Makalah Filsafat Bahaa Positivisme

13
Makalah filsafat bahaa positivisme BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kita sekarang ini sudah sangat jauh dari hukum- hukum alam, yang digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan mengandung nilai hedonis yang sangat besar, sehingga kita pun merasakan betapa banyaknya bencana yang melanda diri kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan tiga kompenen relasional hidup kita sudah terabaikan begitu jauh, jadi jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan berlangsung harmonis dengan alam. Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum, dengan sub bahasan “ Filsafat Positifisme ”. Makalah ini dititikberatkan pada pemikiran-pemikiran para folosof aliran positivisme. 1.2 Tujuan Pembahasan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memaparkan perkembangan-perkembangan filsafat modern pada saat lahirnya filsafat positifisme. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman kita mengenai filsafat pada umumnya, dan filsafat positivism pada khususnya. Pada filsafat ini nanti akan kita bahas mengenai sejarah dari positivisme, dan tokoh-tokoh penganutnya. Selain itu juga akan kita bahas berbagai sub bab/pokok yang berkaitan dengan positivism. Sehingga diharapkan setelah membaca makalah yang kami susun ini,kita semua bisa mengetahui tentang positivisme itu sendiri dan dapat juga dapat mengambil hal positif untuk diplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

description

It's about Filsafat

Transcript of Makalah Filsafat Bahaa Positivisme

Makalah filsafat bahaa positivisme

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangKehidupan kita sekarang ini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan mengandung nilai hedonis yang sangat besar, sehingga kita pun merasakan betapa banyaknya bencana yang melanda diri kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan tiga kompenen relasional hidup kita sudah terabaikan begitu jauh, jadi jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan berlangsung harmonis dengan alam.Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum, dengan sub bahasan Filsafat Positifisme . Makalah ini dititikberatkan pada pemikiran-pemikiran para folosof aliran positivisme.1.2Tujuan PembahasanTujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memaparkan perkembangan-perkembangan filsafat modern pada saat lahirnya filsafat positifisme. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman kita mengenai filsafat pada umumnya, dan filsafat positivism pada khususnya. Pada filsafat ini nanti akan kita bahas mengenai sejarah dari positivisme, dan tokoh-tokoh penganutnya. Selain itu juga akan kita bahas berbagai sub bab/pokok yang berkaitan dengan positivism. Sehingga diharapkan setelah membaca makalah yang kami susun ini,kita semua bisa mengetahui tentang positivisme itu sendiri dan dapat juga dapat mengambil hal positif untuk diplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

1.3Rumusan MasalahA.Apa pengertian positivisme ?B.Apa ajaran yang ada dalam positivisme ?C.Pembagian tahap pemikiran manusia ?D.Apa saja filsafat dalam filsafat positivisme ?E.Siapa saja tokoh filsafat positivisme?F.Hakekat filsafat positivisme?G.Objek filsafat positivisme ?H. Metode filsafat positivisme?I.Fungsi filsafat positivisme?

BAB IIPEMBAHASAN

A.PENGERTIAN POSITIVISMEPositivisme diturunkan dari kata positif, dalam hal ini positivisme dapat diartikan sebagai suatu pandangan yang sejalan dengan empirisme, menempatkan penghayatan yang penting serta mendalam yang bertujuan untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan yang nyata, karena harus didasarkan kepada hal-hal yang positivisme. Dimana positivisme itu sendiri hanya membatasi diri kepada pengalaman-pengalaman yang hanya bersifat objektif saja. Hal ini berbeda dengan empirisme yang bersifat lebih lunak karena empirisme juga mau menerima pengalaman-pengalaman yang bersifat batiniah atau pengalaman-pengalaman yang bersifat subjektif juga.[3]B.AJARAN-AJARAN DALAM POSITIVISME1.Dalam alam terhadap hukum yang dapat diketahui.2.Dalam alam penyebab benda-benda tidakdapat diketahui.3.Setiap pernyataan yang pada prinsipnya tidak dapat direduksikan ke pernyataan sedehana mengenai fakta, baik khusus maupun umum.4.Hanya berhubungan antara fakta yang dapat diketahui.5.Perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan social.

C.TAHAP-TAHAP PEMIKIRAN MANUSIAMenurut comte perkembangan manusia dibagi kedalam 3 tahap perkembangan yaitu yang pertama tahap teologik, kemudian berkembang ke tahap metafisika, dan akan berkembang ketahap yang terakhir yaitu tahap positif.[4]Dan kesemua hal itu akan dijelaskan lebih lanjut dengan beberapa pernyataan dibawah ini: 1. TAHAP TEOLOGIK Tahap teologik bersifat melekatkan manusia kepada selain manusia seperti alam atau apa yang ada dibaliknya. Pada zaman ini atau tahap ini seseorang mengarahkan rohnya pada hakikat batiniah segala sesuatu, kepada sebab pertama, dan tujuan terahir segala sesuatu. Menurutnya benda-benda pada zaman ini merupakan ungkapan dari supernaturalisme, bermula dari suatu faham yang mempercayai adanya kekuatan magis dibenda-benda tertentu, ini adalah tahap teologis yang paling primitif. kemudian mempercayai pada banyak Tuhan, saat itu orang menurunkan hal-hal tertentu seluruhnya masing-masing diturunkannya dari suatu kekuatan adikodrati, yang melatar belakanginya, sedemikian rupa, sehingga tiap kawasan gejala-gejala memiliki dewa-dewanya sendiri. Dan kemudian menjadi monoteisme ini adalah suatu tahap tertinggi yang mana saat itu manusia menyatukan Tuhan-Tuhannya menjadi satu tokoh tertinggi. Ini adalah abad monarkhi dan kekuasaan mutlak. Ini menurutnya adalah abad kekanak-kanakan.[5]

2. TAHAP METAFISIK Tahap metafisik sebenarnya merupakan suatu masa dimana disini adalah masa perubahan dari masa teologik, dimana pada masa teologik tersebut seseorang hanya percaya pada satu doktrin saja dan tidak mencoba untuk mengkritisinya. Dan ketika manusia mencapai tahap metafisika ia mulai bertanya-tanya dan mulai untuk mencari bukti-bukti yang nyata terhadap pandangan suatu doktrin. Tahap metafisik menggunakan kekuatan atau bukti yang nyata yang dapat berhubungan langsung dengan manusia. Ini adalah abad nasionalisme dan kedaulatan umum sudah mulai tampak, atau sring kali tahap ini disebut sebagai abad remaja.[6] 3. TAHAP POSITIFTahap positif berusaha untuk menemukan hubungan seragam dalam gejala. Pada tahap ini seseorang tahu bahwa tiada gunanya untuk mempertanyakan atau pengetahuan yang mutlak, baik secara teologis ataupun secara metafisika. Pada tahap ini orang berusaha untuk menemukan hukum dari segala sesuatu dari berbagi eksperimen yang pada akhirnya akan menghasilan fakta-fakta ilmiah, terbukti dan dapat dipertanggung jawabkan. Pada tahap ini menerangkan berarti: fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum.[7] 3 tahap ini menurut Comte adalah suatu tahap yang berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, bahkan berlaku bagi setiap masing-masing individu itu sendiri. Ketika seorang masih perpandangan teologis berarti ia masih berfikiran kuno/ketinggalan zaman walaupun ia hidup dizaman yang modern. Dan ketika orang berfikiran realitas/nyata maka dia dapat sebagai seorang yang modern walaupun dimana saja mereka berada. Pendapat ini jika dilihat dari sudut pandangnya akan lebih menjurus kepada tahap dalam keyakinan hati manusia.Oleh karena itu baginya Teologi dan filsafat barat abad tengah merupakan pemikiran primitive. Karena masih pada taraf pertanyaan tentang teologi dan metafisis.[8]Pengetahuan positivisme mengandung arti sebagai pengetahuan yang nyata, berguna, tertentu dan pasti.[9]Akal dan ilmu menurut Comte harus saling berhubungan karena ilmu yang menurutnya serapan dari sesuatu yang positif tetaplah harus memakai akal dalam pembandingannya, dan disini etika telah di anggap tinggi dalam heirarki ilmu.[10]

D.DUA FASE FILSAFAT POSITIFISTIKDua fase filsafat positifistik dalam masyarakat terdapat dua fase yaitu statika social dan yang selanjutnya adalah dinamika social yangakan lebih dijelaskan melalui pernyataan dibawah ini:1.Statika Sosial adalah masyarakat sebagai kenyataan dengan kaidah-kaidah yang menyusun tatanan social. Ini adalah saat dimana masyarakat mulai tersusun atau terbangun.2.Dinamika social yang artinya masyarakat pada saat itu berada dalam penciptaan sejarahnya dan mulai menanjak dalam kemajuannya.[11]

KEDUDUKAN ILMU PASTI DAN PSIKOLOGIMenurut Comte ilmu pasti merupakan dasar dari filsafat karena ia memiliki dalil-dalil yang bersifat umum dan paling abstrak. Sedangkan psiologi tidak diberi ruang dalam system comte. Hal ini sesuai dengan pendapatnya bahwa manusia tidak akan pernah menyelidiki diri sendiri.[12]TINGKATAN AGAMA MENURUT COMTEComte telah menciptakan suatu kristianitas yang baru berdasarkan dirinya sendiri. Ia membagi kedalam 3 agama:1. Agama yang pertama adalah penghormatan atas alam. Semua adalah Tuhan2. Agama yang kedua adalah penyembahan terhadap kaidah moral sebagai kekuasaan.3. Agama yang ketiga adalah kekuasaan yang tidak terbatas yang terungkap dalam alam yang merupakan sumber dan akhir dari cita moral. Moralitas adalah hakikat dari benda-benda.[13]E.TOKOH-TOKOH DALAM FILSAFAT POSITIVISME

a). Auguste Comte ( 1798 1857 )August Comte dilahirkan pada 1798 di Montpellier, Prancis. Pada umur belasan tahun ia menolak beberapa adat kebiasan dari keluarganya yang katholik orthodox, yaitu kesalehan dalam agama dan dukungan terhadap bangsawan. Ia belajar disekolah politeknik di Paris dan menerima pelajaran ilmu pasti. Sesudah menyelesaikan sekolahnya ia mempelajari biologi dan sejarah, dan mencari nafkah dengan memberikan les matematika. Comte bekerja sama dengan Saint Simon untuk beberapa tahun, tetapi kemudian berselisih faham dan Comte bekerja secara mandiri. Comte berusaha untuk memperoleh gelar professor tetapi tidak berhasil.[2]Sebuah karya penting Cours de Philisophia Positivie (Kursur tentang filsafat positif), ini berjasa dalam mencipta ilmu sosiologi. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoieh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan experiment. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat experiment-experiment memerlukan ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat dengan kiloan, dsb. Kita tidak cukup mengatakan api panas, matahari panas, kopi panas. Ketika panas kita memerlukan ukuran yang teliti. Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai. Jadi pada dasarnya positifisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan experiment dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positifisame itu sama dengan empirisme plot rasionalisme. Hanya saja, pada empirisme menerima pengalaman batiniyah, sedangkan pada positivisme membatasi pada perjalanan objektif saja. b). H. Taine ( 1828 1893 ) Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan kesastraan. c). Emile Durkheim ( 1852 1917 ) Ia menganggap positivisme sebagai asas sosiologi. d). John Stuart Mill ( 1806 1873 ) Ia adalah seorang filosof Inggris yang menggunakan system positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan.F. HAKEKAT FILSAFAT POSITIVISMEApasebenarnyahakekatdarifilsafatpositifini? mengapamemilikihakekatsepertiitu?Danbagaimanamelaksanakanhakekattersebut?Ditinjaudarikeseluruhannya,filsafatpositivisme:1.Darisegikarakteristiknyamengatakanbahwailmuhanyamerupakanpengetahuanyangsahihdanfaktahanyamerupakanobjekpengetahuanyangmungkin.2.Ditinjaudarimetodenya,menurutNicollaAbbaganosebagaimanadisadurolehPaulEdwardsdalamTheEncyclopediaofPhilosophy(1972 :414)mengatakanbahwafilsafatinimemilikimetodeyangtakberbedadengansains.Dankarenaitutaskofphilosophyistofindthegeneralprinciplescommontoall thesciences.3.PrinsipkerjanyamenggunakantatacarakerjaFrancisBacon,yang seorangInggris yang berpandanganempiris.4.Hakekatperkembangandarifilsafatiniditunjangkarenaterjadinyarevolusiindustri.Dengandemikian,makasetiapterjadi revolusisebenarnyamerupakankesempatan untuk menghadirkan ide baru. Dalam kegiatanrevolusi, orang pada kehilangan pegangan, dan kehadiran filsafat seperti positivisme ini merupakangin segar untuk menyejukan situasi.5.Secara mendasar positivisme lebih mengutamakan fakta atau kenyataan, atau segala yang tampak. Dengan katalain, ditinjau dari segi sasarannya adalah segalagejala.Kalau demikian maka sebenarnya positivismeini mengabaikan hukum yang telah ada. Karena kehadiran hukum itu setelah gejala yang ada diolah, diklasifikasikan. Di sini hakekat filsafat ini sebenarnya kejelian dalam mengamati, dan ketajaman pengamatan dalam menyimpulkan hasil pengamatannya. Oleh sebab itu, tak ayal lagi kehadiran suatu teori hanyamungkin apabila orang telah melihat gejala, dan gejala tadi dipikirkan, sehingga diperoleh hukum-hukum.Berkenaan dengan itu apa bedanya dengan empirisme?Memang keduanya memiliki kesamaan di samping perbedaan. Kesamaannya mengutamakan pengalaman. Sedangkanperbedaannya positivisme membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang objektif, tetapi empirisme menerima pengalaman-pengalaman batiniah atau pengalaman-pengalaman subjektif (Hadiwiyono:1980:110)6.Ruang lingkup positivisme, sebenarnya ada dua saja,yaitu positivisme sosial dan positivisme evolusionary. Mengapa dikatakan positivisme sosial, karenamelihat ciri utamanyamasalah-masalah sosial.Sedangkan mengapa dikatakan positivisme evolusionary,karena keadaannya bersifat teoritis. Dan karena itu,cara kerja dalam filsafat positivisme ini sendirimemiliki perbedaan. Bagaimana perbedaannya ?Yangsatu bersumber kepada peristiwa-peristiwa sosial danyang lain bersumber kepada peristiwa-peristiwa alam.7.Untuk memahami filsafat positivisme ini, menurutKoento Wibisono (1983:37- 38) perlu memahamipengertian positif, yang menurut beliau:(1) Sebagailawan atau kebalikan sesuatu yang bersifat khayal, maka pengertian positif diartikan sebagai pensifatan yang nyata. Hal ini sesuai denganajarannya yang menyatakan bahwa filsafat positivisme itu, dalam menyelidiki objek sasarannyadidasarkan pada kemampuan akal, sedangkan halhal yang tak dapat dijangkau oleh akal tidakakan dijadikan sasaran penyelidikan. (2) Sebagal lawan dari tidak bermanfaat, maka pengetianpositif diartikan sebagai pensifatan sesuatuyang bermanfaat. Hal ini sesuai dengan ajarannya yang menyatakan bahwa di dalam filsafatpositivisme, segala sesuatu harus diarahkankepada pencapaian kemajuan. (3) Sebagai lawanatau kebalikan sesuatu yang meragukan, makapengertian positif, diartikan sebagai pensifatan sesuatu yang sudah pasti. Hal ini sesuaidengan ajarannya yang menyatakan bahwa filsafatharussampaipadasuatukeseimbangan yang logisyang membawa kebaikan bagi setiap individu danmasyarakat. (4) Sebagai lawan atau kebalikansesuatu yang kabur, maka pengertian positif diartikan sebagai pensifatan sesuatu yang(jelas)atau tepat, baik mengenai gejala-gejala yangnampak maupun mengenai apa yang sebenarnya kitabutuhkan, sebab cara berfilsafat yang lamahanya memberikan pedoman yang tidak jelas, dan hanya mempertahankan disiplin yang diperlukandengan mendasarkan diri pada kekuatan adikodrati. (5) Sebagai lawan atau kebalikan sesuatu yang negatif, maka pengertian positif dipergunakan untuk menunjukkan sifat-sifat pandangan filsafatnya yang selalu menuju ke arahpenataan atau penertiban.

G. OBJEK FILSAFAT POSITIVISMEObjek filsafat ini dapat kita lihar dari segi matelnya dan f ormanya.1.Objek filsafat dari segi materi dari filsafat positivisme ini berkaitan dengan Alam, manusia, barudengan Tuhan.Objek forma ini dapat diketahui dari hukum tiga tahapyang dikemukakan oleh August Comte, yaitu tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap positif. Pada tahap teologis menurut penafsiran Harun Hadiwiyono (1980 :110-111)orangmengarahkanrohnyakepada hakekatbatiniah.Tahapteologiadatigatahaplagi yaitu:a)Tahapyangpalingbersahajaatauprimitif.b)Tahappoliteismeyaitu tahappercayakepadadewa-dewa,danc)Tahap monoteisme.Ditinjaudarisegiajarannya,filsafatinimengungkapkanmengenai peristiwaalam,biologi,fisika,sehinggaNicolaAbbagnanosebagaipenterjemah membagipositivisme ke dalam dua bagian besar yakni positivisme sosial dan positivisme evolusionary, makadengan demikian objek filsafat positivisme meliputijuga masalah-masalah kemanusiaan dan kealaman.2.Objek filsafat dari segiformaDari segi forma kedudukan filsafat bisa dilihatmengenai upaya filsafat tersebut dalam mencari keterangan yang sedalam-dalamnya mengenai materi .atauobjek filsafat tersebut, termasuk didalamnya filsafatpositivisme ini.Berangkat dari positivisme ala Comte, Koento Wibisono(1983:32) mengatakan bahwa:Auguste Comte merupakan jembatan antara rasionalisme Descartes dan empirisme Bacon.Dikatakan demikdan karena ReneDescartesdanempirismeBacon. Dikatakan demikiankarena Rene Descartes sebagai peletak dasar filsafatmodern serta penganut faham rasionalisme berpendapatbahwailmupastimerupakan bentuk, kemana semua ilmupengetahuan harus dijabarkan. Ini berarti suatumonisme ilmu pasti, yang dengan demikian batas-batasantara ilmu yang satu dengan yang lain akan menjadihilang, sebab semua pengertian dinyatakan dalamdalil-dalil atau rumus-rumus. Sebaliknya FrancisBacon, yang menggunakan asas psikologik, yaitu hubungan antara manusia dengan dunia pengalaman. Iamembedakan tiga fungsi kejiwaan, yaituingatan,fantasi, dan pengertian. Bertolak dari ketiga pembagian kejiwaan itu, Bacon mengadakan pembagian ilmupengetahuan dan juga pembagian ilmu pengetahuan secara menyeluruh.Objek lainnya dari Comte sesuai dengan trinitasmengenai jenis keagamaan, maka objek filsafat positivisme ini adalah:kemanusiaan, dunia, dan ruang.Obiek forma berdasarkan pendapat Bentham dan Millsyaitu mengenai il-mu pengetahuan eksakta. Mill mempersamakan pikiran manusia sebagai objek yang dapatdipelajari, sebagaimana kita mempelajarigejalaalamiah.Sedangkan objek forma positivisme evolusionary adalahalam, lingkungan fisik dan biologi. Keadaan tersebutdiungkap mengenai hetroginitas dan homoginitasnya.Bagaimana kemisterian dari alam ini, merupakan salahsatu objek dari filsafat positivisme evolusionary.Sehingga sebagai contoh Spencer menterjemahkan prosesevolusidalampengertiangerakdankesadaran,sehinggadapatditafsirkansecaraspiritualistikdanmaterialistik.

H. METODE FILSAFAT POSITIVISMEMenurutKoentoWibowo(1983 :39)filsafatpositivisme menggunakan metode pengamatan, percobaan dan perbandingan, kecuali dalam menghadapi gejala dalam fisika sosial,digunakan metode sejarah.Pengamatan digunakan untuk mempelajari astronomi,kesemuanya ini berkaitan dengan ukuran waktu dan adapun untuk ilmu fisika disamping pengamatan jugadigunakan percobaan, dalam percobaan ini pengamatan takketinggalan. Dalam mempelajari ilmu kimia disamping percobaan dan pengamatan,digunakan juga metode peniruan (artifisial). Dalam ilmu biologi menggunakan metode percobaan, yang disesuaikan dengan kompleksitasnya gejala, maupundalam sosiologi, digunakan pengamatan, percobaan, dan perbandingan, dan bahkan metode sejarah, ini digunakan untuk menguraikan gejala-gejala yang kompleks.

I. FUNGSI FILSAFAT POSITIVISMEBerdasarkan uraian pada bagian terdahulu kiranya dapat dikatakanmengenai, fungsi filsafat positivisme yaitu :1.Perkembangan yang diberi konotasi sebagai kemajuan memberikan makna bahwa positivisme telah mempertebal optimisme. Hal tersebut melahirkan pengetahuan yang positifyang terlepasdaripengaruh-pengaruh spekulatif, atau dari hukum-hukum yang umum. Berkat pandangan positivisme orang'tidak sekedar menghimpunfakta, tapi ia berupaya meramal masa depan, yang antara lain turut mendorong perkembangan teknologi2.Kemajuan dalam bidang fisik telah menimbulkan berbagaiimplikasidalam segi kehidupan. Dengan kata lain, fungsi filsafat positivisme ini berperan sebagai pendorong timbulnya perkembangan dan kemajuan yang dirasakan sebagai kebutuhan.3.Dengan adanya penekanan dari filsafat positivismeterhadap segi rasional ilmiah, maka berfungsi pulakemampuannya untuk menerangkan kenyataan, sedemikianrupa sehingga keyakinannya akan kebenaran semakinterbuka.4.Kelemahan positivisme antara lain :(a) Hanya mampu melihat manusia sebagai realitas barang atau benda,dan kurang mampu melihat segi subjektifitasnya, sehingga dapat menjangkau aku, dari kehidupan yang sebenarnya. (b) Faham positivisme kurang mampu menjangkau segi historitas manusia yang mengantarkancara berpikir dan beraspirasi atau memiliki pandangantentang sesuatu. Sehingga diketahui bahwa sebenarnyadengan aspirasi tadi manusia akan dapat menuju kepadakemungkinan-kemungkinan baru.(c) Faham positivisme tidakmampumenghayati manusiadalamhakekatnyayang monopluralistik,yaitukesatuanataukeutuhanorganik dariunsur-unsuryangtarafnyakimiawi,biologik,sertaberakal,berasa,danberkehendak.Selainpositivisme,kita kenalpula bentuk-bentuksekarangmengenaipositivisme,seperti positivisme, neopositivisme, positivismekritis,ataudisebutempiriocritisisme.Neopositivismeinidikembangkanolehkelompok Wina,yakni kelompok sarjana ilmu pastidan ilmu alam yangpada daswarsa20-an abadke20mengecamfilsafatyangbercorakrasionalempirisbelaka juga yang spiritual saja. Usahakelompok Wina ini memperbaharui positivisme abad karya Agus Comte dan pengikutnya, yang dianggap diwarnaipemikiran yang bersifat dogmatis dan indoktrinasi teo1ogi yang mengarah kepada absolutisme.Neopositivisme Wina menganggap bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang benar adalah pengalaman yang diatur menjadi ilmu alam dan ilmu pengetahuan yang akan mendapatkan perannyayang nyata. Tugas filsafat adalah membina dan menghilangkan segala bentuk filsafat semu yang tak dapatmemenuhipredikat serta mendukung ilmu pengetahuan. Menurutkelompok Wina, pengetahuan dianggap wajar apabila mendasarkan dirinya pada pengamatan. Kelompok ini mengemukakanazas pembenaran yang mengatakantidak ada pengetahuan yang dianggap wajar, kecuali dengan adanya pengamatan,dandalampengamatanpuntergantungkepada ada-tidaknyahasilpengamatanyang dibenarkandandiperiksasecaraempirik.Neopositivismemencita-citakansertamempersiapkan berkembangnyaunifiedscienceyaituilmupengetahuanyang utuh. Kesulitanyang dihadapikelompokneopositivisantaralain kapanbasilpengamatanituterpercaya,bagaimanamenerapkanazaspembenaran,sertakapanpulasejumlahpengamatan cukupditeliti agar pernyataan umum dapat dipercayai.Sebagaimana halnya filsafat lain, Neopositivisme memi1iki kelemahan,yang antara lain dikritik oleh Poppler. Menurut Popper,pada neopositivisme tak ada pengamatan dan pemeriksaan empiris yang tertuju dan terarah pada dua tindakan tersebut tanpa suatu prasangka. Justru cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan memperlihatkan hal itu secara nyata. Popper tidak membedakan ada tidaknya ilmu dan ungkapanilmiah.. Pendirian neopositivisme tentang azas pembenaran untuk menentukan apakah suatu ungkapan mempunyai arti, ditolak Popper dianggap sebagai sebuah teori yangtidak mendasar bahkan cenderung sebagai ideologi.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanPada hakikatnyaPositifisme adalah salah satu aliran filsafat modern yang berpangkal dari fakta yang positif.Di negeri Perancis, telah muncul aliran baru, yaitu "positivisme", yang ditikohi oleh Auguste Comte (1798 1857). Menurut Comte, jiwa dan budi adalah basis dari teraturnya masyarakat. Maka, jiwa dan budi haruslah mendapatkan pendidikan yang cukup dan matang. Dikatakan bahwa sekarang ini sudah masanya harus hidup dengan pengabdioan ilmu yang positif, yaitu matematika, fisika, biologi, dan ilmu kemasyarakatan. Adapun yang tidak positif tidak dapat kita alami, dan sebaliknya orang bersikap tidak tahu menahu.Adapun budi itu mengalami tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah tingkatan teologi, yang menerangkan segala sesuatu dengan pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab yang melebihi kodrat; tingkatan kedua adalah tingkatan metafisika, yang hendak menerangkan segala sesuatu melalui abstraksi; tingkatan ketiga adalah tingkatan positif, yang hanya memperhatikan yang sungguh-sungguh serta sebab yang sudah ditentukan.Tokoh-tokoh dalam positivisme antara lain adalah H.Taine (1828 1893), yang mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik dan kesastraan. Emile Durkheim (1858 1917), yang mengaggap positivisme sebagai asas sosiologi. John Stuart Mill (1806 1873), seorang filosof Inggris yang menggunakan system positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan.

DAFTAR RUJUKANAhmadi, Asmoro. 1995. Filsafat Umum. Jakarta : Raja Grafindo PerkasaPeurseun, V,1986,PengantarFilsafatIlmu, Yogyakarta :TiaraWacanaBagus, Lorens. 1991. Metafisika. Jakarta : GramediaWibisono, Koento,1983,ArtiPerkembanqanMenurutFilsafatPositivismeAuqusteComte, Yogyakarta :GajahMadaUniversityPressBertens, K. 1973.Sejarah Filsafat Yunani. Jakarta : KanisiusSuhartoni, Suparlan. 2005.Sejarah Pemikiran Filsafat Modern. Jogjakarta : Ar-Ruzzhttp://staff.blog.ac.id

http://united-akhied.blogspot.com/2012/11/filsafat-positivisme-auguste-comte.html