makalah IKD(1)
-
Upload
idrisas-syafii -
Category
Documents
-
view
10 -
download
3
description
Transcript of makalah IKD(1)
ILMU KEALAMAN DASAR
“KOMUNITAS”
Dikerjakan oleh :
Kelompok 1 :
1. Gusti Noor Lediastana C1C1124502. H. Abid C1C1124513. Risya Amaliya C1C1124524. Lia Amalia C1C1124535. Aspihana Ridha R C1C1124546. Maria Ulfah C1C1124557. Febrina Rumokoy C1C1124628. Fath Richad R C1C113432
Jurusan :
Akuntansi – Ekstensi
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS EKONOMI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah komunitas adalah kumpulan populasi tumbuhan dan tanaman yang hidup secara
bersama di dalam suatu lingkungan. Sebuah komunitas tumbuh-tumbuhan dan binatang yang
mencakup wilayah yang sangat luas disebut biome. Batas-batas biome yang berbeda pada
umumnya ditentukan oleh iklim. Biome yang utama termasuk diantaranya padang pasir, hutan,
tundra, dan beberapa tipe biome air.
Peran suatu spesies di dalam komunitasnya disebut peran ekologi (niche). Sebuah peran
ekologi terdiri dari cara-cara sebuah spesies berinteraksi di dalam lingkungannya, termasuk
diantaranya faktor-faktor tertentu seperti apa yang dimakan atau apa yang digunakan untuk
energi, predator yang memangsa, jumlah panas, cahaya atau kelembaban udara yang dibutuhkan,
dan kondisi dimana dapat direproduksi.
Perubahan komunitas yang terjadi disebut suksesi ekologi. Proses yang terjadi berupa
urutan-urutan yang lambat, pada umumnya perubahannya dapat diramalkan yakni dalam hal
jumlah dan jenis mahkluk organisme yang ada di suatu tempat . Perbedaan intensitas sinar
matahari, perlindungan dari angin, dan perubahan tanah dapat merubah jenis-jenis organisme
yang hidup di suatu wilayah.
Perubahan-perubahan ini dapat juga merubah populasi yang membentuk komunitas.
Selanjutnya karena jumlah dan jenis spesies berubah, maka karakteristik fisik dan kimia dari
wilayah mengalami perubahan lebih lanjut. Wilayah tersebut bisa mencapai kondisi yang relatip
stabil atau disebut komunitas klimaks, yang bisa berakhir hingga ratusan bahkan ribuan tahun.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana mengetahui dan memahami pengertian komunitas?
2. Bagaimana mengetahui dan memahami pembagian komunitas?
3. Bagaimana mengetahui dan memahami pengertian struktur komunitas?
4. Bagaimana mengetahui dan memahami konsep pengamatan pola komunitas?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami pengertian komunitas.
2. Mengetahui dan memahami pembagian komunitas.
3. Mengetahui dan memahami pengertian struktur komunitas.
4. Mengetahui dan memahami konsep pengamatan pola komunitas.
BAB II
ISI
A. Pengertian Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki
derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam suatu
tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan pohon tempat mereka
hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas. Dengan memperhatikan
keanekaragaman dalam komunitas dapatlah diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi
komunitas tersebut. Komunitas dengan populasi ibarat makhluk dengan sistem organnya, tetapi
dengan tingkat organisasi yang lebih tinggi sehingga memiliki sifat yang khusus atau kelebihan
yang tidak dimiliki oleh baik sistem organ maupun organisasi hidup lainnya.
Komunitas, seperti halnya tingkat organisasi makhluk hidup lain, juga mengalami serta
menjalani siklus hidup. Komunitas Ditinjau dari segi fungsinya, tumbuhan dan hewan dari
berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di
dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memunuhi kebutuhan hidupnya
dalam kumpulana ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan
hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk suatau
derajat keterpaduan. Kelompok seperti itu yang tumbuhan dan hewannya secara bersama telah
menyesuaikan diri dan mempunyai suatu tempat alami disebut komunitas. Konsep komunitas
cukup jelas, tetapi sering kali pengenalan dan penentuan batas komunitas tidaklah mudah.
Meskipun demikian komponen-komponen komunitas ini mempunyai kemampuan untuk
hidup dalam lingkungan yang sama di suatu tempat dan untuk hidup saling bergantung yang satu
dengan yang lain. Komunitas memiliki derajat kepaduan yang lebih tinggi daripada individu-
individu dan populasi tumbuhan serta hewan yang menyusunnya. Komposisi suatu komunitas
ditentukan oleh seleksi tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mamapu hidup di
tempat tersebut, dan kegiatan anggota-anggota komunitas ini bergantung pada penyesuaian diri
setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di tempat tersebut.
Bila ditinjau dari segi deskritif suatu komunitas dicirikan oleh komposisinya yang
tertentu.sering kali perubahan komposisi jenis di isi suatu komunitas lain sangat nyata. Dan bila
jenis-jenis utama dari dua komunitas berbeda sekali batas antara komunitas itu akan jelas pula.
Tetapi dapat pula perubahan komposisi jenis itu terjadi secara berangsur-angsur sehingga batas
anatara komunitas itu tidak jelas. Perubahan-perubahan komposisi berkaitan dengan perubahan
faktor-faktor lingkungan, misalnya topografi, kelembapan, tanah, tamperatur dan iklim (bila
mencakup kawasan yang luas).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan sutau unit lingkungan yang mempunyai
kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan seperti ini disebut biotop. Hamparan
lumpur, pantai pasir, gurun pasir dan unit lautan merupakan contoh biotop. Disini biotop
ditentukan oleh sifat-sifat fisik. Biotop-biotop lain dapat pula dicirikan oleh unsur organisme
nya, misalnya pada alang-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainaya.
Dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu atau beberapa
jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat. Meskipun demikian tidak ada batas yang
nyata antara keduanya serta kedua-duanya dapat saja beroperasi secara bersama-sama atau saling
mempengaruhi. Misalnya saja kondisi tanah, topografi, elefasi, dan iklim yang memungkinkan
cemara gunung ( casuarina junghuhniana )untuk berkembang biak di suatu tempat, dan pada
gilirannya kehadiran jenis cemara ini menciptakan lingkungan tertentu yang cocok untuk
pertumbuhan jenis hewan dan tumbuhan tertentu. Suatu jenis yang dalam suatu komunitas jenis
dominan, atau dapat dikatakan pula sebagai jenis yang merajai.
Keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan
lingkungan yang ekstrim, misalnya kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi. Sementara itu
keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Hutan tropika adalah
contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi, seperti dicontohkan pada hutan di
Kalimantan. Sementara ahli-ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang mempunyai
keanekaragaman jenis yang tinggi itu stabil sehingga sering dikatakan diversity is ability. Tetapi
ada juga ahli-ahli yang berpendapat sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak selalu berarti
stabilitas. Kedua pendapat ini di topang oleh argumen-argumen ekologi yang masuk akal,
masing-masing ada benarnya dan ada kekurangannya.
Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas
tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang
dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil
beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama
komunitas dapat berdasarkan :
1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya
seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas
pantai pasir, komunitas lautan,dll
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas.
Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik
dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.
B. Pembagian Komunitas
Macam-macam Komunitas. Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara
garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:
1. Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di
parit atau di kolam.
2. Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan,
di padang rumput, di padang pasir, dll.
Menurut Nybakken (1988) bagi tumbuhan akuatik, intensitas cahaya sangat menentukan
penggunaan energy untuk fotosintesis. Tumbuhan kekurangan energi jika intensitas cahaya
berkurang. Semakin cerah suatu perairan semakin jauh cahaya matahari yang dapat tembus
kedalam perairan dan dengan begitu akan banyak ditemukan tumbuhan laut seperti lamun yang
memerlukan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis.
Beberapa karakteristik struktur komunitas yang biasanya dijadikan petunjuk adanya
derajad ketidakstabilan ekologis meliputi: keseragaman,dominansi, keragaman, dan kelimpahan.
(Krebs, 1997) Wardoyo (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan faktor yang cukup
penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok
mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya.
Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untuk reaksi metabolisme
dalam tubuh organisme. Kecerahan adalah suatu parameter perairan yang merupakan suatu
kedalaman dari perairan atau lapisan perairan yang dapat ditembus oleh sinar matahari.
Kecerahan merupakan salah satu parameter dari produktivitas perairan karena kecerahan perairan
merupakan hubungan langsung dengan zona fotik.
Suhu berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap organisme perairan.
Secara langsung suhu berpengaruh pada fisiologi fotosintesis, sedangkan secara tak langsung
suhu menentukan terjadinya stratifikasi atau pencampuran struktur perairan yang menjadi habitat
organisme perairan (Nontji, 1981).
Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan
pertumbuhan (pohon, semak, belikar, lumut dan alga) yang menyusun struktur komunitas hewan
dan tumbuhan secara fisik (Odum,1971:Krebs,1978:Begon,Harper,dan Townsend,1996).
C. Pengertian Pola Komunitas
Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam, dan interaksinya dengan
lingkungannya dapat disebut pola (Hutchinson, 1953). Komunitas ialah kumpulan dari berbagai
populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain.
Berikut adalah struktur komunitas dan karakter komunitas:
1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.
2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran
merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat.
Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau
persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.
3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-
suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan
memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang
disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut
konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang
lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.
Banyak macam pengaturan yang berbeda-beda dalam standing crop dari organisme yang
memberikan sumbanagan kepada keanekaragaman pola di dalam komunitas seperti, misalnya:
Pola stratifikasi (pelapisan tegak), Pola-pola zonasi (pemisahan ke arah mendatar), Pola-pola
kegiatan (periodisitas), Pola-pola jaring-jaring (organisasi jaringan kerja di dalam rantai pangan),
Pola reproduktif (asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-klone tanaman dan sebagainya), Pola-
pola social (kelompok-kelompok dan kawanan-kawanan), Pola-pola ko-aktif (di akibatkan oleh
pesaingan antibiosis, mutualisme dan sebagainya), dan Pola-pola stochastic (diakibatkan oleh
tenaga atau kakas acak).
D. Konsep pengamatan pola komunitas
Whittaker (1970) mengemukakan bahwa ada tiga konsep yang dapat diterapkan dalam
mengamati pola komunitas. Pertama, apa yang dinamakan gradasi komunitas (community
gradient, coenocline) yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi. Kedua, konsep
gradasi lingkungan (environmental gradient), yang menyangkut sejumlah faktor lingkungan
yang berubah secara bersama-sama.
Dalam gradasi elevasi (elevation gradient) termasuk factor-faktor penurunan suhu rata-
rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan sebagainya, kearah ketinggian
yang meningkat. Faktor-faktor ini secara menyeluruh mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan
hewan, dan sangat sulit menentukan faktor mana sebenarnya yang paling penting dalam sebuah
populasi, tanpa eksperiman kelompok faktor lingkungan berubah secara bersama-sama.
Sepanjang perubahan tersebut terjadi pula perubahan komunitas, dan tentunya populasi dalam
komunitas ini dipengaruhi pula. Kedua hal tersebut dinamakan kompleks gradasi (complex
gradient). Ketiga, apa yang dinamakan gradasi ekosistem (ecocline), yang dalam hal ini
kompleks gradasi dan gradasi komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi
komunitas dan lingkungan.
Penelitian komunitas dengan menghubungkan ketiga gradasi, yaitu gradasi factor
lingkungan, populasi dan karakteristik komunitas, disebut analisis gradasi (whittaker, 1970).
Dengan analisis gradasi ini factor-faktor lingkungan dijadikan sebagai dasar dalam mencari
hubungan yang erat antara variasi lingkungan dengan variasi populasi jenis dan komunitas.
Sebaliknya juga variasi populasi jenis dan komunitas dapat dipakai sebagai dasar
penelitian komunitas ini dan kemudian gradasi komunitas ini dapat di korelasikan dengan factor-
faktor lingkungan yang mungkin juga membentuk suatu gradasi. Cara yang terakhir ini disebut
ordinasi yang tidak lain adalah pengaturan komunitas-komunitas dalam suatu deretan menurut
variasi komposisinya. Sering pula cara ini disebut analisis gradasi tidak langsung (indirect
gradient analysis). Kedua cara ini merupakan alternatif pendekatan terhadap komunitas dengan
cara kualifikasi. Dengan pendekatan klasifikasi ini, dibuat suatu pengenalan tipe komunitas dan
kemudian komunitas ini dikarakteristikkan dengan factor lingkungannya, komposisi jenis atau
dengan karakteristik komunitas lainnya.
Seringkali kita juga menggunakan analisis gradasi terhadap pola komunitas yang
mempunyai hubungan dengan beberapa faktor lingkungan. Di pegunungan, ketinggian dari
permukaan laut dan kandungan air tanah (sebagai akibat keadaan tofografi) mempunyai efek
yang besar terhadap komunita, ini dapat dilakukan dengan membuat transek yang memotong
topografi, dan sepanjang transek ini pola vegetasinya kita analisis. Whittaker (1970) membuat
suatu pendekatan lain. Ia membuat kedua kompleks gradasi tersebut menjadi sumbu vertikal dan
horizontal sebuah diagram. Contoh-contoh vegetasi diambil secara acak dari berbagai posisi
yang ada hubungannya dengan kedua faktor (sumbu) tersebut. Dalam tiap-tiap posisi,
vegetasinya dianalisis untuk memperoleh nilai penting (importance value) masing-masing jenis
tipe komunitas pun dapat dibuat. Populasi, jenis dan tipe komunitas kemudian dapat di gariskan
dalam diagram tersebut untuk menunjukkan hubungannya satu sama lain dan dengan lingkungan
pegunungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki
derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Cara penamaan suatu komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat
komunitas tersebut seperti bentuk atau struktur utama (jenis yang didominan), berdasarkan
habitat fisik dari komunitas, atau pun berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsionalnya.
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi
dalam dua bagian yaitu Komunitas akuatik dan komunitas terrestrial. Karakter suatu komunitas
yaitu meliputi Kualitatif, Kuantitatif, dan Sintesis.
Whittaker (1970) mengemukakan bahwa ada tiga konsep yang dapat diterapkan dalam
mengamati pola komunitas. Pertama, apa yang dinamakan gradasi komunitas (community
gradient, coenocline) yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi. Kedua, konsep
gradasi lingkungan (environmental gradient), yang menyangkut sejumlah faktor lingkungan
yang berubah secara bersama-sama. Umpamanya saja, dalam gradasi elevasi (elevation gradient)
termasuk factor-faktor penurunan suhu rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan
kecepatan angin dan sebagainya, kearah ketinggian yang meningkat.
Menurut Odum(1993), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi
lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat
saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbale balik). Oleh
karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antar spesies anggota
populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negative, atau nol.
Daftar Pustaka
Irwan, Djamal Zoer’aini, 2003, Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekologi Komunitas dan
Lingkungan, Jakarta: Bumi Aksara
Odum, E. P, 1994., Dasar-Dasar Ekologi, Yogjakarta: UGM Press
Pringgoseputro, S, 1998, Ekologi Umum, Yogjakarta: UGM Press
Resosoedarmo, S, 1989, Pengantar Ekologi, Bandung: CV REMADJA KARYA
Soeriaatmadja, 1989, Ilmu Lingkungan, Bandung: ITB Press