Makalah Bs

12
BAB I Pendahuluan Fungsi lobus frontalis berhubungan dengan aspek tingkah laku dan berpengaruh dalam mewujudkan kepribadian dan adaptasi sosial . Suatu trauma kepala sering kali menimbulkan sindroma lobus frontalis dan memberikan manifestasi klinis yang bermacam macam sehingga sulit untuk membuat diagnosa klinis . (1,3) Gejala yang ditimbulkan sering dikacaukan dengan gejala psikiatrik . Pasien dengan lesi lobus frontal yang timbul perlahan lahan sering menimbulkan gejala yang samar ; diperlukan pemahaman tentang fungsi lobus frontalis dan sindroma yang terjadi untuk mengevaluasi suatu keadaan sindroma lobus frontalis, karena gangguan status mental berupa gangguan memori, gangguan atensi, perubahan tingkah laku, gangguan fungsi control dan eksekusi , merupakan gejala yang penting pada lobus frontalis, selain gangguan akibat kenaikan tekanan intracranial. (1,2,3,4,5) Lobus frontalis merupakan lobus terbesar dari otak kita yang berhubungan dengan aspek tingkah laku . Sindroma lobus frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan personality yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat menyebabkan sindroma ini diantaranya adalah cedera 1

Transcript of Makalah Bs

Page 1: Makalah Bs

BAB I

Pendahuluan

Fungsi lobus frontalis berhubungan dengan aspek tingkah laku dan

berpengaruh dalam mewujudkan kepribadian dan adaptasi sosial . Suatu trauma

kepala sering kali menimbulkan sindroma lobus frontalis dan memberikan

manifestasi klinis yang bermacam macam sehingga sulit untuk membuat diagnosa

klinis .(1,3) Gejala yang ditimbulkan sering dikacaukan dengan gejala psikiatrik .

Pasien dengan lesi lobus frontal yang timbul perlahan lahan sering menimbulkan

gejala yang samar ; diperlukan pemahaman tentang fungsi lobus frontalis dan

sindroma yang terjadi untuk mengevaluasi suatu keadaan sindroma lobus frontalis,

karena gangguan status mental berupa gangguan memori, gangguan atensi, perubahan

tingkah laku, gangguan fungsi control dan eksekusi , merupakan gejala yang penting

pada lobus frontalis, selain gangguan akibat kenaikan tekanan intracranial.(1,2,3,4,5)

Lobus frontalis merupakan lobus terbesar dari otak kita yang berhubungan

dengan aspek tingkah laku . Sindroma lobus frontalis adalah suatu perubahan pola

perilaku, emosi dan personality yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan .

Kejadian yang dapat menyebabkan sindroma ini diantaranya adalah cedera kepala,

sindroma vascular, tumor, dementia frontotemporal, dan akibat pembedahan karena

aneurisma. Manifestasi klinis yang timbul amat beragam namun berinti pada

ketidakmampuan untuk mengatur perilaku . Terapi yang kita lakukan sampai saat ini

adalah mengobati penyakit yang mendasari dari terjadinya sindroma lobus frontalis

tersebut , konselling keluarga , dan pembedahan bila diperlukan .

1

Page 2: Makalah Bs

BAB II

Tinjauan Pustaka

II. 1 Defenisi

Sindroma lobus frontalis adalah suatu perubahan pola perilaku, emosi dan

personality yang terjadi akibat kerusakan otak bagian depan . Kejadian yang dapat

menyebabkan sindroma ini diantaranya adalah cedera kepala, sindroma vascular,

tumor, dementia frontotemporal, dan akibat pembedahan karena aneurisma .(1)

II. 2 Etiologi dan Patofisiologi

Faktor penyebab utama dari sindroma lobus frontalis sampai saat ini masih

cedera kepala . Walaupun angka insidens yang pasti sulit didapat , namun para penulis

cukup sepakat akan hal tersebut .(1,3,4).

Lobus frontalis merupakan sepertiga bagian dari kortek serebri manusia .

Setiap bagian lobus frontalis dibagi menjadi 3 daerah, yaitu kortek motor primer ,

kortek premotor dan kortek prefrontal .(1,2,6)

Kortek motor primer terutama untuk gerakan gerakan voluntary . Kerusakan pda

daerah ini akan menyebabkan kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan . Kortek

premotor berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk integrasi dan

program program gerakan yang berurutan . Kortek pre frontal dibagi menjadi 3 regio

yaitu , region orbito-frontal ( anterior lobus frontal ) , region dorsolateral, serta

cingulum anterior .

Terdapat lima sirkuit yang diketahui , yaitu : sirkuit motorik pada area

motorik, sirkuit okulomotor pada lapangan penglihatan frontal, dan tiga sirkuit pada

daerah kortek pre frontal ; yaitu sirkuit dorsolateral pre frontal, sirkuit orbitofrontal

pre frontal, serta cingulatum anterior . Setiap sirkuit mempunyai serabut proyeksi ke

struktur striata ( nucleus caudatus, putamen, dan striatum anterior ) , dan dari striata

berhubungan ke globus pallidus dan substansia nigra , proyeksi ke nucleus thalamus

dan kembali ke lobus frontal .

2

Page 3: Makalah Bs

Sirkuit dorsolateral dimulai dari korteks pre frontal dorsolateral -à nucleus

kaudatus dorsolateral -à globus pallidus dorsomedial lateral -à nucleus thalamus

dorsomedial dan anteroventral -à regio dorsolateral pre frontal . Kerusakan pada

sirkuit ini menyebabkan gangguan fungsi eksekutif , diantaranya kesulitan

mempelajari informasi baru , gangguan program gerakan motor, gangguan kelancaran

verbal dan non verbal , gangguan untuk menyusun kembali bentukyang kompleks .

Sirkuit ini menerima inpuls dari serabut afferent area prefrontal 4,6 dan area parietal

7a yang berperan dalam proses penglihatan. Serabut aferen dari sistim limbic diterima

melalui proyeksi dopamine dari substansia nigra.

Sirkuit orbitofrontal dimulai dari kortek orbitolateral -à nucleus caudatus

ventromedial -à globus pallidus dorsomedial medial -à nucleus thalamus

ventroanterior dan mediodorsal -à kortek orbitolateral . Kerusakan pada sirkuit ini

menyebabkan gangguan disinhibisi , berupa gangguan perilaku berupa mudah , emosi

yang labil dan obsesif kompulsif . Sirkuit ini menerima serabut aferen dari area

temporal 22 dan orbito frontal 12 yang terdiri dari bagian sensorik heteromodal dan

para limbic .

Sirkuit cingulatum anterior dimulai dari kortek cingulatum anterior -à

nucleus akumbens -à globus pallidus rostrolateral -à thalamus medio dorsal -à

kortek cingulatum anterior . Kerusakan pada sirkuit ini ditandai dengan apati,

penurunan kemauan dan tidak adanya emosi . Sirkuit ini menerima serabut afferent

hipokampus , area enttorhinal 28 dan area perirhinal 35.(1)

Selain sirkuit sirkuit diatas , juga terdapat jalur langsung dan jalur tidak

langsung yang turut berperan dalam fungsi lobus frontalis .(1)

II. 3 Epidemiologi

Di Amerika Serikat sering terjadi kejadian sindroma lobus frontalis tetapi

tidak ada data yang tersimpan, tetapi untuk kejadian ini umumnya penyebabnya

adalah karena trauma kepala, dan diikuti dengan penyebab lain yaitu :

- Tumor otak ( Metastatic Disease to the Brain dan EEG di tumor otak)

- Degenerative dementias termasuk Peny. Alzheimer, Dementia dengan Lewy

Bodies, Parkinson dementias dan frontotemporal dementias

- Peny. Cerebrovascular

- Peny. Psikiatrik seperti skizofrenia dan depresi mayor

3

Page 4: Makalah Bs

- Sebagai tambahan, penyakit neurology atau psikiatrik apapun dapat

mempengaruhi lobus frontalis (multiple sclerosis, CNS lupus) kemungkinan

berhubungan disfungsi lobus frontalis.

- Disfungsi lobus frontalis berhubungan dengan level alcohol dalam darah dan

timbul selama intoksikasi akut dengan banyak obat sampingannya.

Dari aspek gender, traumatic brain injury lebih sering terjadi pada laki – laki

daripada perempuan di Amerika Serikat dan di belahan dunia lain. Dari segi umur

lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dan penyebab utamanya ini adalah

mental retardasi, traumatic brain injury, dan intoksikasi obat. Pada pasien usia tengah

baya, tumor otak, peny. Cerebrovascular, infeksi seperti HIV, sclerosis multiple, dan

onset dini degeneratives dementia sering terjadi.

II.4 Manifestasi Klinis

Sindroma lobus frontalis adalah berupa gejala gejala ketidakmampuan untuk

mengatur perilaku seperti impulsive, tidak ada motivasi, apati, disorganisasi, deficit

memori dan atensi , disfungsi eksekutif, ketidakmampuan mengatur mood-nya,

mudah lupa, perkataan yang sering menyakitkan hati ataupun kotor, malas / tidak mau

mengerjakan aktivitas apapun juga , sulit diatur, selalu merasa paling benar .(1,2,3)

II.5 Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Klinis

Diagnosa klinis suatu sindroma lobus frontalis cukup sulit ; karena disfungsi

lobus prefrontal sering tidak terdeksi pada pemeriksaan neurology standar, maupun

pemeriksaan status mental serta tes neuropsikologi konvensional . Ada beberapa

pemeriksaan klinis , tes status mental dan skala neurobehavior yang harus digunakan

pada keadaan ini (1)

1. kontrol dan program gerakan motor :

a.       penekanan pada impuls motorik dan reflek :

-          reflek menggenggam

-          tes go / no go

b.      gerakan motorik cepat: rhytm tapping

c.       gerakan serial yang kompleks

-          Luria’s hand sequences

4

Page 5: Makalah Bs

-          Alternating pattern

2. kontrol mental :

a. trial making test

b. kemampuan mengulang secara terbalik kata, hari, bulan

3. kelancaran dan kreativitas dengan five point test

4. memori dengan rentang digit dan word list learning

5. tingkah laku dan emosi ; 12 items dari neurobehavioral rating yang meliputi :

gangguan emosi, depresi, gerakan yang lambat , afek tumpul, mood yang labil,

disinhibisi, tidak dapat bekerja sama, kegembiraan yang berlebihan ,

perhatian yang kurang , perencanaan yang kurang, penilaian diri sendiri yang

kurang tepat .

b. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah dilakukan dan di banyak kasus, diperlukan tes fungsi

tiroid, level B-12, dan serologi untuk kasus sifilis.

- Pemeriksaan Radiologis

a. CT – Scan diperlukan untuk mendiagnosa perdarahan akut dan

ventriculomegaly.

b. MRI lebih sensitive dan spesifik daripada CT Scan untuk melihat tumor.

c. EEG dapat dipertimbangkan jika terdapat kejang, terutama jika sering

terjadi kejang pada pasien post injury.

II. 6 Terapi

Terapi pada suatu sindroma lobus frontalis , adalah dengan mengatasi gejala

gejala yang timbul sesuai dengan underlying desease yang diketahui, dan kemudian

dilakukan terapi konvensional ataupun tindakan pembedahan. Beberapa penulis selain

mengatakan bahwa terapi dari keadaan ini adalah tidak spesifik , namun yang harus

diperhatikan adalah konselling terhadap keluarga pasien , karena keluarga mereka

yang sekarang mengalami sindroma ini bukanlah keluarga mereka yang dahulu,

dalam artikata sifat, perilaku, bahkan keseharian mereka, sedikit banyak telah

berubah.(1,2,3,4,5)

.II. 7 Prognosis

5

Page 6: Makalah Bs

Tergantung pada etiologi dari penyebabnya. Jika perdarahan semakin

banyak maka diagnosa semakin buruk.

BAB III

6

Page 7: Makalah Bs

Kesimpulan

Sindroma lobus frontalis merupakan suatu sindroma yang diakibatkan oleh

terganggunya fungsi lobus frontal . Banyak macam kejadian yang dapat menyebabkan

hal tersebut , namun faktor tersering adalah trauma kepala . Diperlukan anamnesa dan

pemeriksaan klinis khususnya pemeriksaan fungsi luhur yang sangat teliti agar kasus

kasus seperti ini dapat dideteksi . Terapi yang dilakukan pada saat ini masih

membutuhkan kesabaran dan kerjasama yang baik antara pasien, dokter , dan keluarga

pasien agar didapatkan hasil pengobatan yang optimal .

DAFTAR PUSTAKA

7

Page 8: Makalah Bs

1. Cummings JL, Miller BL . The human Frontal Lobe ; function and disorder 1st ed.

New York : The Guilford Press : 1999.

2. Cummings JL, Vinters H, Felix J. The neuropsychiatry of Alzheimer disease and

related dementia .1st ed. United Kingdom : Martin Dunitz Press: 2003 p 217-20

3. Thimble MH. Psychopathology of frontal lobe syndrome . Seminars in

Meurology ; vol.10, No.3 Benraska : September 1990

4. Frontal loce syndrome .Available at : htt;://rickets.unl.edu/tbi/frontal/

5. Davies S. Frontal lobe syndrome – a behavioral problem . Seminars in Neurology :

Pittsburg : vol 5, No. 8 Februari 2001 .

6. Waxman SG. Correlative neuroanatomy.23 ed.New York: Lange Med. Publ: 1996

p 195-200

8