sel mukus atau fragmen

sialolithiasis dan jaringan ikat kista tampak mengalami inflamasi.

Literatur lain mengklasifikasikan mukokel menjadi tiga yaitu :

1. superficial mucocele yang letaknya tepat di bawah lapisan mukosa

dengan diameter 0,1-0,4 cm,

Page 10: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

10

2. classic mucocele yang letaknya tepat di atas lapisan submukosa

dengan diameter lebih kecil dari 1 cm, dan

3. deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari kedua mukokel

sebelumnya. Dikenal pula tipe mukokel kongenital yang

etiologinya trauma pada proses kelahiran bayi

Gambar 3 Mukokel ekstravasase Mucus

Gambar 4 Mukokel retensi mukus

2.2.6 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang

meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat

pasien. Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang

diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan

autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan

pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan pendukung.27 Pemeriksaan

yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda

yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup

Page 11: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

11

pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra

oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal

dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal,

kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan

pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada

massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat

dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa

sakit pada saat dilakukan palpasi.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sanga

tmembantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil

secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara

mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.

Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan

secara MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed

Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi

konfensional.

2.2.7 Diagnosis Banding

1. Adenoma Pleomorfik

Adalah suatu nodul keras berwarna kebiru-biruan.

2. Kista nasolabial

Adalah suatu nodula yang berfluktuasi pada palpasi.

3. Kista Implantasi

4. hemangioma,

5. lymphangioma

6. pyogenic granuloma (apabila letaknya pada bagian anterior lidah),

7. salivary gland neoplasm

Untuk dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit tersebut maka

dibutuhkan riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas yang

menggambarkan ciri khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut

lain, dan dibutuhkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan

Page 12: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

12

pendukung lain yang akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan radiografi

2.2.8 Perawatan

Pada umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta

perawatan, memiliki ukuran mukokel yang relatif besar. Perawatan mukokel

dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang

dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan massa. Sejumlah literatur

menuliskan beberapa kasus mukokel dapat hilang dengan sendirinya tanpa

dilakukan perawatan terutama pada pasien anak-anak.

Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan

pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk

menghindarkan terjadinya rekurensi. Umumnya mukokel yang etiologinya trauma

akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi terus menerus

dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika kebiasaan buruk

atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan atau

dihilangkan, maka mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun

sebelumnya sudah dilakukan perawatan bedah.

Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan

dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi

massa.

1. Enukleasi Merupakan proses pengangkatan seluruh lesi kista tanpa

terjadinya perpecahan pada kista. Kista itu sendiri dapat dilakukan enukleasi

karena lapisan jaringan ikat antara komponen epitelial (melapisi aspek anterior

kista) dan dinding kista yang bertulang pada rongga mulut. Lapisan ini akan lepas

dan kista dapat diangkat dari kavitas yang bertulang. Proses enukleasi sama

dengan pengangkatan periosteum dari tulang. Enukleasi pada kista seharusnya

dilakukan secara hati – hati untuk mencegah terjadinya lesi rekuren.

Indikasi :

a. Pengangkatan kista pada rahang

b. Ukuran lesi kecil, sehingga tidak banyak melibatkan struktur

jaringan yang berdekatan

Page 13: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

13

2. Marsupialisasi

Membuat suatu “jendela” pada dinding kista dalam pembedahan, pengambilan isi

kistanya dan memelihara kontinuitas antara kista dan rongga mulut, sinus

maksilaris atau rongga hidung. Proses ini mengurangi tekanan inrakista dan

meningkatkan pengerutan pada kista. Marsupialisasi dapat digunakan sebaga

terapi tunggal atau sebagai tahap preeliminary dalam perawatan dengan enukleasi.

Indikasi :

a) Jumlah jaringan yang terluka

Dekatnya kista dengan struktur vital berarti keterlibatan jaringan tidak baik

jika dilakukan enukleasi.

Contoh : jika enuklesi pada kista menyebabkan luka pada struktur

neurovaskular mayor atau devitalisasi gigi sehat, sebaiknya diindikasikan

metode marsupialisasi.

b) Akses pembedahan

Jika akses untuk pengangkatan kista sulit, sebaiknya dilakukan marsupialisasi

untuk mencegah lesi rekuren.

c) Bantuan erupsi gigi

Jika gigi tidak erupsi (dentigerous cyst), marsupialisasi dapat memberikan

jalur erupsi ke rongga mulut.

d) Luas pembedahan

Untuk pasien dengan kondisi medik yang kurang baik, marsupialisasi

merupakan alternatif yang tepat dibandingkan enukleasi, karena prosedurnya

yang sederhana dan sedikit tekanan untuk pasien

e) Ukuran kista

Pada kista yang sangat besar, adanya resiko fraktur rahang selama enukleasi.

Ini lebih baik dilakukan marsupialisasi, setelah remodelling tulang dapat

dilakukan enukleasi.

Teknik operasi

Setelah dilakukan anastesi lokal, dibuat insisi berbentuk elips di mukosa

sekitar untuk memfasilitasi diseksi pada lesi.Dinding superior kista digenggam

bersama dengan mukosa di atasnya dan dipisahkan dari jaringan sekitarnya

Page 14: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

14

menggunakan gunting. Selama pembedahan kista harus diambil dengan hati-hati,

karena kista bisa dengan mudah pecah dan mengerut, yang akan mepersulit

pengangkatan lesi.Setelah pengangkatan lesi, mukosa pada jaringan yang diinsisi

dijahit (hanya pada mukosa), untuk menghindari cedera pada kelenjar ludah.

Gambar Infiltrasi pada jaringan sehat di sekitar lesi

Gambar Insisi berbentuk elips sekitar kista menggunakan scalpel

Gambar Penjepitan dan pemotongan lesi menggunakan gunting jaringan

Page 15: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

15

Gambar Pengangkatan mukokel

Gambar Daerah operasi setelah pengangkatan lesi

Undermining Margin Mukosa dengan Menggunakan Gunting

Page 16: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

16

Gambar Penjahitan pada daerah post operasi

2.2.9 Komplikasi

Mucocele biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika besar akan

menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul fenomena

bola pingpong (pingpong phenomenon). Bila terus membesar akan menembus

tulang, sehingga akan ditutupi jaringan lunak. Pada perabaan akan juga akan

teraba fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan terasa sakitdan timbul pus (nanah).

2.2.10 Prognosis

Prognosis pada umumnya baik, jika eksisi mengikutkan jaringan sehat

(saluran kelenjar liur minor sekitarnya), mukokel superfisial relatif kambuh secara

periodik. Selalu kirim hasil biopsi ke laboratorium PA untuk mencari apa ada

kecenderungan ke cystadenoma atau mucoepidermoid carcinoma.

Page 17: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

17

BAB III

KONSEP MAPPING

17

Pasien

Pemeriksaan

Pem. ObjektifPem. Subjektif Pem. Penunjang

Diagnosis

Rencana Perawatan

Perawatan

Page 18: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

18

BAB IV

PEMBAHASAN

Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang

meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat

pasien. Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh

dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang

diperoleh dari pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien

dan pemeriksaan pendukung. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan

fisik dengan tujuan melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu

pemeriksaan keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran

tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe,

pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna, dan

jenis keadaan abnormal, kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual

melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien dan melakukan

palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat

dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit

pada saat dilakukan palpasi.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sanga

tmembantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil

secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara

mikroskopis untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.

Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara

MRI (Magnetic Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan),

ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional.

Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan

pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk

menghindarkan terjadinya rekurensi. Umumnya mukokel yang etiologinya trauma

akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi terus menerus

dapat menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika kebiasaan buruk

atau hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera disingkirkan.

18

Page 19: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

19

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus

glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan

lunak.11 Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik.

Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau

pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila

massa belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti

warna mukosa mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila

dipalpasi pasien tidak sakit.

Untuk melakukan diagnosis dilaksanakan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan radiografi.

Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan

pembedahan massa. Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi,

marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung

kepada ukuran dan lokasi massa.

5.2 Saran

Diharapkan kepada mahasiswa fakultas kedokteran gigi dapat memahami

mengenai pokok bahsan tentang mukokel.

19

Page 20: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

20

DAFTAR PUSTAKA

Ata - Ali, J ;et al. 2010. Oral Mucocele: Review of theLiterature. J Clin Exp Dent

2(1): e 10-13

Bradley PJ. 2006.Head and Neck : Pathology and Treatment of Salivary Gland

Conditions. Elsevier Ltd :304.

Langlais RP, Miller CS. 1994. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang

Lazim. Alih Bahasa. Budi Susetyo. Jakarta:Hipokrates :40-1.

Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. 2002. Oral & Maxillofacial

Pathology : Salivary Gland Pathology. 2nd ed. W.B. Saunders Co:389-93.

Regezi JA, Sciubba JJ. 1989. Oral Pathology : Salivary Gland Diseases. WB

Saunders Co, :225-311.

Rshid AK, Anwar N, Azizah AM, Narayan KA. 2008. Cases of Mucocele Treated

in The Dental Department of Penang Hospital. Achives of Orofacial

Sciences; 3(1): 7-10

20

Page 21: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

21

MUKOKEL

Oleh:

INDAH PURNAMAWATI 10610018

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2014

KATA PENGANTAR

Page 22: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

22

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan

tugas makalah dengan judul “Kista Rahang” tanpa halangan suatu apapun. Dalam

penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya

kepada :

1. drg. Endah sebagai dosen Pembimbing makalah yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian makalah.

2. Seluruh staf dosen FKG IIK yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

persatu karena keterbatasan hal.

3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila

diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan

pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca

pada umumnya.

Hormat Saya

Penulis

DAFTAR ISI

ii

Page 23: Makalah isu 3 b.21 INDAH.docx

23

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 1

1.3 Tujuan.................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 3

2.1 Pemeriksaan.......................................................................... 3

2.1.1 Pemeriksaan Subyektif........................................................... 3

2.1.2 Pemeriksaan Obyektif............................................................ 4

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 4

2..2 Mukokel............................................................................... 5

2.2.1 Definisi................................................................................ 5

2.2.2 Etiologi................................................................................ 6

2.2.3 Patofisiologi....................................................................... 7

2.2.4 Gambaran Klinis................................................................ 7

2.2.5 Klasifikasi.......................................................................... 8

2.2.6 Diagnosis........................................................................... 10

2.2.7 Diagnosis Banding............................................................. 11

2.2.8 Perawatan.......................................................................... 12

2.2.9 Komplikasi........................................................................ 16

2.2.10 Prognosis.......................................................................... 16

BAB III KONSEP MAPPING...................................................................... 17

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 19

5.1. Kesimpulan ............................................................................. 19

5.2. Saran ...................................................................................... 19

.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 20

s