MAKALAH CASE 8.docx

download MAKALAH CASE 8.docx

of 48

description

Blok Forensik

Transcript of MAKALAH CASE 8.docx

MAKALAH TUTORIALCASE IKorban Mati

Dr. SriTutorial D1Chandra Hidayat091 0211 180Rifqi Alridjal101 0211 026Firdha Aulia Nisa101 0211 108Kiki Sri Rejeki Agisina101 0211 083Sheilla Ratnasari101 0211 116Inas Hanuniza101 0211 071Restu Kaharseno101 0211 098Randy Kusuma Elvandry101 0211 017Rifa Roazah101.0211.128Agustina P Sari 101.0211.146Rizqy Aulia Cahyantari101.0211.130

Fakultas Kedokteran UPN Veteran JakartaTahun Ajaran 2013/2014

Lembar Pengesahan

Mengetahui,Pembimbing Tutorial D1

dr. Sri

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, tiada Tuhan selain Allah SWT dan tiada sekutu bagi-Nya.Begitu banyak dan berlimpah nikmat yang telah Ia berikan terutama nikmat Iman, Islam, dan Ihsan. Salawat dan serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita, suri tauladan kita Rasulullah SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya.Dalam rangka memenuhi tugas tutorial, kami menyusun makalah ini membahas tentang demam tifoid. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi tim penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Amin

Jakarta , 25 Oktober 2013

PenulisDAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.iiKATA PENGANTAR....iiiDAFTAR ISIivTANATOLOGI........5TRAUMATOLOGI........17TOKSOKOLOGI...21ASFIKSIA....................... ..26 VER Korban Mati41 AUTOPSI..............................................................................................................................44

TANATOLOGIBerasal dari kata Thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan Logos (ilmu). Tanatologi merupakan bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan faktor2 yang mempengaruhi perubahan tersebut. Pengetahuan ini berguna untuk : Menentukan seseorang benar2 telah meninggal atau belum Menentukan kapan seseorang telah meninggal (lamanya) Membedakan perubahan2 post mortal dengan kelainan2 yang terjadi pada waktu korban masih hidup (wajar atau tidaknya kematian)Untuk mempelajari tanatologi, pertama kita ketahui terlebih dahulu definisi mati : Berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis) Brain death is death Penentuan seseorang telah meninggal harus berdasarkan atas pemeriksaan klinis, dan bila perlu dibantu dengan pemeriksaan laboratoris (Declaration of sydney 1968)Terdapat tiga sistem yang mempengaruhi kahidupan seseorang : Sistem persyarafan Sistem kardiovaskuler Sistem pernafasanTerdapat istilah - istilah mati :a. Mati somaticSuatu keadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetapSecara klinis tidak ditemukan adanya refleks, antara lain : EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengarb. Mati suriSuatu keadaan yang mirip kematian somatis, akan tetapi gangguan pada ketiga sistem tersebut bersifat sementara.Sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelamc. Mati selulerSuatu kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somaticDaya tahan hidup masing2 organ atau jaringan berbeda2, sehingga kejadian kematian seluler tiap organ tidak terjadi bersamaand. Mati serebralSuatu kematian akibat kerusakan kedua hermisfer otak yang ireversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.e. Mati otak (batang otak)Kematian dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelumDengan diketahuinya mati otak, maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagu, sehingga alat bantu dapat dihentikan/dilepas.Tanda tanda kematiana. Tidak pasti Pernapasan berhenti, harus dinilali selama lebih dari 10 menit Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba Kulit pucat Tonus otot menghilang dan relaksasi Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air matab. Pasti Lebam mayat (livor mortis) Lebam mayat, post mortem (lividity, hipostaticm sugillation), dan vibices Merupakan suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (Livide) pada lokasi terendah tubuh mayat tersebut akibat penumpukan eritrosit atau stagnansi darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya gravitasi bumi.Muncul 20-30 menit pasca kematian klinis, menetap 8-12 jam Sebelum menetap, saat kita tekan masih dapat hilang, itu sekitar 6-10 jam setelah kematian klinisPenyebab bercak makin lama makin luas dan menetap Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hb keluar Kapiler seperti bejana yang saling berhubungan Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun Volume darah yang beredar banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat dan lebih luas terjadi, lebih sedikit pada anemia Ada lima warna lebam mayat yang dapat digunakan untuk memperkirakan penyebab kematian: Warna merah kebiruan warna normal Warna merah menandakan keracunan CO, keracunan CN, atau suhu dingin Warna merah gelap menunjukan asfiksia Warna biru menunjukan keracunan nitrit Warna coklat menandakan keracunan aniline

Perbedaan lebm mayat dengan memar

Rigor MortisKaku mayat adalah kekauan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer yang disebabkan oleh karena terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut2 otot. Dipengaruhi keadaan gizi ATP

Cadaveric spasmeSuatu keadaan dimana terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah kematian somatis dan tanpa melakukan relaksasi primerBiasanya mengenai otot2 kecil Heat stiffeningSuatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi, misalnya pada kasus kebakaran

Cold stiffeningSuatu kekauan yang terjadi akibat suhu rendah, dapat terjadi bila tubuh korban diletakan dalam frezzer, atau suhu keliling sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama sendi akan membeku Penurunan suhu tubuh (argor mortis)Penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan terjadinya pengeluaran panas secara terus menerusPengeluaran panas disebabkan perbedaan suhu mayat dan lingkungannyaBeberapa jam pertama penurunan terjadi sangat lambat, karena adanya sisa metabolisme dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga suhuAda 9 faktor : Besarnya perbedaan suhu tubuh dengan lingkungan Suhu tubuh saat mati, semakin tinggi semakin lama penurunannya Aliran udara mempercepat penurunan suhu tubuh mayat Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh Aktivitas sebelum meninggal Sebab kematian asfiksia dan septikemia mati dengan suhu tubuh tinggi Pakaian tipis Posisi tubuh terhadap luas permukaan tubuh yang terpapar Penilaian argor mortis Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting Dahi dingin setelah 4 jam post mortem Badan dingin setelah 12 jam post mortem Suhu organ mulai berubah 5 jam post mortem Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubunya tergantung suhu aliran dan keadaan airnya

Tanda Pasti KematianPembusukan Definisi : proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan. Setelah seseorang meninggal bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan, terutama bakteri usus Clostridium welchii Hasil pembusukan gas gas alkana, H2S, HCN, asam amino, asam lemak Pembusukan tampak sekitar 24 jam pasca mati, berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah sekum (penuh bakteri dan dekat dinding perut) Warna hijau oleh sulf-met-hemoglobin Bertahap warna hijau menyebar ke perut & dada, bau busuk mulai tercium Pembuluh darah bawah kulit tampak melebar & berwarna hijau kehitaman Kulit ari terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk. Pembentukan gas dimulai di lambung dan usus perut tegang dan keluar cairan kemerahan dari mulut dan hidung Gas pembengkakan tubuh menyeluruh ( di daerah dgn jaringan ikat longgar spt skrotum dan payudara) Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas. Wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan Kelopak mata membengkak Pipi tembem Bibir tebal Lidah membengkak, sering terjulur di antara gigi Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati, terutama bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Larva lalat 36 48 pasca mati Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan di alis mata, sudut mata, lubang hidung dan di antara bibir. Telur lalat menetas jadi larva setelah 24 jam Identifikasi spesies & panjang larva diketahui usia larva untuk memperkirakan saat mati Perubahan Alat alat Tubuh Saat Pembusukan : Lambung dan usus ungu kecoklatan Mukosa saluran nafas, endokardium, intima pembuluh darah kemerahan akibat hemolisis darah Difusi empedu dari kandung empedu warna coklat kehijauan di jaringan sekitarnya Otak melunak Hati menjadi berongga spt spons Limpa melunak dan mudah robek Organ padat yang paling lama bertahan prostat dan uterus non gravid Pembusukan timbul lebih cepat pada : Suhu keliling optimal (26,5 derajat hingga sekitar suhu tubuh normal) Kelembaban dan udara yang cukup Banyak bakteri pembusuk Tubuh gemuk Menderita penyakit infeksi dan sepsis Kecepata pembusukan udara : air : tanah = 8 : 2 : 1 Bayi baru lahir lebih lambat membusuk memiliki sedikit bakteri dan hilangnya panas tubuh yang cepat Adiposera/Lilin Mayat Definisi : terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak, atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Terutama terdiri dari asam asam lemak tak jenuh yg terbentuk oleh hidrolisis lemak & mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yg tercampur dgn sisa sisa otot, jar ikat, jar saraf. Adiposera terapung di air, bila dipanaskan mencair dan terbakar dengan nyala kuning, larut dalam alkohol panas dan eter. Dapat terbentuk di sembarang lemak tubuh, hati. Lemak superfisial pertama kali terkena. Perubahan biasanya berbentuk bercak pipi, payudara, bokong, bagian tubuh, ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera. Membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan bertahun tahun identifikasi mayat dan perkiraan sebab masih dimungkinkan Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera Pada stadium awal pembentukannya sebelum makroskopik jelas dideteksi dgn analisis asam palmitat Faktor yang Mempermudah Terjadinya Adiposera : Kelembaban cukup Lemak tubuh yg cukup Suhu yg hangat Menghambat : Air yg mengalir yg membuang elektrolit Udara dingin MummifikasiDefinisi : proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yg selanjutnya dapat menghentikan pembusukan.Jaringan berubah keras, kering, berwarna gelap, berkeriput, tidak membusuk (karna kuman tidak dapat berkembang pda lingkungan kering) Mummifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yg lama (12 14 minggu)Mummifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal. Perkiraan Saat Kematian Perubahan pada mata Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis Kekeruhan pada lapisan terluar dpt dihilangkan dengan meneteskan air, tapi bila telah dalam tidak dapat dihilangkan. Kekeruhan menetap kira-kira 6 jam pasca mati Tekanan bola mata menurun Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati Perubahan Pada Retina :a. 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula & mulai memucatnya diskus optikusb. 1 jam makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagic. 2 jam retina pucat & daerah sekitar diskus menjadi kuningd. 3 jam vaskular koroid menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat. e. 6 jam batas diskus kaburf. 7 10 jam batas diskus akan sangat kaburg. 12 jam diskus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yg tersisih. Pasca 15 jam tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya makula saja yg tampak berwarna coklat gelap. Perubahan Dalam Lambung :a. Kecepatan pengosongan lambung bervariasi tidak dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan matib. Ditemukannya makanan tertentu dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban sebelum meninggal telah makan makanan tersebut. Pertumbuhan Rambut :a. Kecepatan tumbuh rambut 0,4 mm/harib. Dapat memperkirakan saat kematian dari kumis dan jenggotc. Hanya bisa digunakan bagi pria yg mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur. Pertumbuhan Kuku :a. Kecepatan pertumbuhan kuku 0,1 mm/harib. Dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat terakhir yg bersangkutan memotong kuku Perubahan Dalam Cairan Serebrospinal :a. Kadar nitrogen asam amino pemeriksaan. toxikologi.3. Menentukan cara kematian 4. Memperkirakan saat kematian Pemeriksaan Jenazah: Informasi ttg perkiraan racun dari polisi, keluarga, saksi Hindari merokok, parfum dll Kelainan yg didapat pada korban tergantung interval waktu saat kontak racun - saat terjadinya kematian.

1. Kematian cepat (Rapid death)Kelainan tidak khas --> dpt berupa kongesti organ, edemaKecuali : racun korosif --> bisa ditemukan kelainan tertentu.2. Kematian lambat (delayed death)Kelainan lebih spesifik Misal : -Arsen --> hiperkeratosis -CO --> perlunakan pd globus pallidus Pemeriksaan luar:1. Pakaian :Adanya bercak, distribusinya, baunya -->suspek cara kematian 2. Lebam mayat : CO --> LM Cherry red (COHb) Sianida --> LM Bright Red (HbO2) Nitrit --> LM Coklat kebiruan (MetHb)3. Warna, distribusi bercak sekitar mulut :Pada racun korosif --> Khas.4. Bau dari mulut / hidung :Mis : Alkohol, minyak tanah, karbol.5. Kelainan lain : Tattoo Bekas suntik --> Narcotic Addict.Pemeriksaan dalam:1. Perhatikan bau pada : Rongga dada Rongga perut Rongga kepala 2. Perhatikan warna organa). R. Korosif --> Lambung ( hiperemi, perlunakan, ulcerasi, perforasi ). b). R. Gas --> saluran pernapasan.c). Urine --> dapat terjadi perubahan warna Mis : Salisilat --> urine warna hijau.KESIMPULAN Kelainan khas tdk selalu didapatkan. Diagnose keracunan sering sukar (dalam menentukan sebab kematian)Pemeriksaan toksikologi:Tujuan : menegakkan diagnosa keracunan Pada korban hidup --> terapi cepat dan tepat Korban mati --> kesimpulan pasti sebab kematian Ada 3 langkah :1. Pengambilan dan pengumpulan bahan.2. Pelaksanaan analisa.3. Interpretasi hasil.

ASFIKSIA Defenisi Asfiksia Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997). Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia (Amir, 2008).

Etiologi Asfiksia Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997): 1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru. 2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan atau halangan pada saluran napas dan sebagainya. 3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan, misalnya barbiturat dan narkotika.

Penyebab tersering asfiksia dalam konteks forensik adalah jenis asfiksia mekanik, dibandingkan dengan penyebab yang lain seperti penyebab alamiah ataupun keracunan (Knight, 1996 ).

Fisiologi Secara fisiologi dapat dibedakan 4 bentuk anoksia (Amir, 2008), yaitu: 1. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)

Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru karena: Universitas Sumatera Utara

- Tidak ada atau tidak cukup O2. Bernafas dalam ruangan tertutup, kepala di tutupi kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan tetutup atau di pegunungan yang tinggi. Ini di kenal dengan asfiksia murni atau sufokasi. - Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus alienum dalam tenggorokan. Ini di kenal dengan asfiksia mekanik. 2. Anoksia Anemia (Anemia anoxia)

Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapati pada anemia berat dan perdarahan yang tiba-tiba. Keadaan ini diibaratkan dengan sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik. 3. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)

Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet tersendat jalannya. 4. Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)

Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat menggunakan oksigen secara efektif. Tipe ini dibedakan atas: - Ekstraseluler

Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. Pada keracunan Sianida terjadi perusakan pada enzim sitokrom oksidase, yang dapat menyebabkan kematian segera. Pada keracunan Barbiturat dan hipnotik lainnya, sitokrom dihambat secara parsial sehingga kematian berlangsung perlahan. - Intraselular

Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel-sel tubuh karena penurunan permeabilitas membran sel, misalnya pada keracunan zat anastetik yang larut dalam lemak seperti kloform, eter dan sebagainya.

Metabolik Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu pemakaian O2 oleh jaringan seperti pada keadaan uremia. - Substrat

Dalam hal ini makanan tidak mencukupi untuk metabolisme yang efisien, misalnya pada keadaan hipoglikemiaPatologi Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam 2 golongan (Amir, 2008), yaitu: 1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)

Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. Perubahan yang karakteristik terlihat pada sel-sel serebrum, serebellum, dan basal ganglia. Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan oksigen langsung atau primer tidak jelas. 2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh) Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini didapati pada:

Penutupan mulut dan hidung (pembekapan). - Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan korpus alienum dalam saluran napas atau pada tenggelam karena cairan menghalangi udara masuk ke paru-paru. - Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan (Traumatic asphyxia). - Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan. Stadium Pada Asfiksia Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 stadium (Amir, 2008), yaitu: 1. Stadium Dispnea Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 akan merangsang pusat pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi) bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan. Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk ke stadium kejang. 2. Stadium Kejang Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh, kesadaran hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis makin jelas. Bila kekurangan O2ini terus berlanjut, maka penderita akan masuk ke stadium apnoe. 3. Stadium Apnea Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot menjadi lemah, hilangnya refleks, dilatasi pupil, tekanan darah menurun, pernafasan dangkal dan semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya pusat-pusat kehidupan. Walaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir tidak teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat lagi. Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 3-5 menit. Tanda Kardinal Asfiksia Selama beberapa tahun dilakukan autopsi untuk mendiagnosis kematian akibat asfiksia, telah ditetapkan beberapa tanda klasik (Knight, 1996), yaitu: a. Tardieus spot (Petechial hemorrages) Tardieus spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang menyebabkan overdistensi dan rupturnya dinding perifer vena, terutama pada jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, circumoral skin, konjungtiva dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan otak. Bisa juga terdapat pada lapisan viseral dari pleura, perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan faring, jarang pada mesentrium dan intestinum.

b. Kongesti dan Oedema Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie. Kongesti adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. Pada kondisi vena yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskular oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema).

c. Sianosis Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yangtidak berikatan dengan O2). Ini tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram hemoglobin per 100 ml darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti, terlepas dari jumlah total hemoglobin. Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher, sianosis hampir selalu diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah vena yang kandungan hemoglobinnya berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan menjadi lebih biru karena akumulasi darah.

d. Tetap cairnya darah Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. Gambaran tentang tetap cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia adalah bagian dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan sistem vena setelah kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti akhirnya pencairan bekuan tersebut diakibatkan oleh enzim fibrinolitik. Hal ini tidak relevan dalam diagnosis asfiksia

Tanda Khusus Asfiksia Didapati sesuai dengan jenis asfiksia (Amir, 2007), yaitu:

a. Pada pembekapan, kelainan terdapat disekitar lobang hidung dan mulut. Dapat berupa luka memar atau lecet. Perhatikan bagian di belakang bibir luka akibat penekanan pada gigi, begitu pula di belakang kepala atau tengkuk akibat penekanan. Biasanya korban anak-anak atau orang yang tidak berdaya. Bila dilakukan dengan bahan halus, kadang-kadang sulit mendapatkan tanda-tanda kekerasan.

b. Mati tergantung. Kematian terjadi akibat tekanan di leher oleh pengaruh berat badan sendiri. Kesannya leher sedikit memanjang, dengan bekas jeratan di leher. Ada garis ludah di pinggir salah satu sudut mulut. Bila korban cukup lama tergantung, maka lebam mayat didapati di kedua kaki dan tangan. Namun bila segera diturunkan, maka lebam mayat akan didapati pada bagian terendah tubuh. Muka korban lebih sering pucat,karena peristiwa kematian berlangsung cepat, tidak sempat terjadi proses pembendungan. Pada pembukaan kulit di daerah leher, didapati resapan darah setentang jeratan, demikian juga di pangkal tenggorokan dan oesophagus. Tanda-tanda pembendungan seperti pada keadaan asfiksia yang lain juga didapati. Yang khas disini adalah adanya perdarahan berupa garis yang letaknya melintang pada tunika intima dari arteri karotis interna, setentang dengan tekanan tali pada leher. Tanda-tanda diatas tidak didapati pada korban yang digantung setelah mati, kecuali bila dibunuh dengan cara asfiksia. Namun tanda-tanda di leher tetap menjadi petunjuk yang baik.

Pemeriksaan Jenazah a. Pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997):

1. Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku. 2. Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia. 3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir. 4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler. Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit wajah5. Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan yang dinamakan sebagai Tardieus spot. Penulis lain mengatakan bahwa Tardieus spot ini timbul karena permeabilitas kapiler yang meningkat akibat hipoksia.

b. Pada pemeriksaan dalam jenazah dapat ditemukan (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997): 1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat paska kematian. 2. Busa halus di dalam saluran pernapasan. 3. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah. 4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis. 5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia. 6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding tipis).

ASFIKSIA MEKANIK Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997), misalnya: a. Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas, seperti pembekapan (smothering) dan penyumbatan (gagging dan choking). b. Penekanan dinding saluran pernapasan, seperti penjeratan (strangulation), pencekikan (manual strangulation, throttling) dan gantung (hanging). c. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)

MATI GANTUNG (HANGING)

Defenisi Mati gantung (hanging) merupakan suatu bentuk kematian akibat pencekikan dengan alat jerat, di mana gaya yang bekerja pada leher berasal dari hambatan gravitasi dari berat tubuh atau bagian tubuh (Knight, 1996).

Etiologi Kematian pada Penggantungan Ada 6 penyebab kematian pada penggantungan (Modi,1988), yaitu:

a. Asfiksia Merupakan penyebab kematian yang tersering. Alat penjerat biasanya berada di atas tulang rawan tiroid yang menyebabkan penekanan pada leher, sehingga saluran pernafasan menjadi tersumbat.

b. Kongesti Vena Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi penekanan pada vena jugularis oleh alat penjerat sehingga sirkulasi serebral menjadi terhambat.

c. Kombinasi Asfiksia dan Kongesti Vena

Merupakan penyebab kematian yang paling umum, seperi pada kebanyakan kasus dimana saluran napas tidak seluruhnya dihalangi oleh penjerat yang berada di sekitar leher.

d. Iskemik Otak (anoxia) Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang berperan dalam menyuplai darah ke otak, umunya pada arteri karotis dan arteri vertebralis.

e. Syok Vagal Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan pada refleks vaso-vagal secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena adanya tekanan pada saraf vagus atau sinus karotid.

f. Fraktur atau Dislokasi dari Verterbra Servikal 2 dan 3 Biasanya terjadi pada kasus judicial hanging, hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 m oleh berat badan korban dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi dari vertebra servikalis yang selanjutnya dapat menekan atau merobek spinal cord sehingga terjadi kematian yang tiba-tiba.

Jenis Penggantungan

a. Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi 2 tipe (Amir, 2008), yaitu: 1. Tergantung Total (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di atas lantai. 2. Setengah Tergantung (partial), dimana tidak seluruh bagian tubuh tergantung, misalnya pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut, dalam posisi telungkup dan posisi lain.

b. Dari letak jeratan dibedakan menjadi 2 tipe (Amir, 2008), yaitu:

1. Tipikal, dimana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris di samping leher dan di bagian depan leher di atas jakun. Tekanan pada saluran nafas dan arteri karotis paling besar pada tipe ini. 2. Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vetebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar. Tanda Post Mortem Tanda post mortem sangat berhubungan dengan penyebab kematian atau tekanan di leher. Kalau kematian terutama akibat sumbatan pada saluran pernafasan maka dijumpai tanda-tanda asfiksia, respiratory distress, sianose dan fase akhir konvulsi lebih menonjol. Bila kematian karena tekanan pembuluh darah vena, maka sering didapati tanda-tanda pembendungan dan perdarahan (ptechial) di konjungtiva bulbi, okuli dan di otak bahkan sampai ke kulit muka. Bila tekanan lebih besar sehingga dapat menutup arteri, maka tanda-tanda kekurangan darah di otak lebih menonjol (iskemi otak), yang menyebabkan gangguan pada sentra respirasi dan berakibat gagal nafas. Tekanan pada sinus karotikus menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti dengan tanda-tanda post mortem yang minimal. Tanda- tanda di atas jarang berdiri sendiri, tetapi umumnya akan didapati tanda-tanda gabungan (Amir, 2008).

Pemeriksaan Jenazah a. Pemeriksaan Luar Pada pemeriksaan luar penting diperiksa bekas jeratan di leher (Amir,2008), yaitu:

1. Bekas jeratan (ligature mark) berparit, bentuk oblik seperti V terbalik, tidak bersambung, terletak di bagian atas leher, berwarna kecoklatan, kering seperti kertas perkamen, kadang-kadang disertai luka lecet dan vesikel kecil di pinggir jeratan. Bila lama tergantung, di bagian atas jeratan warna kulit akan terlihat lebih gelap karena adanya lebam mayat. 2. Kita dapat memastikan letak simpul dengan menelusuri jejas jeratan. Simpul terletak di bagian yang tidak ada jejas jeratan, kadang di dapati juga jejas tekanan simpul di kulit. Bila bahan penggantung kecil dan keras (seperti kawat), maka jejas jeratan tampak dalam, sebaliknya bila bahan lembut dan lebar (seperti selendang), maka jejas jeratan tidak begitu jelas. Jejas jeratan juga dapat dipengaruhi oleh lamanya korban tergantung, berat badan korban dan ketatnya jeratan. Pada keadaan lain bisa didapati leher dibeliti beberapa kali secara horizontal baru kemudian digantung, dalam kasus ini didapati beberapa jejas jeratan yang lengkap, tetapi pada satu bagian tetap ada bagian yang tidak tersambung yang menunjukkan letak simpul.

3. Leher bisa didapati sedikit memanjang karena lama tergantung, bila segera diturunkan tanda memanjang ini tidak ada. Muka pucat atau bisa sembab, bintik perdarahan Tardieus spot tidak begitu jelas, lidah terjulur dan kadang tergigit, tetesan saliva dipinggir salah satu sudut mulut, sianose, kadang-kadang ada tetesan urin, feses dan sperma. 4. Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati di kaki dan tangan bagian bawah. Bila segera diturunkan, lebam mayat bisa di dapati di bagian depan atau belakng tubuh sesuai dengan letak tubuh sesudah diturunkan. Kadang penis tampak ereksi akibat terkumpulnya darah.

b. Pemeriksaan Dalam Pada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan (Amir, 2008):

1. Jaringan otot setentang jeratan didapati hematom, saluran pernafasan congested, demikian juga paru-paru dan organ dalam lainnya. Terdapat Tardieus spot di permukaan paru-paru, jantung dan otak. Darah berwarna gelap dan encer 2. Patah tulang lidah (os hyoid) sering didapati, sedangkan tulang rawan yang lain jarang 3. Didapati adanya robekan melintang berupa garis berwarna merah (red line) pada tunika intima dari arteri karotis interna

Pembekapan Smotehering(pembekapan):penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru.Cara kematian Bunuh diri Kecelakan Pembunuhan Mengunakan benda lunak mungkin tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.tranda tanda kekersana ditemukan tergantung jenis benda yang digunakan dan kekuatan menkan Kekerasan yang mungkin erdapat:luka kecet jenis tekanan /geser.goresan kuku dan luka memar pada ujung hidung ,bibir pipi dan dagu yang mungkin terjadi akibat korban melawan Perlu dilakukan px keroan bawah kuku korban adakah darh atauepitel kulit si pelaku Gagging dan chocking Terjadi sumbatan jalan napas oleh benda asing,yang mengakibatkan hambatan udara untuk masuk ke paru-paru Gangging:orofaring chocking:laringofaring Kematian akibat Bunuh diri Pembunuhan Kecelakan Sumbatan berupa saputangan,kertas koran,gigi palsu,arang,batu,daging Pencekikan(maual stangulation) Penekanan leher dengan tangan,yang menyebabkan dinding saluran napas bagian atas tertekan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga udara pernafasan tidak lewat Mekanisme kematian Asfiksia Refelek vagal Pada px jenazah ditemukan perbendungan pada muka dan kepala tertekan pembuluh vena dan arteri yang superfisial Tanda-tanda kekerasan pada leher ditemukan dengan distribusi berbeda-beda ,tergantung pada cara mencekik:luka luka lecet pada kulit,berupa luka lecet,dangkal,berbentuk bulan sabit akibat penekan kuku jari Luka-luka memar pada kulit,bekas tekanan jari Memear/perdarahan pada otot-otot bagian dalam leher,dpt terjadi akibat kekerasan langsung Fraktur pada ltulang lidah(os hyoid) dan kornu superior rawan gondok yang \unilateralPenjeratan(strangulation) Penekanan benda asing berupa tali,ikat pinggang,rantai,stagen,kawat,kabel,kaos kaki dan sebagainya melingkar atau mengikat leher yang makn lama makin kuat,sehingga saluran pernapasan tertutup Mekanisme kematian pada penjeratan:akibat asfiksia/refleks vaso vagal Jerat.bila jerat masih ditemukan melingkar leher,maka jerat tersebut harus disimpan dengan baik sebab merupakan benda bukti dapat diserahkan kepada penidik bersama dengan visum et repertum Jejas jerat biasanya mendatar,melingkar leher dan terdapat lebih rendah dari npada jejas jerat pada kasusu tergantung.jejasnya terletak setinggi/dibawah rawan gondok Cara kematian berupa Bunuh diri pembunuhan Kecelakaan Asfiksia traumatic Terjadi karena penekanan dari luar pada dinding dada yang menyebabkan dada terfiksasi dan menimbulkan gangguan gerak pernapadan:contoh tertimbun pasri tanah Mekanisme kematian kegagalan pernapsanan dan sirkulasi(sianosis dan bendungan hebat)Muka membengkaka dan penuh dengan petekiea,edema konjungtiva dan perdarahan konjnungtiva,petekie pada leher ,bokong dan kakiTenggelam(drowning) Kematian akibat mati lemas disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan Istilah Wet drowning dry drowning Secondary drowning Immersion syndrome Tengelam dalam air tawar Pada keadaan ini terjadi absorpsi cairan yang masif .karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah dari pada konsentrasi dalam darah,maka akan terjadi hemodilusi darah,air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah(hemolisis)(kematian waktu 5 menit) Tenggelam dalam air asin(hipertonik) Lpmsemtrasi elektrolite cairan air asin lebih tinggi dari pada dalam darah,sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstinal paru yang akan menimbulkan edema pulmoner,hemokonsentrasi,hipovolemi dan kenaiakan kadar magnesium dalam darah.hemokonsentrasi mengakibatkan sirkulasilambat dan payah jantung(kematian 8-9 menit) Mekanisme kematian korban tenggelam 1. Asfiksia akibat spasme laring 2. Asfiksia karena gagging dan chocking3. Refleks vagal 4. Fibrilasi ventrikel(air tawar)5. Edema pulmoner(air asin) Hal yg penting perlu ditentukan 1. Identifikasi mayat 2. Apakah korban masih hidup sebeleum tengelam 3. Penyebab kematian yang sebebnernya dan jenis drowning4. Fakttor yang berperan pada proses kematian 5. Tempat korban pertama kali tenggelam 6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian 7. Px luar jenazah 8. Px luar jenazah 9. Px lab1.Pemeriksaan diatomPemeriksaan destruksi(digesti asam )pada paru Pemeriksaan getah paru 2.Pemeriksaan darah jantung Diagnosis tenggelam Px luar ,dalam dan px lab berupa hsitologi jaringan,destruksi jaringan dna berat jenis kadar elektrolit darah

VISUM ET REPERTUMDasar HUKUM Pasal 133 JUHAP menyebutkan 1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, is berwenang mengajukan permintaan keterangan ahlu kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. 2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Visum et repertum adalah suatu alat bukti yang sah. Berperan dalam pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Jenis dan bentuk visum et repertum :1. Visum et repertum perlukaan / keracunan2. Visum et repertum kejahatan asusila3. Visum et repertum jenasah 4. Visum et repertum psikiatri Bagian visum et repertum terdiri dari 5 bagian : 1. Projustitia : diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk peradilan. Visum et repertum tidak memerlukan materai untuk dijadikan sebagai alat bukti didepan pengadilan yang memuat kekuatan hukum. 2. Pendahuluan : kata Pendahuluan sendiri tidak ditulis di dalam visum et repertum, melainkan langsung dituliskan kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter, pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa. 3. Pemberitaan : berjudul hasil pemeriksaan dan berisi hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya. Bila korban meninggal dan dilakukan otopsi maka diuraikan keadaan seluruh alat dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut. Yang diuraikan dalam bagian ini merupakan barang bukti, berupa perlukaan/keadaan kesehatan/sebab kematian yang berkaitan dengan perkaranya. 4. Kesimpulan : berisi tentang pendapat dokter berdasarkan keilmuannya mengenai jenis luka/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya. 5. Penutup : bagian tidak berjudul dan berisikan kalimat baku Demikianlah telah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan pengetahuan saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah jabatan sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

VISUM ET REPERTUM JENAZAH 1. Jenazah yang akan dimintakan visum et repertum harus diberi label yang memuat identitas mayat, diberi cap jabatan, yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenazah ataukah pemeriksaan autopsy. 2. Bila pemeriksaan otopsi diinginkan maka penyidik wajib memberitahu keluarga korban untuk menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan. Autopsi hanya dilakukan setelah keluarga korban tidak keberatan atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan ataupun dari keluarga korban. Jenazah yang diperiksan dapat juga berupa jenazah yang didapat dari penggalian kuburan. 3. Jenazah hanya boleh dibawa keluar institusi kesehatan dan diberi surat keterangan kemarian bila seluruh pemeriksaan yang diminta oleh penyidik telah dilakukan. Apabila jenazah dibawa pulang paksa,maka tidak ada surat keterangan kematian. 4. Pemeriksaan forensic terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah tanpa melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan sistematik, serta kemudian mencatatkan secara rinci mulai dari bungkus atau tutp jenazah, pakaian, benda-benda disekitar jenazah, perhiasan, cirri umum identitas, tanda-tanda tanotologi, gigi geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian luar. 5. Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luka saja, maka kesimpulan visum et repertum menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukannya dan jenis kekerasan penyebabnya, sedangkan sebab mati tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah jenazah. Lamanya mati sebelum pemeriksaan (perkiraan saat kematian) papabila dapat diperkirakan dapat dicantumkan di kesimpulan. 6. Kemudian dilakukan pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh dengan membuka rongga tengkorak , leher, dada, perut dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi, toksikologi, serologik, dsb. 7. Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut di atas.

AUTOPSIKlasifikasi 1. Autopsi klinis2. Autopsi anatomis 3. Autopsi forensik

Autopsi anatomis yaitu autopsi yang dilakukan mahasiswa kedokteran untuk mempelajari ilmu anatomi.

autopsy forensic ialah otopsi yang dilakukan atas dasar perintah yang berwajib untuk kepentingan peradilan, karena peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana, yang dilakukan dengan cara pembedahan terhadap jenazah untuk mengetahui dengan pasti penyakit atau kelainan yang menjadi sebab kematian.

Dasar hukum otopsi KUHAP 133 KUHAP 134 KUHP 222 Reglemen pencatatan sipil Eropa 72 Reglemen pencatatan sipil Tionghoa 80 STBL 1871/91 UU RI no. 23 th. 1992 pasal 70

Autopsy (bedah mayat) klinis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara pembedahan terhadap mayat ntuk mengetahui dengan pasti penyakit atau kelainan yang menjadi sebab kematian dan untuk penilaian hasil usaha pemulihan kesehatan.

Autopsy klinis hanya tercatat 5 kasus dari 464 (1,07%) mayat dengan sebab kematian suatu penyakit yang dibawa ke departemen kedokteran forensik dan medikolegal FKUI-RSCM pada tahun 2006.

Berbeda dengan autopsi forensik yang bersifat suatu keharusan untuk dilaksanakan demi undang-undang, autopsi klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan:Dengan persetujuan tertulis pasien atau keluarganya yang terdekat setelah penderita meninggal dunia, apabila penyebab kematian belum dapat ditentukan dengan pasti. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila dalam jangka waktu 2 x 24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia datang ke rumah sakit.

Manfaat autopsy bagi keluarga: Diperolehnya informasi mengenai adanya kemungkinan kelainan genetik atau kelainan yang sifatnya diturunkan pada generasi berikutnya dalam garis keluarga Mengkonsfirmasi penyebab kematian, memantau adanya kemungkinan kelalaian medik dalam pelayanan

Manfaat autopsy bagi institusi penyelenggara pelayanan kesehatan: Mengkonfirmasi diagnosis klinis yang dibuat selama pengobatan dan perawatan Mengetahui asal penyakit dan perjalanan penyakit yang diderita pasien Mendidik dokter dan perawat hingga pada gilirannya meningkatkan kualitas pelayanan Merancang obat dan pengobatan yang efektif Mengidentifikasi berbagai akibat dari pengobatan

Manfaat autopsy bagi Masyarakat: Mengevaluasi teknologi pemeriksaan kedokteran yang baru Menilai efektivitas metode pengobatan yang diberikan pada pasien Menyelidiki adanya penyakit terkait kondisi lingkungan kerja atau lingkungan tinggal.

Pelaksanaan autopsi klinis dalam praktek kedokteran secara hukum berpijak pada landasan: UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan UU no. 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran PP no. 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia . PP no. 39 tahun 1995 tentang penelitian dan pengembangan kesehatanAutopsi klinis dilaksanakan setelah adanya permintaan dan persetujuan tertulis dari pasien sendiri sebelum meninggal, atau dari keluarga terdekatnya, atau yang mewakilinya secara hukum.

Permintaan autopsi klinis juga dapat diajukan oleh institusi penyelenggara pelayanan kesehatan (puskesmas, RS, klinik, atau penyelenggara pelayanan kesehatan resmi yang lain), institusi pendidikan dan penelitian, atau dari otoritas kesehatan RI (depkes atau dinas kesehatan) dengan persetujuan dari pasien sendiri atua keluarga dekatnya atau yang mewakilinya secara hukum.

Autopsi klinis hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan harus dilakukan di dalam ruangan/ instalasi RS yang disiapkan untuk kebutuhan itu.

informasi untuk dokter sebelum melakukan otopsi 1. kecelakaan lalu lintasa. bagaimana kecelakaan terjadi b. siapakah korbanc. apakah ada dugaan korban mabuk, minum obat sejenis Amphetamine dsb.2. kecelakaan lain dokter harus diberitahu benda yang menyebabkan kecelakaan. 3. pembunuhan atau bunuh diri 4. kematian mendadak 5. kematian setelah berobat / perawatan 6. tanggal dan jam korban ditemukan meninggal, tangga dan jam korban terakhir terlihat masih hidup

teknik otopsi 1. pemeriksaan luar2. pemeriksaan dalam a. insisi bentuk Ib. insisi bentuk Y 3. pemeriksaan tambahan 4. pemeriksaan khusus

Hasil autopsy klinis dituangkan dalam sebuah laporan autopsy (autopsy report) yang dimasukkan dalam rekam medis, dan dapat diketahui oleh keluarga dan pihak peminta autopsi klinis dengan menngingat batasan aturan mengenai rekam medis yang tercantum dalam permenkes 269/MENKES/ PER/ III/ 2008 tentang rekam medis.

Laporan autopsy adalah dokumen medik yang bilamana dipandang perlu, maka dokumen medik ini dapat dijadikan alat bukti di persidangan , sesuaipasal 184 dan 187 KUHAP

Hasil autopsy klinis bila akan digunakan untuk kepentingan peradilan, harus diberitahukan pada dokter yang membuat laporan autopsi. Hal ini dimaksudkan agar dokter dapat merumuskan laporan autopsi hingga mampu membantu memberikan kejelasan antara hal yang diragukan atau disengketakan, dan dengan demikian laporan autopsi tsb dapat diterima dan digunakan di persidangan.

4 | Page