Makalah DHF demam berdarah dengue

23
DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD ) O L E H Niswan Iskandar Alam 0901049 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 1

Transcript of Makalah DHF demam berdarah dengue

DEMAM BERDARAH DENGUE

( DBD )

O

L

E

H

Niswan Iskandar Alam

0901049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN

2013

1

Kata Pengantar

Assalammualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah…..

Tiada kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah swt,yang mana

dengan limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah

Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempetaruhkan

harta,jiwa dan raganya untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju

dunia yang terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.

Saya sadari peyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka

berpegang dari itu semua saya sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang

konstruktif dari para pembaca pada umumnya dan dosen bidang studi pada khususnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua….

“ tak ada gading yang tak retak,tak ada manusia yang sempurna ˝

Billahifii sabililhaq fastabiqulkhairat

Wassalammualaikum Wr.Wb

Penyusun

Niswan Iskandar Alam

0901049

Daftar Isi

Kata pengantar……………………………………………………………...i

2

Daftar isi…………………………………………………………………...ii

Bab I. Pendahuluan………………………………………………………...1

Bab II. Pembahasan

a. Definisi Demam Berdarah Dengue………………………………….....3

b. Mengenal nyamuk Ae.Aegypti………………………………………...3

c. Siklus hidup Ae.Aegypti……………………………………….............5

d. Masa inkubasi dan gejala DBD………………………………………..6

e. Diagnosis……………….………………………………………….......6

f. Penularan................................................................………………........7

g. Penyebaran.............................................................................................7

h. Pengobatan ............................................................................................8

i. Epidemiologi..........................................................................................8

j. Pencegahan ...........................................................................................9

k. Dengue dan Permasalahannya.............................................................11

Bab III. Penutup

a. Kesimpulan……………………………………………………….13

b. Saran……………………………………………………………...13

Daftar Pustaka

BAB I.

PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang ini berbagai macam penyakit terus di temukan dan terus

berkembang seiring dengan perkembangan zaman,baik pola penularan,pengobatan,

3

pencegahan serta penyebabnya pun berbeda – beda mulai dari penyakit yang ringan

sampai yang sulit di sembuhkan.

Demam berdarah dengue atau yang biasa di singkat DBD adalah salah satu

penyakit yang sulit di sembuhkan hal ini di sebabkan karena Sampai saat ini belum

ditemukan obat atau vaksin untuk penanggulangan DBD ini.

Demam berdarah dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia

menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah dengue tiap tahun.

Hal ini mungkin disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama

di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus.

Penyakit DBD pertama kali di indonesia di temukan di Surabaya pada tahun

1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru di dapat pada tahun 1972. sejak itu penyakit

tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di

Indonesia kecuali Timor – Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali di

temukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah

maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.

KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate ( IR ) = 35,19

per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar

10.17%, namun tahun – tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15.99 ( tahun

2000); 21.66 ( tahun 2001 ); 19.42 ( tahun 2002 ) dan 23,87 ( tahun 2003 ).

Hampir setiap tahun, di bulan-bulan tertentu, selalu saja ada berita tentang kasus

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Penyakit ini tiap tahun telah membawa

banyak korban jiwa, bahkan jumlah kasus serta korban jiwa meningkat tiap

tahunnya.DBD terjadi berulang-ulang setiap tahun. DBD merupakan salah satu penyakit

penting di Indonesia dan memerlukan penanganan yang menyeluruh dan integral, agar

penyakit ini tidak lagi menimbulkan banyak korban jiwa.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandung, jumlah penderita DBD pada

Januari 2009 mencapai 783 kasus. Jumlah itu lebih besar dibandingkan dengan Januari

4

2008 yaitu sebanyak 545 kasus. Sementara itu, total jumlah penderita DBD di tahun 2008

sebanyak 4.432 kasus. Kecenderungannya menurun jika dibandingkan dengan tahun

2007 yang mencapai 4.717 kasus. Berdasarkan data tahunan Dinas Kesehatan Kota

Bandung, puncak penyebaran virus DBD selalu terjadi pada caturwulan pertama setiap

tahun, antara Februari-April.

BAB II

PAMBAHASAN

5

A. Definisi Demam Berdarah Dengue ( DBD )

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

dengan genusnya adalah favivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang di kenal

dengan DEN- 1, DEN- 2, DEN- 3, dan DEN- 4, yang di tularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan

pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga

mengakibatkan perdarahan – perdarahan.

B. Mengenal nyamuk Ae.Aegypti

Mengenali nyamum Ae. aegypti sangat mudah. Beberapa ciri khusus untuk

mengenali nyamuk ini antara lain dari pola hitam putih di tubuhnya, sepeti di kaki

dan diperutnya. Perhatikan gambar di bawah ini.

Tetapi perlu hati-hati, tidak semua nyamuk yang belang-belang adalah nyamuk Ae.

aegypti. Masih ada beberapa ciri khusus lagi yang membedakkannya dengan nyamuk

jenis lain. Perhatikan pola di punggungnya. Ae. aegypti memiliki dua garis putih di

tengah dan di sisinya ada dua garis melengkung. Perhatikan baik-baik di bagian

punggung nyamuk ini.

6

Kalau gambar skemanya seperti gambar di bawah ini. Perhatikan kembali di bagian

kepalanya.

Cara nunggingnya pun bisa digunakan untuk membedakan nyamuk ini dengan jenis

nyamuk yang lain. Perhatikan kembali gambar skema di bawah ini.

Gambar skema nyamuk Ae. aegypti tampak atas dan tampak samping.

Kalau diperhatikan lebih jauh lagi ada perbedaan penting pada bentuk larva Ae. aegypti.

Larva nyamuk, kita sering menyebutnya jentik nyamuk, memiliki bentuk khusus pada

sipon-nya. Sipon adalah alat pernafasan larva yang letaknya di bagian ekor. Perhatikan

gambar di bawah ini. Sipon jentik Ae. aegypti berukuran sedang dibandingkan dengan

sipon jenis lain.

Pupa larva ini juga sangat khas. Pupa Ae. aegypti berbeda dengan pupa serangga lain.

Kalau kupu-kupu biasanya bertapa ketika menjadi pupa, nyamuk justru aktif ke sana ke

mari ketika berbentuk pupa. Punya nyamuk seperti gambar di bawah ini.

7

C. Siklus hidup Ae.Aegypti

Sedangkan siklus hidup nyamuk ini seperti gambar di bawah ini. Nyamuk Ae. aegypti

bertelur di air. Pertama nyamuk bertelur, telur menetas menjadi larva instar ke-1,

instar ke-2, instar ke-3, instar ke-4, pupa, dan akhirnya menjelma menjadi nyamuk

dewasa.

D. Masa inkubasi dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue

Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,

Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah

sebagai berikut :

8

1. Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38 – 40 derajat Celsius ).

2. Pada pemeriksaan uji tourniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.

3. Terjadi pembesaran hati ( Hepatomegali ).

4. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

5. Terjadi penurunan trombosit di bawah 100.000 / mm3 (Trombositopeni)

6. timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,muntah

penurunan nafsu makan ( anoreksia ),sakit perut diare,menggigil kejang, sakit

kepala, mimisan ( epitaksis ) pada hidung dan gusi, feces berlendir dan

campur darah ( malena ).

7. Demam yang di rasakan penderita menyebabkan pegal / sakit pada

persendian.

8. Munculnya bintik – bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah

9. Pada kasus berat gejala klinis di tambah dengan terjadinya akumulasi cairan

pada rongga tubuh

E. Diagnosis

Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi

adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia

dan leukopenia relatif. Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk

memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis. Mendiagnosis

demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian dari pada menunggu

akut.

F. Penularan

Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif, terutama Aedes aegypti. Ini

adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari, dengan peningkatan aktivitas

menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari

tenggelam. Aedes aegypti maupun Aedes albopictus ditemukan di daerah perkotaan;

9

kedua species nyamuk ini ditemukan juga di AS. Aedes Albopictus, sangat banyak

ditemukan di Asia, tidak begitu antropofilik dibandingkan dengan Aedes Aegypti

sehingga merupakan vector yang kurang efisien. Di Polinesia, salah satu jenis dari

Aedes Aegypti Scutellaris spp, bertindak sebagai vector. Di Malaysia, vectornya

adalah kompleks Aedes Aegypti Niveus dan di Afrika Barat adalah kompleks

nyamuk Aedes Aegypti furcifer-taylori berperan sebagai vector penularan nyamuk-

monyet.

G. Penyebaran

Kasus penyait ini pertama kali di temukan di Manila, Filipina pada tahun 1953.

kasus pertama kali di laporakan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah

kematian sebanya 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke

beberapa propinsi di Indonesia, dengan jumlah kasus sbagai berikut :

- Tahun 1996 : jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah ematian sebanya

1.234

- Tahun 1998 : jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian

sebanyak 1.414 orang ( terjadi ledakan ).

- Tahun 1999 : jumlah kasus 21.134 orang

- Tahun 2000 : jumlah kasus 33.443 orang

- Tahun 2001 : jumlah kasus 45.904 orang

- Tahun 2002 : jumlah kasus 40.377 orang

- Tahun 2003 : jumlah kasus 50.131 orang

- Tahun 2004 : jumlah kasus 26.015 orang dengan jumlah ematian sebanyak

389 orang.

10

H. Pengobatan

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan,

mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar

penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula

sirup atau susu).

Penambahan cairan tubuh melalui infuse ( intravena ) mungkin di perlukan untuk

mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.transfusi platelet di

lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat –

obatan terhadap keluhan yang timbul,misalnya :

Paracetamol membantu menurunkan demam

Garam elektrolit ( oralit )jika di sertai diare

Antibiotic berguna untuk mencegah infeksi sekunder

Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok.

Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol.

Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji

bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi

jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai

trombosit darah.

I. Epidemiologi

Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan

Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar

global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini

telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di

daerah tersebut.

11

J. Pencegahan ( Pengendalian Nyamuk Ae. Aegypti )

DBD disebabkan oleh virus dan penyebarannya melalui vektor nyamuk. Dari

sekian banyak jenis nyamuk, hanya satu nyamuk yang menjadi vektor DBD, yaitu

Aedes aegypti. Oleh karena itu untuk mengendalikan penyebaran DBD dilakukan

dengan mengendalikan vektor nyamuk ini yaitu dengan beberapa metode sebagai

berikut :

a.lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan

pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ),pengelolaan sampah padat, modifikasi

tempat perkembang biakan nyamuk dan perbaikan desain rumah sebagai contoh :

menguras bak mandi atau penampungan air sekurang – kurangnya sekali

seminggu,mengganti dan menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu

sekali menutu dengan raat tempat penampungan air,mengubur kaleng – kaleng

bekas,aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah.tumpah atau bcornya air dari pipa

distribusi,katup air, meteran air dapat menyebabkan air menggenang dan menjadi

habitat yang penting untuk larva Ae.Aegypti jika tindakan pencegahan tidak

dilakukan.

b. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( kan

adu / ikan cupang ), dan bakteri ( Bt.H – 14 ). Peran pemangsa yang di mainkan

oleh copepod crustacea ( sejenis udang – udangan ) telah di dokumnetasikan pada

tahun 1930 – 1950 sebagai predator yang efektif terhadap Ae.Aegypti ( Kay BH,

1996 ).selain itu juga di gunakan perangkap telur autosidal ( perangkap telur

pembunuhan ) yang saat ini sedang dikembangkan di singapura.

12

c.Kimia

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan ( fogging / dengan

menggunakan malathion dan fenthinol ),berguna untuk mengurangi kemungkinan

penularan sampai batas waktu tertentu memberikan bubuk abate ( temephos ) pada

tempat – tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain –

lain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara – cara di atas, yang di sebutkan dengan 3M plus,yaitu

menutup,menguras dan mengubur barang – barang yang bisa di jadikan sarang

nyamuk.selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan

jentik,menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,

menyemprot dengan insektisida,menggunakan repellent,memasang obat nyamuk

dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat ( Deubel V et al,

2001 ).pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali

( revitalisasi ) pokjanal DBD di Desa / Kelurahan maupun kecamatan dengan

pemberian penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemeriksaan jentik

berkala.perekrutan warga masyarakat sebagai juru pemantau jentik ( jumantik )

dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik,pemberantasan

sarang nyamuk secara periodik dan penyuluhan kesehatan.peran media massa

dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai peringatan dini kepada masyarakat

juga di tingkatkan dengan adanya sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada

khalyak yang cepat di harapkan masyarakat dan departemen terkait lebih

waspada.intensifikasi pengamatan ( surveilans ) penyakit DBD dan vektor dengan

dukungan laboratorium yang memadai di tingkat PusKesMas Kecamatan /

Kabupaten juga perlu dibenahi.

K. Dengue dan Permasalahannya

13

sampai saat ini belum di temukannya obat atau vaksin untuk penanggulangan

DBD ini. Beberapa usaha yang berhubungan dengan pengembangan obat telah dan

tengah di lakukan . dala satu penelitian di katakan bahwa interferon , ribavirin, 6 –

azauridine, and glycyrrhizin menghambat perkembangabiaan flavivirus termasuk

virus dengue secara in vitro ( Crance et al, 2003 ), tetapi belum di buktikan secara

invivo. Begitu juga dengan usaha pengembangan antivirus dengan penemuan

inhibitor enzim yang di perlukan untu perkembangabiakan virus seperti

protease,helikase, RNA polimerase, dan lain – lain. Semua percobaan baru pada tahap

pengujian ativitas secara in vitro, yang masih jauh dari pengembangan menjadi obat

yang biasa di gunakan untuk pasien.

Demikian juga halnya dengan pengembangan vaksin. Ada beberapa kesulitan

untuk pengembangan vaksin dengue ini. Di antaranya adalah kompleksnya virus

dengue ini. Di antaranya terdiri dari 4 serotipe ( DEN – 1, DEN – 2, DEN – 3, dan

DEN – 4 ), sehingga vaksin yang di kembangkan harus mengandung antigen dari ke

empat serotipe tersebut.

Kesulitan yang kedua adalah infeksi virus dengue ini tidak mengindus antibodi yang

bisa menahan tubuh dari serangan. Pada kebanyakan virus, infeksi akan mengindus

antibodi yang bisa menahan tubuh terhadap serangan virus berikutnya. Tapi hal ini

berbeda dengan virus dengue. Infeksi pertama (primary infection) malah

mempermudah tubuh untuk mendapat serangan berikutnya (secondary infection).

Begitu juga gejala yang diakibatkannya. Serangan berikutnya menimbulkan gejala

yang lebih berat dan fatal. Jika pada serangan pertama hanya menyebabkan panas

(dengue fever/DF), serangan berkutnya bisa menyebabkan panas beserta perdarahan (

Dengue Hemmoragic Fiver / DHF ) atau bahakan di sertai shock ( Dengue Shock

Sindrome / DSS ).

14

Karena itu, pengembangan vaksin harus disertai dengan pertimbangan

kemungkinan ini. Artinya, kita harus menemukan kondisi yang optimal agar

pemberian vaksin tidak membuat tubuh lebih sensitif terhadap serangan virus dengue.

Di antara kondisi yang harus dipertimbangkan bisa berupa jumlah dosis, jumlah

vaksin itu sendiri, komposisi masing – masing serotipe, dan lain – lain.

15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demam berdarah dengue ( DBD ) merupakan penyakit yang di sebabkan oleh

nyamuk Ae.Aegypti yang berkembang dan hidup di daerah tropis maupun subtropis.

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan rating ( tingkat ) kasus DBD yang

cukup tinggi .

Demam berdarah dengue ( DBD ) merupakan salah satu penyakit yang sampai

pada saat ini belum di temukan obat atau vaksinnya,namun dapat di cegah dengan

memperhatikan kebersihan rumah,lingkungan sekitar rumah dan perbiasakan pola

hidup sehat yaitu mencuci tangan sebelum makan,makan makanan yang sehat dan

bergizi,istirahat yang cukup atau lakukan tidakan promotif dan preventif

B. Saran

Lakukanlah gerakan 3M untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk

Ae.Aegypti karena tindakan preventif lebih baik dari tindakan kuratif.

Kenalilah gejala DBD sedini mungkin agar dapat mengurangi jumlah penderita

DBD

Biasakan pola hidup sehat

Gunakanlah kelambu anti nyamuk atau lotion anti nyamuk

Lakukanlah tindakan promotif kepada masyarakat sedini mungkin agar

masyarakat tahu dan pahami bahaya DBD dan pentingnya penanganan terhadap

kasusu DBD

Segeralah membawa pasien ke rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat

( PusKesMas)terdekat,apabila terdapat tanda – tanda atau gejala DBD.

16

Daftar Pustaka

- Pedoman pengobatan dasar di PusKesMas berdasarkan gejala,Departemen

Kesehatan Republik Indonesia 2001

- http://www.google.co.id/search?

hl=id&client=firefoxa&channel=s&rls=org.mozilla%3Aid

%3Aofficial&hs=Wny&q=demam+berdarah+dengue&btnG=Telusuri&meta=

- http://medisiana.com/viewtopic.php?p=433#433

- http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=200402260145405

-

17