MAKALAH FIX.pdf

38
PENERAPAN METODE PENGUKURAN FAIR VALUE DALAM PENCATATAN ASET TETAP Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Ujian Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Genap 2014 Oleh Christiando Pahala Siringoringo (8105128008) Denny Setiyanto (8105128013) FAKULTAS EKONOMI EKONOMI DAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN EKONOMI KONSENTRASI PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA JAKARTA 2014

Transcript of MAKALAH FIX.pdf

  • PENERAPAN METODE PENGUKURAN FAIR VALUEDALAM PENCATATAN ASET TETAP

    Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Ujian AkhirMata Kuliah Bahasa Indonesia

    Semester Genap 2014

    Oleh

    Christiando Pahala Siringoringo (8105128008)Denny Setiyanto (8105128013)

    FAKULTAS EKONOMIEKONOMI DAN ADMINISTRASI

    PENDIDIKAN EKONOMIKONSENTRASI PENDIDIKAN AKUNTANSI

    UNIVERSITAS NEGERI JAKARTAJAKARTA

    2014

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 2

    ABSTRAK

    Penerapan Metode Pengukuran Fair Value Dalam Pencatatan Aset Tetap

    Christiando Pahala Siringoringo (8105128008)Denny Setiyanto (8105128013)

    Secara umum dalam akuntansi, terdapat dua metode pencatatan yang dapatditerapkan dalam pencatatan aset tetap. Kedua metode tersebut adalah historicalcost dan fair value method. Penulisan makalah ini mengkaji pengaruh yang terjadidari penerapan metode fair value dalam bidang akuntansi khususnya pencatatanaset tetap. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui perbandinganantara historical cost dengan fair value dan bagaimana dampak penerapan fairvalue bagi perusahaan. Metode yang dilakuan dalam penulisan ini melalui studikepustakaan dari berbagai sumber buku rujukan, jurnal ilmiah, dan artikel seminaryang berkaitan dengan penerapan fair value. Dari hasil analisa kepustakaan yangdilakukan, terlihat bahwa penerapan metode fair value dapat menghasilkanlaporan keuangan yang lebih relevan, namun di Indonesia, kesiapan penerapanfair value masih mengalami beberapa kendala.Kata Kunci : Akuntansi, Aset Tetap, Fair Value, Historical Cost

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 3

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atasberkat rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untukmemenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia, pada semester IV di tahun ajaran2013/2014, dengan judul Penerapan Metode Pengukuran Fair Value dalamAkuntansi.

    Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengetahuitentang pengaruh yang terjadi sebagai akibat dari penerapan metode pengukuranfair value dalam bidang akuntansi, khususnya dalam pencatatan aset tetap.Makalah ini kami sajikan berdasarkan studi kepustakaan dari berbagai sumber.

    Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapatterselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kamimengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Rr. Ponco Dewi K.S., MM sebagaidosen pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikanbimbingan kepada kami.

    Kami sadar, sebagai seorang yang masih dalam proses pembelajaran,penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangatmengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisanmakalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semogamakalah ini, dapat memberi wawasan dan pengetahuan bagi pembaca, khususnyadalam bidang akuntansi mengenai penerapan metode pengukuran fair value.

    Terima kasih.

    Jakarta, 4 Mei 2014

    Tim Penulis

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 4

    DAFTAR ISI

    Abstrak .....................................................................................................................2

    Kata Pengantar .........................................................................................................3

    Daftar Isi...................................................................................................................4

    Pendahuluan

    Latar Belakang..................................................................................................6

    Rumusan Masalah ............................................................................................7

    Pembatasan Masalah.........................................................................................7

    Tujuan Makalah ................................................................................................8Manfaat Makalah ..............................................................................................8

    Metode Penulisan..............................................................................................8

    Sistematika Penulisan .......................................................................................8

    Landasan Teori

    Definisi Akuntansi ..........................................................................................10

    Definisi Aset Tetap .........................................................................................10

    Jenis Aset Tetap..............................................................................................11

    Depresiasi (Penyusutan) .................................................................................12

    Penilaian Aset Tetap .......................................................................................14

    Pengukuran dan Penilaian Historical Cost ....................................................15

    Pengukuran dan Penilaian Fair Value ...........................................................16

    Pembahasan

    Sejarah Metode Fair Value .............................................................................18Konsep Nilai Wajar .......................................................................................20Pengukuran Aset Tetap...................................................................................22

    Perbandingan Historical Cost dengan Fair Value...........................................25

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 5

    Prosedur Pengukuran Dan Teknik Penilaian Aset Tetap Dengan RevaluatianModel ..............................................................................................................29

    Perdebatan Fair Value di Indonesia................................................................31

    Dampaknya Terhadap Perusahaan..................................................................33

    Penutup

    Kesimpulan .....................................................................................................36

    Saran ...............................................................................................................37

    Daftar Pustaka ........................................................................................................38

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 6

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Tujuan utama akuntansi keuangan adalah menyusun laporan yang didalamnya harus menyajikan informasi yang berguna bagi pihak intern maupunpihak ekstern perusahaan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, akuntanmenemukan banyak celah dalam pendekatan-pendekatan pelaporan keuanganyang telah ada, untuk melakukan kecurangan. Hal ini merupakan salah satu sebabmunculnya pengaturan akuntansi baru yang principal based yaitu IFRS(International Financial Reporting Standart).

    Dalam IFRS dikembangkanlah pendekatan-pendekatan baru dalampelaporan keuangan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, danketerbandingan laporan keuangan. Misalnya, ditingkatkannya pengungkapaninformasi kualitatif transaksi, pengaturan untuk pelaporan keuangan

    menggunakan principal based bukan lagi rule based, dihapusnya pos-pos luarbiasa, penyajian laporan keuangan diubah untuk mencerminkan sifat laporankeuangan, dan penggunaan pendekatan pengukuran nilai wajar (fair value).Manfaat dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, mengurangi biayayang terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost ofcapital.

    Sebelum digunakannya IFRS, akuntansi di Indonesia menggunakanhistorical cost untuk pengukuran transaksinya. Dalam konsep ini, pos-pos laporankeuangan diukur sebesar cost pada waktu terjadinya transaksi. Biaya ini kemudianakan menjadi dasar pelaporan besarnya suatu pos untuk periode selanjutnya,selama pos tersebut masih dilaporkan. Keuntungan dari digunakannya pendekatanhistorical cost ini adalah besarnya pos laporan keuangan dapat dibuktikan denganmudah karena berdasarkan transaksi yang telah terjadi. Namun, ketika terjadipenurunan atau peningkatan nilai suatu pos di pasar (bisa jadi karena inflasi atau

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 7

    deflasi, atau karena kelangkaan produk, dan lain sebagainya), pos yang dilaporkantidak akan mencerminkan nilai yang berubah ini.

    Dengan kondisi pasar yang semakin dinamis, dan berkembang sangat cepat,akhirnya konsep historical cost dianggap tidak cocok lagi, karena tidakmencerminkan nilai pasar. Sebagai gantinya digunakan konsep fair value. Fairvalue ditetapkan oleh International Accounting Standard Board (IASB) sebagaidasar untuk mengukur aset. Munculnya sebuah konsep baru dalam duniaakuntansi, justru akan berpengaruh dalam pelaporan keuangan perusahaan. Dalammakalah berikut ini, penulis akan menyampaikan secara lugas definisi, konsep fairvalue dalam pencatatan aset tetap, kelebihan dan keunggulan fair value, dandampak penererapan fair value bagi perusahaan.

    B. Perumusan Masalah

    Makalah ini mengangkat masalah yang berkaitan dengan penerapan fairvalue dalam bidang akuntansi. Pelaksanaan sistem akuntansi dengan metodehistorical cost ternyata memiliki kekurangan karena tidak menunjukkan kondisisebenarnya dari laporan keuangan. Untuk itu, muncul standar akuntansi yangmenggunakan metode fair value sehingga laporan keuangan yang dihasilka dapatlebih relevan dengan kondisi yang sebenarnya. Namun, penerapan fair valueuntuk mengatasi kekurangan dari metode historical cost ternyata membawabeberapa dampak bagi perusahaan. Sehingga penulis memfokuskan masalahdalam makalah ini berkenaan dengan konsep fair value beserta perbandingannyadengan historical cost. Selain itu, makalah ini pun akan membahas perdebatanyang terjadi dalam penerapan fair value dan dampak metode tersebut bagiperusahaan khususnya dalam pencatatan aset tetap.

    C. Pembatasan Masalah

    Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah pada pengaruhfair value dalam bidang akuntansi bagi perusahaan, khususnya dalam pencatatanaset tetap. Hal ini dimaksudkan agar penulisan makalah ini dapat secara detailmenjelaskan konsep penerapan fair value khususnya dalam pencatatan aset tetapdan dampak yang dapat muncul bagi perusahaan sebagai akibat penerapan fairvalue tersebut.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 8

    D. Tujuan MakalahAdapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

    metode fair value dapat mempengaruhi kinerja laporan keuangan. Selain itumemberi pemahaman pada pihak perusahaan tentang bagaimana kelebihan dankekurangan dari metode historical cost dan fair value. Serta memberikangambaran mengenai dampak penerapan fair value bagi perusahaan di Indonesia.

    E. Manfaat Makalah

    1. Menambah pengetahuan pihak perusahaan mengenai penerapanpengukuran dan penilaian akuntansi khususnya aset tetap yang akan danuntuk menambah wawasan dalam bidang akuntansi.

    2. Memberi kontribusi praktis terhadap perusahaan dan manajemen dalammenjelaskan posisi aset tetap terhadap laporan keuangan perusahaan agardapat disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan.

    F. Metode Penelitian

    Metode penulisan yang dilakukan dengan studi kepustakaan dari berbagaisumber buku rujukan, jurnal ilmiah, dan artikel ilmiah yang terkait denganpenerapan metode fair value dalam aset tetap.

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk menjelaskan ketetapan arah pembahasan dalam penelitian ini makadisusun dalam sistematika sebagai berikut :

    BAB I : Pendahuluan

    Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuanpenelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

    BAB II : Landasan Teori

    Bab ini menjelaskan tentang landasan teori, definisi dan penjelasan yangberhubungan dengan penelitian yang dilakukan, penelitian terdahulu,kerangka pemikiran, dan hipotesis yang berhubungan dengan pokokpembahasan dan penelitian terdahulu serta menjadi dasar acuan teori yangdigunakan dalam analisis penelitian ini.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 9

    BAB III : Pembahasan

    Bab ini berisi tentang pembahasan makalah yang berkaitan denganpenerapan metode fair value dalam bidang akuntansi, khususnya pencatatanaset tetap.

    BAB IV : Penutup

    Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnyadisertai dengan saran yang mendukung bagi keberhasilan penerapan fairvalue.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 10

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Definisi Akuntansi

    Pengertian akuntansi menurut APB Statement N0. 4 (Tahun 1970) yangberjudul Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial

    Statemnt of Bussiness enterprises, akuntansi adalah sebuah aktivitas jasa,

    dimana fungsinya memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenaikeuangan dan entitas ekonomi, yang dimaksudkan akan menjadi berguna dalampengambilan keputusan ekonomi (dalam membuat pilihan diantara alternativeyang ada).

    Definisi selanjutnya menurut A Statement of Basic Accounting Teory(ASOBAT) yang diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA) padatahun 1966, akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, mengukur,

    dan menyampaikan informasi ekonomi bagi para penggunanya dalammempertimbangkan berbagai alternative yang ada dan membuat kesimpulan.

    Menurut American Institute of Certified Publics Accountants (AICPA),akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran transaksi

    dan peristiwa keuangan dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, termasukpenafsiran atas hasil-hasilnya.

    Sedangkan menurut Kieso (2002 : 2), akuntansi bisa didefinisikan secaratepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: (1)pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangantentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang berkepentingan.Karakteristik-karakteristik ini telah dipakai untuk menjelaskan akuntansi selamaberatus-ratus tahun.

    2.2. Definisi Aset Tetap

    Aset tetap seringkali merupakan komponen aset yang cukup signifikan

    dalam laporan posisi keuangan sebuah entitas. Aset tetap adalah aset berwujudyang (1) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 11

    jasa; untuk direntalkan kepada pihak lain; atau untuk tujuan administratif; dan (2)diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

    Sedangkan menurut Kieso dkk (2007;566), aset tetap adalah sumber dayayang memiliki tiga karakteristik, yaitu memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuranyang jelas), digunakan dalam kegiatan operasional, dan tidak untuk dijual kekonsumen. Berdasarkan hal tersebut, maka tidak semua aset yang dimiliki olehperusahaan dapat dikategorikan sebagai aset tetap. Sebuah aset harus memenuhibeberapa karakteristik yang telah disebutkan sehingga bisa dikategorikan sebagaiaset tetap.

    2.3. Jenis Aset Tetap

    Aset tetap dapat di bedakan menjadi dua (2) jenis berdasarkanpenyusutannya, yaitu:

    1. Depreciable assets.

    Depreciable assets adalah aset tetap yang bisa disusutkan, seperti bangunan,mesin, peralatan.

    2. Nondepreciable assets.

    Nondepreciable assets adalah aset tetap yang tidak bisa disusutkan. Asettetap yang termasuk dalam jenis ini hanya satu (1) yaitu tanah sedangkan asettetap yang lain termasuk dalam kategori depreciable assets.

    Berdasarkan PSAK No.16 (2009) aset tetap dapat dibedakan menjadidelapan kelompok sesuai dengan sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasinormal entitas, yaitu:

    1) Tanah dan lahan

    Bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupunyang masih kosong. Dalam akuntansi, apabila ada lahan atau tanah yang didirikanbangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri.

    2) Bangunan gedung

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 12

    Gedung merupakan bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atastanah atau air, pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasigedung.

    3) Mesin

    Termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari perusahaan yangbersangkutan.

    4) Kendaraan

    Semua jenis kendaraan seperti: alat pengangkut, truck, mobil, kendaraanroda dua, dan lain-lain.

    5) Perabot

    Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabotpabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.

    6) Inventaris atau peralatan

    Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang dipergunakandalam perusahaan.

    7) Prasarana

    Di Indonesia merupakan kebiasaan perusahaan membuat klasifikasi khususprasarana seperti jalan, jembatan, pagar, dan lain-lain.

    2.4. Depresiasi (Penyusutan)

    Semua aset tetap kecuali tanah akan rusak/usang. Untuk beberapa aset tetap,kerusakan fisik dan usang menyebabkan penyusutan (depresiasi). Ada beberapapengertian penyusutan yang dikemukakan para ahli.

    Depresiasi adalah proses pengalokasian cost atau harga perolehan aset tetapmenjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis.Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aset tetap yang secara sistematisdialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi (Baridwan, 2004:305).Penyusutan/Depresiasi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkandari suatu aset selama umur manfaatnya (IAI, PSAK 16 Revisi 2011). Daribeberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa depresiasi merupakan

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 13

    suatu proses untuk pengalokasian harga perolehan aset tetap yang disusutkansepanjang masa manfaat yang diestimasi dengan cara yang rasional dan sistematis.

    Ada beberapa metode yang biasanya digunakan untuk menghitungpenyusutan, yaitu:

    1) Metode garis lurus (Straight line method)

    Berdasarkan metode garis lurus (straight line method), penyusutan besarnyasama untuk setiap tahun masa manfaat aset. Dasar perhitungan satu-satunya

    adalah waktu. Supaya dapat menghitung beban penyusutan dengan metode garislurus, cukup dengan menghitung biaya yang dapat disusutkan. Biaya yang dapatdisusutkan adalah harga perolehan aset dikurangi nilai sisa. Hal ini menunjukkantotal jumlah nilai yang dapat disusutkan. Pada metode garis lurus, untukmenentukan beban penyusutan setiap tahun adalah membagi biaya yang dapatdisusutkan dengan masa manfaat aset.

    2) Metode unit aktivitas (Unit of activity method)

    Berdasarkan metode unit aktivitas (init of activity method), masa manfaatdinyatakan dalam total unit produksi atau tingkat penggunaan aset, bukan dalamsatuan waktu. Metode unit aktivitas ini cocok digunakan untuk mesin pabrik.Produksi dapat di hitung dalam jumlah unit yang dihasilkan atau dalam jam kerjamesin. Metode ini juga dapat digunakan untuk aset seperti peralatan pengangkutan(jarak tempuh dalam mil) dan pesawat (jam terbang). Metode unit aktivitas secaraumum tidak sesuai untuk bangunan atau perabot, karena penyusutan aset inibiasanya merupakan fungsi dari waktu dibandingkan penggunaan.

    Untuk menggunakan metode ini, total unit aktivitas untuk seluruh masamanfaat diestimasikan, dan kemudiann total unit ini sebagai pembagi terhadapbiaya yang dapat disusutkan. Jumlah yang dihasilkan dari perhitungan tersebutadalah biaya penyusutan per unit. Biaya penyusutan per unit ini kemudiandikalikan dengan unit aktivitas selama tahun berjalan untuk menentukan besarnyabeban depresiasi tahunan.

    3) Metode saldo menurun (Declining balance method)

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 14

    Metode saldo menurun (Declining balance method) menghasilkan bebanpenyusutan tahunan yang terus menurun selama masa manfaat aset. Metode inidinamakan saldo menurun karena periode penyusutan didasarkan atas nilai buku(harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan) aset yang terus menurun.Beban penyusutan tahunan dihitung dengan mengalikan nilai buku pada awaltahun dengan tarif penyusutan saldo menurun. Tarif penyusutan tetap sama daritahun ke tahun, tetapi nilai buku akan terus menurun setiap tahun.

    2.5. Penilaian Aset Tetap

    Pengakuan awal aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan asettersebut. Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan ataunilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saatperolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi siap untukdipergunakan.

    Karena harga perolehan dari aset tetap adalah biaya untuk seluruh masamanfaat, sedangkan setiap tahun selalu ada pengukuran dan pelaporan terhadapkinerja perusahan yang meliputi penghasilan dan beban maka biaya dari aset tetaptersebut juga harus dialokasikan sebagai beban yang nantinya beban ini akandiperbandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pada tahun berjalan.

    Setelah pengukuran pengakuan awal, entitas memilih model biaya ataumodel revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakantersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Model biayapengukuran aset tetap dengan mencatat nilai sebesar biaya perolehan dikurangiakumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, sedangkan modelrevaluasi adalah aset tetap dinilai kembali dengan nilai wajar pada tanggalrevaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

    Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untukmemastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yangditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode laporan. Jikasuatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang samaharus direvaluasi.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 15

    Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebutdiakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas padabagian surplus revaluasi. Namun kenaikan itu harus diakui dalam laba rugi hinggasebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakuisebelumnya dalam laba rugi.

    Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebutdiakui dalam laba rugi. Namun, penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatankomprehensif lain selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplusrevaluasi untuk aset tersebut. Penurunan nilai diakui pada pendapatankomprehensif lain mengurangi akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplusrevaluasi. Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke modelrevaluasi dalam pengukuran aset tetap, maka perubahan tersebut berlakuprospektif.

    2.6. Pengukuran dan Penilaian Historical Cost

    Harapan bahwa laporan keuangan audit pribadi akan memberikan basisyang cukup untuk berinvestasi mencerminkan ketidakpahaman yang serius atasprinsip dan metode akuntansi publik. Nilai sebagian besar aset dan kewajibandicatat pada neraca berdasarkan historical cost yaitu jumlah yang dibayar untukaset individual dan terjadi untuk kewajiban pada saat diperoleh atau diambil,dikurangi depresiasi dan amortisasi. Oleh karena itu, balance sheet secara umumtidak mengungkapkan nilai yang dapat diperoleh jika aset tersebut dijual ataukewajiban dilunasi.

    Akuntansi biaya historis adalah nilai moneter dari ekonomi asli yangdidasarkan pada asumsi biaya historis dari unit pengukuran yang stabil. Dalambeberapa keadaan, aset dan kewajiban dapat ditampilkan pada biaya historis,seakan tidak ada perubahan nilai sejak tanggal akuisisi. Neraca nilai barang dapatberbeda dari nilai sebenarnya. Biaya historis dikritik karena ketidaktelitiannya.Berbagai perbaikan pada biaya historis yang digunakan, banyak yangmembutuhkan penggunaan berhenti dan manajemen dapat sulit untukmelaksanakan atau memverifikasi. Kecenderungan dalam standar akuntansi

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 16

    adalah gerakan refleksi yang lebih akurat dari nilai wajar atau pasar, bahkan jikaprinsip biaya historis tetap digunakan, terutama untuk aset penting kecil.

    2.7. Pengukuran dan Penilaian Fair Value

    Metode pengukuran harga wajar atau fair value telah berlaku di Amerikasesuai dengan statement No. 157 tentang fair value measurements. Statement inimendefinisikan fair value, menetapkan kerangka untuk mengukur nilai yang wajar(fair value) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, danmemperluas tentang pengungkapan tentang pengukuran fair value. Statement iniditerapkan dalam kerangka standar akuntansi yang membutuhkan ataumengizinkan pengukuran fair value.

    Statement ini menekankan bahwa fair value adalah pengukuran berbasispasar (a market-based measurement), bukan pengukuran yang spesifik entitas (anentity-specific measurement). Oleh karena itu, pengukuran fair value harusditentukan berdasarkan asumsi yang digunakan pelaku pasar dalam menghargaiasset dan utangnya.

    Sebelum statement ini, ada beberapa definisi tentang fair value danpedoman penerapannya dalam prinsip akuntansi sangat terbatas. Selain itupedoman sudah tersebar diantara banyak pengumuman yang menjelskan perlunyapengukuran fair value. Perbedaan pedoman itu akan menimbulkan inkonsistensiyang menambah rumitnya prinsip akuntansi. Dalam membuat statement ini,dewan telah mempertimbangkan perlunya peningkatan konsistensi dancomparability pengukuran fair value dan untuk memperluas pengungkapantentang pengukuran fair value.

    Definisi fair value tetap menyangkut harga pertukaran atau exchange price.Statement ini menjelaskan bahwa exchange price adalah harga dari transaksi yangnormal antara pelaku pasar yang menjual asset atau mentransfer utang di pasardimana entintas yang melaporkan melakukan transaksi yang menyangkut assetdan utang pada kondisi yang paling menguntungkan. Transaksi menjual asset ataumentransfer utang adalah transaksi hipotesis pada tanggal pengukuran, denganmempertimbangkan perspektif pelaku pasar yang memegang asset dan yangberutang. Oleh karena itu, definisi ini berfokus pada harga yang akan diterima jika

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 17

    melakukan penjualan asset atau membayar atau mentransfer uang (exit price),bukan harga yang akan dibayar untuk membeli asset atau menerima utang (entryprice).

    Statement ini memperluas pengungkapan tentang penggunaan pengukuran

    fair value untuk mengukur aset dan kewajiban periode interim dan tahunanmengikuti pengakuan sebelumnya. Pengungkapan difokuskan pada input yangdigunakan untuk mengukur fair value dan mengulangi pengukuran fair valuedengan menggunakan unobservable inputs, pengaruh pengukuran pada laba padaperiode itu.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 18

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Sejarah Metode Fair ValueSeiring perkembangan zaman, ternyata penggunaan historical cost tidak lagi

    relevan karena kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan telah terhambat olehtantangan yang serius. Dan banyak orang yang berpendapat dan yakin bahwastandar akuntansi yang menggunakan historical cost memainkan peranan pentingsebagai penyebab kerusakan perekonomian, terutama lembaga simpan pinjamtahun 1980an dan masalah perbankan 1990an. Karena pada waktu itu banyaklaporan keuangan yang tidak mengungkapkan kerugian segera pada saat terjadi.Sehingga terdapat kesepakatan bahwa standard akuntansi yang ada perludiperbaiki untuk memastikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, relevan, danterpercaya. Maka, semenjak waktu itu, muncullah pandangan tentang pembuatanlaporan keuangan berbasis Fair Value.

    Pada beberapa tahun kebelakang, IASB (International Accounting StandardBoard) telah merevisi beberapa Standar Akuntansi Internasional denganmemberlakuan fair value untuk beberapa ketentuan dalam standar akuntansinya.Salah satu yang menonjol adalah pengakuan fair value sebagai salah satu opsi(model revaluasi) selain Nilai Buku (historical cost) dalam penentuan nilai asettetap (property, plant and equipment). Pada ketentuan lain, fair value jugadigunakan dalam penentuan nilai atas kewajiban (liability) di beberapa standarlainnya.

    Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian lebih dari satu tahun,sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangkawaktu yang relatif lama. Namun, manfaat yang diberikan aset tetap umumnyasemakin lama semakin menurun manfaatnya secara terus menerus, danmenyebabkan terjadi penyusutan (depreciation). Faktor yang mempengaruhimenurun kemampuan suatu aset tetap untuk memberikan jasa/manfaaat yaitu :Secara fisik, disebabkan oleh pemakaian dan keausan karena penggunaan yangberlebihan dan secara fungsional, disebabkan oleh ketidakcukupan kapasitas yang

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 19

    tersedia dengan yang diminta (misal kemajuan teknologi). Sehingga penurunankemampuan aset tetap tersebut dapat dialokasikan sebagai biaya.

    Aset tetap sangat berpengaruh dalam laporan keuangan perusahaan karenanilai dari aset tetap itu sendiri merupakan salah satu yang paling besar nilainyadalam laporan keuangan. Sehingga dalam penilaiannya di butuhkan adanyarevaluasi terhadap aset tetap perusahaan. Karena dengan adanya revaluasi itusendiri bertujuan untuk memperbaiki posisi keuangan dalam rangka tujuanmemperoleh kredit dari bank, proses penjualan aset tetap itu sendiri.

    Dalam kondisi inflasi, perusahaan perlu mempertimbangkan untukmelakukan revaluasi karena nilai buku sudah tidak bisa mencerminkan hargapasar yang berlaku saat ini. Dan juga kenaikan harga yang sangat tinggi di negarakita sebagai akibat turun dan bergejolaknya mata uang Rupiah terhadap mata uangasing khususnya US Dollar, di samping telah menurunkan tingkat kesejahteraanmasyarakat Indonesia. juga menyebabkan nilai historis aset perusahaan yangdinilai dalam rupiah akan sangat jauh berbeda dengan harga pasarnya dan dapatmengakibatkan kurang serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban,dan nilai buku dengan nilai intrinsik perusahaan.

    Sebelum adanya PSAK 16 Revisi 2007, semua perusahaan di Indonesiamencatat akuntansi untuk aset tetapnya dengan menggunakan model historicalcost. Namun saat ini di butuhkan adanya fair value dalam revaluasi aset tetapperusahaan. Beberapa paragrap dalam PSAK 16 (2007) menjelaskan mengenainilai wajar aset tetap pada saat revaluasi. Nilai wajar aset tetap biasanyaditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memilikikualifikasi professional berdasarkan bukti pasar.

    Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan model historical costyaitu menggunakan harga pada saat transaksi dan berasumsi bahwa harga-hargastabil. Penyusunan laporan keuangan berdasarkan model historical cost ini tidakakan mencerminkan adanya perubahan daya beli sehingga laporan keuangankurang mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya jika terjadi perubahan.Hal ini akan menyebabkan laporan keuangan kehilangan keakuratan maupunketelitiannya. Laporan keuangan tersebut kurang sesuai jika digunakan sebagai

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 20

    dasar pengambilan keputusan sehingga pihak ekstern maupun pihak internperusahaan dapat kehilangan kepercayaan terhadap laporan keuangan.

    Terjadinya inflasi yang cukup tinggi akan menyebabkan semakin tinggiketidakakuratan laporan keuangan yang dihasilkan. Agar dapat mencerminkankeadaan yang sebenarnya atau paling tidak mendekati keadaan yang sebenarnya,laporan keuangan dapat disusun dengan menggunakan tingkat harga umum.Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin besar perbedaan yang dihasilkanantara laporan keuangan yang disusun berdasarkan nilai historis dengan laporankeuangan yang disusun berdasarkan tingkat harga umum. Jika inflasi danperubahan harga yang terjadi tidak terlalu tinggi maka perbedaan tersebut tidakterlalu besar atau bahkan tidak terjadi.

    B. Konsep Nilai WajarKonsep Nilai Wajar merupakan istilah dalam standar akuntansi, dimana aset

    dan kewajiban dicatatkan di dalam laporan keuangan berdasarkan modelrevaluasi. Dengan penerapan Nilai Wajar diharapkan pengguna laporan keuanganmendapatkan gambaran yang lebih realistis mengenai jumlah yang tercatat dineraca karena telah disesuaikan dengan kondisi pasar yang berlaku pada tanggalpelaporan (mark to market).

    Menurut PSAK 50, fair value adalah nilai suatu aset untuk dapatdipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami danberkeinginan untuk melakukan transaksi secara wajar (arms length transaction),bukan atas transaksi paksaan, likuidasi paksaan, atau penjualan paksaaan(distressed sale). Penggunaan fair value untuk menilai suatu item di dalamlaporan keuangan bertujuan untuk meningkatkan relevansi laporan keuangan.Nilai wajar menyediakan informasi penting mengenai asset dan kewajibanfinancial jika di bandingkan hanya dengan menggunakan historical cost.

    Nilai Wajar adalah konsep yang lebih luas dari Nilai Pasar. Penentuan akanpenggunaan tertinggi dan terbaik (Highest and Best Use HBU) dari propertiadalah bersifat fundamental dalam penilaian untuk menghasilkan opini Nilai Pasar(MV), yang merupakan salah satu dasar penilaian yang membentuk Nilai Wajar.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 21

    Untuk beberapa kasus, Nilai Wajar adalah Nilai Pasar, namun dalam kasuslainnya dapat saja berbeda.

    Menggunakan akuntansi mark-to-market akan berakibat perubahan yangterus-menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalamikenaikan dan penurunan serta laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuatsemakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusanbisnis yang dibuat manajemen atau oleh perubahan yang terjadi di pasar. Masalahlain muncul saat akan mengubah nilai aset berdasarkan harga pasar adalahpenentuan harga pasar.

    Pihak kontra yang menentang akuntansi berdasarkan nilai pasarmenggunakan argumentasi bahwa market value accounting kurang dapatdipercaya dan menjadi halangan utama dalam penerapannya dan kukuhmenganggap model historical cost lebih unggul sebab lebih dapat dipercayai(tingkat reliabilitas-nya lebih tinggi). Mereka ngotot bahwa subjectivity estimasinilai wajar aktiva (fair value asset) dan liabilities tanpa pasar yang likuidmembuat laporan keuangan menjadi tidak dapat dipercaya. Tetapi ada jugasebagian orang beranggapan bahwa subjectivity selalu menjadi bagian dariakuntansi dan masalah pengukuran dalam melaporkan informasi keuangannyaberdasarkan nilai pasar berhasil diterapkan perusahaan, juga ketika penggabunganusaha dengan metode pembelian.

    Akan tetapi, meskipun mempunyai keunggulan, sistem market valueaccounting berpotensi rentan terhadap manipulasi dan kesalahan estimasi, tidakditemukan bukti yang menunjukkan bahwa angka-angka nilai berdasarkan pasardikelola untuk menghindari peraturan yang membatasi permodalan. Dapatdisimpulkan bahwa, pada akhirnya, penggunaan market value accounting akanmemberikan dukungan berharga kepada lembaga-lembaga keuangan. Bahkanmenurut Siahaan (2009), Banyak masalah akuntansi yang dapat dipecahkandengan menggunakan nilai pasar sebagai dasar pengukuran asset dan liabilityyang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan.

    Dalam penilaian nilai wajar aset tetap atau pun liabilitas dikenal tiga metodeyang biasa digunakan, yaitu:

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 22

    1. Pendekatan Pasar.

    Dalam pendekatan ini, nilai wajar diukur berdasarkan harga pasar atauinformasi relevan lain yang dihasilkan dari transaksi di pasar. Hal ini termasukharga aset (liabilitas) sejenis yang ada di pasar, dan metode penilaian lain yangkonsisten dengan pendekatan pasar. Urutan yang digunakan jika nilai wajarmenggunakan pendekatan pasar adalah, pertama harga pasar aset (liabilitas) padasaat pelaporan, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas) maka menggunakanharga pasar aset (liabilitas) sejenis, jika tidak terdapat harga pasar aset (liabilitas)sejenis maka menggunakan model yang konsisten dengan pendekatan pasar(contohnya model matrix pricing, dan lain-lain).

    2. Pendekatan Penghasilan.

    Pendekatan ini menggunakan teknik penilaian untuk mengubah nilai masadepan (contohnya aliran kas atau laba) ke nilai kininya terdiskonto (discounted).Pengukuran nilai wajar dalam pendekatan ini menggunakan dasar nilai yangdilihat dari harapan pasar kini atas nilai aset (liabilitas) masa depan. Pendekatanini termasuk menggunakan nilai kini (present value, option pricing).

    3. Pendekatan Biaya.

    Pendekatan biaya disebut juga pendekatan biaya pengganti kini (currentreplacement cost). Biaya pengganti ini adalah jumlah yang diperlukan untukmenggantikan suatu aset.

    C. Pengukuran Aset Tetap

    Berdasarkan PSAK No.16 (2011) paragraf 29 yang mengatur mengenai carapengukuran aset tetap setelah pengakuan awal menyebutkan bahwa suatu entitasdapat memilih model biaya dalam paragraf 30 atau model revaluasi dalamparagraf 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebutterhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Suatu kelompok asettetap adalah pengelompokkan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupadalam operasi normal entitas.

    1. Cost Model

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 23

    Dalam PSAK 16 (2011) paragraf 30 menyebutkan setelah diakui sebagaiaset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutandan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Cost model adalah model yang umumdigunakan di Indonesia karena cost model adalah model yang disyaratkan olehstandar ketika Indonesia masih menggunakan US GAAP. Menurut Azil (2009)dengan menggunakan model ini total nilai perolehan atas suatu aset tidak akanberubah selama tidak ada transaksi yang berkaitan dengan aset tetap tersebut.

    Transaksi yang dapat mempengaruhi nilai perolehan aset tetap antara lainpembelian, penjualan, penghapusan, pertukaran aset tetap, dan perbaikan asettetap. Jadi, nilai perolehan aset tetap tidak akan berubah meskipun terjadiperubahan harga yang signifikan. Berdasarkan cost model, aset tetap akan diakuisebagai beban secara bertahap selama masa manfaatnya.

    Pengakuan sebagai beban tersebut dilakukan dengan melakukan depresiasi.Jadi entitas melakukan perhitungan depresiasi atas aset yang bersangkutan selamamasa manfaatnya. Depresiasi itulah yang akan menjadi beban tiap periode. Padaumumnya depresiasi termasuk dalam kategori beban operasi dalam pelaporankeuangan entitas. Pengecualiannya adalah depresiasi atas aset tetap yangberhubungan langsung dengan aktivitas produksi. Untuk aset tetap yangberhubungan langsung dengan aktivitas produksi depresiasinya dimasukkandalam perhitungan biaya produksi.

    2. Revaluatian Model

    Berdasarkan PSAK 16 (2011) paragraf 31 menyatakan bahwa setelah diakuisebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatatpada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangiakumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelahtanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukupreguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara materialdari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periodepelaporan. Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke modelrevaluasi dalam pengukuran aset tetap maka perubahan tersebut berlakuprospektif.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 24

    Nilai wajar dari suatu aset tetap biasanya ditentukan melalui penilaian yangdilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan buktipasar. Namun, untuk aset tetap berupa pabrik dan peralatan biasanyamenggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai. Ini diatur dalam PSAK 16(2011) paragraf 32. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuannilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan,kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, maka PSAK 16 (2011)paragraf 33 mengatur bahwa entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajarmenggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan(depreciated replacement cost approach).

    Nilai wajar (fair value) didefinisikan dalam PSAK No.16 sebagai jumlahyang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yangberkeinginan dan memiliki pengetahuan yang memadai dalam suatu transaksidengan wajar (arms length transaction). Menurut Perdana (2010) terdapat tigahirarki dalam mengestimasi nilai wajar, yaitu dengan menggunakan nilai pasar,komparasi dengan harga pasar dari aset yang dapat diperbandingkan dengan asetyang dinilai, dan dengan menggunakan estimasi.

    Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat tiga pendekatan yang diakui secarainternasional dalam menilai aset tetap yaitu pendekatan pasar, pendekatanpendapatan, dan pendekatan biaya. Masing-masing memiliki kekuatan dankelemahan, dan aplikasinya tergantung pada tujuan, jenis dari aset tetap yangdilibatkan, keadaan pasar, dan ketersediaan data tertentu yang harusdipertimbangkan oleh penilai dalam setiap proyek. Semua pendekatan ini harusmencerminkan, bila mungkin, data pasar.

    Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetapyang direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secaramaterial dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan danfluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan seperti itutidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 25

    demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahunsekali.

    Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggalrevaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:

    a) Disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlahtercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi samadengan jumlah revaluasiannya. Metode ini sering digunakan apabilaaset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan biayapengganti yang telah disusutkan.

    b) Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat netosetelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari asettersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.

    Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasiakumulasi penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalamjumlah tercatat yang ditentukan sesuai dengan paragraf 39 dan 40.

    PSAK No. 16 (2011) paragraf 36 juga menyebutkan jika suatu aset tetapdirevaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi.Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaanuntuk menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biayaperolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompokaset dapat direvaluasi secara bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi darikelompok aset tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam waktu yangsingkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan.

    D. Perbandingan Historical Cost dengan Fair Value

    Dalam membandingan metode historical cost dengan metode fair value,ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode.Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain, sebagai berikut:

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 26

    Kelebihan Historical cost

    Kegunaan historical cost pada akuntansi conventional sudah banyakditentang. Mereka yang mempertahankan historical cost mempunyai argumentasimengenai posisinya:

    1. Historical cost relevan dalam membuat keputusan ekonomi.

    2. Historical cost berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, tidak padakemungkinan.

    3. Selama sejarah, laporan keuangan yang menggunakan historical costsangat berguna.

    4. Pengertian terbaik mengenai konsep keuntungan adalah kelebihan dariharga jual dari historical cost.

    5. Akuntan harus menjaga integritas datanya dari modifikasi internal.6. Seberapa bergunanya laporan keuangan tergantung dari current cost atau

    exit price.

    7. Perubahan dalam harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.

    8. Terjadi ketidakcukupan data dalam membenarkan penolakan historicalcost accounting.

    Kekurangan historical cost

    Kekurangan penggunaan nilai historis antara lain:

    1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuksuatu hal tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkanpada suatu nilai uang yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalupada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut,

    2. Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebihrendah apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uangterakhir. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepatatas aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang dikuasai perusahaansehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang tepat,

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 27

    3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecildan mengakibatkan laba dihitung terlalu besar,

    4. Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yangdidasarkan pada asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riilapabila diukur dengan perkembangan daya beli uang yang sedangberlangsung,

    5. Perusahaan tidak akan memperahankan real-capital-nya dan adakecenderungan terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan denganpembayaran pajak perseroan dan pembangian laba yang lebih besardaripada semestinya,

    6. Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidaksama dijumlahkan menjadi satu.

    7. Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagimanajemen perusahaan apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansiyang disusun atas dasar asumsi adanya stable monetary unit.

    Kelebihan Fair Value

    Argumen mengenai kelebihan dari Fair Value, antara lain:

    1. Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan biaya, maka melaporkanfair value.

    2. Relevance. Banyak orang percaya bahwa standard akuntansi historical costtelah banyak kehilangan relevansinya karena kegagalannya mengukurrealitas ekonomi. Hampir semua orang setuju bahwa peristiwa ekonomi,yaitu: kejadian yang mengubah waktu kapan arus kas diterima danjumlahnya yang akan datang harus tercermin (terungkap) dalam laporankeuangan lembaga. Akan tetapi, seringkali model historical cost hanyamengukur transaksi sudah selesai dan gagal mengakui adanya perubahannilai riil lain yang dapat terjadi.

    3. Reliability. Masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari adalahbahwa model akuntansi berdasarkan historical cost tidak mengakui adanyaperubahan nilai bersifat ekonomis, dan cenderung membiarkan perusahaan

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 28

    memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya perubahan tersebut.Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan, danmemperburuk kompromi kenetralan dan dipercayainya informasikeuangan3. Auntansi fair value melaporkan aset dan kewajiban dalam carayang ekonomis akan memperhatikan mereka; fair value mencerminkanunsur pokok ekonomi yang benar.

    4. Akuntansi fair value adalah solusi kepada permasalahan akuntan dalampengukuran pendapatan, dan lebih disukai dibanding ratusan peraturanyang mendasari pendapatan historical cost.

    Kekurangan Fair Value

    Meskipun fair value dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan darihistorical cost namun terdapat kelemahan dari fair value. Terdapat berapa kritikpenting terhadap fair value:

    1. Meskipun bermaksud baik namun perkiraan manajemen tentang fair valuebisa menjadi salah pada luas berbagai prediksi dan asumsi yang salah.

    2. Fair value akan membuat perbedaan penilaian pihak manajemenperusahaan, sehingga kalau ada control yang kurang baik akanmemungkinkan peluang earning management. Oportunistik danketidakjujuran manajemen dapat mengambil keuntungan dari penilaiandan estimasi yang digunakan dalam proses manipulasi dan mengurutkanangka pada hasil dalam angka pendapatan yang diinginkan.

    3. Fair value berusaha menyediakan informasi yang transparan denganmenilai aset pada tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi-sehingga sangat sensitif terhadap pasar.

    4. Akuntansi fair value bekerja melalui akuntansi mark-to-market(MTM),yaitu aset dicantumkan pada harga pasar mereka jikadiperdagangkan secara terbuka. Menggunakan akuntansi mark-to-marketakan berakibat perubahan yang terus-menerus pada laporan keuanganperusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan serta labadan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 29

    apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuatmanajemen atau oleh perubahan yang terjadi di pasar.

    5. Volatility. Lembaga keuangan mengatakan bahwa mereka takut akuntansiberdasarkan pasar akan menyebabkan volatility kinerja lembaga (karenasemakin mudahnya nilai item-item aktiva dan pasiva berfluktuasi).Walaupun sebenarnya lembaga keuangan yang senantiasa mengelolabahaya yang mengancam asset dan liability hanya sedikit takut denganmarket value accounting. Laporan keuangan lembaga keuangan yangkurang efektif dalam mengelola risiko akan tercermin pada volatility yangselalu ada dalam setiap usahanya. Para investor dan kreditur akan memilikiinformasi yang lebih berguna dan relevan dalam membedakan risiko antarperusahaan, ketika mengambil keputusan investasi dan keputusanpemberian kredit.

    E. Prosedur Pengukuran Dan Teknik Penilaian Aset Tetap

    Dengan Revaluatian Model

    Prosedur pengukuran dan teknik penilaian pada pencatatan aset tetap denganmodel revaluasi diatur dalam PSAK No. 16 (2011) dalam paragraf 32 dan 33adalah sebagai berikut:

    1. Nilai wajar dari tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaianyang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesionalberdasarkan bukti pasar,

    2. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yangditentukan oleh penilai.

    3. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajarkarena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan,kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, entitas mungkinperlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan ataubiaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement costapproach).

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 30

    Setidaknya terdapat tiga aspek objek yang perlu diperhatikan pada standar diatas. Pertama, nilai wajar yang diperuntukkan untuk tanah dan bangunan, keduanilai wajar diperuntukkan untuk pabrik dan peralatan, dan ketiga, nilai wajardiperuntukkan untuk aset tetap khusus yang tidak memiliki basis data pasar.Ketiga aspek yang mendasari nilai wajar tersebut bila dihubungkan dengan basisnilai dalam pemahaman Standar Penilaian Indonesia (SPI) memiliki arti yangberbeda satu sama lain.

    Untuk hirarki pertama nilai wajar dapat diperoleh atas dasar inputan datapasar secara langsung. Teknik ini dalam penilaian properti sebagai aset tetapsering dikenal sebagai pendekatan data pasar (market data approach), karenamenggunakan data pembanding yang sejenis dari objek penelitian. Untuk hirarkikedua, nilai wajar dapat diperoleh dari suatu teknik penilaian yang tidakmenggunakan data pasar langsung, namun hasil penilaian yang diharapkan tetapmanggambarkan nilai pasar yang ditentukan seorang penilai secara professional.Memahami hal tersebut, penilai dapat saja menggunakan pendekatan penilaianlainnya, seperti pendekatan pendapatan (income approach) atau pendekatan biaya(cost approach). Meskipun kedua pendekatan ini tidak menggunakan data pasarlangsung, tetapi penilai dapat menggunakan data pasar tidak langsung ( hasilanalisis dan riset ) sebagai inputan sehingga nilai yang dikeluarkan tetap nilaipasar.

    Untuk hirarki ketiga, nilai wajar diperoleh dari suatu kondisi properti yangjarang atau tidak dapat diperjualbelikan secara langsung, kecuali sebagai entitasusaha. Untuk itu, inputan data yang terbatas lebih dilihat dari kepentingan entitasdan tetap menggunakan pendekatan pendapatan atau pendekatan biaya denganmetode biaya pengganti terdepresiasi (depreciated replacement cost). Kalaumelihat lebih jauh dari ketiga hirarki di atas, hirarki pertama tidak hanyadiperuntukkan untuk tanah dan bangunan saja. Hirarki pertama diperuntukkanjuga untuk jenis aset yang bersifat likuid seperti motor yang tentu saja dapatdiukur dengan data pasar langsung.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 31

    Bagan hirarki seperti yang dimaksud oleh PSAK 16 dalam konteks berikut.

    Gambar 1.1 Proses Pengukuran Nilai WajarCatatan untuk hal ini adalah:

    1. Dasar penilaian seperti nilai pasar atau nilai lainnya, terikat kepadaseorang penilai terhadap penentuan prosedur dan teknik penilaian;

    2. Dasar penilaian juga terikat kepada kategori aset yang dinilai, apakah asettersebut masuk kategori aset tak khusus atau aset khusus;

    3. Penilai harus membedakan bahwa prosedur penilaian untuk tujuanpelaporan keuangan dapat saja berbeda dengan penilaian untuk tujuanlainnya seperti untuk tujuan penjaminan;

    4. Penilai seharusnya memahami benar apa yang dimaksud oleh standarakuntansi keuangan dalam penentuan nilai wajar.

    F. Perdebatan Fair Value di Indonesia

    Munculnya aplikasi fair value dalam dunia bisnis Indonesia, tentumenimbulkan pro dan kontra di antara pelaku bisnis lokal. Berbeda halnya denganAmerika Serikat yang bersikap secara perlahan menerapkan fair valuemeasurement yang telah diatur dengan sangat kompleks, detail, rinci oleh GAAP.Indonesia begitu mengetahui pasar sedang bergejolak dan kondisi di dalam negerijuga belum siap benar, Indonesia lebih memilih menunda penerapan fair value.Indonesia akhirnya baru menerapkan fair value secara penuh pada 2012.

    Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 31

    Bagan hirarki seperti yang dimaksud oleh PSAK 16 dalam konteks berikut.

    Gambar 1.1 Proses Pengukuran Nilai WajarCatatan untuk hal ini adalah:

    1. Dasar penilaian seperti nilai pasar atau nilai lainnya, terikat kepadaseorang penilai terhadap penentuan prosedur dan teknik penilaian;

    2. Dasar penilaian juga terikat kepada kategori aset yang dinilai, apakah asettersebut masuk kategori aset tak khusus atau aset khusus;

    3. Penilai harus membedakan bahwa prosedur penilaian untuk tujuanpelaporan keuangan dapat saja berbeda dengan penilaian untuk tujuanlainnya seperti untuk tujuan penjaminan;

    4. Penilai seharusnya memahami benar apa yang dimaksud oleh standarakuntansi keuangan dalam penentuan nilai wajar.

    F. Perdebatan Fair Value di Indonesia

    Munculnya aplikasi fair value dalam dunia bisnis Indonesia, tentumenimbulkan pro dan kontra di antara pelaku bisnis lokal. Berbeda halnya denganAmerika Serikat yang bersikap secara perlahan menerapkan fair valuemeasurement yang telah diatur dengan sangat kompleks, detail, rinci oleh GAAP.Indonesia begitu mengetahui pasar sedang bergejolak dan kondisi di dalam negerijuga belum siap benar, Indonesia lebih memilih menunda penerapan fair value.Indonesia akhirnya baru menerapkan fair value secara penuh pada 2012.

    Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 31

    Bagan hirarki seperti yang dimaksud oleh PSAK 16 dalam konteks berikut.

    Gambar 1.1 Proses Pengukuran Nilai WajarCatatan untuk hal ini adalah:

    1. Dasar penilaian seperti nilai pasar atau nilai lainnya, terikat kepadaseorang penilai terhadap penentuan prosedur dan teknik penilaian;

    2. Dasar penilaian juga terikat kepada kategori aset yang dinilai, apakah asettersebut masuk kategori aset tak khusus atau aset khusus;

    3. Penilai harus membedakan bahwa prosedur penilaian untuk tujuanpelaporan keuangan dapat saja berbeda dengan penilaian untuk tujuanlainnya seperti untuk tujuan penjaminan;

    4. Penilai seharusnya memahami benar apa yang dimaksud oleh standarakuntansi keuangan dalam penentuan nilai wajar.

    F. Perdebatan Fair Value di Indonesia

    Munculnya aplikasi fair value dalam dunia bisnis Indonesia, tentumenimbulkan pro dan kontra di antara pelaku bisnis lokal. Berbeda halnya denganAmerika Serikat yang bersikap secara perlahan menerapkan fair valuemeasurement yang telah diatur dengan sangat kompleks, detail, rinci oleh GAAP.Indonesia begitu mengetahui pasar sedang bergejolak dan kondisi di dalam negerijuga belum siap benar, Indonesia lebih memilih menunda penerapan fair value.Indonesia akhirnya baru menerapkan fair value secara penuh pada 2012.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 32

    Masalah ketidaksiapan Indonesia juga diakui Jusuf Wibisana. Menurutmantan Ketua DSAK tersebut, DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan)memang belum pernah melakukan penelitian tentang kesiapan Indonesia dalammenerapkan fair value. Namun, diakui Jusuf, ada beberapa pihak atau bidang yangsudah siap, tapi banyak juga yang belum siap. Namun demikian, DSAK sudahmenyusun beberapa standar yang semua mengacu pada IFRS/IAS, termasukdidalamnya konsep fair value. Diantaranya adalah PSAK no 30 tentang sewa,beserta PSAK no 8. PSAK no 13 tentang Properti Investasi, PSAK no 16 tentangaset tetap dan PSAK 50 dan PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan. DSAK jugamenerbitkan buletin teknis sebagai panduan untuk melakukan perhitungan fairvalue pada standar-standar tersebut. Hampir seluruh Pronouncement theInternational Accounting Standard Board sudah menerapkan dasar fair value,Indonesia juga akan mengadopsinya.

    Salah satu sektor yang juga dinilai belum siap menerapkan fair value adalahperbankan. Menurut Manajer Senior PT Batavia Properindo Sekuritas, RickyIchsan, perbankan merupakan sektor yang paling belum siap menerapkan fairvalue. Karena itulah, PSAK 50 dan PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan yangsedianya diberlakukan tahun ini diundur. Sebagai gantinya, Bank Indonesia (BI)memberlakukan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). Dibandingsektor lain, penerapan fair value di mata Ricky tergolong paling rumit dankompleks. Sebab tak semua instrumen keuangan atau aset bank diperdagangkan dipasar modal.

    Meskipun telah disepakati bahwa Indonesia menerapkan konsep fair valuepada tahun 2012, namun banyak kalangan mengingatkan untung rugi atau risiko-risiko yang ditimbulkannya. Bagi Ricky, fair value akan menguntungkan pelakupasar atau investor karena memang mencerminkan nilai pasar yang sebenarnya.Hanya, memang, akan muncul kesulitan untuk menilai pasar yang tidak aktif. Danuntuk itu diperlukan penilaian model.

    Hal senada, diungkapkan Jusuf Wibisana. Dibanding historical cost, fairvalue memiliki tiga keunggulan, yaitu :

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 33

    1) Laporan keuangan menjadi lebih relevan untuk dasar pengambilankeputusan;

    2) Meningkatkan keterbandingan laporan keuangan;3) Informasi lebih dekat dengan apa yang diinginkan oleh pemakai

    laporan keuangan. Dengan demikian, potensi laba/rugi sebuahperusahaan jauh jauh hari sudah bisa diprediksikan.

    Secara umum, penerapan fair value akan menguntungkan perekonomianIndonesia. Sebab, tanpa fair value, aset-aset perekonomian nasional, baik yangdimiliki swasta maupun pemerintah, selama ini dinilai terlalu rendah, jauh lebihrendah dari nilai sewajarnya. Sebagai gambaran, sebelum 1997, kebun sawitseluas satu hektare, misalnya cukup dibangun dengan uang Rp 12 juta atau hanyaRp 6 juta sebelum tahun 1990-an. Setelah terjadi krisis moneter 1998/1998, ketikaharga dolar AS sudah naik tiga kali, untuk hal yang sama dibutuhkan biayasampai Rp 30 juta. Sehingga, orang baru membuka perusahaan perkebunan, nilaibukunya sudah diatas Rp 25 juta semua. Padahal, penghasilannya sama dengankebun-kebun lama yang lebih murah biayanya. Tapi nilai buku kebun lama kecil.Hal ini tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya.

    G. Dampaknya Terhadap Perusahaan

    Sebagaimana diungkapkan Wibisana (2009), dibanding historical cost, fairvalue memiliki tiga keunggulan, yaitu laporan keuangan menjadi lebih relevanuntuk dasar pengambilan keputusan; meningkatkan keterbandingan laporankeuangan; dan informasi lebih dekat dengan apa yang diinginkan oleh pemakailaporan keuangan. Dengan demikian, potensi laba/rugi sebuah perusahaan jauhjauh hari sudah bisa diprediksikan.

    Terdapat beberapa issue dalam penerapan Nilai Wajar yaitu antara lain:Pertama; Apabila Nilai Pasar aset saat ini untuk penggunaan alternatifnyamelampaui Nilai Pasar untuk penggunaan yang ada, terdapat perbedaan mengenaipengungkapan dari fakta ini, apakah harus dicatatkan di dalam neraca atau cukupdimuat di dalam catatan penjelasan. Kedua; Dalam penilaian Properti Khususyang tidak memiliki pasar, semula digunakan dasar penilaian Biaya PenggantiTerdepresiasi (Depreciated Replacement Cost) yang kemudian digantikan oleh

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 34

    Nilai dalam Penggunaan (Value in Use). Ketiga; Apabila aset dalam suatukelompok aset (asset class) direvaluasi, maka seluruh aset dalam kelompok asettersebut harus direvaluasi dan harus selalu di-update berdasarkan nilai saat inipada setiap tanggal pelaporan keuangan. Keempat; Apabila model revaluasidiadopsi, tidak dimungkinkan adanya opsi untuk kembali kepada model biaya dimasa depan. Dan Kelima; Persyaratan mengenai pengungkapan tambahan dalammodel biaya, dalam hal biaya historikal berbeda secara signifikan dengan nilaisaat ini.

    Wibisana (2009) juga memberikan catatan bagi penerapan fair value ini.sebagai contoh, untuk penentuan apakah suatu pasar itu aktif atau tidak aktifadalah persoalan krusial dan tidak mudah. Selain itu, pasar mungkin aktif untukinstrumen tertentu, dan tidak aktif untuk instrumen lainnya, dan ini juga tergolonghal yang sulit. Catatan lain lagi adalah, keberadaan willing sellers dan willingbuyers kadang tidak cukup untuk menjustifikasi apakah suatu pasar terbilangaktif. Dan, harga yang terbentuk dalam forced transaction, forced liquidation,atau distressed sales mungkin tidak mencerminkan nilai wajar yang sebenarnya.

    Disamping itu, perlu dicermati pula bahwa ada beberapa hal yang krusialyang harus segera dicarikan solusinya terkait penerapan fair value di Indonesia.Pertama, masalah perpajakan saat ini kurang kondusif terhadap penerapan nilaiwajar. Mengacu pada pasal 5 PMK No. 79 tahun 2008 yang menyatakanpengenaan PPh final sebesar 10% atas selisih lebih penilaian kembali aset, makaharus dibayar pada tahun tersebut (tidak boleh dicicil dalam 5 tahun misalnya) dantidak menghasilkan hutang pajak tangguhan yang bisa dibalik di tahun berikutnyabila nilai aktiva turun. Bayangkan apabila perusahaan memutuskan memakairevalution model dan setiap tahun harga asetnya meningkat, maka setiap tahunharus membayar pajak final. Padahal kenaikan harga aset tersebut tidaklahmembawa aliran kas masuk ke dalam perusahaan. Bila aturan perpajakan tidakmendukung, maka dapat dipastikan perusahaan akan enggan menerapkanrevaluation model.

    Kedua adalah masalah penilai atau appraisal. Standar Penilaian Indonesia(SPI) yang merujuk kepada International Valuation Standards (IVS) harus

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 35

    memberikan pedoman mengenai penerapan Nilai Wajar sesuai dengan IFRS danPSAK yang akan terus diharmonisasikan dari waktu ke waktu. Penilai diharuskanuntuk selalu berkomunikasi dengan auditor dalam penggunaan dasar penilaian danmetodologi yang sesuai, sehingga auditor mendapatkan gambaran yang memadaimengenai pengukuran Nilai Wajar dan pengungkapan yang dibutuhkan di dalamlaporan keuangan untuk menghindari timbulnya pemahaman yang menyesatkan.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 36

    BAB IV

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Fair value telah ditetapkan oleh IASB sebagai dasar dalam mengukur nilaiaset dengan diperkenalkannya IFRS diberbagai belahan dunia. Demikian pulaGAAP yang mewakili standar akuntansi keuangan Amerika, sejak tahun 2006telah memberlakukan SFAS 157 tentang Fair Value Measurement. Fair Valuehadir dengan misi menggantikan konsep pengukuran historical cost yang dinilaitelah kehilangan relevansinya.

    Namun demikian, kemunculan fair value telah menyebabkan terjadi begitubanyak perdebatan mengenai kelebihan dan kekurangan atas perannya sebagaidasar pengukuran dalam akuntansi. Meskipun fair value dimaksudkan untukmengatasi kelemahan dari historical cost, namun masih terdapat beberapakelemahan dari penerapannya.

    Meskipun bermaksud baik, namun perkiraan manajemen dengan fair valuebisa menjadi salah dan meluas pada prediksi dan estimasi yang salah. Masalahoportunistik dan ketidakjujuran manajemen pula dapat menyebabkan aksipemanfaatan dari proses penilaian dan estimasi yang rentan untuk dimanipulasi.Ada pula beberapa kelemahan lain dari fair value, seperti dengan adanya penilaianaset pada tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi, sehingga sangatsensitive terhadap pasar.

    Akuntansi fair value juga berproses melalui akuntansi mark-to-market, yaituaset dicantumkan dengan harga pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka.Akibatnya, terjadi perubahan terus-menerus pada laporan keuangan perusahaanketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan yang berdampak pada labadan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakahlaba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis oleh manajemen ataukah terjadikarena perubahan yang terjadi pada pasar. Banyak pula pihak, utamanya lembaga-lembaga keuangan mengkhawatirkan akuntansi yang berdasarkan harga pasarakan menyebabkan Volatility kinerja lembaga karena semakin mudahnyaberfluktuatif nilai item-item aktiva maupun liabilitas.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 37

    Saran

    Dengan adanya berbagai kelemahan dalam penerapannya, sebelumdilakukan perpindahan ke Akuntansi Nilai Wajar seharusnya dilakukan kajiansecara hati-hati mengenai biaya dan manfaat yang diharapkan oleh penggunalaporan keuangan. Namun demikian, penerapan model Nilai Wajar ini diyakiniakan lebih bermanfaat bagi dunia investasi, pasar modal, pemilik, kreditur danstakeholder karena Nilai Wajar mengadopsi prinsip mark to market yangseharusnya dapat memberikan gambaran yang lebih realistis akan jumlah yangtercatat di neraca sehingga penerapannya secara konsisten di seluruh dunia patutuntuk didukung. Untuk itu diperlukan sosialisasi guna meningkatkan pemahamanmengenai penerapan model Nilai Wajar dan pengaturannya di dalam StandarPenilaian kepada pengguna jasa, Penilai, regulator dan stakeholder sehinggapenerapan Nilai Wajar baik untuk aset maupun kewajiban ini dapat dilaksanakansecara tepat dan konsisten.

  • Bahasa Indonesia Universitas Negeri Jakarta | 38

    DAFTAR PUSTAKA

    Baridwan, Anis. 2009. Bagaimana Menghitung Fair Value. Jakarta: MajalahAkuntan Indonesia.

    Fees, Reeve, dan Warren. 2008. Pengantar Akuntansi.Edisi Kedua Puluh Satu.Jakarta : Salemba Empat.

    Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Teori Akuntansi. Jakarta : Rajawali Pers.Hery. 2009. Teori Akuntansi. Jakarta : Kencana.

    Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: SalembaEmpat.

    Kieso, Donald E, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield. 2010. IntermediateAccounting, Thirteenth Edition, International Student Version. New York:John Willey & Sons Inc.

    Siahaan, Hinsa (2009). Implikasi dan Permasalahan dalam MengimplementasikanKonsep Nilai Wajar Dalam Kondisi Ekonomi Saat Ini. From:http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian Seminar nasional Mark toMarket Accounting.pdf, 28 Mei 2010.

    Soemarso S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat.

    Suhayati, Ely, Sri Dewi Anggadini. 2009. Akuntansi Keuangan. Yogyakarta :Graha Ilmu.

    Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi: Perekayasaan Laporan Keuangan.Yogyakarta: BPFE.

    Stice, Stice, Skousen. 2009. Akuntansi Keuangan, Buku 1, Edisi 16. Jakarta :Salemba Empat.