Makalah Health Economic
-
Upload
muhammad-akrim -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of Makalah Health Economic
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Ilmu ekonomi kesehatan yang merupakan hasil dari integrasi dua disiplin ilmu yangtelah
baku ,yaitu ekonomi dan ilmu kesehatan .Ilmu kesehatan relative baru
berkembang.perkembagan ini dirasakan teruama di Negara-negara maju .Dewasa ini ilmu
tersebut dirasakan semakin berperan di Negara-negara berkembang termasuk indonesia,
dimana peran tersebut antara lain dalam penentuan kebijakan di bidang kesehatan
Sejalan dengan kebutuhan akan penerapan ilmu ekonomi kesehatan tersebut,perlu di
kembangkan rumusan-rumusan /konsep pembakuan ilmunya .Pembakuan tersebut tidak saja
mencakup landasan ontologynya,tetapi juga mencakup landasan epistomologynya .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kelompok kami merumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan ekonomi kesehatan?
2. Sejauhmana ruang lingkup ekonomi kesehatan ?
3. Bagaimana maksut dari ekonomi kesehatan sebagai Walfare Economics?
4. Apakah sasaran dari ilmu ekonomi kesehatan ?
5. Bagaimana ciri khusus sector kesehatan !
6. Bagaimana ciri khusus yang dimiliki ekonomi kesehatan !
7. Apakah bidang kajian dari ekonomi kesehatan ?
8. Bagaimana hubungan pembangunan ekonomi dan pembagunan kesehatan !
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui makna dari ekonomi kesehatan ,
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari ekonomi kesehatan ,
3. Untuk mengetahui maksud dari ekonomi kesehatan sebagai Walfare Economics ,
4. Untuk mengetahui dari ilmu ekonomi kesehatan ,
5. Untuk mengetahui ciri khusus sector kesehatan ,
6. Untuk mengetahui ciri khusus yang dimiliki ekonomi kesehatan ,
7. Untuk mengetahui bidang kajian dari ekonomi kesehatan,
8. Untuk mengetahui hubungan pembangunan ekonomi dan pembagunan
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian dari ekonomi kesehatan .
Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari berbagai perilaku pelaku
ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang dibuat. Ilmu ini diperlukan sebagai
kerangka berpikir untuk dapat melakukan pilihan terhadap berbagai sumber daya yang terbatas
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Adapun tiga masalah pokok dalam perekonomian, yaitu
Jenis barang dan jasa apa yang akan diproduksi?
Bagaimana menghasilkan barang dan jasa tersebut?
Untuk siapa barang dan jasa tersebut dihasilkan?
Ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang
hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan
individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan,
untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan
mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk
menjaga kesehatannya
B. Ruang lingkup ekonomi kesehatan
1. Ilmu ekonomi
Dalam ekonomi ada dua bidang telaahan,yaitu positive economics dan walfare
economics.
a.positive economics adalah suatu bidang ekonomi yang menggunakan efisiensi alokasi sumber
daya sebagaiman apa adanya seperti yang dihasilkan dari perhitungan -perhitungan kuantitatif,
tanpa melihat apakah efisiensi alokasi tersebut diinginkan oleh masyarakat atau tidak , jadi
positive economics sifatnya value free
b.welfare economics merupakan sintesis positive economics dan ilmu politik,dimana esensi
positive economics di hubungkan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat .Dalam welfare
economics dicakup juga topic-topik seperti eksternalitas,public goods dan consumer ignorance .
2.Upaya kesehatan
Di dalam sistem kesehatan nasional upaya kesehatan adalah bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang oktimal .faktor pelayanan kesehatanmeliputi empat kegiatanyaitu upaya
promotif,upaya,preventif,upaya kuratif dan upaya rehabilitative
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan .
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.Dari ke
4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling
mempengaruhi.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang
sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah
tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci
tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang
kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatal-
gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam
Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat
penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes
aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar
memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak dapat
dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar penduduk yang
memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan. Oleh
karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan
yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran
semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan
derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu
secara merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Ketesediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan
yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya
pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas pelayanan kesehatan dengan
membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga
ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.
Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung
juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan (Jamkesmas) bagi masyarakat
kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah laiinya seperti
Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib belajar dan ain-lain.
Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang
efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk pelayanan
di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi rumah sakit.
Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri sendiri,
namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus dilaksanakn secara
simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat
komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif/promotif,
kuratif dan rehabilitatif.
Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi,
dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan menerapkan pelayanan kesehatan 24
Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas dan tangggungjawab, diusahakan jangan sampai
menghilangkan culture atau budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan
satu sama lain.
4.Derajat kesehatan yang optimal
Semua upaya kesehatan yang disebut diatas bertujuan untuk mewujudkan suatu derajat
kesehatan yang optimal menurut UU No. 23 Tahun 1992 Bab 1 Pasal 1 tentang kesehatan adalah
kesejahtraan dari bdan ,jiwa dan social yang memungkinkan seorang dapat hidup produktif
secara social dan ekonomis.
C.Ekonomi Kesehatan sebagai walfare economics
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi kesehatan adalah aplikasi ilmu
ekonomi untuk menentukan pilihan-pilihan dalam berbagai upaya kesehatan tersebut. Pilihan
tersebut bisa mulai dari pilihan tentang bagaimana sumber daya seharusnya dimobilisasikan,
misalnya pilihan antara peran tentang jenis dan jumlah sumber daya yang dipergunakan, pilihan
tentang proses upaya itu sendiri, pillhan tentang jenis dan volume upaya yang dilakukan serta
pilihan tentang distribusi dan utilisasi produk upaya tersebut oleh masyarakat. Pertanyaannya
adalah, mana yang lebih dorninan dalam ekonomi kesehatan; positive economics atau welfare
economics? Jadi "kesehatan" sebagai objek telaahan ilmu ekonomi kesehatan tidaklah bebas
nilai. Didalamnyaterkandung beberapa filosofi atau nilai pokok sebagai berikut:
1. Sehat adalah hak asasi setiap manusia
Dinyatakan bahwa sehat adalah hak asasi manusia sudah menjadi kesepakatan global,
seperti dalam konsep Health for All yang dinyatakan leh Negara-negara anggota WHO di
Geneva tahun 1997. Oengan demikian "sehat bagi manusia" adalah keadaan normative yang
menjadi tujuan upaya kesehatan.
2 . Pemerataan (equity) adalah tujuan operasional upaya kesehatan
Sebagai konsekuensi dari profil di atas, maka upoaya kesehatan dilakukan dengan
mengusahakanadanya equity, yaitu pemerataan pelayanan sesuai dengan kebutuhan. Ini berarti
kriteria efisiensi dan efektivitas, yang merupakan parameter penting dalam ekonomi, senantiasa
diwarnai oleh pertimbangan equity .
3.Motivasi non proft (nir-Iaba)
Masalah profit atau non profit dalam upaya kesehatan adalah bahwa dalam upaya
kesehatan memang boleh terjadi pengumpulan keuntungan, akan tetapi keuntungan tersebut
harus dimanfaatkan kembali untuk pengembangan dan peningkatan upaya kesehatan. Inilah
makna non profit dalam konsep upaya kesehatan. Ketiga filosofi utama tersebut di atas
menunjukkan bahwa kesehatan tidaklah "bebas nilai". Konsekuensinya, penilaian terhadap
masalah alokasi dan efisiensi sumber daya senantiasa dikaitkan dengan pertimbangan hak asasi,
equity dan non-profit. Dengan perkataan lain, ekonomi kesehatan pada dasarnya mengandung
pengertian welfare economics.
D.Ruang lingkup “sasaran“ ilmu ekonomi kesehatan.
Ada enam area yang merupakan ruang lingkup sasaran ilmu ekonomi kesehatan yang
secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut :
(2)
Pemerintah
(1)konsumen (3)provider
(4) Demand Utilization Health Impact
(5)
Dampak kesehatan untuk pembangunan
(6)
Dampak pembangunan terhadap kesehatan
E.Ciri khusus sector kesehatan
Di atas telah disebutkan bahwa ekonomi kesehatan adalah aplikasi ilmu ekonomi dalam
bidang kesehatan, bahwa dengan ilmu ekonomi kesehatan adalah integrasi antara dua cabang
ilmu yang sudah mapan, yaitu ilmu ekonomi dan ilmu kesehatan. Hal tersebut akan diuraikan
lebih jauh dalam bagian ini.
1 Kejadian penyakit yang tidak terduga
Berbeda dengan pengetahuan orang tentang kebutuhannya akan berbagai komoditi
ekonomi seperti makanan, pakaian, rumah dan lain-lain, umumnya orang sulit menduga penyakit
apa yang akan dialaminya di masa yang akan mendatang. Oleh sebab itu, orang juga tidak tahu
komoditi pelayanan kesehatan apa yang sebetulnya ia butuhkan. Ketidakpastian ini (uncertainty)
menjadi dorongan agar orang secara bersama-sama menghadapi risiko sakit tersebut dalam suatu
sistem asuransi.
2 Eksternal effct
Ekstemal effect adalah dampak positif aupun megatif yang dialami orang lain sebagai
akibat dari perilaku seseorang. Dalam bidang kesehatan,perilaku seseorang misalnya melakukan
pencegahan penyakit melalui imunisasi, akan member dampak positif berupa makin kecilnya
risiko sakit bagi orang lain. Karena imunisasi tersebut dapat memutuskan mata rantai infeksi,
maka manfaatnya bagi masyarakat adalah berlipat ganda kalau dibandingkan dengan manfaat
yang diperoleh orang yang bersangkutan.
Dalam bahasa ekonomi, dikatakan bahwa manfaat marginal bagi si individu adalah lebih kecil
daripada manfaat marginal yang diperoleh masyarakat. Kalau ini disadari oleh setiap orang,
maka demandterhadap imunisasi dalam mekanisme pasar biasanya akan rendah. Secara ekonomi,
ini adalah alasan kenapa pelayanan kesehatan yang mempunyai ekternal effect sebaiknya
dikelola oleh pernerintah.
3. Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak
Para politisi dan pakar ilrnu sosial seperti halnya ekonom dan professional kesehatan
berpendapat bahwa makan, pakaian dan tempat tinggal dan hidup sehat adalah elemen kebutuhan
dasar manusia yang harus diusahakan untuk dipenuhi, terlepas dari kemampuan seseorang untuk
membayarnya. Ini mooyebabkan distribusi pelayanan kesehatan seringkali dilakukan atas dasar
kebutuhan (need) dan tidak atas dasar demand. Hal ini telah mendapat perhatian yang lebih besar
sekarang ini. Gagasan untuk meningkatkan tariff pelayanan kesehatan selalu disertai dengan
pertanyaan tentang implikasi terhadap equity. Kebijaksanaan subsidi adalah dalam rangka
menjamin hak tersebut yaitu bagi penduduk yang tidak mampu.
4 Demand terhadap pelayanan kesehatan
Ciri khusus lainnya aalah demand terhadap pelayanan kesehatan, berbeda dengan
pakaian, makan, rumah, mobil dan lain-lain. Kedudukan pelayanan kesehatan dalam skala utility
individu tidak sama dengan komoditi ekonomi lainnya. Pertama, dalam mengkonsumsi
pelayanan kesehatan, sebetulnya diharapkan orang-orang adalah sehat. Kedua, konsumen
pelayanan kesehatan ada dalam posisi yang sangat lemah oleh karena umumnya tida tahu banyak
tentang apa yang dibutuhkannya. Ketiga, konsekuensi dari keadaan ini adalah bahwa demand
terhadap pelayanan kesehatan sebagian besar bukan keputusan individu bersangkutan. Memang
orang memutuskan tempat dimana ia berobat, akan tetapi selanjutnya, untuk memutuskan jenis
pemeriksaan dan jenis pegobatan, pihak providerlah yang menentukan. Aplikasi teori tentang
demand dalam ilmu ekonomi perlu memperhitungkan cirri khusus demand terhadap pelayanan
kesehatan seperti diuraikan di atas.
5 Komponen jasa dalam pelayanan kesehatan
Organisasi pelayanan kesehatan adalah contoh suatu system yang sangat padat karya oleh
karena jasa memang merupakan komponen utamanya. Untuk memproduksi suatu jenis jasa
pelayanan kesehatan saja, misalnya operasi usus buntu, diperlukan berbagai kualifikasi tenaga
dokteran keperawatan secara bersama-sama. Oampak keadaan ini adalah sensitifnya sektor
kesehatan atau unit pelayanan kesehatan terhadap perubahan gaji. Artinya, perubahan persentase
gaji yang kecil saja menyebabkan kenaikan biaya kesehatan total yang cukup berarti. Sehat
sebagai "sosial-good" Ones own health is everybody's. sehat adalah sutau indicator langsung
kesejahteraan sosial. Kesehatan seseorang ataupun penyakit yang diderita seseorang bisa secara
langsung membawa dampak pada masyarakat luas. Pertama, kalau penyakit tersebut menular, ia
bisa menyebar kepada orang lain. Kedua, walaupun penyakit tersebut tidak menular,
penanggulangannya memerlukannya biaya yang menjadi beban masyarakat, lebih-Iebih dalam
system asuransi ataupun dalam system yang ditopang oleh subsidi. Keadaan ini menyebabkan
kebijaksanaan pembangunan kesehatan senantiasa menekankan alokasi optimum sumber daya
sehinga memberikan sosial-effect setinggi mungkin dari sumber daya yang terbatas. Aplikasi
ekonomi dalam bidang kesehatan oleh kareanya bertujuan untuk maximasi sosial benefit
tersebut.
6. Sehat sebagai "sosial-good"
Ones own health is everybody's. sehat adalah sutau indicator langsung kesejahteraan sosial.
Kesehatan seseorang ataupun penyakit yang diderita seseorang bisa secara langsung membawa
dampak pada masyarakat luas. Pertama, kalau penyakit tersebut menular, ia bisa menyebar
kepada orang lain. Kedua, walaupun penyakit tersebut tidak menular, penanggulangannya
memerlukannya biaya yang menjadi beban masyarakat, lebih-Iebih dalam system asuransi
ataupun dalam system yang ditopang oleh subsidi. Keadaan ini menyebabkan kebijaksanaan
pembangunan kesehatan senantiasa menekankan alokasi optimum sumber daya sehinga
memberikan sosial-effect setinggi mungkin dari sumber daya yang terbatas. Aplikasi ekonomi
dalam bidang kesehatan oleh kareanya bertujuan untuk maximasi sosial benefit tersebut.
8.Motif non profit
Tujuan upaya kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, bukan mencari
keuntunqan dalam ukuran moneter. Oleh sebab itu, pemanfaatan surnber daya dalam produksi,
distribusi dan mengatur konsumsi pelayanan kesehatan, selalu mempertimbangkan sosial-
optimum dan bukan profit maximization. Konsekuensinya, bukan konsumsi maksimal yang
dikejar dalam pemasaran komoditi pelayanan kesehatan, akan tetapi adalah konsumsi optimal
dalam arti masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Lebih
lanjut dari kaidah ini berkembang ni!ai bahwa kompetisi dalam bidang industry kesehatan adalah
tidak etis. Bahwa dalam kenyataan terjadi upaya untuk mencari untung dalam penyediaan
pelayanan kesehatan adalah akibat belum tegasnya aturan main dan mekanisme control. Di
Indonesia, banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang didirikan dengan menggunakan Yayasan
sebagai badan hukum. Jelas Yayasan adalah suatu badan sosial dan non profit, yang oleh
karenanya tidak dikenankan pajak. Namun orang mensinyalir bahwa ada di antara pelayanan
kesehatan tersebut yang sebetulnya menghasilkan keuntungan.
9. kesehatan sebagai konsumsi sekaligus investasi
Dalam jangka pendek, upaya kesehatan terlihat sebagai sektor yang konsumtif, tidak
memberikan return on investment" yang jelas. Oleh sebab , seringkali sektor kesehatan ada
dalam urutan bawah dalam skala orientasi pembangunan, terutama kalau orientasi pembangunan
adalah pertumbuhan ekonomi. Namun kalau orientasi pembangunan pada akhirnya adalah
pembangunan manusia, maka pembangunan sektor kesehatan adalah suatu investasi paling tidak
untuk jangka panjang. Untuk janka pendekpun, kalau penduduk adalah "employed" di usaha
produktif, pembangunan kesehatan jelas memberikan "return on investment" yang dapat diukur.
Menurut Evans, 1984 ada tiga ciri utama pelayanan kesehatan yaitu:
a.Uncertainty/ketidakpastiao, yaitu kebutuhan pelayanan tidak bisa dipastikan, baik waktunya,
tempatnya maupun besarnya. Sifat inilah yang menimbulkan mekanisme asuransi.
b.Asymmetry of information, yaitu konsumen berposisi lemah sedangkan provider (dokter)
mengetahui jauh lebih banyak manfaat dan kualitas pelayanan yang dijualnya. Akibatya
konsumen rawan jadi mangsa provider sehingga perlu pengendalian dan pemantauan dari
pemerintah/public untuk melindungi konsumen.
c.Externality, yaitu konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi pembeli tetapi juga
yang bukan pembeli. Akibatnya membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk sehingga
pembiayaan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri tetapi menjadi tanggungan bersama .
F.ciri khusus ekonomi kesehatan
Ciri-ciri khusus bidang kesehatan seperti dijelaskan di atas membawa pengaruh bahwa
aplikasi ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan juga mempunyai Cirri-ciri khusus. Misalnya
dalam aplikasi positive economics, sewaktu menerangkan perilaku provider (supply) harus
dipertimbangkan ciri motive non padat karya, adanya eksternal effect dan lain-lain. Sewaktu
menerangkan perilaku consumer adalah sangat lemah, bahwa ia tidak well informed tentang
komoditi yang tersedia baginya.
Demikian juga, aplikasi normative juga mencari balance antara pean masyarakat dan
peran pemerintah (termasuk subsidi) dalam mencapai sosial optiumum tersebut. Efsiensi semata
bukanlah tujuan ekonomi kesehatan, akan . harus sekaligus dengan efektifitas.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tercapainya sosial benefits yang maksimum
dengan biaya serendah mung kin adalah tujuan atau aksiologi ekonomi kesehatan.
G.bidang kajian
Bidang kajian (ontology) ekonomi kesehatan dibagi sesuai dengan bidang kajian ilmu ekonomi,
yaitu bidang kajian yang bersifat makro dan bidang kajian bersifat mikro. Bidang kajian makro
menelaah sector kesehatan secara menyeluruh serta hubungannya secara timbal balik dengan
sektor-sektor sosial ekonomi lainnya. dalam hal ini, telaah bertujuan rnenqkuantflsir kontribusi
sektor kesehatan bagi bangunan ekonomi. Dalam hal ini kontribusi sektor kesehatan dalam
ukuran moneter. Sebaliknya, telaahan makro ini juga melihat apa pengaruh kebijaksanaan dan
pelaksanaan pembangunan sektor lain terhadap derajat kesehatan. Contoh klasik adalah
hubungan antara pembangunan bendungan aswan dengan epidemiology penyakit
Schistosomiasisi di Mesir, pengaruh pembukaan hutan di Brazil dengan malaria, kegiatan
industry di Teluk Minimata dengan keracunan merkuri, meningkatnya sektor transportasi dengan
kematian akibat kecelakaan, dan lain-lain. Selanjutnya, dampak positif pembangunan sektor lain
terhadap derajat kesehatan juga menjadi focus telaahan makro ini. misaInya, bagaimana
pengaruh kebijaksanaan subsidi terhadap accessibility pelayanan kesehatan, peningkatan
produksi pangan terhadap status gizi masyarakat dan sebagainya.
Dalam kaitannya dalam alokasi anggaran sektoral, telaahan makro melihat bagaimana
biaya kesehatan dikaitkan dengan perkembangan perekonomian, bagaimana pengaruh
kebijaksanaan moneter dan fiscal terhadap kecukupan dan kesehatan dan lain-lain.
Bidang kajian mikro adalah isu atau program spesifik sector kesehatan. Ini misaInya
menyangkut aspek produksi (supply) dan aspek konsumsi (utilization atau demand) pelayanan
atau program kesehatan.
Dalam aspek produksi, ekonorni kesehatan misainya menelaah biaya dari berbaqai input
program kesehatan seperti fasilitas, bahan- bahan, tenaga kesehatan, dan lain-lain. Analisa biaya
pada berbagai alternative program dapat beri gambaran tentang cost Efisiensi dan Cost
Effectiveness masing-masing program tersebut.
Masih dalam aspek produksi, bidang telaahan lainnya adalah aspek pembiayaan secara
keseluruhan: apa saja sumber biaya program kesehatan tertentu adalah (pemerintah, swasta, out
of pocket, dll ) berapa besarnya, bagaaimana trendnya, bagaimana system mobilitasnya,
(asuransi, grant, anggaran pemerintah, out of pocket payment, dll). Kemudian, ekonomi
kesehatan juga menelaah aspek alokasi sumber daya tersebut. Alokasi ini bisa bersifat
vertical,antarprogram, antarmata anggaran program, dan lain-lain.
Dalam aspek konsumsi (demand), ekonomi kesehatan menelaah pola penggunaan
pelayanan kesehatan dan diferensiasinya menurut fasilitas, strata pendapatan, strata pendidikan,
kota-desa, kelompok umur, pekerjaan dan lain sebagainya. Kemudian telaahan demand juga
mengkuantifisir bagaimana faktor-faktor tertentu terhadap pola konsumsi pelayanan kesehatan
tersebut, misalnya tariff, subsidi, asuransi kesehatan, pendapat, opportunity cost dan
H.Hubungan pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya memanfaatkan peluang-peluang yang
lazim secara teratur. Pad a tingkat Negara, hal tersebut menunjukkan suatu proses secara terus
menerus yang mempunyai banyak aspek. Tiga aspek yang harus dipertimbangkanadalah aspek
ekonomi, demografi dan kesehatan.
Saat ini pemikiran mengenai pembangunan ekonomi digunakan dalam dua cara yaitu
pertama, untuk membeda-bedakan suatu komunitas dan Negara dalam suatu skala mulai dari
kategori miskin sampai kategori kaya. Kedua, untuk menunjukkan proses perubahan dari Negara
miskin menjadi Negara yang relatif lebih kaya.
Pada tahun 1950-an daya dorong dari proses ekonomi ini dipandang Sebagai investasi.
Hal ini telah rnenambah perolehan pendapatan yang pada akhirnya memungkinkan
pendayagunaan sumber-sumber ekonomi untuk program investasi lebih lanjut asalkan tidak
tertelan oleh pertumbuhan penduduk meningkatnya konsumsi.model ini bisa disebut dalam teori
pembangunan kapitalis dan teori pembangunan sosialis. Esensi dari kebijaksanaan , bangunan ini
adalah dilakukannya investasi sebanyak mungkin, sambil terus menerus menekan pertumbuhan
penduduk dan tingkat konsumsi.
Namun, tampaknya peristiwa yang terjadi pada tahun 1960 dan 1970-an telah membuat
teori tersebut dinilai terlalu menyederhanakan persoalan, karena persoalan investasi ternyata
tidak hanya melibatkan modal fisik tetapi juga perhitungan faktor keuangan, teknologi dan
organisasi sosial yang mempunyai permasalahan tersendiri.
Dengan demikian, pembangunan ekonomi tidak lagi dipandang sebagai suatu proses sederhana,
suatu proses penyuntikan modal bagi sistem perekonomian dengan harapan memberikan
keuntungan otomatis dalam pembangunan dankesejahteraan man usia. Kini telah disadari bahwa
hal ini juga membawa akibat negatif. Karena modal ternyata bukan sebuah "peluru ajaib", dan
perencanaan pembangunan menjadi lebih rumit karena harus memperhitunqkan semua aspek
ekonomi termasuk masalah kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan
proses perubahan tingkat kesehatan masyarakat dari tingkat yang 0rang menjadi lebih baik sesuai
dengan standar kesehatan. Hakekat perubahan dapat dikenali dengan mengamati kasus kematian
bayi. Masyarakat yang tingkat kesehatannya buruk, kematian bayi mereka lebih banyak
disebabkan oleh yakit diare ataupun penyakit gangguan pernafasan.
Penelitian atas pertumbuhan ekonomi khususnya di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
perubahan dalam GNP bukan ditunjukkan semata-mata oleh adanya perkembangan dalam tenaga
kerja atau modal, tetapi dari factor residual, yang kemudian ternyata merupakan peningkatan
kualitas dari faktor-faktor produksi. Dalam hubungan inilah peranan kesehatan dan pendidikan
yanq mempengaruhi kualitas sumber daya manusia menjadi penting.
Penelitian yang dilakukan oleh Schultz (1960) dan Denison (1962) enunjukkan bahwa
sekitar 20% dari pertumbuhan ekonomi di Amerika untuk beberapa dasawarsa disebabkan oleh
perbaikan dalam tingkat ekonomi. Sementara itu kesehatan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi melalui penerapan cara misalnya perbaikan kesehatan seseorang akan menyebabkan
pertambahan dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan dapat pula perbaikan dalam
tingkat pendidikan yang kemudian menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi, atau pun
perbaikan kesehatan menyebabkan bertambahnya penduduk yang akan membawa tingkat
partisipasi angkatan kerja.
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas sumber daya manusia terletak pada
keadaan kesehatannya sendiri. Rendahnya tingkat gizi dan kalori bagi tiap-tiap penduduk usia
muda di pedesaan akan menghasilkan pekerja yang kurang produktif dengan tingkat mental ang
agak terbelakang. Pada selanjutannya, hat ni akan menyebabkan produktivitas yang kurang
tinggi dan menqakibatkan tingkat output yang rendah.
1.Sumbangan sektor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi
Tampaknya ada semacam persetujuan di kalangan para peneliti bahwa timbulnya
kekurangan gizi serta derajat kesehatan masyarakat erat hubungannya dengan kemiskinan,
sehingga sang at dimungkinkan apabila derajat kesehatan diperbaiki, pertumbuhan ekonomi yang
cukup sudah barang tentu disebabkan oleh semakin produktif sumber daya manusia yang
merupakan masukan bagi perkembangan perekonomian tersebut.
Pengaruh dari program gizi terhadap produktivitas yang kemudian juga mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dikemukakan secara jelas oleh Casarlo, Simon dan Kinne (1980).
Perbaikan di dalam status gizi akan menurunkan tingkat kematian dan kesakitan khususnya bagi
penduduk usia erja, sehingga dapat meningkatkan partisipasi bagi yang belum bekerja, dan
meninqkatkan hari kerja bagi yang sedang melakukan kegiatan kerja.
Selain itu, perbaikan gizi dan kesehatan tenaga kerja akan meningkatkan efisinesi kerja
melalui peningkatan kemampuan individualnya. Pengaruh dari program kesehatan serta gizi
terhadap penduduk usia muda akan terlihat pad a GNP di masa depan, yang terjadi sebagai akibat
perubahan kehadiran dan hasil di dalam lembaga pendidikan. Sedangkan program gizi dan
kesehatan juga akan mempengaruhi GNP melalui pertumbuhan ekonomi yankni dengan
bertambahnya tingkat partisipasi angkatan kerja dan secara tidak langsung melalui tingkat
partisipasi dalam dunia pendidikan.
Salah satu penelitian yang dilakukan untuk beberapa Negara di Amerika Serikat selama
periode 1950-1962, dilaporka oleh Correa Cummins (1970) menyatakan bahwa rendahnya
tingkat nutrisi dan gizi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, khususnya di Negara-negara
berkembang. Selain itu studi yang lain menunjukkan pentingnya peningkatan kesehatan anak-
anak yang diharapkan dapat ,meningkatkan pendidikan mereka. Hal ini penting diperhatikan,
karena pendidikan itu sendiri memegang peranan yang cukup penting dalam meningkatkan
pendidikan mereka dan dalam peningkatan konsumsi kalori. Dengan pendidikan yang terarah
dapat ditanamkan poentingnya "Hidup sehat sejak dini". Dgaya "hidup sehat" ini yang pada
selanjutannya akan menentukan kemampuan mental serta fisik dalam menuntut pendidikan yang
lebih tinggi.
2.Sumbangan pertumbuhan ekonomi terhadap sektor kesehatan
Peningkatan GNP akan membawa pengaruh pada penurunan tingkat kesakitan dan
kematian serta perbaikan dalam status gizi, baik bagi masyarakat secara keseluruhan meupun
individu tertentu. Perbaikan gizi merupakan program prioritas dalam membentuk kualitas
manusia Indonesia. Terlebih dalam keadaan krisis saat ini telah berakibat lebih parah menjadi
krisis. Krisis ekonomi berakibat 60-70% anak-anak menderita kurang gizi karena daya beli yang
rendah. Krisis ekonomi telah menurunkan status gizi dan kesehatan masyarakat. Upaya
pemecahan masalah gizi di jadikan sebagai ujung tombak menuju sehat. Beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian terhadap masalah gizi.
Tingkat inflasi mencapai 80%, pengangguran menjcapai 17 juta orang dan tingkat
kemiskinan mencapai 79,4 juta orang. Tingkat kemiskinan ini merupakan sekitar 40% dari
jumlah penduduk Indonesia atau kuranglebih setara dengan komoditi pad a tahun 1970-an
(Menteri Koperasi 1998 dalam Zakaria, 1999).
Krisis ekonomi saat ini sumdah sampai kepada kesulitan yang tinggi karena rendahnya
daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan konsumsi sehari-hari. Tidak
terpenuhinya kebutuhan pangan dapat berakibat timbulnya kekurangan masalah gizi dan
kesehatan khususnya pada kelompok rentan seperti bayi dan anak balita, ibu hamil dan ibu
menyusui.
Sebelum krisis ekonomi terjadi di Indonesia setiap tahunnya terdapat di indonesia 14%
atau 600.000 dari 4,6 juta bayi yang dilahirkan menderita kurangan gizi. Angka ini meningkat
menjadi 35% pada usia anak mencapai satu Tahun. Dalam keadaan krisis ekonomi saat ini 50-
70% bayi yang mencapai usia satu tahun menderita kekurangan gizi. Meurut Prof. sjamsoe"oed
Sadjad mengatakan bahwa krisis ini membuat manusia indonesia mati 30%.
Apabila dihubungkan dengan keadaaan Indonesia pad a tahun 1970, tingkat kematian
akibat "TB" di Indonesia diperkirakan sebesar 36,8 per 100.000 penduduk dengan GNP per
kepala sebesar 73 dollar AS. Sementara pada tahun yang sama tingkat kematian akibat TB di
Amerika SErikat hanya setinggi 2,0 per 100.000 penduduk dengan GNP per kepala sebanyak
4,289 dolar AS. Apabila Indonesia fngin mencapai tingkat kematian seperti di amerika Serikat
tersebut akan diperlukan waktu sekitar 59 tahun dengan catatan Negara ini mampu meningkatkan
GNP per kepala laju dukali pertahun salama tahun tersebut. Apabila laju pertumbuhan ekonomi
hanya sekitar 5% per tahun dengna perkembangan penduduk sekitar 2,3% per tahun, maka akan
diperlukan waktu dari seratus tahun sebelum Indonesia mencapai tingkat kematian akibat TB
yang telah dijangkau oleh Amerika Serikat pada tahun 970 tersebut.
Oleh karenanya, menghubungkan laju pertumbuhan ekonomi semata-mata dengan
pembanguna sektor kesehatan harus berhati-hati. Masih banyak faktor lain yang mempengaruhi
derajat kesehatan. Mungkin bukan perturnbuhannya yang penting tetapi distribusi dari
pendapatan atau kekayaan menurut golongan-golongan ekonomi di masyarakat, yang lebih
rekayasa untuk melihat pengaruhnya terhadap pembangunan di sektor kesehatan .
Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan saling
mempengaruhi. Pembangunan ekonomi menghasilkan sumber-surnber daya tambahan untuk
peningkatan gizi masyarakat, perumahan dan sanitasi, pelayanan dan teknologi. Pembangunan
ekonomi meningkatkan derajat kesehatan. Sementara ini derajat kesehatan yang lebih baik yaitu
berkurangnya beban penyakit dan ketidakpastian akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
(walauun hal itu sulit dibuktikan). Beberapa variabel sering berhubungan secara timbale balik.
Misalnya saja perbedaan status gizi tertentu antar Negara miskin dan Negara kaya merupakan
indikator adanya derajat kesehatan yang lebih baik. Tetapi dalam keadaan lain, hal ini justru
merupakan petunjuk adanya penyakit-penyakit "Barat" seperti kanker dan penyakit jantung.
BAB III
KESIMPULAN
1. Ilmu ekonomi diperlukan sebagai kerangka berpikir untuk dapat melakukan pilihan terhadap
berbagai sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
2. Ruang lingkup ekonomi kesehatan yakni mencakup ilmu ekonomi, Upaya kesehatan, Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan Dan Derajat kesehatan yang optimal
3