MAKALAH FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN.docx
-
Upload
carin-indhita -
Category
Documents
-
view
555 -
download
7
description
Transcript of MAKALAH FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan berlangsung sepanjang zaman (life long education). Artinya, dari
generasi ke generasi, pendidikan berproses tanpa pernah berhenti. Pendidikan
berlangsung disetiap kehidupan manusia. Artinya, pendidikan berproses disamping
pada bidang pendidikan itu sendiri, juga dibidang ekonomi, politik, hukum,
kesehatan, keamanan, teknologi, perindustrian, dan sebagainya. Pendidikan
berlangsung disegala tempat dimanapun, dan disegala waktu kapanpun. Artinya,
pendidikan berproses disetiap kegiatan kehidupan manusia. Objek utama pendidikan
adalah pembudayaan manusia dalam memanusiawikan diri dan kehidupnnya.
Anak merupakan pribadi terkecil dari masyarakat yang masih memerlukan
bimbingan dalam proses adaptasi dan mempelajari norma, nilai, serta hal lain yang
berarti untuk menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial di kemudian hari.
Berkaitan dengan hal tersebut, diciptakan suatu pendidikan, baik yang bersifat
formal,informal, maupun nonformal. Selain anak mendapatkan pendidikan dari
keluarga, anak juga dapat mengikuti pendidikan di PAUD yang kemudian
dilanjutkan ke sekolah dasar. Di sekolah dasar inilah anak dikenalkan arti sebenarnya
tentang sebuah pendidikan.
Untuk mendidik dirinya sendiri, pertama-tama manusia
harus memahami dirinya sendiri, apa hakikat manusia, bagaimana
hakikat hidup dan kehidupannya, apa tujuan hidup dan apa pula
tujuan hidupnya.
Filsafat, sebagai daya upaya manusia dengan akal budinya
untuk memahami, mendalami, dan menyelami secara radikal dan
integral serta sisitematis mengenal ketuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya yang dapat dicapai oleh akal manusia dan
1
bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu, hakikat filsafat selalu menggunakan ratio
(pikiran), dalam perjalanan hidupnya manusia di hadapkan kepada
pengalaman-pengalaman peristiwa alamiyah yang ada di
sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah
hidupnya yang mengesankan dan kemudian mendorong untuk
melakukan perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan
hidupnya
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka
dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering
dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu
hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam
yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es,
hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saja. Sementara filsafat mencoba
menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada
melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya
dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan
proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari
dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab
filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat
diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia,
pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam prakteknya, kelancaran proses pendidikan yang besifat formal tidak mudah
untuk dicapai, dan tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa dasar
persiapan,pelaksanaan, dan tujuan yang jelas. Selain itu, ada beberapa masalah
pendidikan yang luas, kompleks dan mendalam, serta hanya dapat dijawab juga
2
diselesaikan oleh ilmu tertentu saja, yaitu filsafat atau dengan kata lain, pendidikan
memerlukan filsafat.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana pendidikan dalam analisis filsafat itu?
2. Apasajakah aliran atau mazhab dari fisafat pendidikan?
3. Bagaimana penerapan filsafat pendidikan di sekolah dasar?
1.3 Tujuan Penulisan
Pada dasarnya Tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi
dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengerjakan tugas
mata kuliah filsafat dari Prof.Dr.Wayan Lasmawan,M.Pd
Sedangkan tujun khusus dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan dalam analisis filsafat.
2. Untuk mengetahui apasajakah aliran atau mazhab dari filsafat
pendidikan.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan filsafat pendidikan di
sekolah dasar.
3
BAB II
PEMBAHASAN
PENERAPAN FILSAFAT PENDIDIKAN
DI SEKOLAH DASAR
2.1. Pendidikkan dalam Analisis Filsafat
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan
manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan
hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang
satu.
Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Lodge,
yaitu bahwa: “life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh
proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman
sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya.
Dalam artinya yang sepit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu
memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh,
yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam
situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.
Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah
pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan
kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah
sadar akan kemanusiaanya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan
nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya
menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugasnya sebagai
manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiannya dan pendidikan
formal di sekolah hanya bagian kecil saja dari padanya. Tetapi merupakan inti dan
bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.
4
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun
mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan
kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat
masalah pendidikan yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan
sehari-hari, tetapi banyak pula pula diantaranya yang menyangkut masalah yang
bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain
dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan
yang tidak mungkin terjawabdengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi
memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat. Berikut ini
akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat
dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
1. Masalah kependidikan pertama yang mendasar adalah tentang apakah hakikat
pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan
hakikat hidup manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan
hidup dan kehidupan manusia.
Apakah pendidikan itu berguna untuk membawa kepribadian manusia, apakah
potensikereditas yang menentukan kepribadian manusia itu, atau faktor-faktor
yang berasal dari luar/lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang
mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan
pendidikan dan lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang.
2. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu,
atau untuk kepentingan masayarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk
membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah
pembinaan manusia itu semata-mata unuk dan demi kehidupan riel dan materil di
dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akhirat yang kekal
Masalah-masalah tersebut merupakan sebagian dari contoh-contoh
problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha
pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat. Dalam
memecahkan masalah-masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai
macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya.
5
Diantara pendekatan (approach) yang digunakan antara lain:
1. Pendekatan secara spekulatif, yang disebut juga sebagai cara pendekatan
reflektif, berarti memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan
menggambarkan.
2. Pendekatan normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan
dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.
3. Pendekatan analisa konsep, artinya pengertian atau tangkapan seseorang
terhadap sesuatu objek. Setiap orang mempunyai pengertian atau tangkapan
yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian
dan kecendrungan masing-masing.
4. Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang actual (scientific
analysis of current life ) penedekatan ini sasarannya adalah masalah-masalah
kependidikan yang aktual , yang menjadi problem masa kini, dengan
menggunakan metode ilmiah dapat di diskripsikan dan kemudian di pahami
permasalan-permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masayrakat dan
dalam proses pendidikan serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan
pendidikan.
2.2 Aliran atau Mazhab-Mazhab dari Filsafat Pendidikan
Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, maka filsafat
pendidikan memiliki berbagai aliran atau mazhab, di antaranya :
1. Filsafat pendidikan idealisme.
Idealisme berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang
sifatnyarohani atau intelegensi. Termasuk dalam paham idealisme adalah
spiritualisme,rasionalisme, dan supernaturalisme. Tentang teori pengetahuan,
idealismemengemukakan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera
tidak pasti dan tidak lengkap karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka,
sifatnya maya yangmenyimpang dari kenyataan sebenarnya. Selain itu, menurut
pandangan idealisme, nilaiadalah absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah,
6
cantik atau jelek secarafundamental tidak berubah, melainkan tetap dan tidak
diciptakan manusia. Idealismememiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi,
di mana tujuan itu berada di luarkehidupan manusia, yaitu manusia yang mampu
mencapai dunia cita, manusia yangmampu mencapai dan menikmati kehidupan
abadi yang berasal dari Tuhan.
2.Filsafat pendidikan realisme.
Aliran ini berpendapat bahwa dunia rohani dan dunia materi merupakan
hakikatyang asli dan abadi. Kneller membagi realisme menjadi dua :
a. Realisme rasional, memandang bahwa dunia materi adalah nyata dan berada
diluar pikiran yang mengamatinya, terdiri dari realisme klasik dan
realismereligius.
b. Realisme natural ilmiah, memandang bahwa dunia yang kita amati bukan
hasilkreasi akal manusia, melainkan dunia sebagaimana adanya, dan
substansialitas,sebab akibat, serta aturan-aturan alam merupakan suatu
penampakan dari duniaitu sendiri. Selain realisme rasional dan realisme
natural ilmiah, ada pula pandangan lain mengenai realisme, yaitu neo-
realisme dan realisme kritis. Neo-realisme adalah pandangan dariFrederick
Breed mengenai filsafat pendidikan yang hendaknya harmoni dengan prinsip-
prinsip demokrasi, yaitu menghormati hak-hak individu. Sedangkan realisme
kritis didasarkan atas pemikiran Immanuel Kant yang mensintesiskan
pandangan berbedaan antara empirisme dan rasionalisme, skeptimisme dan
absolutisme, serta eudaemonisme dengan prutanisme untuk filsafat yang kuat.
3.Filsafat pendidikan materialisme.
Materialisme berpandangan bahwa realisme adalah materi, bukan rohani,
spiritual, atau supernatural. Cabang materialisme yang banyak dijadikan landasan
berpikir adalah positivisme yang menganggap jika sesuatu itu memang ada, maka
adanya itu adalah jumlah yang dapat diamati dan diukur. Oleh karena itu,
positivisme hanya mempelajari yang berdasarkan fakta atau data yang nyata.
7
4.Filsafat pendidikan pragmatisme.
Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap
mutlak,tidak doktriner, tetapi relatif atau tergantung pada kemampuan manusia.
Dalampragmatisme, makna segala sesuatu dilihat dari hubungannya dengan apa
yang dapatdilakukan, atau benar tidaknya suatu ucapan, dalil, dan teori, semata-
mata bergantungpada manusia dalam bertindak. Menurut pragmatisme,
pendidikan bukan merupakanproses pembentukan dari luar dan juga bukan
pemerkahan kekuatan laten dengansendirinya, melainkan proses reorganisasi dan
rekonstruksi dari pengalaman individu.
5.Filsafat pendidikan eksistensialisme.
Eksistensialisme adalah aliran yang menekankan pilihan kreatif,
subjektivitaspengalaman manusia, dan tindakan konkret dari keberadaan manusia
atas setiap skemarasional
setiap skemarasional untuk hakekat manusia atau realitas. Menurut
eksistensialisme, pengetahuanmanusia tergantung pada pemahamannya tentang
realitas, interpretasinya terhadaprealitas, dan pengetahuan yang diberikan di
sekolah bukan sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan, tetapi untuk alat
pekembangan dan pemenuhan diri secarapribadi.
6.Filsafat pendidikan progresivisme.
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraanpendidikan di sekolah berpusat pada anak, sebagai reaksi
terhadap pelaksanaanpendidikan yang masih berpusat pada guru atau bahan pelajaran yang
didasari olehfilosofi realisme religius dan humanisme. Progresivisme berpendapat
tidak ada teorirealita yang umum, pengalaman bersifat dinamis dan temporal
sehingga nilai pun terusberkembang.
7.Filsafat pendidikan esensialisme.
Esensialisme dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang
memprotesskeptisisme dan sinisme dari progresivisme terhadap nilai-nilai yang
tertanam dalamwarisan budaya/sosia. Perenialisme l. Esensialisme berpendapat
8
bahwa pendidikan haruslahberasaskan nilai yang telah teruji keteguhan dan
kekuatannya sepanjang masa. Gerakanini bertumpu pada mazhab idealisme dan
realisme.
8.Filsafat pendidikan perenialisme.
Perenialisme adalah aliran yang berorientasi dari neo-thomisme dan
memandang bahwa nilai universal itu ada, pendidikan hendaknya dijadikan suatu
pencarian dan penanaman kebenaran nilai tersebut. Berikut adalah beberapa
pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan :
a. Plato : “Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham
adanyanafsu, kemauan, dan akal.”
b. Aristoteles : “Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian
pendidikandengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya.
c. Thomas Aquina : “Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan
yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata.”
9.Filsafat pendidikan rekonstruksionisme.
Rekonstruksionisme adalah paham yang memandang pendidikan
sebagaire konstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam
hidup. Rekonstruksionisme dapat dibedakan menjadi rekonstruksionisme
individual dari JohnDewey dan rekonstruksionisme sosial dari George S. Counts
yang keduanya adalahbersumber pada pragmatisme.
2.3 Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar
Pendidikan Sekolah Dasar
Sekolah dasar adalah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyelenggarakan berbagai
pendidikan dasar untuk meningkatkan atau mengembangkan diri anak serta
mempersiapkan anak untuk melanjutkan ke tingkatan yang lebih tinggi.
Umumnya,pendidikan yang diperoleh anak di sekolah dasar adalah selama 6 tahun.
Adapun fungsi sekolah dasar adalah :
9
1. Lembaga pendidikan pertama yang meletakkan dasar bagi pembinaan warga
Negara sebagai manusia sosialis.
2. Peletak dasar bagi pembangunan kehidupan bangsa dengan menjadikan
sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan yang lengkap, fungsional, dan
ilmiah.
3. Lembaga pendidikan yang memberi dasar-dasar pengetahuan dan kecakapan, dan
memberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah.
Guru sekolah dasar sebagai operator pendidikan, memiliki tanggung jawab
dan peran yang besar dalam menentukan keberhasilan anak untuk
mendayagunakan semua potensi yang dimilikinya dan menjadi manusia yang
seutuhnya. Di sinilah anak memperoleh berbagai bimbingan, pengajaran dan
latihan dasar untuk terus dikembangkan setelahnya. Bagaimanapun, mendidik anak
yang masih berada ditingkatan sekolah dasar berbeda dengan mendidik anak yang sudah
mencapai tingkatan di atasnya, sehingga memberikan tantangan tersendiri bagi
guru dalam menghadapi anak-anak didiknya.
Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar
Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha di sini berarti
kegiatan atau perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan
untuk mencapai suatu maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti.
Sedangkan terencana adalah menyusun sistem dengan landasan tertentu untuk
kemudian dilaksanakan. Perencanaan pendidikan secara sengaja dan sungguh-
sungguh ini tentunya dilakukan oleh insan pendidikan yang mempunyai kewenangan
dan tanggung jawab menyeluruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proses
pendidikan, khususnyapendidikan di sekolah dasar. Dan penerapan filsafat
10
pendidikan di dalamnya merupakanfaktor yang ikut menentukan dan membantu para
pelaku pendidikan tersebut.
Filsafat sebagai teori umum pendidikan dapat diterapkan dalam penentuan kurikulum,
metode, tujuan, serta kedudukan dan peran guru atau pendidik juga anak didiknya.
Adanya berbagai mazhab dalam filsafat pendidikan juga menyebabkan berbeda-
bedanya kurikulum, metode, tujuan, serta kedudukan guru dan siswa tersebut dalam
struktur pendidikan. Semuanya tergantung pada mazhab apa yang diterapkan atau
dianut oleh para pelakunya. Hanya saja, dalam hal ini mereka dituntut untuk memiliki
kurikulum yang relevan dengan pendidikan ideal, juga disesuaikan dengan
perkembangan jaman dan menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang
normal. Metode pendidikan juga harus mengandung nilai-nilai instrinsik dan
ekstrinsik yang sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat
direalisasikan dalam kehidupan. Selain itu, tujuan pendidikan tidak hanya terpaku
padasalah satu pihak semata, melainkan untuk seluruh pihak yang terlibat dalam
pendidikan.Kedudukan guru dan siswa harus benar-benar dimengerti oleh keduanya
sehingga dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.
11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Filsafat dan pendidikan itu saling berhubungan karena filsafat
merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
tentang pemikiran yang menggunakan akal sehat dengan
adanya kebenaran dalam memecahkan
permasalahan/kesulitan. Sedangkan pendidikan adalah salah
satu dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai
tujuan, seperti kematangan, integritas atau kesempurnaan
pribadi dan terbentuknya kepribadian seseorang.Jadi filsafat
dan pendidikan ini saling berhubungan. Keduanya menjadi
arah, dasar, dan pedomam suatu kehidupan.
b. Berbagai aliran filsafat pendidikan dengan pandangan dan tujuan yang
berbeda, serta kelemahan dan keunggulanya masing masing, diharapkan dapat
menyelesaikan masalah pendidikan yang ada, karena pada intinya penerapan
mazhab mazhab filsafat pendidikan tersebut berorientasi mengarahkan para
pelaku pendidikan pada realitas diri dan dunianya.
c. Pendidikan itu sendiri harus diberikan kepada anak sejak masih dini, misalnya
dengan memasukkan anak ke sekolah dasar. Sebagai lembaga pendidikan
dasar, hendaknya insan pendidikan yang terlibat didalamnya benar benar
mengetahui landasan filsafat yang digunakan dalam perencanaan pendidikan
serta dapat mengaplikasikannya dalam proses pendidikan yang ideal.
3.2 SARAN
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai
modal dalam mempelajari filsafat. Jadikanlah filsafat sebagai penentuan terhadap
12
penentuan hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah politik,
pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap
saat berubah dan berkembang dalam konteks akselerasi dan modernisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, hamdani dan Ihsan fuad. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
Soetopo, Hendyat. 2004. Pengantar Pendidikan (Teori, Pendekatan, dan Praktik).
Malang: FIP UM.
Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Zuhairini. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Askara.
13