Makalah Case Diare
-
Upload
siskasiska -
Category
Documents
-
view
613 -
download
3
Transcript of Makalah Case Diare
PRESENTASI KASUS
DIARE AKUT
Pembimbing
Dr. Dewi Iriani, Sp.A
Penyusun:
Fithriany Tilameo030.04.081
Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Koja
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Periode 15 Februari - 24 April 2010
1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama pasien : Ramadhan Dwi PutraJenis kelamin : Laki-laki Agama : IslamAlamat rumah : Sunter RT 16 RW VITanggal lahir/umur : 20 Agustus 2009/6 bulan Tanggal masuk RS Koja : 28 Februari 2010
B. Identitas Orangtua
Ayah
Nama : Tn. KusmayadiAgama : Islam Alamat : Sunter RT 16 RW VI Pekerjaan : WiraswastaPenghasilan : ± Rp 800.000/bulan
Ibu
Nama : Ny.EndahAgama : Islam Alamat : Sunter RT 16 RW VIPekerjaan : Ibu rumah tanggaPenghasilan : (-)
Hubungan dengan orangtua : Anak kandungSuku Bangsa : Indonesia
II.ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis terhadap kedua orang tua pasien pada tanggal
1 Maret 2010 pukul 11.00 WIB
KELUHAN UTAMA
Mencret sejak 1 (satu) hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
Panas dan Muntah2
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Os diantar ke IGD RSUD Koja pada hari Minggu, 28 Februari 2010 oleh orang tua os. Orang tua Os mengatakan Os mencret pertama kali sejak hari sabtu pagi. Dalam satu hari os mencret bisa sampai 5-6 kali. Mencret os mula - mula berisi air dan ada ampas, berwarna coklat, tidak ada darah dan tidak ada lendir. Lama kelamaan hanya berisi air saja tanpa ampas dan berbau asam. Bila ditampung setiap kali mencret bisa sampai sebanyak ¾ botol aqua sedang.
Pada hari yang sama Os juga mulai demam hari pertama, panas terus menerus dengan suhu tubuh lebih panas terutama pada malam hari. Pada hari ke dua panas agak turun tapi kemudian naik lagi. Ibu os menyangkal adanya kejang. Ibu os mengatakan os juga sempat muntah, < ½ gelas aqua, berisi susu, 1-2 kali per hari.
Pada haru sabtu tersebut orang tua os membawa os ke bidan dan diberi obat, orang tua os lupa apa nama obat yang diberikan. Saat itu keluhan os belum berkurang, terutama mencret. Sehingga malam harinya os dibawa ke klinik dokter, sudah diberi obat, ortu os juga tidak dapat menyebutkan nama obat yang diberikan oleh dokter. Setelah mengkonsumsi obat tersebut os masih tetap mencret dan panas. Bahkan mencret os semakin encer sampai hanya berisi air saja, dan tetap 5-6 kali per hari, dengan jumlah yang masih sama.
Pada hari minggu malam os dibawa ke IGD RSUD Koja oleh karena os masih mencret terus menerus dan terlihat semakin lemas.
Ibu os mengatakan os tidak ada batuk dan pilek. Sesak nafas disangkal oleh ibu os.
Ibu os mengatakan os belum pernah mengalami sakit serupa sebelumnya. Riwayat dirawat inap di rs, riwayat operasi, asma, dan alergi juga disangkal oleh ibu os.
RIWAYAT KEHAMILAN/KELAHIRAN
KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ditemukan kelainan
Perawatan antenatal Bidan
KELAHIRAN Tempat kelahiran Bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan
Masa gestasi Cukup bulan
Keadaan bayi
Berat lahir 3.400 grPanjang badan 49 cmLangsung menangisBayi berwarna merahKelainan bawaan tidak ada
3
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : usia - bulan (Normal : 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap : usia 6 bulan (Normal : 3-4 bulan)Duduk : usia - bulan (Normal : 6 bulan)Berdiri : usia - bulan (Normal : 9-12 bulan)Berjalan : usia - bulan (Normal : 13 bulan)Bicara : usia - bulan (Normal : 9-12 bulan)Baca dan Tulis: usia - tahun
RIWAYAT MAKANAN
Umur (bulan) ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 – 2 +
2 – 4 +
4 – 6 + + +
Tidak ada kesulitan makan
RIWAYAT IMUNISASI14
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)BCG Ketika lahir DPT / DT 2 bulan 4 bulan 6 bulanPOLIO 2 bulan 4 bulan 6 bulanCAMPAKHEPATITIS B
RIWAYAT KELUARGA (corak reproduksi)Susunan keluarga : pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara
Riwayat keluarga ibu pasien
Ibu pasien menderita asma.
Anggota keluarga lain yang serumah
Pasien tinggal bersama dengan keluarga inti dan neneknya.
Perumahan
Saat ini os tinggal bersama keluarga di rumah yang merupakan milik nenek os.
Rumah cukup luas, penerangan dan ventilasi baik. Lingkungan rumah baik, tidak
dekat pabrik maupun pembuangan sampah.
4
Ayah Ibu
Nama Kusmayadi Endah
Perkawinan Ke 1 1
Umur Saat Menikah 18 tahun 18 tahun
Pendidikan Terakhir SMA SMA
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Betawi Betawi
Keadaan Kesehatan Baik Baik
RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Ginjal (-)
Demam Berdarah (-) Kejang (-) Darah (-)
Demam Thypoid (-) Kecelakaan (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) Tuberkulosis (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lainnya (-)
Kesehatan pasien baik dan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 1 Maret 2010
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status antropometri
Berat Badan : 7,5 kg
Panjang Badan : 69 cm
Lingkar Kepala : 42 cm
Lingkar Lengan Atas : 14 cm
Lingkar Dada : 42 cm
Kesan status gizi :
BB/PB x 100% = 7,5/8,4 x 100 % = 89,28% (gizi kurang)
BB/U x 100 % = 7,5/7,9 x 100% = 95% (gizi baik)5
PB/U x 100% = 69/68 x 100% = 101,47% (tinggi baik)
Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien baik, namun kurang dibandingkan dengan tinggi badannya.
Tanda Vital
Heart rate : 140 x / menit, kuat, irama reguler
Suhu : 39,9 °C
Pernapasan : 68 x / menit
Kepala : normosefali, ubun-ubun tidak cekung, rambut hitam, distribusi merata, tidak ada sikatriks.
Mata : pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung dan refleks cahaya tidak langsung +/+ , konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebra cekung
Hidung : bentuk normal, nafas cuping hidung tidak ada, tidak terdapat sekret pada kedua rongga hidung, tidak ada septum deviasi.
Telinga : normotia, tidak terdapat serumen di kedua liang telinga.
Bibir : tidak ada kelainan anatomis, kering ( + ), tidak sianotik
Mulut : tidak terdapat trismus, halitosis.
Lidah : lidah ukuran normal dan tidak kotor, kering ( + )
Gigi geligi : belum tumbuh
Uvula : letak ditengah
Tonsil : tidak hiperemis, ukuran T1/T1
Tenggorokan : tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea letak normal
Toraks
ParuInspeksi : simetris toraks kanan – kiri, pernapasan abdominothorakal, sela iga
normal, tidak terdapat pulsasi abnormal Palpasi : gerak nafas simetrisPerkusi : tidak dilakukanAuskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdapat ronchi, tidak terdapat wheezing
JantungInspeksi : ictus cordis tidak tampakPalpasi : ictus cordis teraba pada ics V medial garis midklavikularis kiriPerkusi : tidak dilakukanAuskultasi : SISII reguler, tidak terdapat murmur dan irama derap (gallop).
Abdomen
6
Inspeksi : bentuk agak buncitPalpasi : lemasPerkusi : timpani di seluruh kuadran abdomenAuskultasi : bising usus meningkat 5x/menit
EkstremitasAtas : akral hangat, sianosis (-), edema (-), deformitas (-) petekie (-)Bawah : akral hangat, sianosis (-), edema (-), deformitas (-) petekie (-)
Tlg. Belakang : Tidak ada kelainan
Susunan Saraf : Tanda rangsang meningeal (-)Refleks fisiologis (+)Refleks patologis tidak dilakukan
Kulit : turgor dan elastisitas normal, warna kulit putih, kelembab-an normal, tidak ada edema, tidak ada ruam.
MAURICE KINGS SCORE
Bagian tubuh yg dilihat 0 1 2
Keadaan umum Kompos mentis Gelisah, cengeng Mengigau, koma, syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Nadi Kuat <120x/mnt Sedang 120-140x/mnt > 140 x/mnt
Ubun-ubun besar Normal Cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Sangat kering, sianosis
Nafas 20-30x.mnt 30-40x/mnt > 40 x/mnt
WHO SCORE
7
PENILAIAN Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
1. Lihat : Ku Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan Lidah
Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak haus
Haus, ingin minum banyak
Malas minum/ tidak bias minum
2. Periksa Turgor kulit
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
3. Hasil pemeriksaan
Tanda dehidrasi Dehidrasi ringan/ sedang. Bila ada 1 tanda / lebih dari satu 1 tanda
Dehidrasi berat. Bila ada 1 tanda + 1/ > tanda lain
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM01/03/2010 02/03/2010 Nilai normal
Hemoglobin 11,9 g/Dl (↓) 9,3 g/dl (↓) 13,0-16,0 g/dlLeukosit 13.900/ul ( ) 5.900/ul 5.000-10.000/uLHematokrit 33% (↓) 28 % (↓) 40-48%Trombosit 407.000/uL 331.000/uL 200.000-500.000/uLEritrosit 3,80 juta/ul 4,5-5,5 Juta/uL
VER (MCV) 75 fL (↓) 82-93 fL
HER (MCH) 24 pg (↓) 27-31 pg
8
KHER (MCHC) 33 g/dL 32-36 g/dLHitung JenisBasofil 1 % 0-1%Eosinofil 1 % 1-3%
Batang 0 % (↓) 2-6%
Segmen 42 % (↓) 50-70%
Limfosit 44 % (↑) 20-40%Monosit 12 % (↑) 2-8%LED 8 mm/jam <10 mm/jamKimia Elektrolit
Na 133 mmol/L (↓) 135 – 147 mmol/L
K 2,86 mmol/L (↓) 3,5 – 5,0 mmol/L
Cl 105 mmol/L 97 – 108 mmol/L
V. RESUMEAnamnesis
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien anak R, laki – laki, usia 6 bulan. Datang dengan keluhan diare sejak 1 hari SMRS, mula – mula ada ampas, kemudian berisi cairan saja, tidak ada darah dan lendir, frekwensi 5 – 6 kali per hari. Febris sejak 1 hari SMRS, continua intermiten. Vomitus ( + ) 1 – 2 kali per hari, berisi susu, jumlah <1/2 gelas aqua.
Pemeriksaan fisikkeadaan umum : rewel, gelisahkesadaran : comps mentisHeart rate : 140 x / menit, kuat, irama regulerSuhu : 39,9 °C Pernapasan : 68 x / menitKepala : ubun-ubun cekung ( - )Mata : palpebra cekungBibir : kering ( + )Lidah : kering ( + )Abdomen : bising usus meningkat 5x/menitKulit : turgor baik
Pemeriksaan penunjangLaboratorium : hiponatremia isotonis
VI. DIAGNOSIS BANDING
9
1. Diare akut dengan dehidrasi sedang et causa infeksi bakteri2. Diare akut dengan dehidrasi ringan3. Demam tifoid4. Disentri amoeba
VII. DIAGNOSIS KERJADiare akut dengan dehidrasi sedang et causa infeksi rotavirus
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang dianjurkan untuk pasien ini adalah:1. Makroskopis & mikroskopis tinja2. ASTRUP3. Ureum, kreatinin darah
FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Obyektif Analisa Perencanaan01/03/10 Demam (+)
Kejang (-)Diare (+)Batuk (+)Pilek (+)
KU : tampak lemahKS : compos mentisT : 39,90CRR : 68x/menitHR : 140x/menitKepala : Normocephali, UUB cekungMata : CA-/- SI-/-Hidung: nch (-), sekret +/+Telinga : normotiaMulut : mlt kering (-), Sianosis (-)Leher: ICGB membesar (-) Paru : SN vesikuler, Rh-/-, Wh-/-Cor : S1S2 reguler, m-, g-Abdomen : supel, datar, BU (+), NormEkstremitas : akral hangat
Obs. FebrisEc. ISPADiare akut
- IVFD RL 10 tetes/menit - Rycef 2 x 300 mg iv- nifural 2 x ½ cth- puyer panas 3 x 1 pulv
02/03/10 Muntah (+)Demam (+)Mencret (+)3xBatuk (+)Pilek (+)
KU : TSSKS : compos mentisT : 38,60CRR : 68x/menitHR : 140x/menitKepala : Normocephali, UUB cekungMata : CA-/- SI-/-Hidung: nch (-), sekret +/+Telinga : normotiaMulut : mlt kering (-), Sianosis (-)Leher: ICGB membesar (-)
Diare akutbronkopneumonia
- IVFD kaEn IB 8 tpm- Rycef 2 x 300 mg iv- nifural 2 x ½ cth- puyer panas 3 x 1 pulv
10
Paru : SN vesikuler, Rh-/-, Wh-/-Cor : S1S2 reguler, m-, g-Abdomen : supel, datar, BU (+), NormEkstremitas : akral hangat
Tanggal Subyektif Obyektif Analisa Perencanaan03/03/10 Muntah (+)
Demam (-)Mencret (+)3xLendir (+)Batuk (+)Pilek (+)
KU : TSSKS : compos mentisT : 36,70CRR : 68x/menitHR : 100x/menitKepala : Normocephali, UUB cekungMata : CA-/- SI-/-Hidung: nch (-), sekret +/+Telinga : normotiaMulut : mlt kering (-), Sianosis (-)Leher: ICGB membesar (-) Paru : SN vesikuler, Rh-/-, Wh-/-Cor : S1S2 reguler, m-, g-Abdomen : supel, datar, BU (+), NormEkstremitas : akral hangat
Diare akut + hipokalemiBronkopneumonia
- IVFD lcaEn IB 8 tpm - Rycef 2 x 300 mg iv- nifural 2 x ½ cth- puyer panas 3 x 1 pulv
04/03/10 Muntah (-)Demam (-)Mencret (+)1xkentalBatuk (+)
KU : TSSKS : compos mentisT : 35,90CRR : 30x/menitHR : 116x/menitKepala : Normocephali, UUB cekung (-)Mata : CA-/- SI-/-Hidung: nch (-), sekret +/+Telinga : normotiaMulut : mlt kering (-), Sianosis (-)Leher: ICGB membesar (-) Paru : SN vesikuler, Rh-/-, Wh-/-Cor : S1S2 reguler, m-, g-Abdomen : supel, datar, BU (+), NormEkstremitas : akral hangat
Diare akut + hipokalemiBronkopneumonia
- IVFD lcaEn IB 8 tpm - Rycef 2 x 300 mg iv- nifural 2 x ½ cth
IX. PENATALAKSANAANRawat inap tirah baring dengan medikamentosa:
IVFDCairan KaEn IB 8 tetes/menit microParenteralRycef 2 x 300 mg ivOral
11
Oralit 562,5 ml habis dalam 3-4 jamSetelah 4 jam, 11 x cth / 11 menitASIPuyer panas 3 x 1 pulvNifural 2 x ½ cth
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonamAd sanationam : dubia ad bonamAd fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
12
DIARE
Definisi Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk
cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid diare akut ialah diare
yang terjadi secara mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan
American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik
peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan
tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7 hari.
Epidemiologi Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus
kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang berkisar 3,5–
7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per
tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan
diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei
pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama
kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi 9,4% dengan
peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2. Diare pada anak
merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat
pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta
poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.
Klasifikasi Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi atas
infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-obatan dan
lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi
karena alergi, radiasi.
Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis,
keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun yang
lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya
13
diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan virus lainya
ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus cereus,
Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli, Pleisiomonas,
Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan Yersinia
enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria
phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi,
Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui makanan
dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus.
Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami
atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan
tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare. Diare
karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan
transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare
oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi
prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus
sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat
menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri. Sebuah studi tentang maslah
diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko,
Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen infektif yang secara konsisten atau secara
pokok ditemukan meningkat pada anak penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella
spp dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut yang paling
sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang. Diare dapat
disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu, produk susu, makanan
asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak sesuai kondisi usus dapat pula
disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama
antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal usus
sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan berkembang bebas. Di
14
samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga memegang peranan penting. Diare
juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria, schistosomiasis, campak atau pada
infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia, radang tenggorokan, dan otitis media.
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena terdapatnya
bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus sehingga
tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi
karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat
adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi, post
reseksi usus serta hipertiroid.
Manifestasi kinis
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan
asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan
kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi
berat bila penurunan lebih dari 10%.
Derajat Dehidrasi
Sumber : Sandhu 2001
15
Gejala & Tanda Keadaan Umum Mata Mulut/
Lidah Rasa Haus Kulit % turun BB Estimasi def. cairan
Tanpa Dehidrasi Baik, Sadar Normal Basah Minum Normal,
Tidak HausDicubit
kembali cepat < 5 50 %
Dehidrasi Ringan –Sedang
Gelisah Rewel Cekung Kering Tampak Kehausan
Kembali lambat 5 – 10 50–100 %
Dehidrasi Berat
Letargik, Kesadaran Menurun
Sangat cekung dan kering
Sangat kering
Sulit, tidak bisa minum
Kembali sangat lambat >10 >100 %
TABEL MAURIS KINGS SCORE
Bagian tubuhyg dilihat
0 1 2
Keadaan umum Kompos mentis Gelisah, cengeng Mengigau, koma, syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Nadi Kuat <120x/mnt
Sedang 120-140x/mnt
> 140 x/mnt
Ubun-ubun besar Normal Cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Sangat kering,sianosis
Nafas 20-30x.mnt 30-40x/mnt > 40 x/mnt
Score : 0-2 Dehidrasi Ringan 3-6 Dehidrasi Sedang 7-12 Dehidrasi Berat
TABEL WHO
PENILAIAN Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
1. Lihat : Ku
Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan Lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak haus
Haus, ingin minum banyak
Malas minum/ tidak bias minum
2. Periksa Turgor kulit
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
3. Hasil pemeriksaan
Tanda dehidrasi
Dehidrasi ringan/ sedang. Bila ada 1 tanda / lebih dari satu 1 tanda.
Dehidrasi berat. Bila ada 1 tanda + 1/ > tanda lain
Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi
hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema ( 130m – 150 mEg/L ) dan dehidrasi
hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso – natremia
16
(80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare
hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik dengan
anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain penurunan
bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan merangsang
pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya meningkatkan
eksresi CO2 melalui paru ( pernapasan Kussmaul ) Untuk pemenuhan kebutuhan kalori terjadi
pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya produksi asam sehingga
menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat dengan hipoperfusi ginjal
serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara bersamaan menyebabkan
berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada keadaan
asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan tinja dan
perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi
lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.
Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Acidosis metabolik
3. Hipoglikemia
4. Gangguan gizi
5. Gangguan sirkulasi : Shock
17
Penatalaksanaan
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare
akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang sebagai
persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku
emas.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara oral
dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik,
walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan pengeluaran air tinja
yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe vomiting) sehingga penderita
tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga
upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral
walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan
gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-
mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar
natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan
natrium antara 40-60mEq/L Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera
pemberian makanannya sesuai umur.
a. Dehidrasi Ringan – Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral sesuai
dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak :
75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum
sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam
pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak
10ml/kgbb setiap diare atau muntah.
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu
diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu :
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
18
7. ASI diteruskan
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
9. Anti diare tidak diperlukan
b. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan
menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan Kussmaul,
gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral.
Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut :
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita akan
kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu yang
pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya . Segala
kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah
sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada
dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum
tetap dapat dilanjutkan.
Rencana terapi A
Digunakan untuk :
1. Mengatasi diare tanpa dehidrasi.
2. Meneruskan terapi diare di rumah.
3. Memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi.
Tiga cara dasar terapi di rumah :
1. Beri anak cairan lebih banyak dari biasanya à utk mencegah dehidrasi.
2. Beri anak makanan yang cukuo dan bergizi à utk mencegah kurang gizi.
3. Bawa anak ke sarana kesehatan bila kondisinya makin memburuk
Rencana terapi B
Memperkirakan jumlah larutan oralit yang diberikan dalam 4 jam rehidrasi.
Memperlihatkan kepada ibu bagaimana memberikan cairan elektrolit.
Meneruskan pemberian ASI dan memberi cairan lain yang dibutuhkan.
19
Memantau pengobatan dan menilai kembali anak secara periodic sampai rehidrasi
sempurna.
Mengidentifikasi penderita yang tidak dapat diobati dengan larutan oralit secara oral
dan mengobati denga metode yang lebih tepat.
Memberi instruksi untuk meneruskan pengobatan di rumah sesudah rehidrasi
mengikuti rencana terapi A.
Dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/kgBBatau bila berat badan anak tidak diketahui,berikan
oralit seperti yang tertera pada table dibawah ini:
Rencana terapi C
Tugas utama dalam rencana pengobatan C adalah:
Menentukan bagaimana cairan akan diberikan : melalui tetesan intravena, selang
nasogastrik ( NGT ), mulut (oral ).
Menentukan berapa banyak cairan iv diberikan kemudian memberikan cairan dan
menilai kembali dengan sering.
Pindah ke rencana pengobatan B atau A bila anak sudah tidak dehidrasi berat.
20
Umur < 1 tahun
1 – 5 tahun
> 5 tahun
Dewasa
Jumlah oralit
300 ml
600 ml 1200 ml 2400ml
21
Pemilihan jenis cairan
Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,
sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan
hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan
mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme
menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung
glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat
dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis
cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan
pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan
osmolaliti 210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi
pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.
Komposisi cairan Parenteral dan Oral :
Osmolalitas (mOsm/L)
Glukosa (g/L)
Na+
(mEq/L)CI-
(mEq/L)K+
(mEq/L)Basa
(mEq/L)NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -NaCl 0,45 %+D5 428 50 77 77 - -NaCl 0,225%+D5 253 50 38,5 38,5 - -Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28
Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10Standard WHO-ORS 311 111 90 80 20 Citrat 10
Reduced osmalarity WHO-ORS
245 70 75 65 20 Citrat 10
EPSGAN recommendation 213 60 60 70 20 Citrat 3
Komposisi elektrolit pada diare akut :
Macam
Komposisi rata-rata elektrolit mmol/L
Na K Cl HCO3
Diare Kolera Dewasa 140 13 104 44
Diare Kolera Balita 101 27 92 32Diare Non Kolera Balita 56 26 55 14
Sumber : Ditjen PPM dan PLP,199920
22
Mengobati kausa Diare
Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis. Obat anti diare
hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan air
dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang tidak
diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan sulfonamid dapat
memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. Sebagian besar kasus diare tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self
limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera
shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada
bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah
mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara
klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir
yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat
menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi
dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain
Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
Amebiasis:
Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari
tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis :
Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )
23
Antisekretorik - Antidiare
Salazer –lindo E dkk dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional Cayetano Heredia,
Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril ( acetorphan ) yang merupakan
enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup efektif dan
aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu motilitas
usus sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan rehidrasi
oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya memberikan
cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh Cojocaru dkk dan cejard
dkk.untuk pemakaian yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut yang bersifat
multi senter dan melibatkan sampel yang lebih besar.
Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host
dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga
seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel
epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan
cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun
mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena
pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan
travellers,s diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut pada
anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif dalam
pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya
diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1 – 2 kali.
Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan
lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen,
kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor
toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.
Mikronutrien
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan kepada
efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap
24
proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali berperan di dalam
metallo – enzymes, polyribosomes , selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di
dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan. Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak
lebih kecil dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam menurunkan
lama dan beratnya diare. Strand Menyatakan efek pemberian seng tidak dipengaruhi atau
meningkat bila diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut dengan vitamin A
tidak memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun frekuensi diare.
Bhandari dkk mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan plasebo selama
diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi diare persisten pada anak
yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang mendapat ASI.
Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi
Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama pada
anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24 jam,
karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila tidak makalah ini akan
merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik Pemberian kembali makanan
atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang
mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan
mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada umumnya
harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh Lama more RA
dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan
mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nucleotide adalah bahan yang
sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel imunokompeten. Pada
anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi tajin ( beras, kentang, mi, dan
pisang) dan gandum ( beras, gandum, dan cereal). Makanan yang harus dihindarkan adalah
makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat memperburuk diare seperti
minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak yang sulit ditoleransi karena
karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.
Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang
menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa
berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan
sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh
25
karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2 – 3 hari akan sembuh
terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan
berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama.
Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa.
Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya
sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada
situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah
lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik
Menanggulangi Penyakit Penyerta
Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga dalam
menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa penyakit
penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran nafas, infeksi
susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain (sepsis,campak ), kurang gizi,
penyakit jantung dan penyakit ginjal.
Kesimpulan
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena masih
tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut adalah infeksi Rotavirus
yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika.
Pemakaian antibitika hanya untuk kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah utama diare akut
pada anak berkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan
rehidrasi oral merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan. Penggantian
cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi diare akut. Pemakaian anti
sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare
dan mengobati penyakit penyerta.
26
KEPUSTAKAAN
Ditjen PPM dan PLP,1999,Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI hal 24-25
Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002
Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam
kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003
Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah kesehatan Kedokteran
indonesia Vol 1 No 06,2003
Matondang, Corry S. Prof, dkk. Diagnosis Fisis pada Anak. CV Sagung Seto. Jakarta. 2003.
Edisi II.
Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi dan anak.
Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/
Www.ilmukedokteran.com/pedoman20%tatalaksana20%diare.pdf
27