Makalah Hipertensi

12
PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI UNTUK PERAWATAN DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI Disusun Oleh : 1. Angga Rumio Pratama 2. Bunga Nurmalita 3. Gernada Nora 4. Nisa Cindikiani 5. Radella Istiqomah 6. Rossi Prajuritama 7. Tria Retma 8. Welly Anggarani 9. Yayuk Catur

description

hipertensi di dunia kedokteran gigi

Transcript of Makalah Hipertensi

Page 1: Makalah Hipertensi

PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI UNTUK PERAWATAN

DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

Disusun Oleh :

1. Angga Rumio Pratama

2. Bunga Nurmalita

3. Gernada Nora

4. Nisa Cindikiani

5. Radella Istiqomah

6. Rossi Prajuritama

7. Tria Retma

8. Welly Anggarani

9. Yayuk Catur

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2011

Page 2: Makalah Hipertensi

PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI UNTUK PERAWATAN

DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi

adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai

akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. Hipertensi adalah

suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan

nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus

bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut

berlangsung lama dan menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit

tekanan darah tinggi.

Hipertensi ditandai dengan adanya suatu kenaikan tekanan darah yang

persisten sebagai akibat dari kenaikan resistensi arteri perifer. Tekanan darah yang

dimaksud adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap luas dinding

pembuluh. Nilai tekanan darah secara klinik biasanya merupakan nilai tekanan

darah arteri sistemik dan tekanan darah arteri ini menyebabkan aliran darah yang

adekuat pada jaringan dan organ, serperti otak, jantung, dan lain-lain. Tekanan

darah selain dipengaruhi oleh tekanan atau resistensi perifer, juga dipengaruhi oleh

curah jantung yang mana curah jantung ini dipengaruhi oleh isi sekuncup jantung

dan frekuensi denyut jantung.

Hipertensi di definisikan sebagai suatu kenaikan tekanna darah sistole lebih

dari 140 mmHg atau tekanna diastole lebih dari 90 mmHg, dengan diagnosis di

dasarkan pada hasil yang sama paadaa duaa atau lebih kunjungan setelah

pemeriksaan awal.

Berdasarkan kriteria tersebut, diperkirakan hipertensi mempengaruhi 20% -

30% populasi dewasa di sebagian Negara telah berkembang, dan prevalensinya

meningkat seiring dengan usia pasien. Kriteria hipertensi sekarang diklasifkasikan

Page 3: Makalah Hipertensi

berdasarkan pada Seven Report Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7).

Klasifikasi Hipertensi Untuk Dewasa Menurut JNC-7

Klasifikasi tekanan darah

Sistole Diastole

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi stage 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi stage 2 > 160 > 100

Menurut WHO tekanan darah  dianggap normal bila sistoliknya 120-140

mmHg dan diastoliknya 80-90 mmHg sedangkan dikatakan Hipertensi bila lebih

dari 140/90 mmHg dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Batasan ini

berlaku bagi orang dewasa diatas 18 tahun.

Sedangkan WHO-ISH (International of Hypertension) pada tahun 1999

mengeluarkan panduan klasifikasi hipertensi seperti yang bisa dilihat pada tabel

dibawah ini :

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO (1999)

KategoriSistolik(mmHg)

Diastolik(mmHg)

Tekanan darah optimal < 120 < 80

Tekanan darah normal 120-129 80-84

Tekanan darah normal tinggi

130-139 85-89

Hipertensi ringan 140-159 90-99

Hipertensi sedang 160-179 100-109

Hipertensi berat >180 > 110

Page 4: Makalah Hipertensi

Saat ini, WHO-ISH tidak membedakan kriteria ini baik orang muda maupun

orang tua, karena pada prinsipnya, tekanan darah yang tinggi bisa menyebabkan

komplikasi ke organ lain yang lebih berbahaya. Jadi anggapan bahwa untuk orang

tua, angka “tinggi” tersebut relatif masih normal, tidak bisa dipertahankan untuk

saat ini, mengingat komplikasi jangka panjang yang bisa ditimbulkan jika tidak

dilakukan intervensi pengendalian tekanan darah.

1. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan

tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi :

a. Genetik: Respon nerologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transport Na.

b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan

darah meningkat.

c. Stres Lingkungan.

d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran

pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer)

Etiologinya tidak diketahui secara pasti, namun sering dikaitkan dengan faktor

genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan (diet tinggi sodium, kegemukan, dan

stress) akan meningkatkan kemungkinan terjadinya hipertensi pada pasien yang

secara genetic mempunyai riwayat hipertensi. Emosi akut, terutama marah dan

kecemasan dapat meningkatkan tekanan darah yang sesaat akibat pelepasan

chatecolamin, dan 40% pasien hipertensi mempunyai chatecolamin dalam

plasma yang sudah meningkat, oleh karena itu terjadi gangguan aktivitas

simpatis.

Page 5: Makalah Hipertensi

Diagnosis hipertensi primer tergantung dari peningkatan tekanan darah systole

dan atau diastole tanpa adanya penyebab sekunder.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder sering dikaitkan dengan stenosis arteri ginjal,

phaechromocytoma, hiperaldosternoism, dan penggunaan obat (kontrasepsi oral,

simpatomimetik, kortikosteroid, dan lain-lain).

2. Tanda dan gejala Hipertensi

Tanda awal hipertensi adalah adanya perubahan tekanan darah yang

fluktuatif, penyempitan pembuluh arteri retina dengan atau tanpa perdarahan. Gejala

awal hipertensi meliputi sakit kepala, gangguan penlihatan, kesemutan pada

ekstremitas. Tanda lebih lanjut dari hipertensi meliputi hipertropi ventrikel,

hematuri, proteinuri, gagal jantung, gagal ginjal, angina, dan kebutaan. Di dalam

mulut secara klinis tidak ada manifestasi yang diakibatkan secara langsung oleh

hipertensi, namun obat-obatan anti hipertensi (diuretic, calcium channel blocking

agents, adrenergic neuron blocker, non selective β blocker, dan lain-lain) yang

digunakan kadang-kadang sering menimbulkan efek seperti xerostomia, lichenoid

stomatitis, hyperplasia gingival, parestesi, dan perubahan sensasi rasa.

3. Patofisiologi

Jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri. Dari pembuluh

darah yang besar ke pembuluh darah yang kecil yang disebut arteriol. Arteriol

membagi darah ke pembuluh darah yang lebih kecil lagi yang disebut kapiler. Tugas

kapiler-kapiler ini adalah memberi organ-organ makanan dan oksigen. Darah akan

kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena.

Normalnya, pembuluh darah akan mengembang (menerima darah) dan

mengecil (meneruskan darah) melalui sistem persarafan yang kompleks. Namun

peristiwa ini sering kali tidak berjalan mulus. Banyak keadaan (Penyakit atau

kelainan) yang bisa membuat pembuluh darah tidak membesar atau tidak elastis lagi

Page 6: Makalah Hipertensi

akibatnya akan terjadi kekurangan darah pada organ tertentu. Jika suatu organ

kekurangan oksigen dan sari makanan, maka suatu proses umpan balik akan terjadi.

Organ tersebut akan mengirim tanda ke otak bahwa membutuhkan darah

lebih banyak. Reaksinya adalah tekanan darah ditingkatkan sayangnya peningkatan

tekanan darah ini juga terjadi pada organ-organ lainnya yang tidak mengirim tanda

tersebut. Dan yang paling beresiko tinggi pada ginjal dan otak. Tekanan darah yang

tinggi pada ginjal dan otak mengakibatkan kerusakan kedua organ tersebut.

4. Penatalaksanaan pasien hipertensi dalam kedokteran gigi

Untuk mengontrol rasa sakit selama perawatan gigi, anastesi local sering

diberikan kepada pasien. Adanya vasokonstriktor dalam anastesi local dimaksudkan

untuk :

a. Memperpanjang durasi anastesi local, memperdalam anastesi local

b. Mengurangi resiko toksis sistemik

c. Mengontrol perdarahan pada lokasi operasi

Pengelolaan pasien dengan hipertensi memerlukan strategi tertentu yang

menguntungkan untuk menjaga kestabilan tekanan darah selama periode perawatan.

Penggunaan vasokonstriktor merupakan kontraindikasi pada kondisi :

a. Angina yang tidak stabil

b. Infark jantung dan stroke (< 6 bulan)

c. Operasi by pass arteri koroner (< 3 bulan)

d. Hipertensi yang tidak terkontrol

e. Hipertiroid yang tidak terkontrol

f. Pasien dengan tekanna darah normal namun sensitive terhadap vasokonstriktor

dan akan memberikan respon yang berkepanjangan khususnya terhadap

epineprin

Page 7: Makalah Hipertensi

Ada dua strategi dalam perawatan gigi pada pasien dengan hipertensi,

yaitu :

1. Strategi preventif

Meliputi semua tindakan untuk mengontrol tekanan darah pasien selama

periode perawatan dan semua tindakan preventif dalam bidang kedokteran

gigi sendiri (control plak, fluoridasi, dan lain-lain).

Tindakan preventif yang efektif untuk mengontrol tensi pasien meliputi semua

tindakan menghilangkan penyebab yang dapat meningkatkan tekanan darah

pasien, meliputi control kecemasan atau stress, pemilihan anastesi, bahan

anastesi, daan control sakit setelah tindakan selesai.

Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan

Pemberian sedative peroral cukup membantu mengurangi stress

Anastesi local merupakan pilihan terbaik untuk pasien hipertensi disbanding

anastesi umum. Pemberian anastesi harus pelan dan penyuntikan intravaskuler

harus dihindari

Adrenaline lebih aman digunakan untuk pasien hipertensi (konsentrasi 1 :

80000 – 1 : 200000), Karena tidak akan meningkatkan tekanan darah secara

dramatis akibat perangsangan pada receptor β 1 dan β 2 yang hampir sama,

selain itu waktu paruh adrenalin ± 1 menit dan akan dieiminasi kira-kira 10

menit, oleh karena itu pengaruhnya cenderung hanya sesaat.

Felypressin adalah satu-satunya vasokonstriktor nonsympatomimetic, yang

tidak mempunyai efek dan lebih aman untuk pasien-pasien hipertiroid,

hipertensi, namun kemampuan mengontrol hemostatis rendah.

Kenaikan tekanan darah pada pasien hipertensi sering terjadi saat bangun tidur

pagi, mencapai puncak pada pertengahan hari dan fluktuasi tekanan darah

cenderung menurun pada sore hari, oleh karena itu sore hari merupakan waktu

perawatan yang tepat.

Page 8: Makalah Hipertensi

2. Strategi kuratif

American Society of Anaesthesiologists (ASA) mengklasifikasikan status resiko

pasien menjadi ASA I, ASA II, ASA III, dan ASA IV.

ASA I tekanan darah normal (120/80 – 130/89 mm Hg) tidak ada penyakit

sistemik, perawatan gigi rutin dapat diberikan

ASA II pasien dengan hipertensi stage 1 (140/90 – 159/99 mm Hg) stabil

secara medis, tidak ada pembatasan aktivitas fisik, perlu pemantauan tekanan

darah setelah anastesi local yang mengandung adrenaline, perawatan gigi rutin

bisa dilakukan

ASA III pasien dengan stage 2 (160/100 – 179/109 mm Hg) tidak stabil

secara medis dan toleransi aktivitas fisik terbatas, perlu pembatasan

vasokonstriktor dalam anastesi local yang digunakan, perawatan gigi hanya

yang bersifat selektif tetapi tidaak dibatasi, meliputi propilaksis, restorative,

periodontal, endodontic, dan ekstraksi rutin.

ASA IV pasien dengan stage 2 (180/110 – 209/119 mm Hg) tidak stabil

secara medis dan aktivitas fisik sangat terbatas, beresiko untuk perawatan

dengan anastesi local yang mengandung vasokonstriktor. Hanya perawatan

gigi darurat non stressful yang bisa diberikan seperti pengurangan sakit,

perawatan infeksi (insisi sederhana dan drainage). Adrenalin kontraindikasi

untuk mengontrol hemostatis

ASA IV pasien dengan stage 2 (210/120 mm Hg atau lebih) tidak bisa

menerima stress fisik atau emosional, biasanya hipertensi yang langsung

mengancam kehidupan, semua tindakan dental darurat harus dipertimbangkan

bahwa terapi gigi memang benar-benar menguntungkan dibanding komplikasi

yang ditimbulkan akibat hipertensinya.